Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai pengolahan data dalam analisis kuantitatif dan menggunakan serta memilih metoda volumetri.
Menjelaskan leori dan metode analisis argentometri dan nitrimetri serta penerapannya 6. Menlelaskan teori dan analisis elektrometri serta penerapannya
Daftar Pustaka
1. Connors, K.
A., 1982, A Textbook of pharmaceutical Analysis, John Wlley & Sons, New york.
Bagan Perkuliahan
Pendahuluan Penyiapan sampel lll. Kesalahan dan Pengolahan Data lV. Analisis Volumetri V. Titrasi Oksidi-reduksimetri Vl. Argentometri Vll. Nitrimetri
2. Departemen Kesehatan Rl, 1995, Farmakope lndonesia, Edisi lV, Dep Kes. Dirj pOM, Jakarta
Anallsis, Pustaka pelajar, yogyakarta. 4. Kat, A.,2005, Pharmaceuticat Drug Analysls, New Age lnt. Limited Publ., New Delhj. 5. Vogel's, 1998, Texbook of Quantitatif Analysls, 5rh. Ed. Longman Green and Co., London 6. Watson, D.G.,'1999, pharmaceutical Analysls,2nd. Ed,
,
l. ll.
Churchitt Livingston.
Vlll.Potensiometri
I.
PENDAHULUAN
L
l.a.Teknik Analisis Lb. Metode Anatisis l.c. Prosedur Analisis l.d. Skala Operasional Analisis Kimia Analisrs melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kLalitatif. kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan lumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen
ll. KA dipakai secara luas di cabang ilmu_ilmu lain seperti ilmu-ilmu farmasi, ilmu-ilmu kedokteran, rlmu-ilmu pertanian, ilmu-ilmu lingkungan dan sebagainya.
l.
a. Teknik Analisis
Teknik analisis terkait dengan proses fistka_kimia yang dapat digunakan untuk memberikan informasi ana]isis Proses yang mendasari teknik analisisj
-
l.
b. Metode Analisis Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk tuiuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan
d.
teknik tertentu.
faktor sebagai berikut: a. Tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan, serta waktu
Ada
yang diperlukan. b. Level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang diperlukan.
c. Macam sampel yang akan dianalisis serta praperlakuan sampel yang dibutuhkan.
Metode Analisis kuantitatif yang baik harus memenuhi beberapa kriteria (pTTSTp)
1.
Peka (sersitiye), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil Misalnya pada penetapankadat zal-zat racun. melabolit obat dalam jaringan dan sebagainya
4. Selektif, aninya untuk penetapan kadar senyawa tertsnlu, metode lersebut tidak banyak torpengaruh oleh adanya senyawa lain, 5. Tangguh (rugged), artinya adanya perubahan komposisi petarut atau variasi lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil
analisis
2. Tepat (preciss), arlinya metode t6rsebut menghasilkan sualu hasil analisis yang sama atau hampir sama dalam satu seri pengukuran (penetapan)
3.
Teliti (accul.are), artinya metode dapat menghasitkan nilai rata_rata lmeanlyang sangat dekat dengan nilai sebenarnya ltrue valuel-
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikorjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan biaya Syarat ini diperlukansebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap (stabil) apabila waktu penetapan terlalu lama
c. Prosedur Analisis analisis, teknik dan prosedur, pengambtlan sampel praperlakuan, pengukuran dan perhitungan
lnformasi-informasianalisisyangberhubungandengan tingkat
akurasi, lama waktu, biaya, ketersediaan atai/bahan/p;tarul dsb.
4. Pra-perlakuan sampel atau pengkondisian Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur harus juga
diperhatikan. 5. Pengukuran analit yang diinginkan Berbagai sifat tisika atau kimia dapat digunakan sebagai suatu cara identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif atau keduanya. 6. Penghitungan dan interpretasi data analisis
1.
2. Pemilihan teknik dan metode analisis yang terbaik yang akan digunakan untuk analisis sampel
3.
Pengambilan qampel
Sampel haruslah dapat mewakili materi yang akan dianalisis secara utuh. Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang tidak boleh dipandang ringan karena dari cara pengambilan sampel akan diperoleh hasil analisis yang benar atau saiah.
Analisis dapat dikatakan selesai bila hasil-hasilnya dinyatakan sedemikian rupa sehtngga si analisis dapat memahami artinya.
L d.
1). makro adalah sampel yang beratnya lebih besar dari 0,100 gram, 2). semimikro antara 0,010
a. Komponen dari sampel yang konsentrasinya antara 1 100% dikenal sebagai analit mayor/utama,
b. Analit-analit minor berkonsentrasi antara 0,01 - 1%.
0, 100 gram,
3). mikro kurang dari 0,010 gram c. 4). submikro atau ultramikro jika kurang dari 0,001 gram.
ll. a. Pengambilan sampel Cara pengambjlan sampel sangat tergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Pengambilan sampel padat akan berbeda dengan cara pengambilan sampel cair, dan gas. Namun, pada prinsipnya sampel yang dianalrsis harus bersifat representatif, artinya sampel yang akan dianalisis benar-benar mewakili populasinya. Ada dua (2) macam cara pengambrlan sampel 1. Pengambilan sampel representatif 2. Pengambilan sampel random
:
obat atau sampel secara umum tidak dapat dianalisis secara langsung. Misalkan dalam analisis kromatografi harus lerlebih dahutu dilakukan perlakuan awal terhadap sampel tersebul Langkah inr
dikategorisasikan sbagai samp/mg atau langkah pembersihan sampel dari pengotor yang mungkin ada sehingga dapat mengganggu analisislebih lanlut Dalam bab ini akan dibjcarakan lentang prosedur penyiapan sampel.
ll. a. 1. Pengambilan sampel representatif Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap
bahan yang tidak homogen.
Dalam hal ini, sampel harus diambil dari bagianbagian yang berbeda-beda dari setiap wadah (bagian atas, tengah, bawah, samping, dan sebagainya). Masing-masing sampel harus dicampur homogen kemudian sampel diambil secara random untuk
dianalisis.
berikut:
1. 2 3
sampeldiluangkanperlahan-lahansehinggadiperolehbenluk
kerucut Ujung kerucut ditekan, kemudian dibagi empal dengan menaflk garis tengah yang saling tegak {urus latu diambil dui bagian yang berssberangan, dan dikumpulkan. Pekerjaan seperti semuta djulangr sehingga didapatkan sampet ofisial yang sesuai
-.>
E--@u.sa
ll. c. Pra-perlakuan sampel (sampte pretreatmentl Keadaan sampel i (1) berasal dari berbagai macam ukuran dan bentuk, (2) mengandung analit dari yang berkadar tinggi sampai dengan berkadar sangat rendah (3) mempunyai kandungan air yang bervariasi, (4) kandungan komponen yang beraneka ragam. Pra-perlakuan diperlukan untuk mengkondisrkan sampel sehingga siap untuk dianalisis dengan metode tertentu.
a.
Pra-perlakuan sampel yang dapat dilakukan Memanaskan sampel yang mengandung analit yang tahan panas pada suhu 100 -1200C untuk menghilangkan pengaruh variasi kandungan air.
.
sehingga kandungan air dapat diketahui. c. Memisahkan analit yang berkarakteristik tertentu dengan menggunakan berbagai teknik pemisahan d. Menghilangkan komponen matriks sampel yang dapat mengganggu analisis komponen yang dituju.
c. Ekstraksi cair-can (Liquidliquid extraction, LLE) d. Ekstraksi fase padat (So/rd phase Extractjon, SpE)
Ada 3 macam kesalahan dalam analisis kimia yaitu - kesalahan gamblang (gross errorl,
- kesalahan acak (random error\, dan - kesalahan sistematik (systematic error).
lelas karena melibatkan kesalahan yang besar akibatnya kita harus memutuskan untuk mengabaikan percobaan yang telah kita lakukan dan memulainya dari awal lagi secara menyeluruh.
Contoh kesalahan gamblang adalah sampel tumpahi pereaksi yang akan digunakan tercemar; larutan yang
Kesalahan acak (random error) atau disebut juga kesalahan yang tidak tergantung (indeterminate erroi merupakan kesalahan yang nilainya tidak dapat diramalkan dan tidak ada aturan yang mengaturnya serta nilanya berfl uktuatif. Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang mempunyai nilai definitif (nilai tertentu). Hasil analisis yang mengandung kesalahan ini dapat mengarah ke arah yang lebih kecil atau ke arah yang lebih besar dari
(ala+ala.
Untuk memahami adanya kesalahan acak dan sistematrk dapat dibedakan dengan menggunakan contoh berikut.
Satu batch tabtet paraselamol dinyatakan mempunyat kandungan 500 mg parasetamot tiap tabtetnya Diasumsikan bahwa kandungan parasetamolnya (nitai sebenarnya, true vatue) adalah 100%. Sebanyak 4 orang mahasiswa melakukan penetapan kadar paraselamol secara spektrofotometri UV dan hasil yang diperoteh adalah sebagat benkut.
rala-rala pengukuran
l\4ahasrswa Mahasiswa
1 3
Mahasiswa2
9p.5 %, 99.9%. jOO.2a/o.99 4 %, 100,5 % . 95,6 %, 96,1 o/o 95,2 o/o 9S,1 %. 96,1 o/o : 93,5 o/o: 98,3 %: 92,5 o/o. iO2 5 o/o: 97.6 o/o
:
Mahasiswa2=95,62%
N,lahasiswa 3 = 96 88
o/o
Mahasiswa4
Mahasaswa4=99.72olo
94,4
1OO,2o/o. 1O4.So/o,gt.4
102.1 %.
teliti (accurafe) jika nital Gla-rala hasil pengukuran sangat dekat dengan nilai sebenarnya (true value),
,dnL
Rilo.mh {
Tcptrr dan
Trdal Tclili
sedangkan suatu hasil analisis dikatakan tepat (p,,ecise) jika dalam satu seri pengukuran mempunyai selisih yang sangat kecil antar satu nilai dengan yang lain.
Tidal Tcpal
dil Tclilr
95
K
Mahasiswa 1 memperoleh hasil pengukuran yang teliti (akurat) karena rata-rala kandungan parasetamol yang diperoteh(99,90% sangat dekat dengan nilai sebenarnya (100%) dan juga tepat (prease) karena dalam seri pengukuran hasil yang diperoleh
Mahasiswa 2 memperoleh hasrl p6ngukuran yang tidak teliti karena rata-raiapengukurannya jauh (95 62 %) dari nilai sebenarnya, namun tepat (pre6lse) karena dalam seri pengukuran hasil yang diperoleh mempunyai perbedaan yang sangal kecil Dalam hal ini, mahasiswa tersebut tidak menghasilkan kesalahan acak akan tetapi mengalami kesalahan sistematik. Mahasiswa 3 memperoleh hasil pengukuran yang tidak teliti karena rata-rata pengukurannya jauh (96,88 %) dari nilai sebenarnya dan juga tidak tepat karena adanya varjasi yang cukup besar antar hasil pengukuran. Mahasrswa 4 memperoleh hasil pengukuran teliti karena nilai rata_ rclanya(99,74 %) mendekati hasil sebenarnya, akan tetapr tidak lepal karena adanya variasi yang tlesar antar hasil pengukuran Dalam hal inr mahasrswa 4 mengalamr kesalahan acak
Kesalahan acak merupakan jenis kesalahan yang selalu ierjadi dalam sebagai akibal adanya sedikit variasi yang tidak dapat ditentukan (dikonlrol) dalam pelaksanaan prosedur analisis Kesalahan acak dapat digambarkan sebagai kurva normal (Gaussia, curye) pada gambar bgrikut
Jadi
*
Dari kurva ini dapat dikemukakan: 1 ) Kesalahan yang kecil lebih sering terjadi 2) Kesalahan yang besar dapat dikatakan jarang terjadi 3) Besarnya kesalahan positifdan negatifsama sistematjk bersifat ajeg (konstan) dan berhubungan dengan akurasr) hasrl analisis. Kesatahan jenis ini mengakibatkan
Adanya kesalahan sistematik, kadang-kadang menyebabkah rata_rata yang didapat menyimpang lebih besar dari nilai sebenarnya. Walaupun kesalahan ini tidak mungkin dihindari secara mutlak. tetapi dengan cara tertentu dapat diperkecil sehingga hasil yang diperoleh tidak terlalu menyimpang dari nitai sebenarnya. Untuk memperkecil kesalahan sistematik dapat dilakukan beberapa ra, antara lain a. Kalibrasi (peneraan) dan koreksi alat yang dipakai b. Dilakukan penetapan blanko. c Melakukan kontrot dengan zat baku (referencesubstance) d Menetapkan dengan metode tain (perbandjngan metode) e Melakukan penetapanpa?tet ( in dupto atau in triplo) Menetapkan dengan meloda penambahanbakr (standard addition
nethod)
Berbeda dengan kesalahan absolut, kesalahan relatif merupakan perbandingan antara kesalahan absolul dengan nilai sebenarnya. Jadi kesalahan relatif (e) adalah:
p-X
c - -------p
p-X
Kesalahan absolut monyatakan perbedaan anlara hasil analisis dengan nilai sebenarnya yang keduanya dinyatakan dengan satuan yan9 sama (persen, m9, ml dan sebagainya) maka kesalahan absolut mempunyai dimensr yang sama dengan hasil analisis Dengan demikian kesalahan absotut dapat dinyatakan misalnya: d =
Dalam banyak hal kesalahan relatif lebih sering dipakai. Hal ini disebabkan karena kesalahan absolut seringkali belum dapat menunjukkan ketelitian hasil analisis yang didapat. Sebagai contoh:
Dari kedua contoh di atas, maka kesalahan retatifpenetapan kadar vitamin C sebesar 0,05/50 x 1OO % = 0,1 %, Sedangkan kesalahan relatifpada penetapan kadar arsen 0.05/0.0'l x 100 % = 500 o/o.
=
Kesalahan absolut sebesar 0,05 %. Kalau kesalahan itu terjadi pada PK tablet vitamin C yang mengandung 50 % vitamin C, maka dapat dikatakan hasil tersebut sangat baik. Akan tetapi kalau kesalahan absolut sebesar 0,05 % itu terjadi pada penetapan kadar arsen dalam makanan yang mengandung 0,01 ok arsen, maka hasil tersebut akan sangat tidak baik
Oari perhitungan inr jelas bahwa kesalahan relatif lsbih sesuai untuk memberikan gambaran akan ketelitian hasil analisis yang didapat Cara ini sering membingungkan apabila hasil anatisis dinyatakan dalam persen Untuk menghindari kesalahan ini, k6salahan relatif sering pula diluliskan dalam bagian perseribu (ppt = palt per lhousard), atau bagian perjuta lppm = part per miilion) dan sebagainya.
3.
Standar deviasi (SO) Standardeviasi mgrupakan akar jumtah kuadrat deviasa masing-masing
hasil penetapan terhadap rctajata (mean) dibagi dengan derajat kebebasannya (deg@es of f@edoml.
'
I
ro
dimana
l
lX_ x),
N-1
=i
---.----
2. Deviasi rata-rata lmean deviationl Deviasi rata-ra'la (q) merupakan devtasi dari masing_masing hasjl penetapan terhadap rata-rata, dengan tidak memperhatikan tanda deviasinya (posiiif atau negatif).
= nilai da.i masing-masing pengukuran tr= rctarata (nean) dari pengukuran N: frekuensi penelapan
Rumus
f I x_x
- xT
disebut sebagai varian (V)....
(o1=--J-.-----------
-----*
N-1
Standar Deviasi relatif (rerative sra ndard deviation,RSD) yang juga dikenal dsngan koefisien variasi merupakan ukuran
ketepatan relatif dan umumnya dinyatakan dalam persen. RSD dirumuskan dengan persamaan SD
RSD=---"x
l00o/.
x-
dimana.
(%)
Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka metode yang digunakan semakin tepal.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dan ketidaktelitian dalam pengukuran adalah:
1. Penimbangan yang tidak benar, demikian juga
pemindahan analit dan baku yang tidak sesuai. 2. Ekstraksi analit dari suatu matriks (misal tablet) yang
tidak efisien. 3. Penggunaan buret, pipet, dan labu takar yang tidak benar.
kebermaknaan (slgnif,bance test) melibatkan suatu porbandingan antara faktor eksperimental terhitung dengan faktor yang sudah ada di dalam tabel statistik yang ditentukan dengan sejumlah nilai dari suatu serangkaian data percobaan dan tingkat probabilitas terpilih sehingga membuat kepulusan yang diambil menjadi benar.
4. Pengukuran menggunakan alat yang tidak terkalibrasi. 5. Kegagalan dalam melakukan analisis blanko. 6. Pemilihan kondisi pengukuran yang menyebabkan
kerusakan analit.
Uji kebermaknaan digunakan untuk beberapa tujuan, antara laini 1 Untuk mengecek apakah nilai individual dari suatu serangkaian dala menyjmpang dari rata-ratanya
2 Unluk membandingkan
serangkaian data
3. Untuk membandingkan rata-rata dua atau lebih serangkaian data dengan data lain yang sudah diketahui akurasinya.
Jika digunakan SD sebagai kriteria maka hasil analisis (X) ditolak jika:
a)X,
-x
-;
>3 SD
co
Rumus mana yang dipakai sebagaa dasar penolakan data, a) atau b) pada hakikatnya didasarkan atas taraf kepercayaan (/evel ol n fi de n ce) y ang dipilih
Dalam percobaan kimia umumnya dipilih taraf kepercayaan 99 (P = 0,99) Dengan taral kepercayaan ini, hasil analisis Xi ditolak jrka X,-x > 4 d atauX, SD
o/o
-i>3
a) X,-i>2,5!Latau
b)
X,-x>4d
Akan tetapi berhubung banyaknya penetapan kimia pada umumnya sedikit (3 atau 4 kali saja), maka sering dianjurkan untuk memakai larat kepercayaan93 o/o (P = 0,95), sehingga hasit analisisXi ditolakjika 2,5!L atau Xr-x > 2SD.
Xi-i>
Catatan :
Contoh perhitungan.
Pada penelapan kadar NaCl secara argentometfl, diperoleh hasil sebagaiberikul yailu 95,72o/o.95 81 %. 95,83 %: 95 92 o/o dan 96,18 o/o. Solidiki apakah ada hasit yang dalotak Jawab: Kalau diperhatikan, harga 96,18 % sangat menyimpang dari yang lain dan karenanya nilai ini patut dicurigai. Untuk menghjtung ratarata, nilai yang dicurigai tidak dimasukkan. 95,72 Jadi rata-rata =
o/o
x
95.72
95.8'1
o= l,-x]
010
0,01 0.01 0,10
-l
d2
95,82
+ 95,81
o/o
+ 95.83
4
o/o
+ 95,92 ok
= 95,92
o/o.
95.83
--I
--.-**---*-__-
Jumlah d= 0,22
Jumlah d2 = 0.0202
Cac
d=O,22t4=OO55
0.0202
so = i
------= {
3
o,oooz = o.ooz
.
95,82 = 0.36
Qntuns=
Selisih antsra hasil yang dicurigai dan .ata-rata 96,1 g 1). Jika kita mengikuli kiteria d maka:
X1
Nitaa
terrendah)
-x
0,36
=
d
2) Menurutkrileria SDX1
0,055
-x
0.36
Selanjutnya nilai Q hitung ini dibandingkan dengan nilai O_*drE (e1"b ) atau nrlar yang drperoteh dafl tabet statistik) Jrka nilai e.n*" tebih kecil dari nilai Q-.,,r,r. maka hipotesrs nul (nuil hypothess) diieima bsrarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigaj dengan nilai_
nilaiyang
laan.
: 0,082
SD
5,04 rni tebih besar dari 2 (p= O 95) Jadi hasil 96,18 o/o OTTOLAK
Sebalrknya. Jrka nilai Q-r,rung tebrh besar dari nrlai e k,(,s. maka hrpotests nul ditolak berarti ada perbedaan yang bermakna antara nilar yang
o/o
(p = O,OS) pada
Contoh parhltungan A Pada penolapan cemaran pestisida dalam sayuran didapat kadar 0,403; 0,4.10; 0,401 i dan 0,380 Fg/g. Apakah nitai 0,380 adatah suatu pencitan? Jawab. Nilai
O.hi,ury dihitung dengan rumus seperti di atas sehingga didapatkan: Q-hilqi,= [0,s80-0,401]/[0,4io-O,3sO]= 0,021/0,03= O,70 Nilai Q.kiG unluk 4 data pada laraf kepercayaan 95 o/o (p O,O5) adalah = = 0,831 Karena harga O.h.ru"c tebih kecil dari O.k.B berarti nrtai O,3gO bukanlah sualu pencrtan sehrngge nitai 0.380 dapat DTTERIUA
'
0,7't7
0,621 0,570
Contoh perhhungan B Sekarang perhatikan jika pada contoh da alas ditambah dengan 3 nilai yaitu 0,400; 0,413i dan 0,41 1 pg/t. Apakah nilai 0,380 adalah iuatu pencilan?
o-hiru"! = I0,380 - 0,4001/10,41 3 - o,3BOl = o,O2o/0,033 = 0,61 Harga Q-kirs unluk 7 data pada taraf kepercayaan 95 o/o (p O,O5) adalah = h,tu.s tebih besar dan e*,,us berarti nital 0.380 adalah sualu pencrlan sehrngga nrlar O 380 harus DtiOLAK.
0,524
10
Contoh perhltungan C
Pada penelapan kadar N dari benzanilada menurul cara Kieldahl, diperoleh hasil sebagai berikut: 7, 1 1 a/a, 7,0A a/o: 7.OG o/o; I,06 o/. dan 7,O4 oh. Kada. sebenarnya menurut perhitungan beral molekulnya (8.M. nya) adalah = 7,10 o/.. Ujilah apakah hasit yang diperoteh berbeda dengan hasil sebenarnya? Jawab: x
7
rumus
t=
_
(X
-"-.-------SD/.IN
- tr)
dimana X = rata-rata hasrl dan p = harga sobenarnya dan SD/\IN = slandar error
d(x-,
.07
d2
Harga I rnr it-4ru.s) setanJutnya drbandingkan dengan harga t.knui (t-,ad) dengan derajat kebebasan = (N-l) Jika harga t+ilun" lebih besar dari l-kil\ berartr rata-rata berbeda signifikan dngjn harga sebsnarnya (true yaiue) Sbaliknya kalau harga tiftu.s lobih kecil dari pada t.k,irik maka antar rata-rata dengan nilai sebenlrnya tidak berbeda signifikan atau dengan perkaiaan lain datam staiistika: rata-rala sama dengan nilai sebenarnya
/06
Jumlah:35.35
Jumlah d= 0.00
Jumlah
d?
=0.0028
Perhitungan t
hitune
35,35
X = ----=7,07
Harga t-n,,,nn = 2, 51 ini lebih kecil dari t-r,,itir, = 3,75 (untuk P = 0,99 dan O = 4). Jadi
d2
so
=
{-----,--- {--
N-1
7,10-7.O7
Hargatheuhe
- ----------------- =
o.ozoais
Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa metode Kjeldahl untuk penetapan kadar unsur N dalam persenyawaan memberikan hasil yang teliti.
diff: i
Sb2Nb2
x
Na + Nb
Sa dan Sb berturut-turut adalah SD metode A dan metode B, sedangkan Na'dan Nb adalah frekuensi penetapan metode A dan metode B. Selanjutnya dihitung harga l_hiruns dengan rumus
t+runo = (
!a
"
signifikan?
11
0732.52
5+5
Jadi dapat dikatakan bahwa dua rata.mta (Xa dan Xb) TTDAK befteda. Dari kenyataan inj dapat disimpulkan bahwa metode
asam sitrat MEMPUNYAI KETELITIAN yang sama dengan metode asam metafosfat.
5+5-2
55
(0,81x25)+(0,533x25)
s.E
{:___-,____.,..',
B
o,o
={<,razsr{o,q
= 2,046338 Harga
lhiene
x 0,632455 =
1.294
= [97,79 - 9a.$)t1 ,294 = 2,96t1|.25a = 2,297 Harga l.hiruns rni LEBIH KECIL dari t.kdik (p = 0,99 dan 0
B) yang nitainya
Jawab: Jika digunakan uji t (sebagaimana dalam 3 contoh di atas) tidak @cok lagi karena setiap variasj yang dissbabkan oteh melode akan sangat dipengaruhi oleh perbedaan antara sampel uji. Kesulitan ini diatasi dengan memperhalikan selisih antara setiap pasang hasil kedua metode. Dengan Uji t-berpasangan Untuk keempat pasang nilai tersebut, selisihnya adalah sebesar _5, -7, 2; dan 3. Rata{ata selisihnya adatah -1,75 dan simpangan baku selisihnya {SD) adalah sebesar 4,99. Nitai p 6 = Nilai
l_hluns
Sampel
2
3
t:
dapat (x -
dicfl
dengan rumus:
u)
-------------
50 60
48 57
so/iN
Apaksh kedua metode dj atas membenkan rata-.ata kadar timbat yang berbeda
Nilai t,hru.s ani lebah keqt daripada nitai t-kdir (N : 4 atau O 3; p 0,0S; = = nilai t.k.irik-nya adalah 3,.18). Jadi dari sini dapat dikatakan bahwa kedua metode tidak memberikan petbedaan ruta-rata kadar
Haroa
I
11
2 3 4
5
I I
10
3,'r8 ls,aa 2 78 4,60 2,57 14 03 2.45 13,71 2.37 3 50 2.31 13 36 2,26 3.25 2,23 )317
]
12.t1 4,30
P=0,951P=0.99
63.70
I
o
12
Haroa
P = 0,95
P=
3.11
2.20
9 92
218
2,13 2,09 2.06
20
25 30 40 60
,7q
Nilai
2,U
2,O2
8s.rnya nilai
s12
adalah: F =
Sr2/Sz2
120
(melode) I dan 2.
1
258
Dari contoh penetapan kadar vitamin C di atas (slide 63), didapatkan harga F= 1.50. Harga ini lebih kecit dari F-k.iiki4,4) yaitu 16,0; (p !0.90)r(0,73F= = = 0,99). Jadi walaupun kedua melode tersgbut mengtrasilt<an SD yang be.beda, telapi perbedaan ketepalannya tidat< signifikan. DengJn *-ata tain kedua metode menghasilkan ketepatan yang sama.
12
lebihdari 1 05i
angka 1,00 menunlukkan nilai kurang dari 0,995 dan tidak lebih dari 1 005, (3) angka 1,000 menunjukkan nilai kurang dari 0,9995 dan tidak lebih dari '1.0005;
(2)
Kalau misalnya suatu hasil penimbangan dituliskan dengan '1 ,0 dan 1,0000 9, ini berarti bahwa ketelitian ponimbangan yang pertama hanya sampai 0,1 g..Di sini angka nol merupakan angka yang tidak tentu (unceftain number)
g
Jika penulisan dilakukan dengan 1,0000, hal ini menunjukkan bahwa penrmbangan drlakukan dengan neraca yang mempunyat ketelitian 0,'1 mg dan hanya angka nol terakhrr yang merupakan angka yang tidak tentu. Hasil penimbangan ini hanya dapat diperoleh jika menggunakan neraca analitik
Penulisan hasil pembacaan buret makro dengan skala terkecil 0,1 ml seharusnya dituliskan dengan dua desimal misalnya 12,50 ml dan bukan 12,5 ml, sebab dengan penulisan 12,5 berart, angka 5 belum pasti sehrngga dapat diartikan volume titran terletak antara 12,4 ml sampai 12,6 ml, padahal angka 5 yang menyatakan 0,5 ml dapat dibaca dengan pasti. Apabila pembagian skala buret ierkecil 0,01 mt (pada buret mikro), maka penulisan hasil pembacaan buret harus dinyatakan dengan tiga desimal misalnya 2,530 ml dan bukan 2,53 ml sebab angka 3 dalam hal ini sudah pasti.
13