PATOLOGI KLINIK
SEMESTER III T.A 2022 – 2023
Penyusun:
dr. Dedi Ansyari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Fani Ade Irma, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK (K)
dr. Yuli Syafitri, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Yuanita Mayasari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
1
Kata Pengantar
Dekan,
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Visi, Misi, dan Tujuan FK UMSU 4
Konten Praktikum 5
Peraturan Praktikum 5
Penilaian Praktikum 7
3
3.5. Laporan Praktikum
Daftar Pustaka 40
4
Visi, Misi dan Tujuan FK UMSU
Visi
Menjadi pusat unggulan pendidikan kedokteran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia yang berwawasan global,
profesional, berdedikasi dan berorientasi komunitas berdasarkan Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu kedokteranyang
berbasis kompetensi dan berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang ilmu
kedokteran berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dibidang ilmu
kedokteran berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan yang profesional, kompeten, berdedikasi,
berwawasan Islami sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) dan Standar Kompetensi dan Karakteristik Dokter
Muhammadiyah (SKKDM).
2. Meningkatkan jumlah penelitian dan publikasi ilmiah di jurnal nasional
dan internasional.
3. Mengembangkan jaringan kemitraan yang berkesinambungan di bidang
ilmu kedokteran di taraf nasional dan internacional.
4. Meningkatkan jumlah pengabdian masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat sehat dan berpengetahuan.
5
Konten Praktikum
6
Peraturan Praktikum
Mahasiswa dapat dibenarkan untuk mengikuti praktikum bila :
a. Telah mengikuti kuliah yang menjadi prasyarat praktikum di bagian yang
bersangkutan.
b. Mahasiswa hadir tepat waktu.
c. Menguasai materi yang akan dipraktikumkan; apabila pengawas menganggap
mahasiswa tidak menguasai materi maka pengawas mempunyai hak untuk
membatalkan mahasiswa mengikuti praktikum pada hari tersebut.
d. Membawa buku penuntun praktikum atau buku-buku lainnya yang ditentukan
oleh bagian untuk kelancaran praktikum.
e. Membawa alat-alat/bahan-bahan yang diperlukan untuk kelancaran praktikum
yang ditentukan oleh departemen.
f. Mahasiswa diwajibkan menjaga alat-alat praktikum yang dipakai; apabila alat-
alat praktikum hilang, rusak atau pecah, maka grup yang bersangkutan
bertangung jawab mengganti alat-alat tersebut.
7
g. Menjaga ketertiban, keamanan, ketentraman dan berlaku sopan baik sesama
mahasiswa ataupun pengawas praktikum selama praktikum berjalan.
h. Selama jam praktikum, tidak dibenarkan meninggalkan laboratorium tanpa
seizin pengawas.
i. Melakukan prosedur dengan lege artis termasuk terhadap binatang percobaan.
j. Mahasiswa harus berhati-hati pada percobaan/praktikum, yang memakai
bahan kimia dan atau obat-obatan.
k. Setelah praktikum selesai dan sebelum meninggalkan laboratorium,
mahasiswa diwajibkan membersihkan alat-alat, meja praktikum yang dipakai
dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya yang ditentukan oleh bagian.
l. Hal-hal lain yang belum tercantum di dalam tata tertib ini akan ditentukan
kemudian oleh departemen dengan syarat tidak bertentangan dengan peraturan
umum yang ada.
Inhal Praktikum
Ketentuan Umum
Kegiatan susulan bagi mahasiswa jika:
1. Tidak hadir kegiatan praktikum.
2. Mahasiswa yang tidak lulus ujian praktikum ataupun setelah mengikuti ujian
remedial praktikum sebagai prasyarat mengikuti ujian akhir/final blok.
Alasan ketidakhadiran:
1. Sakit (dengan melampirkan surat keterangan sakit oleh dokter yang telah
disahkan).
2. Terkena musibah (bencana alam, meninggal/sakit keras pada kerabat dekat
seperti orang tua, kakek, nenek, dan saudara kandung) dengan melampirkan
surat keterangan).
3. Mendapat tugas dari fakultas atau universitas (dengan melampirkan surat
keterangan).
4. Alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan (yang telah diajukan dan
mendapat persetujuan sebelumnya oleh Ketua/Sekretaris Prodi/ other reason
that can be answered
NB:
Poin 1 dan 2, wajib melapor inhal selambat-lambatnya 2 hari setelah
mahasiswa aktif kegiatan belajar mengajar kembali.
Poin 3 dan 4, wajib melapor inhal selambat-lambatnya 6 hari kerja sejak
kegiatan yang tidak dihadiri.
8
Ketentuan Khusus
Mahasiswa yang tidak hadir karena alasan terlambat/dikeluarkan dari kegiatan
belajar mengajar diperbolehkan untuk mengikuti inhal dengan mengajukan
permohonan inhal paling lambat 1 hari dari kegiatan berlangsung, dan hanya
diperbolehkan satu kali dalam tiap semester.
Penilaian Praktikum
Kompenen penilaian
No Kegiatan Bobot
1 Pre test 20%
2 Tugas 20%
3 Post test 50%
4 Sikap 10%
9
Oleh:
dr. Dedi Ansyari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Fani Ade Irma, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK (K)
dr. Yuli Syafitri, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Yuanita Mayasari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
10
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit secara manual.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Memakai mikroskop dan melakukan pemeriksaan dengan memakai
mikroskop.
2. Melakukan cara menghitung jumlah leukosit dengan memakai kamar hitung
Improved Neubauer
2. LANDASAN TEORI
Menghitung jumlah leukosit di dalam darah per satuan volume darah dengan
cara manual. Metode ini merupakan metode dasar perhitungan yang sederhana.
Pertama-tama dilakukan pengenceran terlebih dahulu darah yang akan diperiksa
dengan menggunakan larutan Turk. Selanjutnya perhitungan menggunakan pipet
dan kamar hitung.
11
1. Pipet Leukosit
2. Hemolet / lancet
3. Kapas alkohol
4. Kamar hitung Improved Neubauer
5. Kaca penutup
6. Mikroskop
Bahan Praktikum:
- Larutan Turk (saring sebelum dipakai)
4. CARA KERJA
Hitung Jumlah Leukosit
- Sampel darah kapiler atau darah EDTA.
- Pipet lekosit diisi dengan darah sampai garis 0,5 bila diduga leukopeni sampai
garis 1, bersihkan ujung pipet dengan kertas tissue.
- Sambil menahan darah pada ujung pipet, isi pipet dengan larutan Turk sampai
angka 11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
- Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan
karet penghisap.
- Tekanlah kedua ujung pipet dengan kedua jari kemudian digoyang selama 3 –
5 menit. Jika tidak segera dihitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.
- Buang 3 tetes larutan tersebut, kemudian dengan membuat sudut 30 derajat
teteskan larutan ke dalam kamar hitung yang telah ditutup dengan kaca
penutup
- Diamkan kamar hitung selama 2 – 3 menit.
- Hitung di bawah mikroskop dengan pembesar 10x bidang besar kamar hitung
A + B + C +D
- Perhitungan:
ATAU
(A+B+C+D) x 50/mm3
Nilai Normal: 4000 – 10.000/mm3
12
Keterangan: Pengencer pipet 20x, luas bidang besar 1 mm2 dan tinggi kamar
hitung 1/10 mm. Lekosit yang dihitung dalam 4 bidang besar adalah A+B+C+D.
Jumlah luasnya 4 mm3.
Gambar 1.2. Pipet Thoma leukosit dan eritrosit beserta diagram kamar hitung
Improved Neubauer (http://www.biologydiscussion.com/essay/white-blood-
corpuscles-wbc/essay-on-white-blood-corpuscles-wbc-blood-cells-biology/81173)
13
Gambar 1.3. Diagram kamar hitung Improved Neubauer. A-B-C-D untuk
penghitungan jumlah leukosit dan 1-2-3-4-5 untuk penghitungan jumlah
eritrsoit (http://medical.tpub.com/14295/css/Figure-7-16-Hemacytometer-
Counting-Chamber-279.htm)
14
LAPORAN PRAKTIKUM
HITUNG JUMLAH LEUKOSIT
Hasilnya: ......................................
Nilai normal: ......................................
2. Guna larutan Turk: ........................................................................................
3. Jumlah leukosit lebih dari normal disebut ……………………
Dapat dijumpai pada:
a. ………..
b. ……….
c. ……….
4. Jumlah leukosit kurang dari normal disebut:……………………………..
Dapat dijumpai pada:
a. ..........................................................................
b. ..........................................................................
c. ..........................................................................
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
15
PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN, HITUNG JUMLAH ERITROSIT,
NILAI HEMATOKRIT, INDEKS ERITROSIT DAN
LAJU ENDAP DARAH
Oleh: dr. Dedi Ansyari Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami
tentang eritrosit, hemoglobin, hematokrit, penetapan indeks eritrosit dan
pembagian anemia berdasarkan morfologi.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan penetapan kadar hemoglobin.
2. Melakukan hitung jumlah eritrosit
3. Melakukan penilaian hematokrit.
4. Melakukan melakukan penetapan laju endap darah.
5. Melakukan penghitungan indeks eritrosit.
2. LANDASAN TEORI
Penetapan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
salah satunya adalah dengan kolorimetrik visual seperti Hb Sahli. Perhitungan
hemoglobin menggunakan cara Sahli melalui mekanisme perubahan hemoglobin
menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual
dengan standard dalam alat itu.
Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan % dari volume darah itu. Padatnya kolom eritrosit yang didapat
dengan memusingkan darah ditentukan oleh faktor: radius sentrifuge yang cukup
besar, kecepatan sentrifuge dan lamanya pemusingan.
16
Indeks Eritrosit
Mean corpuscular Value atau nilai eritrosit rata-rata memberi keterangan
mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per
eritrosit. MCV (Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata-
rata) yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit. Ukuran dalam femtoliter (fl). MCH
(Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata)
yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit. Ukuran dalam pikogram (pg). MCHC
(Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER (Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per
eritrosit, dinyatakan dalam persen (%).
17
Bahan Praktikum:
- HCl 0,1 N
- Aquadest
- Antikoagulan Trisodium sitrat 0.109 M.
- Larutan Hayem
4. CARA KERJA
Penetapan Kadar Hemoglobin (Sahli)
1. Tabung haemometer diisi dengan 5 tetes HCl 0,1 N (sampai angka 2)
2. Darah dihisap dengan pipet Hb Sahli sampai tanda 20 µl, bisa berupa darah
tepi langsung atau darah EDTA.
3. Bersihkan ujung pipet dari kelebihan darah dengan kapas atau kertas saring.
4. Masukkan isi pipet ke dalam tabung diatas. Bilas pipet beberapa kali dengan
menghisap dan meniup pipet dalam campuran tersebut.
5. Keluarkan pipet dari tabung haemometer sambil meniupnya.
6. Setelah 3 – 5 menit encerkan campuran tersebut dengan aquadest sambil
mengaduk-ngaduk dengan batang pengaduk gelas yang tersedia hingga warna
dari campuran sama dengan warna standar.
7. Pada perbandingan warna tabung diletakkan sedemikian sehingga garis-garis
pembacaan berada disamping serta dengan cahaya matahari sebagai latar
belakang.
Nilai normal:
Pria : 14 – 16 gr/dL
Wanita : 12 – 14 gr/dL
18
Hitung Jumlah Eritrosit
1. Dapat dipakai darah kapiler darah atau darah EDTA.
2. Isi pipet dengan darah sampai 0,5 bila diketahui anemia isi darah sampai
angka 1, hapus kelebihan darah pada ujung pipet
3. Sambil menahan darah pada ujung pipet, isi pipet dengan larutan Hayem
sampai garis 101
4. Letakkan ujung pipet pada posisi horizontal agar cairan tidak keluar
5. Tekan kedua ujung pipet, kemudian goyang selama 3 menit
6. Buang 3 tetes cairan kemudian dengan posisi 30 derajat masukkan cairan ke
dalam kamar hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup
7. Biarkan kamar hitung selama 2 menit.
8. Kemudian eritrosit dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x.
Nilai normal
Pria : 4.5 – 6 x 106 / mm3
Wanita : 4 – 5 x 106 / mm3
Nilai Hematokrit
1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan
mikrohematokrit dengan darah.
2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus
3. Masukkanlah tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang mencapai
kecepatan besar, yaitu lebih dari 16,000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit).
4. Pusinglah selama 3 – 5 menit
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
Nilai normal:
Pria : 40 – 48%
Wanita : 37 – 43%
19
Laju Endap Darah
1. Darah segar EDTA 1.6 ml dicampur 400 µl trisodium sitrat 0.109 M (4:1)
dengan baik
2. Hisap darah tersebut dengan pipet westergen sampai garis 0
3. Biarkan darah tersebut dalam rak secara tegak lurus selama 60 menit
4. Baca tinggi larutan plasma dalam millimeter
Nilai normal:
Pria : < 10 mm/jam
Wanita : < 15 mm/jam
20
LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN, HITUNG JUMLAH ERITROSIT,
NILAI HEMATOKRIT, INDEKS ERITROSIT DAN
LAJU ENDAP DARAH
21
Perhitungan:
Hasilnya: ......................................
Nilai normal: ......................................
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
22
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN CROSS MATCHING
Oleh: dr. Dedi Ansyari, Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami
tentang adanya antigen (aglutinogen) pada sel darah merah serta adanya antibodi
(aglutinin) pada serum seseorang serta adanya reaksi antigen dan antibodi yang
dipakai dalam penentuan golongan darah
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan penetapan golongan darah (sistem ABO)
2. Melakukan penetapan golongan darah rhesus
3. Melakukan tindakan cross matching dengan benar
2. LANDASAN TEORI
Golongan Darah
Klasifikasi golongan darah adalah berdasarkan ada tidaknya antigen pada
permukaan sel darah merah. Golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah
merah dan memproduksi antibodi B. Golongan darah B memiliki antigen B pada
sel darah merah dan memproduksi antibodi A. Golongan darah AB memiliki
antigen A dan B serta tidak ada antibodi. Golongan darah O tidak memiliki
antigen dan mempunyai antibodi A dan B.
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel
darah merah disamping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada dalam
serum (reverse grouping, serum grouping atau confirmation grouping). Cara yang
terbaik ialah melakukan kedua penetapan, yakni penetapan aglutinogen dan
penetapan aglutinin bersama-sama.
23
Rhesus
Nama lainnya adalah faktor rhesus atau Rh, adalah sistem penggolongan darah
berdasarkan ada tidaknya antigen D pada permukaan sel darah merah. Rhesus
positif memiliki antigen D, sementara Rhesus negatif tidak memiliki antigen D.
Rhesus negatif sering dijumpai pada orang-orang dengan ras kaukasian.
Bahan Praktikum:
- Reagensia anti A
- Reagensia anti B
- Reagensia anti AB
- Reagensia anti D
- NaCl 0.9%
4. CARA KERJA
Golongan Darah (ABO)
1. Teteskan 1 tetes raegensia anti A dan anti B masing-masing pada object glass
pada jarak tertentu. Pada object glass lain teteskan reagensia anti AB dan anti
D.
2. Selanjutnya teteskan masing-masing 1 tetes darah EDTA ataupun darah
kapiler disamping regensia anti A, anti B, anti AB dan anti D
3. Selanjutnya dengan tangkai pengaduk campur 1 tetes darah dengan reagensia
anti A
4. Dengan tangkai pengaduk lain campur 1 tetes darah dengan reagensia anti B
24
5. Lakukan hal yang sama pada reagensia anti AB dan anti D.
6. Sebagai kontrol positif yakni pada campuran darah dengan reagensia anti AB
7. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi.
Cross Matching
Cara kerja:
- Buatlah terlebih dahulu:
a) Dari donor:
Ambillah darah donor melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7 – 8 mm) 0,2 ml darah + 1,8
ml NaCl 0,9% sehingga Ht = 4%; yang dipakai untuk percobaan major
cross match
Sisanya masukkan ke dalam tabung II (tabung sentrifus) dan pusing
selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan
serum; yang dipakai untuk untuk percobaan minor cross match
b) Dari resipien/penerima :
Ambillah darah resipien melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7 – 8 mm) 0,2 ml darah + 1,8
ml NaCl 0,9% sehingga Ht = 4%; yang dipakai untuk percobaan major
cross match
Sisanya masukkan ke dalam tabung II (tabung sentrifus) dan pusing
selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan
serum; yang dipakai untuk untuk percobaan minor cross match
25
A. Cara kerja kaca objek
1. Ambil sebuah kaca objek yang bersih dan letakkan pada bagian sisi kiri
kaca objek 1 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi eritrosit donor
dengan Ht = 4%. Campur dengan pengaduk kaca (untuk major cross
match)
2. Pada bagian sisi kanan kaca objek letakkan pula 1 tetes serum donor dan 1
tetes suspensi eritrosit resipien dengan Ht = 4%, campur dengan pengaduk
kaca (untuk minor cross match)
3. Biarkan beberapa menit dan lihat apakah terjadi aglutinasi (kalau ragu
lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40x)
B. Cara tabung
1. Sediakan 2 tabung diameter 7 – 8 mm pada rak tabung; yang sebelah kiri
untuk major cross match dan yang sebelah kanan untuk minor cross match
2. Tabung kiri diisi dengan 1 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi
eritrosit donor dengan Ht = 4%
3. Tabung kanan diisi dengan 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspensi
eritrosit resipien dengan Ht = 4%
4. Campur isi tabung dan pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
5. Goyang dengan hati-hati tabung-tabung itu dan periksalah apakah ada
aglutinasi.
26
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN CROSS MATCHING
Nama / NIM : ...........................................................
Group / Meja : ...........................................................
Tanggal : ...........................................................
OP
Keterangan:
(+) : ada aglutinasi
(-) : tidak ada aglutinasi
Kaca Objek
Tabung Reaksi
Kesimpulan:
Tanggal: ........................
Dosen Pembimbing:
27
(.....................................)
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS DAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
Oleh: dr. Dedi Ansyari, Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami
tentang mekanisme pembekuan darah, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembekuan darah dan pemeriksaan-pemeriksaan pada gangguan perdarahan dan
pembekuan darah.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan pemeriksaan prothrombin time dan interpretasinya.
2. Melakukan pemeriksaan aPTT dan interpretasinya
3. Melakukan pemeriksaan thrombin time dan interpretasinya.
4. Melakukan melakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit.
2. LANDASAN TEORI
Pemeriksaan Hemostatis
Dengan tes ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk
membeku, hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi darah.
Pada pemeriksaan masa protrombin, digunakan untuk menguji adanya gangguan
faktor pembekuan darah pada jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu kekurangan
faktor pembekuan V, VII, X, protrombin dan fibrinogen. Dasar percobaan: pada
plasma diberi sejumlah tromboplastin dan ion calcium yang optimal dan lamanya
waktu untuk menyusun fibrin diukur.
Pemeriksaan aPTT digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor pembekuan
darah pada jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu mengevaluasi faktor XII, XI,
IX, VIII, X, V, II dan I. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada monitoring
penggunaan heparin.
Masa Thrombin (Thrombine Time) digunakan untuk menguji perubahan
fibrinogen menjadi fibrin.
28
darah dan membantu memperbaiki celah dalam dinding pembuluh darah.
Trombosit sering tampak berkelompok.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Sentrifuge
2. Waterbath
3. Stopwatch
4. Tabung reaksi
5. Kamar Hitung Improved Neubauer
6. Pipet Thoma Eritrosit
7. Mikroskop
Bahan Praktikum:
1. Simplastin – A (Organon Tehnika)
2. Thrombin thromboquick, tiap vial dilarutkan dengan 3 cc air murni
3. Platelin LS (Organon Tehnika), dilarutkan dengan 1 cc air murni
4. Calcium chlorida 0,025 M
5. Rees Ecker
4. CARA KERJA
Persiapan sampel plasma untuk hemoragik test :
9 volume (bagian) darah + 1 volume (bagian) larutan trisodium sitrat
dihidrat 3,2 % (0,109 mol/l)
Sentrifuge 10 menit pada 3000 rpm
Ambil supernatannya
29
3. Inkubasi maisng-masing sampel dan kontrol pada 370C selama 5 menit
4. Segera tambahkan 0,1 cc CaCl2 0,025 M (pada 370C) dan hitung waktu
terbentuknya pembekuan.
Nilai normal 30 – 40 detik:
Dikatakan abnormal bila lebih besar 8 detik bila dibandingkan kontrol
30
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS DAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
31
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
32
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
DAN MORFOLOGI DARAH TEPI
Oleh: dr. Dedi Ansyari, Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan morfologi darah tepi.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan pembuatan sediaan hapus darah dengan baik
2. Memulas sediaan hapus darah untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit
3. Mengenal jenis-jenis leukosit dan morfologinya
4. Melakukan hitung jenis lekosit (differensial telling)
2. LANDASAN TEORI
Leukosit adalah sel darah putih. Berdasarkan bentuk intinya, maka leukosit
terbagi dalam 2 kelompok; granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit
(leukosit mononuklear).
Leukosit granulosit memiliki 2 jenis granul, yaitu:
1. Granul spesifik, yang mengikat komponen netral,basa, atau asam dan
memiliki fungsi khusus.
2. Granul azurofilik
Granulosit memiliki inti dengan 2 atau lebih lobus dan terdiri dari neutrofil,
eosinofil dan basophil. Semua granulosit adalah sel terminal yang tidak membelah
lagi, dengan waktu hidup beberapa hari dan mati melalui proses apoptosis di
dalam jaringan ikat. Agranulosit tidak memiliki granul spesifik, namun sel ini
mengandung granul azurofilik (lisosom) yang mengikat zat warna azur pada
pewarnaan. Inti agranulosit berbentuk bulat atau berlekuk, terdiri dari limfosit dan
monosit. Leukosit terlibat dalam sistim imun (pertahanan) seluler dan humoral
dalam pengenalan benda asing.
Jenis-Jenis Leukosit:
Neutrofil
- Neutrofil Batang:
Ukuran sel 10 – 15 μm. Inti sel mengerut tetapi tidak ada filament mirip
benang, lekukan inti sel lebih dari 50% besar inti, anak inti tidak terlihat,
33
kromatin kasar. Sitoplasma merah muda (pale pink). Granul primer sedikit,
granul sekunder sangat banyak. Jumlah sel 0 – 5%.
- Neutrofil Segmen
Ukuran sel 10 – 15 μm. Inti sel 2 hingga 5 lobus dihubungkan oleh filamen
tipis, tanpa kromatin yang terlihat, anak inti tidak terlihat, kromatin kasar.
Sitoplasma merah muda pucat, berwarna krem, atau tidak berwarna. Granul
primer sedikit sedangkan granul sekunder sangat banyak. Jumlah sel 50 –
70%.
Eosinofil
- Ukuran sel: 12 – 17 μm
- Inti sel dua atau tiga lobus yang dihubungkan oleh filament tipis tanpa
kromatin yang terlihat. Sebagian besar sel matang mempunyai dua lobus.
Anak inti tidak terlihat, kromatin kasar.
- Sitoplasma berwarna krem; mungkin mempunyai batas yang tidak teratur,
granul primer sedikit, granul sekunder sangat banyak, berwarna oren pucat
hingga oren gelap.
- Jumlah: 0 sampai 5%.
34
Gambar 5.2. Eosinofil (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H. Carr. Clinical
Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Basofil
- Ukuran sel: 10 – 14 μm
- Inti sel: biasanya dua lobus yang dihubungkan oleh filament tipis tanpa
kromatin yang terlihat. Anak inti tidak terlihat, kromatin kasar.
- Sitoplasma: lembayung muda (lavender) hingga tidak berwarna. Granul
primer sedikit, granul sekunder besar, bervariasi jumlahnya dengan distribusi
tidak merata, dapat mengaburkan inti sel, ungu tua hingga hitam; bentuknya
tidak beraturan. Granul larut dalam air dan dapat hilang saat pewarnaan.
- Jumlah: 0 – 1%.
35
Limfosit:
- Ukuran sel: 7 – 18 μm
- Inti sel: Bulat hingga oval; mungkin sedikit berlekuk, anak inti terkadang
dijumpai, kromatin menggumpal.
- Sitoplasma: Hanya sedikit hingga sedang; berwarna biru langit, terkadang
mempunyai vakuola. Granul : Tidak ada dalam limfosit kecil; mungkin
beberapa azurofilik pada limfosit yang lebih besar; jika granula menonjol, sel
itu disebut limfosit granular besar.
- Jumlah: 20 – 40%.
Gambar 5.4. Limfosit kecil dan limfosit besar (Bernadette F. Rodak, Jacqueline
H. Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Monosit
- Ukuran sel: 12 – 20μm.
- Inti sel: Berubah-ubah, bisa berbentuk bulat, berbentuk tapal kuda, atau
berbentuk ginjal; sering memiliki lipatan yang menghasilkan konvolusi mirip
otak.
- Sitoplasma: Biru-abu-abu; mungkin memiliki pseudopoda. Granul : banyak
butiran halus sering memberikan tampilan kaca tanah, Vacuoles: Tidak ada
sampai banyak.
- Jumlah: 3 – 11%.
36
Gambar 5.5. Monosit (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H. Carr. Clinical
Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Bahan Praktikum:
- Larutan Turk (saring sebelum dipakai)
- Metanol
- Giemsa
- Larutan Buffer
- Minyak Emersi
4. CARA KERJA
Membuat Sediaan Hapus Darah
1. Teteskanlah setetes kecil darah (diameter 2 – 3 mm) tanpa menyentuh kulit
dipermukaan kaca objek kira-kira 2 cm dari salah satu ujungnya.
2. Pegang kaca objek penggeser pada tangan kanan dan letakkan disebelah kiri
dari tetesan darah tadi
3. Tariklah kaca objek di tangan kanan ke arah kanan sampai mengenai tetesan
darah tersebut dan biarkan sesaat tetesan darah tadi menyebar pada sisi kaca
objek penggeser
37
4. Geserlah kaca penggeser tersebut kearah kiri kaca objek dengan kemiringan
sudut 300 - 450 tanpa terlalu menekan kaca tersebut kebawah dan tangan kiri
menahan sisi kaca objek tersebut
5. Kemudian sediaan dikeringkan, tulislah nama orang yang diperiksa serta
tanggal pemeriksaan pada bagian tebal dari kaca objek tersebut agar tidak
tertukar dengan orang lain. Jika sediaan harus dikirim jauh bungkuslah dalam
kertas atau simpan dalam kotak sediaan yang memakai tutup setelah difiksir
terlebih dahulu
Gambar 5.6. Cara pembuatan sediaan hapus darah tepi (Bernadette F. Rodak,
Jacqueline H. Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Catatan:
- Sediaan hapus darah yang dibuat usahakan cepat kering agar morfologi
eritrosit tidak berubah, misalnya dengan mengibas-ibaskan hapusan darah
tersebut di udara atau dengan memakai kipas angin
- Kriteria untuk sediaan hapus yang baik :
Sel-sel tersebar rata dan tidak boleh berhimpun dipinggir-pinggir atau
ujung sediaan hapus
Apusan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, dan panjang hapusan ½
sampai 2/3 panjang kaca objek.
38
Harus ada bagian dari hapusan yang cukup tipis untuk diperiksa dimana
eritrosit-eritrosit terletak berdekatan dan tidak bertumpuk atau menyusun
gumpalan atau rouleaux.
Pinggir hapusan harus rata dan hapusan tidak boleh berlubang dan bergaris
garis.
Gambar 5.7. Sediaan hapus darah yang baik (Bernadette F. Rodak, Jacqueline
H. Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Gambar 5.8. Sediaan hapus darah yang tidak baik (Bernadette F. Rodak,
Jacqueline H. Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
39
Memulas Sediaan Hapus Darah (Pulasan Giemsa)
1. Sediaan yang akan dipulas hendaklah yang segar. Sediaan yang disimpan
tanpa difiksasi tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar.
2. Sediaan yang masih basah diletakkan diatas rak dengan lapisan darah
diatasnya, biarkan sampai kering
3. Sediaan kemudian difiksir dengan metil alkohol selama 5 atau lebih lama,
dengan cara disiram diatas sediaan, kemudian didirikan dan dikeringkan
4. Setelah itu metil alkohol dibuang, lalu sediaan ini ditetesi larutan Giemsa yang
teah diencerkan dengan larutan buffer pH 6.4 (1 tetes larutan Giemsa pekat
untuk tiap 1 ml penyangga) diatas permukaannya sampai seluruh permukaan
sediaan tertutup larutan Giemsa selama 20 menit
5. Buanglah larutan Giemsa yang ada diatas sediaan lalu tetesilah sediaan dengan
air kran sampai tidak ada lagi zat warna yang larut
6. Keringkan sediaan dengan berdiri vertikal dengan beralaskan kertas saring
Catatan:
Dengan pulasan Giemsa, morfologi basofil sulit untuk dikenal lagi sebab
granul-granul basofil larut dengan Giemsa dan juga eritrosit-eritrosit lebih kelabu
warnanya.
40
Pemeriksaan Objektif 40x
Langkah selanjutnya adalah menggunakan lensa objektif 40x. Perkiraan WBC
dapat dilakukan pada kekuatan ini. Untuk melakukan perkiraan WBC, pilihlah
area di mana sel darah merah terpisah satu sama lain dengan tumpang tindih
minimal (di mana hanya dua atau tiga sel darah merah yang dapat tumpang
tindih). Hitung sel darah putih di 10 bidang dan tentukan jumlah rata-rata sel
darah putih per bidang. Jumlah rata-rata sel darah putih per bidang daya tinggi
dikalikan dengan 2000 untuk mendapatkan perkiraan jumlah sel darah putih per
mikroliter darah. Misalnya, jika setelah 10 bidang dipindai, didapati ada empat
hingga lima WBC per bidang, ini akan menghasilkan perkiraan WBC 12.000
hingga 15.000/mL atau mm3.
41
Gambar 5.9. Area pemeriksaan sediaan hapus darah (Weksler, B.B, Schechter,
G.P, Ely, S.A, Editors. Wintrobe’s Atlas Of Clinical Hematology. Wolters
Kluwer Health. 2017)
Gambar 5.10. Pola "Battleman" untuk melakukan diferensial sel darah putih.
(Keohane E. M, Otto C. N, Walenga J. M, Rodak’s Hematology: Clinical
Principles and Applications, Sixth Edition, Elsevier, 2020)
42
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
DAN MORFOLOGI DARAH TEPI
Nama / Nim : ...........................................................
Group / Meja : ...........................................................
Tanggal : ...........................................................
43
d. Neutrofil batang
e. Neutrofil segmen
f. Limfosit
g. Monosit
44
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
45
Daftar Pustaka :
1. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke enam belas,
Dian Rakyat, Jakarata; Indonesia. 2010.
2. Kosasih E.N, Kosasih A.S. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik,
edisi kedua, Karisma Publising Group, Tangerang; Indonesia. 2008
3. Rodak, B. F, Carr, J.H. Clinical Hematology Atlas. Fifth Edition. Elsevier,
Missouri. 2017.
4. Weksler, B.B, Schechter, G.P, Ely, S.A, Editors. Wintrobe’s Atlas Of Clinical
Hematology. Second Edition. Wolters Kluwer Health, Philadelphia. 2017.
5. Keohane E. M, Otto C. N, Walenga J. M, Rodak’s Hematology: Clinical
Principles and Applications, Sixth Edition, Elsevier, 2020
Daftar Gambar :
1. Gambar 1.1 : Kamar Hitung Improved Neubauer (Hemacytometer)
2. Gambar 1.2. : Pipet Thoma leukosit dan eritrosit beserta diagram kamar
hitung Improved Neubauer.
3. Gambar 1.3 : Diagram kamar hitung Improved Neubauer. A-B-C-D untuk
penghitungan jumlah leukosit dan 1-2-3-4-5 untuk
penghitungan jumlah eritrsoit.
4. Gambar 5.1 : Neutrofil batang dan neutrofil segmen
5. Gambar 5.2 : Eosinofil
6. Gambar 5.3 : Basofil
7. Gambar 5.4 : Limfosit kecil dan limfosit besar
8. Gambar 5.5 : Monosit
9. Gambar 5.6 : Cara pembuatan sediaan hapus darah tepi
10. Gambar 5.7 : Sediaan hapus darah yang baik
11. Gambar 5.8 : sediaan hapus darah yang tidak baik
12. Gambar 5.9 : Area pemeriksaan sediaan hapus darah
13. Gambar 5.10 : Pola "Battleman" untuk melakukan diferensial sel darah putih.
46