YAYASAN
Jalan Gadang No. 83-85 Sungai Bambu Tanjung Priok
NPSN 69761954; SK Izin Operasional : 5489/-1.851.78
TAHUN 2023
http://repository.unimus.ac.id
8
(RPP)
Pengetahuan (KI-3)
http://repository.unimus.ac.id
9
Keterampilan (KI-4)
Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah kompleks sesuai dengan bidang dan lingkup
kerja Kimia Klinik. Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan
menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri.
B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
F. Kegiatan pembelajaran
B. Apersepsi
Guru menanyakan kembali dan mengaitkan materi
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya tentang
pemeriksaan indeks eritrosit dengan materi hari ini
pemeriksaan apus darah
C. Motivasi
Guru memberikan motivasi berupa tayangan video 10 Menit
https://www.youtube.com/watch?v=ihSnTKLUazQ
Pendahulua 4 menit tentang pentingnya pemeriksaan hematokrit
n
D. Pemberian Acuan
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai pada hari ini kepada peserta didik
2. Guru menyampaikan penilaian yang akan dicapai
http://repository.unimus.ac.id
11
G. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Instrumen dan teknik Penilaian
1. Komponen Sikap
http://repository.unimus.ac.id
13
2. Komponen Pengetahuan
J. Lampiran
1. Bahan Ajar
2. Instrumen Penilaian
http://repository.unimus.ac.id
14
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari
adalah untuk menilai berbagai unsur sel darah seperti eritrosit, leukosit, serta
trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lain
berkaitan dengan morfologi sel darah tetapi juga memberikan petunjuk keadaan
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari
kapiler atau vena yang dihapuskan pada kaca obyek. Adapun ciri sediaan apus
ekor
4. Tidak berlubang-lubang
Ada beberapa seban yang mengakibatkan apusan darah tepi menjadi tidak
Preparat darah apus yang baik memiliki tiga bagian yaitu kepala, badan
dan ekor. Apabila diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran rendah (lensa
http://repository.unimus.ac.id
15
eritrosit yaitu :
ada yang bergerombol sedikit atau banyak (tidak selalu sama masing-
masing preparat).
2. Zona II (Thin zone), yaitu zona dimana distribusi eritrosit tidak teratur,
3. Zona III ( Thick zone), yaitu zona dimana distribusi eritrosit saling
4. Zona IV (Thin zone), pada zona ini keadaan sama dengan zona II.
http://repository.unimus.ac.id
16
utuh.
6. Zona VI (Very thin zone), ini merupakan daerah yang terletak di ujung
Pembacaan preparat apusan darah dapat dilakukan pada bagian atas dan
bawah pada zona IV sampai VI yang dekat dengan bagian ekor. Tekhnik
Sel darah merah (red blood cell) atau eritrosit adalah sel darah tanpa
nukleus yang berbentuk bikonkaf disc shaped cell. Sel ini berwarna merah karena
Eritrosit membawa oksigen dari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa
besar sitoplasmanya berisi hemoglobin yang mengndung zat besi (Fe) sehingga
melewati lumen pembuluh darah yang sangat kecil. Bila dilihat dengan
tampak lebih pucat. Daerah pucat tersebut disebut central pallor yang
http://repository.unimus.ac.id
17
2014).
Morfologi normal dan abnormal dari sel darah merah seorang pasien
sangat membantu para dokter dalam mendeteksi suatu penyakit. Saat ini, analitis
tentang morfologi sel darah merah yang dilakukan oleh para dokter dan pihak
laboratorium masih dengan cara konvensional, sehingga tidak selalu sama antara
dokter yang satu dengan yang lainnya. Kondisi fisik, pengetahuan, ketelitian dan
Morfologi eritrosit adalah bagian yang paling penting dalam evaluasi apus
darah. Instrumen hematologi otomatis mampu menghitung secara akurat dan teliti
jumlah sel darah merah termasuk indeksnya, selain itu informasi mengenai
populasi distribusi sel darah merah, ukuran serta kadar hemoglobin dapat
dihasilkan dalam waktu kurang dari satu menit setelah sampel diaspirasi. Apabila
ditemukan abnormalitas sel darah merah satu atau lebih umumnya instrumen
mikroskop.
Morfologi sel darah merah terdiri dari bentuk, warna dan ukuran yang
lainnya. Bentuk, warna, dan ukuran sel darah merah pada keadaan tertentu dalam
Setiap sel yang berbentuk tidak normal disebut poikilosit. Dapat ditemukan
http://repository.unimus.ac.id
18
beberapa bentuk yang bervariasi pada beberapa kasus dengan kelainan antara
lain:
1. Eliptosis
hemolitik. Sel ini berbentuk seperti elips atau oval, juga disebut ovalosit.
Eliptosis dapat terlihat pada darah orang normal namun kurang dari 10%
Sel target adalah eritrosit yang lebih tipis dari pada normal dan saat
Hb dipusat yang berwarna gelap. Hal ini bisa terjadi pada kasus jaundice
http://repository.unimus.ac.id
19
sebagai sel dengan permukaan tidak rata. Biasanya ditemukan pada kasus
4. Sel burr
carcinomatosis.
5. Akantosit
metabolisme fosfolipid.
6. Sel Krenasi
http://repository.unimus.ac.id
1
sebab.
7. Stomatosit
Sel ini berbentuk seperti bola. Sferosit terjadi akibat kelainan atau kerusakan
http://repository.unimus.ac.id
2
Kemajuan yang pesat dalam bidang laboratorium saat ini belum dapat
permintaan tes laboratorium sampai dengan pelaoran hasil dan interpretasi serta
tindakan yang tepat dari hasil tersebut. Jenis kesalahan yang terjadi pada
http://repository.unimus.ac.id
3
bervariasi, namun rata-rata kesalahan laboratorium terjadi pada tahap pra analitik
Tahap pra analitik adalah semua proses yang terjadi sebelum sampel
diproses dalam alat baik manual maupun autoanalyzer. Contoh kesalahan pra
analitik antara lain permintaan tes yang tidak tepat, tulisan tangan tidak terbaca
Tahap analitik yaitu tahap mulai kalibrasi peralatan laboratorium, sampai dengan
menguji ketelitian dan ketepatan pada uji spesimen. Tahap pasca analitik yaitu
tahap dari mulai mencatat hasil pemeriksaan, interpretasi hasil dampai dengan
sampel layak diperiksa atau tidak, karena sampel yang buruk akan memberikan
hasil yang tidak akurat. Tahap pra analitik yang biasanya juga kurang
antara lain :
http://repository.unimus.ac.id
4
1. Persiapan pasien
minuman beralkohol.
2. Persiapan sampling
3. Pengambilan sampel
http://repository.unimus.ac.id
5
4. Transportasi spesimen
kontak cahaya.
5. Pengolahan spesimen
wright, liesman, may grundwald, dan giemsa. Pada pengecatan giemsa prinsipnya
adalah sediaan apus darah difiksasi dengan methanol selama lima menit dan
digenangi dengan cat giemsa yang sudah diencerkan selama 20 menit setelah itu
http://repository.unimus.ac.id
6
lain :
1. Kualitas giemsa yang baik dan tidak tercemar air, pengenceran giemsa
harus tepat
memeriksa morfologi sel darah maupun sel darah putih. Pengecatan giemsa ada
yang sudah tersedia berupa larutan ada pula yang berupa serbuk sehingga kita
Sebelum dipakai larutan giemsa ini harus diencerkan 20 kali dengan buffer pH
6,4. Zat pulas giemsa yang telah diencerkan tidak tahan lebih dari satu hari, maka
Darah EDTA
sering digunakan untuk pemeriksaan darah hematologi rutin. Darah vena dalam
bahan sebaiknya dihindari, artinya darah lebih baik jika langsung diperiksa.
http://repository.unimus.ac.id
7
Perubahan invitro yang terjadi jika darah disimpan lama adalah osmotik meningkat, waktu
protrombin panjang dan LED berkurang, lekosit pelan-pelan mengalami autolisis (Astarini
EP, 2015).
EDTA digunakan dalam bentuk garam Na₂EDTA atau K₂EDTA. Garam- garam
EDTA mengubah kalsium dalam darah menjadi bentuk bukan ion. EDTA tidak
berpengaruh terhadap besar dan jumlah eritrosit dan tidak juga terhadap lekosit. Setiap
kalau perlu boleh disimpan pada suhu 4˚c selama 24 jam tetapi memberikan nilai
hematokrit yang lebih tinggi. Untuk membuat sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah
EDTA yang disimpan paling lama 2 jam. Pada umumnya darah EDTA yang disimpan 24
jam didalam alamari es tanpa mendatangkan penyimpangan yang bermakna, kecuali untuk
1. PENILAIAN SIKAP
Berilah tanda cek ()pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik,
Rubrik Penilaian:
Sesuai skala ketentuan peserta didik memperoleh nilai adalah :
Baik (B) : Apabila melakukan seluruh aspek pengamatan
Cukup (C) : Apabila hanya melakukan 1 aspek pengamatan
Petunjuk Penskoran:
Pedoman penskoran
No Nama Sikap
Peserta Didik Religius Disiplin Tanggung Jawab Teliti
1
2
3
4
Penilaian Pengetahuan
Kartu Soal
darah
Penilaian Keterampilan
Hari/Tanggal :
Matapelajaran :
Kelas/Semester :
Topik/Materi :
NamaPenilai :
Aspekyangdinilai : Praktek, diskusi dan presentasi kelompok
8
14
10
11
12
13
14
Dst
Kelas/Semester :XI / 2
Petunjuk :Berilah tanda cek() pada salah satu kolom “Ya” atau “Tidak”
Hasil Penilaian
No Indikator
Ya Tidak
A TAHAPANPRAANALITIK
1 Membawa Buku Panduan Praktikum
Mampu memilih Alat Pelindung Diri sesuai dengan
2
Jenis pemeriksaan yang akan dilakukan
Mampu menggunakan Alat Pelindung Diri jas
3 Laboratorium dengan baik dan benar (kancing
jas dipasang secara sempurna)
Mampu menggunakan Alat Pelindung Diri hand
4
Scoon sesuai dengan SOP
Mampu mencuci tangan sebelum dan selesai
5 Melakukan pemeriksaan (hand rub atau
air mengalir sesuai kondisi)
B PERSIAPAN ALAT,BAHAN DAN SAMPEL
15
TOTAL
SKOR
Keterangan:
Ya :Skor 1
Tidak :Skor 0
17
18
19
20
B. Petunjuk Pembelajaran
a. Kapas
b. Tissue
c. Alkohol 70%
d. Mikropipet
e. Objek glass
f. Pipet tetes
g. Sarung Tangan
h. Tabung Reaksi
i. Bak pewarna
j. methanol
k. giemsa
l. Tissue
A. PEMERIKSAAN HEMATOKRIT
a. Tabung reaksi
b. Centrifuge
c. Tabung mikrohematokrit
d. Creatoseal
e. Ht reader
Spesimen : wholeblood
1. Cara Kerja
a. Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai kaca penghapus
sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat
menghasilkan sedian apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
b. Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 –3 mm dari ujung kaca objek. Kaca
tetes darah.
c. Kaca pengapus ditarik ke belakang sehingga tetes darah, ditunggu sampai darah
d. Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca
penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu
tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara
kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat
e. Apusan darah dibiarkan mengering di udara. Identitas pasien ditulis pada bagian
Pewarnaan Giemsa
1. Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
3. Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan
Giemsa yang dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan larutan dapar. Biarkan
selama 20 – 30 menit.
4. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan hapus
HASIL PENGAMATAN
Catat hasil pengamatan setiap anggota kelompok:
Ukuran (size): Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 – 8 µm atau kurang lebih
sama dengan inti limfosit kecil
Bentuk (shape): Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah daripada bagian
sentralnya
Warna (staining): Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya antara 1/3 -
1/2 kali diameter eritrosit - Benda-benda inklusi (structure intracel):
Dalam darah tepi yang paling banyak ditemukan adalah sel polimorfonuklear netrofil (PMN).
Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam darah tepi adalah eosinofil (1% - 3%),
bisafil (0-1%), netrofil batang (2%-6%), netrofil segmen atau sel PMN (50%-70%), limfosit
(20%-40%) dan monosit (2%-8%).
Dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit Evaluasi Trombosit
Diameter trombosit adalah 1-3 µm, tidak berinti, mempunyai granula dan bentuknya reguler.
Perkiraan jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1 trombosit per 15 –
20 eritrosit atau 5 – 15 per lapangan pandang imersie
Berdasarkan praktikum dan presentasi yangs udah dilakukan silakan tuliskan kesimpulan
kalian tentang pemeriksaan apus darah