PATOLOGI KLINIK
SEMESTER III T.A 2022 – 2023
Penyusun:
dr. Dedi Ansyari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Fani Ade Irma, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK (K)
dr. Yuli Syafitri, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Yuanita Mayasari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
1
Kata Pengantar
Dekan,
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Visi, Misi, dan Tujuan FK UMSU 4
Konten Praktikum 5
Peraturan Praktikum 5
2
Penilaian Praktikum 7
2. Penetapan Kadar Hemoglobin, Hitung Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Indeks Eritrosit
dan Laju Endap Darah
2.1. Tujuan Praktikum
2.2. Landasan Teori
2.3. Alat dan Bahan
2.4. Cara Kerja
2.5. Laporan Praktikum
3
5.5. Laporan Praktikum
Daftar Pustaka 40
Visi
Menjadi pusat unggulan pendidikan kedokteran dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan sumber daya manusia yang berwawasan global, profesional, berdedikasi dan
berorientasi komunitas berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
4
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu kedokteranyang berbasis
kompetensi dan berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang ilmu kedokteran
berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dibidang ilmu kedokteran
berdasarkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan yang profesional, kompeten, berdedikasi, berwawasan Islami
sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi
dan Karakteristik Dokter Muhammadiyah (SKKDM).
2. Meningkatkan jumlah penelitian dan publikasi ilmiah di jurnal nasional dan
internasional.
3. Mengembangkan jaringan kemitraan yang berkesinambungan di bidang ilmu
kedokteran di taraf nasional dan internacional.
4. Meningkatkan jumlah pengabdian masyarakat untuk mewujudkan masyarakat sehat
dan berpengetahuan.
Konten Praktikum
5
Endap Darah.
3 Pemeriksaan Pemeriksaan Hemato- 2x50’
Golongan Darah dan Golongan Darah immunologi
Cross Matching. (ABO, Rhesus) dan
Cross Matching.
4 Pemeriksaan PT, aPTT, TT dan Hemato- 2x50’
Hemostasis dan Hitung Jumlah immunologi
Hitung Jumlah Trombosit.
Trombosit.
5 Pembuatan Sediaan Pembuatan Sediaan Hemato- 2x50’
Hapus Darah Tepi Hapus Darah Tepi immunologi
dan Morfologi Darah dan Morfologi Darah
Tepi Tepi
Peraturan Praktikum
Mahasiswa dapat dibenarkan untuk mengikuti praktikum bila :
a. Telah mengikuti kuliah yang menjadi prasyarat praktikum di bagian yang bersangkutan.
b. Mahasiswa hadir tepat waktu.
c. Menguasai materi yang akan dipraktikumkan; apabila pengawas menganggap mahasiswa
tidak menguasai materi maka pengawas mempunyai hak untuk membatalkan mahasiswa
mengikuti praktikum pada hari tersebut.
d. Membawa buku penuntun praktikum atau buku-buku lainnya yang ditentukan oleh bagian
untuk kelancaran praktikum.
e. Membawa alat-alat/bahan-bahan yang diperlukan untuk kelancaran praktikum yang
ditentukan oleh departemen.
f. Mahasiswa diwajibkan menjaga alat-alat praktikum yang dipakai; apabila alat-alat
praktikum hilang, rusak atau pecah, maka grup yang bersangkutan bertangung jawab
mengganti alat-alat tersebut.
g. Menjaga ketertiban, keamanan, ketentraman dan berlaku sopan baik sesama mahasiswa
ataupun pengawas praktikum selama praktikum berjalan.
6
h. Selama jam praktikum, tidak dibenarkan meninggalkan laboratorium tanpa seizin
pengawas.
i. Melakukan prosedur dengan lege artis termasuk terhadap binatang percobaan.
j. Mahasiswa harus berhati-hati pada percobaan/praktikum, yang memakai bahan kimia dan
atau obat-obatan.
k. Setelah praktikum selesai dan sebelum meninggalkan laboratorium, mahasiswa
diwajibkan membersihkan alat-alat, meja praktikum yang dipakai dan menyelesaikan
tugas-tugas lainnya yang ditentukan oleh bagian.
l. Hal-hal lain yang belum tercantum di dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian oleh
departemen dengan syarat tidak bertentangan dengan peraturan umum yang ada.
Inhal Praktikum
Ketentuan Umum
Kegiatan susulan bagi mahasiswa jika:
1. Tidak hadir kegiatan praktikum.
2. Mahasiswa yang tidak lulus ujian praktikum ataupun setelah mengikuti ujian remedial
praktikum sebagai prasyarat mengikuti ujian akhir/final blok.
Alasan ketidakhadiran:
1. Sakit (dengan melampirkan surat keterangan sakit oleh dokter yang telah disahkan).
2. Terkena musibah (bencana alam, meninggal/sakit keras pada kerabat dekat seperti orang
tua, kakek, nenek, dan saudara kandung) dengan melampirkan surat keterangan).
3. Mendapat tugas dari fakultas atau universitas (dengan melampirkan surat keterangan).
4. Alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan (yang telah diajukan dan mendapat
persetujuan sebelumnya oleh Ketua/Sekretaris Prodi/ other reason that can be answered
NB:
● Poin 1 dan 2, wajib melapor inhal selambat-lambatnya 2 hari setelah mahasiswa
aktif kegiatan belajar mengajar kembali.
● Poin 3 dan 4, wajib melapor inhal selambat-lambatnya 6 hari kerja sejak kegiatan
yang tidak dihadiri.
Ketentuan Khusus
Mahasiswa yang tidak hadir karena alasan terlambat/dikeluarkan dari kegiatan belajar
mengajar diperbolehkan untuk mengikuti inhal dengan mengajukan permohonan inhal paling
lambat 1 hari dari kegiatan berlangsung, dan hanya diperbolehkan satu kali dalam tiap
semester.
Penilaian Praktikum
Kompenen penilaian
No Kegiatan Bobot
1 Pre test 20%
2 Tugas 20%
7
3 Post test 50%
4 Sikap 10%
Penuntun Praktikum
Patologi Klinik
Blok Hematoimmunologi
8
Oleh:
dr. Dedi Ansyari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Fani Ade Irma, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK (K)
dr. Yuli Syafitri, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
dr. Yuanita Mayasari, M. Ked (Clin.Path), Sp.PK
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
hitung jumlah leukosit secara manual.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Memakai mikroskop dan melakukan pemeriksaan dengan memakai mikroskop.
2. Melakukan cara menghitung jumlah leukosit dengan memakai kamar hitung Improved
Neubauer
2. LANDASAN TEORI
Menghitung jumlah leukosit di dalam darah per satuan volume darah dengan cara manual.
Metode ini merupakan metode dasar perhitungan yang sederhana. Pertama-tama dilakukan
pengenceran terlebih dahulu darah yang akan diperiksa dengan menggunakan larutan Turk.
Selanjutnya perhitungan menggunakan pipet dan kamar hitung.
9
Gambar 1.1. Kamar hitung Improved Neubauer (Hemacytometer)
Bahan Praktikum:
- Larutan Turk (saring sebelum dipakai)
4. CARA KERJA
Hitung Jumlah Leukosit
- Sampel darah kapiler atau darah EDTA.
- Pipet lekosit diisi dengan darah sampai garis 0,5 bila diduga leukopeni sampai garis 1,
bersihkan ujung pipet dengan kertas tissue.
- Sambil menahan darah pada ujung pipet, isi pipet dengan larutan Turk sampai angka 11.
Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
- Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap.
10
- Tekanlah kedua ujung pipet dengan kedua jari kemudian digoyang selama 3 – 5 menit.
Jika tidak segera dihitung, letakkanlah dalam sikap horisontal.
- Buang 3 tetes larutan tersebut, kemudian dengan membuat sudut 30 derajat teteskan
larutan ke dalam kamar hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup
- Diamkan kamar hitung selama 2 – 3 menit.
- Hitung di bawah mikroskop dengan pembesar 10x bidang besar kamar hitung A + B + C
+D
- Perhitungan:
ATAU
(A+B+C+D) x 50/mm3
Nilai Normal: 4000 – 10.000/mm3
Keterangan: Pengencer pipet 20x, luas bidang besar 1 mm 2 dan tinggi kamar hitung 1/10 mm.
Lekosit yang dihitung dalam 4 bidang besar adalah A+B+C+D. Jumlah luasnya 4 mm3.
11
Gambar 1.2. Pipet Thoma leukosit dan eritrosit beserta diagram kamar hitung Improved
Neubauer (http://www.biologydiscussion.com/essay/white-blood-corpuscles-wbc/essay-on-
white-blood-corpuscles-wbc-blood-cells-biology/81173)
12
Gambar 1.3. Diagram kamar hitung Improved Neubauer. A-B-C-D untuk penghitungan
jumlah leukosit dan 1-2-3-4-5 untuk penghitungan jumlah eritrsoit
(http://medical.tpub.com/14295/css/Figure-7-16-Hemacytometer-Counting-Chamber-
279.htm)
LAPORAN PRAKTIKUM
HITUNG JUMLAH LEUKOSIT
13
Nama / NIM : ...........................................................
Group / Meja : ...........................................................
Tanggal : ...........................................................
Hasilnya: ......................................
Nilai normal: ......................................
2. Guna larutan Turk: ........................................................................................
3. Jumlah leukosit lebih dari normal disebut ……………………
Dapat dijumpai pada:
a. ………..
b. ……….
c. ……….
4. Jumlah leukosit kurang dari normal disebut:……………………………..
Dapat dijumpai pada:
a. ..........................................................................
b. ..........................................................................
c. ..........................................................................
Tanggal:
Dosen
pembimbing:
( .............................. )
14
PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN, HITUNG JUMLAH ERITROSIT, NILAI
HEMATOKRIT, INDEKS ERITROSIT DAN
LAJU ENDAP DARAH
Oleh: dr. Dedi Ansyari Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami tentang
eritrosit, hemoglobin, hematokrit, penetapan indeks eritrosit dan pembagian anemia
berdasarkan morfologi.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan penetapan kadar hemoglobin.
2. Melakukan hitung jumlah eritrosit
3. Melakukan penilaian hematokrit.
4. Melakukan melakukan penetapan laju endap darah.
5. Melakukan penghitungan indeks eritrosit.
2. LANDASAN TEORI
Penetapan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, salah satunya
adalah dengan kolorimetrik visual seperti Hb Sahli. Perhitungan hemoglobin menggunakan
cara Sahli melalui mekanisme perubahan hemoglobin menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu.
Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
% dari volume darah itu. Padatnya kolom eritrosit yang didapat dengan memusingkan darah
ditentukan oleh faktor: radius sentrifuge yang cukup besar, kecepatan sentrifuge dan lamanya
pemusingan.
Indeks Eritrosit
Mean corpuscular Value atau nilai eritrosit rata-rata memberi keterangan mengenai
ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit. MCV (Mean
15
Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata-rata) yaitu volume rata-rata sebuah
eritrosit. Ukuran dalam femtoliter (fl). MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER
(Hemoglobin Eritrosit Rata-rata) yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit. Ukuran dalam
pikogram (pg). MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER
(Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata), yaitu kadar hemoglobin yang didapat per
eritrosit, dinyatakan dalam persen (%).
4. CARA KERJA
Penetapan Kadar Hemoglobin (Sahli)
16
1. Tabung haemometer diisi dengan 5 tetes HCl 0,1 N (sampai angka 2)
2. Darah dihisap dengan pipet Hb Sahli sampai tanda 20 µl, bisa berupa darah tepi langsung
atau darah EDTA.
3. Bersihkan ujung pipet dari kelebihan darah dengan kapas atau kertas saring.
4. Masukkan isi pipet ke dalam tabung diatas. Bilas pipet beberapa kali dengan menghisap
dan meniup pipet dalam campuran tersebut.
5. Keluarkan pipet dari tabung haemometer sambil meniupnya.
6. Setelah 3 – 5 menit encerkan campuran tersebut dengan aquadest sambil mengaduk-
ngaduk dengan batang pengaduk gelas yang tersedia hingga warna dari campuran sama
dengan warna standar.
7. Pada perbandingan warna tabung diletakkan sedemikian sehingga garis-garis pembacaan
berada disamping serta dengan cahaya matahari sebagai latar belakang.
Nilai normal:
Pria : 14 – 16 gr/dL
Wanita : 12 – 14 gr/dL
17
Pengenceran eritosit 200x dan tinggi kamar hitung 1/10 mm, seluruh permukaan kamar
hitung adalah 1/5 mm
Faktor perkalian :
E1 + E2 + E3 + E4 + E5 x 5 x 10 x 200
ATAU
⅀E x 10.000 / mm3
Nilai normal
Pria : 4.5 – 6 x 106 / mm3
Wanita : 4 – 5 x 106 / mm3
Nilai Hematokrit
1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan
darah.
2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus
3. Masukkanlah tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang mencapai kecepatan
besar, yaitu lebih dari 16,000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit).
4. Pusinglah selama 3 – 5 menit
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
Nilai normal:
Pria : 40 – 48%
Wanita : 37 – 43%
Nilai normal:
Pria : < 10 mm/jam
Wanita : < 15 mm/jam
18
LAPORAN PRAKTIKUM
PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN, HITUNG JUMLAH ERITROSIT, NILAI
HEMATOKRIT, INDEKS ERITROSIT DAN
LAJU ENDAP DARAH
19
Perhitungan:
Hasilnya: ......................................
Nilai normal: ......................................
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
20
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN CROSS MATCHING
Oleh: dr. Dedi Ansyari, Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami tentang
adanya antigen (aglutinogen) pada sel darah merah serta adanya antibodi (aglutinin) pada
serum seseorang serta adanya reaksi antigen dan antibodi yang dipakai dalam penentuan
golongan darah
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan penetapan golongan darah (sistem ABO)
2. Melakukan penetapan golongan darah rhesus
3. Melakukan tindakan cross matching dengan benar
2. LANDASAN TEORI
Golongan Darah
Klasifikasi golongan darah adalah berdasarkan ada tidaknya antigen pada permukaan sel
darah merah. Golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi B. Golongan darah B memiliki antigen B pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi A. Golongan darah AB memiliki antigen A dan B serta tidak ada antibodi. Golongan
darah O tidak memiliki antigen dan mempunyai antibodi A dan B.
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel darah merah
disamping itu juga dikenal penetapan jenis aglutinin yang ada dalam serum (reverse
grouping, serum grouping atau confirmation grouping). Cara yang terbaik ialah melakukan
kedua penetapan, yakni penetapan aglutinogen dan penetapan aglutinin bersama-sama.
21
- Anti AB ........................warna merah
Rhesus
Nama lainnya adalah faktor rhesus atau Rh, adalah sistem penggolongan darah
berdasarkan ada tidaknya antigen D pada permukaan sel darah merah. Rhesus positif
memiliki antigen D, sementara Rhesus negatif tidak memiliki antigen D. Rhesus negatif
sering dijumpai pada orang-orang dengan ras kaukasian.
Bahan Praktikum:
- Reagensia anti A
- Reagensia anti B
- Reagensia anti AB
- Reagensia anti D
- NaCl 0.9%
4. CARA KERJA
Golongan Darah (ABO)
1. Teteskan 1 tetes raegensia anti A dan anti B masing-masing pada object glass pada jarak
tertentu. Pada object glass lain teteskan reagensia anti AB dan anti D.
2. Selanjutnya teteskan masing-masing 1 tetes darah EDTA ataupun darah kapiler
disamping regensia anti A, anti B, anti AB dan anti D
3. Selanjutnya dengan tangkai pengaduk campur 1 tetes darah dengan reagensia anti A
4. Dengan tangkai pengaduk lain campur 1 tetes darah dengan reagensia anti B
5. Lakukan hal yang sama pada reagensia anti AB dan anti D.
6. Sebagai kontrol positif yakni pada campuran darah dengan reagensia anti AB
7. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi.
22
Adanya aglutinasi dapat ditetapkan dengan mata belaka (makroskopis), tetapi sebaliknya
dibenarkan dengan lensa lup atau mikroskop
Cross Matching
Cara kerja:
- Buatlah terlebih dahulu:
a) Dari donor:
▪ Ambillah darah donor melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
▪ Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7 – 8 mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl
0,9% sehingga Ht = 4%; yang dipakai untuk percobaan major cross match
▪ Sisanya masukkan ke dalam tabung II (tabung sentrifus) dan pusing selama 5
menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum; yang dipakai
untuk untuk percobaan minor cross match
b) Dari resipien/penerima :
▪ Ambillah darah resipien melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
▪ Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7 – 8 mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl
0,9% sehingga Ht = 4%; yang dipakai untuk percobaan major cross match
▪ Sisanya masukkan ke dalam tabung II (tabung sentrifus) dan pusing selama 5
menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum; yang dipakai
untuk untuk percobaan minor cross match
23
3. Biarkan beberapa menit dan lihat apakah terjadi aglutinasi (kalau ragu lihat dibawah
mikroskop dengan pembesaran objektif 40x)
B. Cara tabung
1. Sediakan 2 tabung diameter 7 – 8 mm pada rak tabung; yang sebelah kiri untuk major
cross match dan yang sebelah kanan untuk minor cross match
2. Tabung kiri diisi dengan 1 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi eritrosit donor
dengan Ht = 4%
3. Tabung kanan diisi dengan 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspensi eritrosit resipien
dengan Ht = 4%
4. Campur isi tabung dan pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
5. Goyang dengan hati-hati tabung-tabung itu dan periksalah apakah ada aglutinasi.
24
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DAN CROSS MATCHING
Nama / NIM : ...........................................................
Group / Meja : ...........................................................
Tanggal : ...........................................................
OP
Keterangan:
(+) : ada aglutinasi
(-) : tidak ada aglutinasi
Kaca Objek
Tabung Reaksi
Kesimpulan:
Tanggal: ........................
Dosen Pembimbing:
(.....................................)
25
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS DAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
Oleh: dr. Dedi Ansyari, Sp.PK, dr. Fani Ade Irma, Sp.PK (K)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu serta memahami tentang
mekanisme pembekuan darah, faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah dan
pemeriksaan-pemeriksaan pada gangguan perdarahan dan pembekuan darah.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan pemeriksaan prothrombin time dan interpretasinya.
2. Melakukan pemeriksaan aPTT dan interpretasinya
3. Melakukan pemeriksaan thrombin time dan interpretasinya.
4. Melakukan melakukan pemeriksaan hitung jumlah trombosit.
2. LANDASAN TEORI
Pemeriksaan Hemostatis
Dengan tes ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku,
hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi darah.
Pada pemeriksaan masa protrombin, digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor
pembekuan darah pada jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu kekurangan faktor
pembekuan V, VII, X, protrombin dan fibrinogen. Dasar percobaan: pada plasma diberi
sejumlah tromboplastin dan ion calcium yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun
fibrin diukur.
Pemeriksaan aPTT digunakan untuk menguji adanya gangguan faktor pembekuan darah pada
jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu mengevaluasi faktor XII, XI, IX, VIII, X, V, II dan I.
Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada monitoring penggunaan heparin.
Masa Thrombin (Thrombine Time) digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi
fibrin.
26
6. Pipet Thoma Eritrosit
7. Mikroskop
Bahan Praktikum:
1. Simplastin – A (Organon Tehnika)
2. Thrombin thromboquick, tiap vial dilarutkan dengan 3 cc air murni
3. Platelin LS (Organon Tehnika), dilarutkan dengan 1 cc air murni
4. Calcium chlorida 0,025 M
5. Rees Ecker
4. CARA KERJA
Persiapan sampel plasma untuk hemoragik test :
● 9 volume (bagian) darah + 1 volume (bagian) larutan trisodium sitrat dihidrat 3,2 %
(0,109 mol/l)
● Sentrifuge 10 menit pada 3000 rpm
● Ambil supernatannya
27
1. Sampel yang diperlukan darah EDTA atau darah kapiler
2. Isi pipet dengan darah sampai 0,5 bila diketahui trombositopenia darah diisi sampai
garis 1
3. Sambil menahan dengan ujung jari, isi pipet dengan Rees Ecker sampai garis 101,
kemudian letakkan horizontal
4. Sambil menekan kedua ujung pipet, pipet digoyang selama 3 – 5 menit.
5. Isi kamar yang telah ditutup dengan larutan tersebut setelah terlebih dahulu
membuang 3 tetes pertama larutan tersebut
6. Biarkan kamar hitung selama 2 menit, kemudian trombosit dihitung dibawah
mikroskop dengan pembesaran 40 x. Bidang yang dihitung adalah semua bidang kecil
sebanyak 25 buah.
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS DAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT
28
3. Hasil pemeriksaan activated Partial Tromboplastin Time:
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Tanggal:
Dosen pembimbing:
29
( .............................. )
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
morfologi darah tepi.
Tujuan Khusus:
Mahasisa mampu:
1. Melakukan pembuatan sediaan hapus darah dengan baik
2. Memulas sediaan hapus darah untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit
3. Mengenal jenis-jenis leukosit dan morfologinya
4. Melakukan hitung jenis lekosit (differensial telling)
2. LANDASAN TEORI
Leukosit adalah sel darah putih. Berdasarkan bentuk intinya, maka leukosit terbagi dalam
2 kelompok; granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit (leukosit mononuklear).
Leukosit granulosit memiliki 2 jenis granul, yaitu:
1. Granul spesifik, yang mengikat komponen netral,basa, atau asam dan memiliki fungsi
khusus.
2. Granul azurofilik
Granulosit memiliki inti dengan 2 atau lebih lobus dan terdiri dari neutrofil, eosinofil dan
basophil. Semua granulosit adalah sel terminal yang tidak membelah lagi, dengan waktu
hidup beberapa hari dan mati melalui proses apoptosis di dalam jaringan ikat. Agranulosit
tidak memiliki granul spesifik, namun sel ini mengandung granul azurofilik (lisosom) yang
mengikat zat warna azur pada pewarnaan. Inti agranulosit berbentuk bulat atau berlekuk,
30
terdiri dari limfosit dan monosit. Leukosit terlibat dalam sistim imun (pertahanan) seluler dan
humoral dalam pengenalan benda asing.
Jenis-Jenis Leukosit:
Neutrofil
- Neutrofil Batang:
Ukuran sel 10 – 15 μm. Inti sel mengerut tetapi tidak ada filament mirip benang, lekukan
inti sel lebih dari 50% besar inti, anak inti tidak terlihat, kromatin kasar. Sitoplasma
merah muda (pale pink). Granul primer sedikit, granul sekunder sangat banyak. Jumlah
sel 0 – 5%.
- Neutrofil Segmen
Ukuran sel 10 – 15 μm. Inti sel 2 hingga 5 lobus dihubungkan oleh filamen tipis, tanpa
kromatin yang terlihat, anak inti tidak terlihat, kromatin kasar. Sitoplasma merah muda
pucat, berwarna krem, atau tidak berwarna. Granul primer sedikit sedangkan granul
sekunder sangat banyak. Jumlah sel 50 – 70%.
Gambar 5.1. Neutrofil batang dan neutrofil segmen. (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H.
Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Eosinofil
- Ukuran sel: 12 – 17 μm
- Inti sel dua atau tiga lobus yang dihubungkan oleh filament tipis tanpa kromatin yang
terlihat. Sebagian besar sel matang mempunyai dua lobus. Anak inti tidak terlihat,
kromatin kasar.
- Sitoplasma berwarna krem; mungkin mempunyai batas yang tidak teratur, granul primer
sedikit, granul sekunder sangat banyak, berwarna oren pucat hingga oren gelap.
- Jumlah: 0 sampai 5%.
31
Gambar 5.2. Eosinofil (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H. Carr. Clinical Hematology
Atlas. Elsevier, 2017).
Basofil
- Ukuran sel: 10 – 14 μm
- Inti sel: biasanya dua lobus yang dihubungkan oleh filament tipis tanpa kromatin yang
terlihat. Anak inti tidak terlihat, kromatin kasar.
- Sitoplasma: lembayung muda (lavender) hingga tidak berwarna. Granul primer sedikit,
granul sekunder besar, bervariasi jumlahnya dengan distribusi tidak merata, dapat
mengaburkan inti sel, ungu tua hingga hitam; bentuknya tidak beraturan. Granul larut
dalam air dan dapat hilang saat pewarnaan.
- Jumlah: 0 – 1%.
Limfosit:
- Ukuran sel: 7 – 18 μm
- Inti sel: Bulat hingga oval; mungkin sedikit berlekuk, anak inti terkadang dijumpai,
kromatin menggumpal.
32
- Sitoplasma: Hanya sedikit hingga sedang; berwarna biru langit, terkadang mempunyai
vakuola. Granul : Tidak ada dalam limfosit kecil; mungkin beberapa azurofilik pada
limfosit yang lebih besar; jika granula menonjol, sel itu disebut limfosit granular besar.
- Jumlah: 20 – 40%.
Gambar 5.4. Limfosit kecil dan limfosit besar (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H. Carr.
Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Monosit
- Ukuran sel: 12 – 20μm.
- Inti sel: Berubah-ubah, bisa berbentuk bulat, berbentuk tapal kuda, atau berbentuk ginjal;
sering memiliki lipatan yang menghasilkan konvolusi mirip otak.
- Sitoplasma: Biru-abu-abu; mungkin memiliki pseudopoda. Granul : banyak butiran halus
sering memberikan tampilan kaca tanah, Vacuoles: Tidak ada sampai banyak.
- Jumlah: 3 – 11%.
33
3. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Hemolet / lancet
2. Kapas alkohol
3. Mikroskop
4. Object glass
Bahan Praktikum:
- Larutan Turk (saring sebelum dipakai)
- Metanol
- Giemsa
- Larutan Buffer
- Minyak Emersi
4. CARA KERJA
Membuat Sediaan Hapus Darah
1. Teteskanlah setetes kecil darah (diameter 2 – 3 mm) tanpa menyentuh kulit dipermukaan
kaca objek kira-kira 2 cm dari salah satu ujungnya.
2. Pegang kaca objek penggeser pada tangan kanan dan letakkan disebelah kiri dari tetesan
darah tadi
3. Tariklah kaca objek di tangan kanan ke arah kanan sampai mengenai tetesan darah
tersebut dan biarkan sesaat tetesan darah tadi menyebar pada sisi kaca objek penggeser
4. Geserlah kaca penggeser tersebut kearah kiri kaca objek dengan kemiringan sudut 30 0 -
450 tanpa terlalu menekan kaca tersebut kebawah dan tangan kiri menahan sisi kaca objek
tersebut
5. Kemudian sediaan dikeringkan, tulislah nama orang yang diperiksa serta tanggal
pemeriksaan pada bagian tebal dari kaca objek tersebut agar tidak tertukar dengan orang
lain. Jika sediaan harus dikirim jauh bungkuslah dalam kertas atau simpan dalam kotak
sediaan yang memakai tutup setelah difiksir terlebih dahulu
34
Gambar 5.6. Cara pembuatan sediaan hapus darah tepi (Bernadette F. Rodak, Jacqueline
H. Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Catatan:
- Sediaan hapus darah yang dibuat usahakan cepat kering agar morfologi eritrosit tidak
berubah, misalnya dengan mengibas-ibaskan hapusan darah tersebut di udara atau dengan
memakai kipas angin
- Kriteria untuk sediaan hapus yang baik :
● Sel-sel tersebar rata dan tidak boleh berhimpun dipinggir-pinggir atau ujung sediaan
hapus
● Apusan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, dan panjang hapusan ½ sampai 2/3
panjang kaca objek.
● Harus ada bagian dari hapusan yang cukup tipis untuk diperiksa dimana eritrosit-
eritrosit terletak berdekatan dan tidak bertumpuk atau menyusun gumpalan atau
rouleaux.
● Pinggir hapusan harus rata dan hapusan tidak boleh berlubang dan bergaris garis.
35
Gambar 5.7. Sediaan hapus darah yang baik (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H. Carr.
Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Gambar 5.8. Sediaan hapus darah yang tidak baik (Bernadette F. Rodak, Jacqueline H.
Carr. Clinical Hematology Atlas. Elsevier, 2017).
Memulas Sediaan Hapus Darah (Pulasan Giemsa)
1. Sediaan yang akan dipulas hendaklah yang segar. Sediaan yang disimpan tanpa difiksasi
tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar.
2. Sediaan yang masih basah diletakkan diatas rak dengan lapisan darah diatasnya, biarkan
sampai kering
3. Sediaan kemudian difiksir dengan metil alkohol selama 5 atau lebih lama, dengan cara
disiram diatas sediaan, kemudian didirikan dan dikeringkan
4. Setelah itu metil alkohol dibuang, lalu sediaan ini ditetesi larutan Giemsa yang teah
diencerkan dengan larutan buffer pH 6.4 (1 tetes larutan Giemsa pekat untuk tiap 1 ml
penyangga) diatas permukaannya sampai seluruh permukaan sediaan tertutup larutan
Giemsa selama 20 menit
5. Buanglah larutan Giemsa yang ada diatas sediaan lalu tetesilah sediaan dengan air kran
sampai tidak ada lagi zat warna yang larut
6. Keringkan sediaan dengan berdiri vertikal dengan beralaskan kertas saring
Catatan:
36
Dengan pulasan Giemsa, morfologi basofil sulit untuk dikenal lagi sebab granul-granul
basofil larut dengan Giemsa dan juga eritrosit-eritrosit lebih kelabu warnanya.
37
Di area film di mana sel darah merah hampir tidak bersentuhan, dengan tumpang tindih
minimal, jumlah trombosit di 10 bidang minyak imersi dihitung. Jumlah rata-rata trombosit
per bidang minyak imersi dikalikan dengan 20.000 mendekati jumlah trombosit per
mikroliter atau milimeter kubik. Misalnya, 12 hingga 16 trombosit per bidang minyak imersi
sama dengan sekitar 280.000 trombosit/mL atau mm3 dan dianggap adequate. Sebagian kecil
dari trombosit dapat menunjukkan morfologi raksasa pada individu normal tergantung pada
seberapa cepat apusan darah disiapkan setelah darah diambil. Namun, peningkatan persentase
trombosit raksasa yang melebihi kisaran ukuran normal (diameter 2 – 4 μm) harus dicatat
karena dapat dikaitkan dengan kondisi neoplastik, trombositopenia imun, anemia makrositik,
atau Bernard-Soulier Syndrom.
Gambar 5.9. Area pemeriksaan sediaan hapus darah (Weksler, B.B, Schechter, G.P, Ely,
S.A, Editors. Wintrobe’s Atlas Of Clinical Hematology. Wolters Kluwer Health. 2017)
38
Gambar 5.10. Pola "Battleman" untuk melakukan diferensial sel darah putih. (Keohane E.
M, Otto C. N, Walenga J. M, Rodak’s Hematology: Clinical Principles and Applications,
Sixth Edition, Elsevier, 2020)
39
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
DAN MORFOLOGI DARAH TEPI
Nama / Nim : ...........................................................
Group / Meja : ...........................................................
Tanggal : ...........................................................
40
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
41
Tanggal:
Dosen pembimbing:
( .............................. )
42
Daftar Pustaka :
1. Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke enam belas, Dian Rakyat,
Jakarata; Indonesia. 2010.
2. Kosasih E.N, Kosasih A.S. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, edisi kedua,
Karisma Publising Group, Tangerang; Indonesia. 2008
3. Rodak, B. F, Carr, J.H. Clinical Hematology Atlas. Fifth Edition. Elsevier, Missouri.
2017.
4. Weksler, B.B, Schechter, G.P, Ely, S.A, Editors. Wintrobe’s Atlas Of Clinical
Hematology. Second Edition. Wolters Kluwer Health, Philadelphia. 2017.
5. Keohane E. M, Otto C. N, Walenga J. M, Rodak’s Hematology: Clinical Principles and
Applications, Sixth Edition, Elsevier, 2020
Daftar Gambar :
1. Gambar 1.1 : Kamar Hitung Improved Neubauer (Hemacytometer)
2. Gambar 1.2. : Pipet Thoma leukosit dan eritrosit beserta diagram kamar
hitung Improved Neubauer.
3. Gambar 1.3 : Diagram kamar hitung Improved Neubauer. A-B-C-D untuk
penghitungan jumlah leukosit dan 1-2-3-4-5 untuk penghitungan jumlah
eritrsoit.
4. Gambar 5.1 : Neutrofil batang dan neutrofil segmen
5. Gambar 5.2 : Eosinofil
6. Gambar 5.3 : Basofil
7. Gambar 5.4 : Limfosit kecil dan limfosit besar
8. Gambar 5.5 : Monosit
9. Gambar 5.6 : Cara pembuatan sediaan hapus darah tepi
10. Gambar 5.7 : Sediaan hapus darah yang baik
11. Gambar 5.8 : sediaan hapus darah yang tidak baik
12. Gambar 5.9 : Area pemeriksaan sediaan hapus darah
13. Gambar 5.10 : Pola "Battleman" untuk melakukan diferensial sel darah putih.
43