Anda di halaman 1dari 28

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASI KLINIK

Disusun oleh :
TIM DOSEN SI FARMASI

PROGRAM STUDI SI FARMASI


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020

1
IDENTITAS PEMILIK BUKU

Nama : …………………………………………………......
NIM : …………………………………………………......
Alamat : …………………………………………………......

APABILA MENEMUKAN BUKU INI HARAP DIKEMBALIKAN DENGAN


MENGHUBUNGI IDENTITAS DI ATAS

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Petunjuk


Praktikum Swamedikasi untuk mahasiswa prodi SI Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Buku petunjuk praktikum ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa
dapat lebih memahami swamedikasi di bidang kefarmasian agar mempermudah
mahasiswa menjalankan praktek kefarmasian secara profesionalisme bersama tenaga
kesehatan lain.
Penyususn menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu saran
dan kritik dari sejawat maupun mahasiswa peserta praktikum akan sangat bermanfaat
untuk perbaikan pada edisi berikutnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam
membantu memperdalam pemahaman tentang swamedikasi.

Madiun, September 2020

Penyusun

3
VISI, MISI DAN TUJUAN
PROGRAM STUDI SI FARMASI
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

Visi Prodi S1Farmasi


Menjadi Prodi S1 Farmasi yang berkualitas dengan menghasilkan lulusan Sarjana
Farmasi yang unggul dan berdaya saing dalam bidang farmasi klinis, beriman dan
bertaqwa pada tahun 2025.

Misi Prodi S1Farmasi


1. Menyelenggarakan pembelajaran kefarmasian secara inovatif sesuai standar profesi
untuk menghasilkan lulusan yang terampil dan berkualitas.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
dan teknologi kefarmasian.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat dibidang kefarmasian yang
bermutu dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berbudi luhur dan
kompeten.
4. Menyelenggarakan tata kelola Prodi S1 Farmasi yang akuntabel serta menyediakan
layanan sarana dan prasarana yang mendukung mutu layanan program
studiS1Farmasi.
5. Menumbuhkan jiwa enterpreneur yang berlandaskan iman dan taqwa.
6. Membangun kemitraan di bidang kesehatan.
7. Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi klinis

Tujuan Prodi S1Farmasi


1. Terselenggaranya pembelajaran akademik kefarmasian yang inovatif sesuai standar
profesi untuk menghasilkan lulusan Program studi S1 farmasi yang terampil dan
berkualitas.
2. Menghasilkan penelitian yang berkualitas untuk pengembangan ilmu kefarmasian.
3. Terselenggaranya kegiatan pengabdian masyarakat di bidang kefarmasian.

4
4. Terselenggaranya pengelolaan program studi S1 Farmasi yang akuntabel serta
menyediakan layanan sarana dan prasarana yang mendukung mutu layanan program
studi S1 Farmasi.
5. Menghasilkan mahasiswa S1 Farmasi yang memiliki jiwa enterpreneur
berlandaskan iman dan taqwa.
6. Terciptanya hubungan baik antara institusi kesehatan baik tingkat nasional maupun
internasional.
7. Menghasilkan mahasiswa S1 Farmasi yang mempunyai kemampuan ketrampilan
yang baik dalam bidang farmasi klinik.

5
TATA TERTIB
PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

A. RUANG LINGKUP PRAKTIKUM


Praktikum Farmasi Klinik merupakan bagian dari penerapan mata kuliah
Farmasi Klinik yang mempelajari tata laksana terapi pada sistem pencernaan dan
pernapasan, sehingga praktikum ini diberikan dengan tujuan agar mahasiswa lebih
mampu memahami berbagai teori dasar yang telah mereka peroleh dalam
megaplikasikan pada sejumlah kasus pada gangguan sistem pencernaan dan
pernapasan.
Praktikum ini erat kaitannya dengan pokok bahasan mengenai prinsip-
prinsip farmakoterapi rasional, anatomi dan fisisologi sistem pencernaan dan
pernapasan, farmakoterapi pada berbagai penyakit sistem pencernaan dan
pernapasan.

B. TATA TERTIB DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


1. Tata Tertib Praktikum
a. Mahasiswa hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai dengan mengenakan
jas praktikum, mengisi absensi dan mengumulkan tugas-tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing sebelumnya.
b. Mahasiswa harus mendengarkan dan engikuti petunjuk yang diberikan oleh
dosen pembimbing
c. Mahasiswa menjalankan praktikum dengan sungguh – sungguh dan penuh
perhatian
d. Mahasiswa tidak boleh meninggalkan praktikum / ruangan tanpa seijin dosen
pembimbing
e. Mahasiswa wajib mengikuti pretest yang dilakukan sebelum praktikum
dimulai sebagai syarat mengikuti praktek. Mahasiswa yang mendapat nilai
pretest kurang dari 60 maka tidak berhak mengikuti praktikum.
f. Setelah praktikum selesai, mahasiswa membuat laporan resmi praktikum dan
dikumpulkan kepada dosen pembimbing sesuai dengan format yang
disediakan, sebagai syarat mengerjakan kasus berikutnya.

6
g. Apabila mahasiswa berhalangan hadir harap memberitahukan sebelumnya
secara tertulis
h. Mahasiswa yang mendapatkan ijin akan diberi kesempatan mengikuti
praktikum sesuai dengan materi praktikum
i. Bagi mahasiswa yang mengulang, wajib mengganti praktikum sesuai dengan
topik praktikum yang tidak diikuti.

2. Pelaksanaan Praktikum
a. Mahasiswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3 – 4 orang
b. Ssetiap kelompok diberi 1 kasus untuk dibahas, kasus diberikan satu minggu
sebelum pelaksanaan praktikum dan penelususran informasi/browsing melalui
internet dilakukan di luar jam praktikum
c. Masing-masing kelompok wajib mengembangkan kassus dan
menganalisanya. Pengembangan kasus antar kelompok tidak boleh sama.
d. Hasil analisis dituangkan dalam laporan sementara praktikum yang harus
diserahkan / ditunjukkan pada dosen pembimbing praktikum pada saat
praktikum
e. Pada akhir praktikum, mahasiswa wajib mengumpulkan laporan resmi yang
merupakan penyempurnaan dari laporan sementara praktikum

C. TATA CARA PEMBUATAN LAPORAN


Laporan sementara praktikum Farmasi Klinik dibuat sebelum hari praktikum
berlangsung menggunakan format yang tersedia. Sedangkan laporan resmi
praktikum Farmasi Klinikditulis dengan urutan tata tulis sebagai berikut :
1. Pendahuluan, yang berisi tujuan dan landasan teori yang relevan dengan topik
praktikum
2. Uraian kasus
3. Analisis dan penyelesaian kasus terkait rasionalitas terapi
4. Kesimpulan
Laporan resmi tertulis dibuat secara formal, diberi sampul berisi topik
praktikum, golongan, kelompok dan nama serta nomor induk mahasiswa aggota
kelompok dan nama dosen pembimbing praktek pada materi tersebut. Laporan

7
resmi dikumpulkan seinggu sebelum hari praktikum sebelumnya.

D. SISTEM PENILAIAN
Pretes : 15%
Ketrampilan praktek : 25%
Laporan : 20%
Responsi : 40%

E. PUSTAKA ACUAN
Buku yang wajib di bawa tiap kelompok saat praktikum :
1. MIMS;
2. ISO terbaru;
3. IONI;
4. Dipiro et al, Pharmacotherapy Approach
5. Dorland et l., Kamus Kedokteran;
6. BNF (British National Formulary)
7. Drugs.com
8. Medscape.com

8
PENDAHULUAN
PENGANTAR PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan teori singkat farmakoterapi sistem
pencernaan dan pernapasan, mengenal rekam medik, memahami metode SOAP
(subjective, objective, assessment, plan) dalam menyelesaikan suatu kasus dan
penulusuran informasi obat sistem pencernaan dan pernapasan.

B. REKAM MEDIS (MEDICAL RECORD)


Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang 
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.Rekam Medis
mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar disimpulkan bahwa
diatas dapat dari paragraf  kegiatan pencatatan saja, rekam medis merupakan suatu
sistem penyelenggaraan bukan sekedar kegiatan pencatatan saja. tetapi
mempunyai pengertian sebagai satu sistem.
Secara ringkas rekam medis berisi :
1. Karakteristik/ demografi penderita meliputi identitas pasien (usia, jenis
kelamin, pekerjaan, status asuransi dll), anamnesis (gejala yang diobservasi),
riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat penyakit yang diderita
oleh keluarga, social history, riwayat alergi
2. Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital, keadaan kepala, mata telinga, hidung,
abdomen dll
3. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, radiologi)
4. Catatan penatalaksaan penderita meliputi tindakan terapi obat (nama obat,
regimen dosis) dan tindakan terapi non obat
5. Paraf dan nama dokter yang menangani

C. METODE PENYELESAIAN KASUS


Dalam praktikum Farmasi Klinik, sistematika praktikum berserta pendekatan
masalahnya adalah sebagi berikut :

9
1. Tujuan
2. Latar Belakang
3. Penyampaian kasus sederhana
a. Data pasien lengkap (identitas pasien, data fisik, dan gejala spesifik)
b. Diagnosa dan penyebab
c. Variasi kondsi pasien (fisiologi dan patologis
4. Analisis kasus dengan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment,
Plan)
5. Tatalaksana terapi
Berisi macam-macam obat yang digunakan pada kasus yang dibahas, baik
untuk penyakit utama maupun penyakit penyertanya
a. Nama obat
b. Mekanisme aksinya
c. Kontraindikasi dan efek samping
6. Evaluasi obat terpilih
a. Obat terpilih, alasan dan evidence yag mendukung (literature)
b. Dosis, frekuensi, durasi, dan cara pemberian obat pada kasus yang
dibahas
c. Interaksi obat, sesuai dengan obat yang digunakan dan
pentalaksanaannya
d. Analisis biaya, sesuai dengan obat yang digunakan
7. Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Daftar Pustaka

D. ANALISIS DRUG RELATED PROBLEM (DRP)


Model Dokumentasi
1. SOAP (Subjective Objective Assesment Plan)
2. PAM (Problem Assessment/ Action Monitoring)
3. FARM (Finding Assessment Resolution Monitoring)

1
0
PRAKTIKUM I
DIABETES MELLITUS

A. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak ada gejala klinis akut ataupun kronis sebagai akibat dari kurangnya insulin
efektif, biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. DM
dikarakterisasi adanya hiperglikemia yang terkait dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein serta peningkatan resiko komplikasi penyakit
vaskular.
Gejala yang khas pada penderita DM antara lainseringberkemih (poliuria),
rasa haus (polidipsia), gangguan penglihatan, kehilangan berat badan meskipun
nafsu makan bertambah (polifagia), pusing dan lemah bila dudukatauberdiri,
kelemahan, dan kesemutan (parestesia). Pasien dikatakan DM apabila terdapat
gejala DM (poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan tanpas ebab
yang jelas) ditambah dengan salah satu dari
1. Glukosa darah acak ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L). Acak didefinisikan
sebagai waktu kapanpun tanpa memperhatikan jangka waktu sejak
terakhir makan.
2. Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L). Puasa didefinisikan
sebagai tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.
3. Glukosa darah ≥ 200 mg/dl sesudah beban glukosa 75 g pada TTGO.

B. CONTOH KASUS
Tn E 46th, 65kg, 162cm, MRS dengan keluhan mual, pusing, muntah, lemas.
Menurut pengakuan keluarga pasien memiliki riwayat DM sekitar 5 tahun. Obat
terakhir sebelum MRS adalah insulatard 0-0-10U s.c., glucodex 1-0-0, neurodex
2x1tab, namun tidak digunakan selama 1 bulan karena pasien berobat
alternative.Hasil pemeriksaan lab sbb: GDA 421mg/dl, Cr 2,3 mg/dl, BUN
21mg/dl, SGOT/SGPT (N), Na 123meq/l, K 3,0 meq/l. Hasil observasi: TD
150/90 mmHg, temperature 37,8oC. Pasien didiagnosa DM Hiperglikemi.

1
1
Pertanyaan
1. Bagaimana analisi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan sesuai kasus di atas?

1
2
PRAKTIKUM II
DRUG INDUCED PULMONARY TOXICITY

A. PENDAHULUAN
Drug-Induced Pulmonary Toxicity adalah penyakit yang disebabkan oleh
reaksi buruk terhadap pengobatan (ESO obat). Penyakit paru yang diinduksi oleh
obat bukanlah kelainan tunggal, melainkan masalah klinis yang umum di mana
pasien tanpa penyakit paru sebelumnya mengalami gejala pernapasan, perubahan
rontgen dada, penurunan fungsi paru, perubahan histologis, atau beberapa temuan ini
dalam hubungan dengan terapi obat.Lebih dari 150 obat atau kategori obat telah
dilaporkan menyebabkan penyakit paru-paru;mekanismenya jarang diketahui, tetapi
banyak obat dianggap memicu respons hipersensitivitas .Beberapa obat (misalnya,
nitrofurantoin ) dapat menyebabkan pola cedera berbeda pada pasien yang berbeda.
Bergantung pada obat, sindrom yang diinduksi obat dapat menyebabkan
fibrosis interstisial, mengatur pneumonia, asma, edema paru non-kardiogenik, efusi
pleura, eosinofilia paru, perdarahan paru, atau penyakit veno-oklusif. Gejala umum
setiap individu dapat bereda-beda yakni berupa dahak berdarah, nyeri dada, batuk,
demam, napas pendek serta bunyi wheezing saat auskultasi.

B. CONTOH KASUS
Tn RW 55 th, berkunjung ke RS dengan keluhan lemah, dyspneu dan tachypnea
dan sekarang semakin memburuk serta mengalami batuk serta nyeri dada.
Riwayat penyakit: hipertensi 10 th yg dikontrol dg benazepril.
Pemeriksaan rontgent menunjukkan infiltrat interstisial difus.
Terapi: amiodarone 400mg 1xsehari (sejak 2 bulan)
Pertanyaan
1. Bagaimana analisi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan sesuai kasus di atas?

1
3
PRAKTIKUM III
DRUG INDUCED RENAL DISEASE

A. PENDAHULUAN
Jenis gagal ginjal akut terdiri atas acute tubular necrosis (ATN), acute
tubulointerstisial disease (ATID) dan glomerulonephritis. acute tubular necrosis
(ATN) adalah penyebab umum dari kerusakan ginjal akut (Acute Kidney Injury
(AKI)). AKI didefinisikan sebagai penurunan fungsi ginjal secara mendadak,
terjadi dalam hitungan jam ke hari kemudian ke minggu dan biasanya bersifat
reversibel.Disebabkan oleh : Antibiotik (aminoglikosida, amphotericin,
cefalosporin), metal (merkuri, tembaga), kontras media, obat lain (paraasetamol,
cisplatin,cyclosporin. Acute Tubulointerstisial Disease (ATID)Disebabkan oleh
penisilin, erytromicin, cefalosporin, gold, captopril, NSAID, furosemid, thiazide,
sedangkan Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi
kuman streptococcus. Disebabkan oleh aloplurinol, ampicilin, captopril,
cyclophosphamid, daunorunicin, gold, rifampisin

B. CONTOH KASUS
TN JE, umur 71 tahun, berat 78 kg 25 hari yang lalu datang ke rumah sakit
dengan gejala CHF dan dilakukan operasi terhadap katub aorta & mitral. Pada saat
operasi terjadi komplikasi, yaitu terjadi hipotensi (tekanan darah 70/50 mmHg)
selama 1 jam. 3 hari sesudah operasi mengalami infeksi luka operasi dan diberikan
gentamicin. Hari ini Pasien datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan
terhadap perkembangan kesehatannya. Terjadi peningkatan BUN dan kreatinin
serum serta overload volume.
Tes Laboratorium
Na:138 mEq/L
BUN: 52 mg/dL (pada saat MRS 15 mg/dL)
K: 3,8 mEq/L normal
SCr : 2,4 mg/dL (pada saat MRS 1,3 mg/dL)

1
4
Cl : 104 mEq/L
GDS : 146 mg/dL
CO2 : 25 mEq/L
Hb : 9,0 g/dl
WBC : 9,9 x 103/mm3

Pertanyaan
1. Bagaimana analisi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan sesuai kasus di atas?

1
5
PRAKTIKUM IV
DRUG INDUCED HEMATOLOGIC DISORDER

A. PENDAHULUAN
Obat-obatan dapat menginduksi hampir seluruh spektrum gangguan
hematologi, mempengaruhi sel darah putih, sel darah merah, trombosit, dan sistem
koagulasi.Sindrom yang diinduksi oleh obat termasuk anemia hemolitik,
methemoglobinemia, aplasia sel darah merah, anemia sideroblastik, anemia
megaloblastik, polisitemia, anemia aplastik, leukositosis, neutropenia, eosinofilia,
trombositopenia imun, sindrom mikroangiopati, hiperkoagulan, hipobroiko- miko,
hipoboliko- trikoiderbantuk dengan hipermikroiko-Beberapa obat klasik yang
diketahui menyebabkan kelainan hematologis telah digantikan oleh obat yang lebih
baru, termasuk biologik, disertai dengan sindrom mereka sendiri dan efek samping
yang tidak diinginkan.Obat-obatan dapat menyebabkan toksisitas yang mencakup
banyak sindrom hematologi, yang dimediasi oleh berbagai mekanisme.Dokter perlu
waspada terhadap potensi komplikasi hematologis yang diinduksi oleh obat
iatrogenic.
Gangguan hematologi telah lama menjadi risiko potensial farmakoterapi
modern.Granulositopenia (agranulositosis) dilaporkan berhubungan dengan salah
satu agen terapi awal obat, sulfanilamide, pada tahun 1938. Beberapa agen
menyebabkan penyakit hematologis yang dapat diprediksi (misalnya, antineoplastik),
tetapi yang lain menginduksi reaksi idiosinkratik yang tidak berhubungan langsung
dengan farmakologi obat.Gangguan hematologis yang diinduksi obat yang paling
umum termasuk anemia aplastik, agranulositosis, anemia megaloblastik, anemia
hemolitik, dan trombositopenia
Insiden kelainan hematologis yang diinduksi oleh obat idiosinkratik bervariasi
tergantung pada kondisi dan obat yang terkait.Beberapa studi epidemiologi telah
mengevaluasi kejadian sebenarnya dari reaksi yang merugikan ini, tetapi reaksi ini
tampaknya jarang terjadi.Wanita umumnya lebih rentan daripada pria terhadap efek
hematologi obat-obatan.Insiden bervariasi berdasarkan geografi, yang menunjukkan
bahwa perbedaan genetik mungkin merupakan penentu kerentanan yang
penting.Trombositopenia yang diinduksi obat adalah kelainan hematologis yang

1
6
dipicu oleh obat, dengan beberapa laporan menyatakan bahwa sebanyak 5% pasien
yang menerimaheparin mengembangkan trombositopenia yang diinduksi
heparin.Studi Surveilans Kontrol Kasus Berlin dilakukan dari tahun 2000 hingga
2009 untuk menilai kejadian dan risiko gangguan hematologis yang diinduksi oleh
obat.Evaluasi ini menemukan bahwa hampir 30% dari semua kasus diskrasia darah
"mungkin" disebabkan oleh terapi obat.
Meskipun kelainan hematologi yang diinduksi oleh obat lebih jarang terjadi
dibandingkan jenis reaksi merugikan lainnya, namun tetap menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang signifikan.Sebuah studi epidemiologi yang dilakukan di Amerika
Serikat memperkirakan bahwa 4.490 kematian pada tahun 1984 disebabkan oleh
diskrasia darah dari semua penyebab.Anemia aplastik adalah penyebab utama
kematian diikuti oleh trombositopenia, agranulositosis, dan anemia hemolitik.Mirip
dengan sebagian besar reaksi obat merugikan lainnya, gangguan hematologi yang
diinduksi obat lebih sering terjadi pada orang dewasa lanjut usia daripada pada orang
muda;risiko kematian juga tampaknya lebih besar dengan bertambahnya usia

B. CONTOH KASUS
Tn DR, 60 tahun sudah dievaluasi terhadap batuknya yang kronis dengan produksi
sputum, kelemahan, dan peningkatan suhu tubuh. Pemeriksaan kultur sputum dan
hasil rontgent dada menunjukkan Tuberculosis dan pasien menggunakan
antibiotika (isoniazid, rifampicin, dan ethambutol) dalam jangka panjang. Dua
bulan kemudian, Tn DR kembali melakukan pemeriksaan ke klinik karena
badannya yang semakin lemas dan lemah.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
CBC : RBC 3.200.000/ul; Hct 25%; Hb 7,6 g/dl; MCV 78 fl; WBC 10.000/ul
Reticulosit : 3% (96.000/ul)
Diagnosis : anemia
Pertanyaan
1. Bagaimana analisi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan sesuai kasus di atas?

1
7
PRAKTIKUM V
DRUG INDUCED LIVER DISEASE

A. PENDAHULUAN
Kerusakan hati akibat termasuk relative jarang. Namun,jika terjadi akan
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna.Banyak obat yang
diduga mengakibatkan masalah pada hati, dan spectrum hepatotoksisitas
akibat obat sangatlah luas. Rentang spectrum ini dapat dimulai dari perubahan
reversible yang asimptomatis pada tes fungsi hati sampai dengan nekrosis
hati akut yang fatal, tetapi yang paling sering adalah Jaundice dan hepatitis.
Klasifikasi drug-induced injury adalah
1. Hepatoksisitas Instrinsik (Tipe A, dapat di prediksi)
Hepatotoksisitas Instrisik dapat diprediksi tergantung dosis dan
melibatkan mayoritas individu yang menggunakan obat dalam jumlah
tertentu. Rentang waktu antara mulainya pengobatan dan timbulnya
kerusakan hati sangat bervariasi (dari beberapa jam sampai beberapa
minggu).
2. Hepatotoksisitas Idiosikratik (tipe B, tidak dapat diprediksi)
Hepatotoksisitas idiosinkratik dapat terkait dengan hipersensitivitas
terhadap obat ataupun kelainan metabolisme. Respon ini tidak dapat
diprediksi dan tidak tergantung pada dosis obat yang diberikan. Hal ini
terjadi pada kurang dari 1% individu yang terpapar.Masa inkubasinya
bervariasi, tetapi biasanya berminggu-mingguatau berbulan-bulan

B. CONTOH KASUS
Ny KV 52 th berkunjung ke RS dengan keluhan mual, muntah, lemah, dan
gatal-gatal sejak 2 minggu yang lalu. Urine berwarna gelap dan kulitnya kuning
sejak 10 hari. Demam, nyeri abdomen dan intoleransi terhadap lemak
disangkal. Sebulan yang lalu menggunakan Augmentin utk mengatasi acute
otitis media
Riwayat Pengobatan
Pioglitazone 1 x sehari 45 mg

1
8
HCT1 x sehari 25 mg dan
Lisinopril 1 x sehari 50 mg

Pemeriksaan Laboratorium
1. serum AST 430U/L, serum ALT 294U/L,
2. Rasio AST/ALT = 430/294 = 1,46
3. alkaline phospatase 1230 U/L,
4. rasio bilirubin total:direct 7,251mg/dL : 106 mol/L,
5. albumin 4,1 g/dL;
6. tidak ada obstruksi empedu
7. HbA1c = 7%
8. GDP : 130 mg/dL
9. GDPP : 210 mg/dL
10. TD : 160/100 mmHg

Pertanyaan
1. Bagaimana analisi kasus ini?
2. Informasi apa yang perlu diberikan sesuai kasus di atas?

1
9
FORMAT LAPORAN

THE PATIENT CASE PRESENTASION


(SOAP FORMAT)

1. Patient’s Database

Nomor registrasi / tgl masuk rumah sakit :


Tanggal Review :
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tinggi badan :
Berat badan :

Past Medical History :

Family History :

Social History :

Allergic History / Adverse Drug Reaction History :

Past Medication History :

Current Medication History :

Nama Obat Frekwensi Rute Waktu 1 Jan 2 Jan 3 Jan 4 Jan


Contoh : 3x1 p.o P √ √ √ √
Glucobay
500 mg Si √ √ √ √

So √ √ √

2
0
2. SOAP Notes

Subjective :

Objective :
- Physical Examination

Pemeriksaa Satuan ..../...... ..../...... ..../...... ..../......


n

TD mmHg

Nadi x/min
o
Temperatur C

Pernafasan x/min

- Laboratory Test

Pemeriksaan Satuan ..../...... ..../......

WBC/Leuko X 109 /L
RBC/Eri X 1012 /L
HGB/Hb 14,0 g%
HCT/PCV %
PLT/Thrombo X 109 /L
LED mm/jam
Eo %
Ba %
Stab %
Seg %
Lym %
Mo %
CRP Mg/dL
Natrium mMol/L
Kalium mMol/L
SGOT U/L
SGPT U/L
Cholesterol mg/dL
Triglyceride mg/dL
HDL-Cholesterol mg/dL
LDL-Cholesterol mg/dL

2
1
Gula puasa mg/dL
2 jam PP mg/dL
HbA1C %

Diagnosis Dokter :

Assessment :

No Medical Therapy Drug-related Problem


Problem (Past and current (DRP) and cause
medication)
1 DM Tipe 2 Glucobay P 1.2 dan C 1.1
. Oral 3x1 Glucobay mengandung Acarbose
yang merupakan golongan α –
glucosidase inhibitors yang kurang
efekrive dalam menurunkan gula
darah dibandingkan Metformin.
(ADA, p.196)

...................... ......................
2
.

Plan

No Rekomendasi dan alasan Monitoring Target


1. Glucobay Oral 3x1 diganti Hipoglikemi 2 jam pp < 200
dengan Metformin 500 mg 2x Gangguan GI mg/dL
sehari pagi dan malam sebelum
makan. Puasa < 126
mg/dL
TG < 150 MG/dL
2. ....................................................

Further Information Required (dan alasannya)

2
2
KONSELING :

Daftar Pustaka

Klasifikasi Masalah Terkait Obat


Format SOAP

(MTO)/Drug Therapy Problems (DTPs)


(Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. The PCNE classification V 6.2.
Zuidlaren: Pharmaceutical Care Network Europe Foundation; 2010)

Klasifikasi domain utama MTO (PCNE v6.2)

Kode Domain Utama


Masalah M1 Efektivitas terapi
M2 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
M3 Biaya pengobatan
M4 Lain-lain
Penyebab P1 Pemilihan obat
P2 Pemilihan bentuk sediaan
P3 Pemilihan dosis
P4 Penentuan lama pengobatan
P5 Proses penggunaan obat
P6 Logistik (Kefarmasian)
P7 Pasien
P8 Lain-lain
Intervensi I0 Tanpa intervensi
I1 Pada tataran penulis resep
I2 Pada tataran pasien
I3 Pada tataran obat
I4 Lainnya
Hasil Intervensi H0 Hasil intervensi tidak diketahui
H1 Masalah terselesaikan secara tuntas
H2 Masalah terselesaikan sebagian
H3 Masalah tidak terselesaikan

2
3
Klasifikasi sub domain Masalah (PCNE v6.2)

Kode Domain Utama


Efektivitas terapi M1.1 Obat tidak efektif atau pengobatan gagal
M1.2 Efek obat tidak optimal
M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi)
M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi
Reaksi Obat yang M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi
Tidak Dikehendaki M2.2 Pasien menderita ROTD alergi
(ROTD) M2.3 Pasien menderita efek toksik

Biaya M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang diperlukan


pengobatan M3.2 Obat tidak diperlukan
Lain-lain M4.1 Pasien tidak puas dengan terapi yang diterimanya meskipun
terapi tersebut optimal baik dari segi efektivitas maupun biaya
M4.2 Keluhan pasien/masalah tidak jelas, tidak termasuk ketiga
kategori masalah terkait obat di atas

4
Klasifikasi sub domain Penyebab (PCNE v6.2)

Kode Domain Utama


Pemilihan obat P1.1 Pemilihan obat tidak tepat (bukan untuk indikasi yang paling
tepat) termasuk penggunaan obat yang kontraindikasi
P1.2 Tidak ada indikasi penggunaan obat atau indikasi obat tidak jelas
P1.3 Kombinasi obat-obat atau obat-makanan tidak tepat termasuk
kejadian interaksi obat
P1.4 Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif yang tidak tepat
P1.5 Ada indikasi tetapi obat tidak diresepkan
P1.6 Banyak obat (kelompok terapi atau bahan aktif yang berbeda)
diresepkan untuk indikasi yang sama
P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya
P1.8 Kebutuhan obat yang bersifat sinergis/preventif tidak diresepkan
P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum diresepkan
Pemilihan bentuk P2.1 Bentuk sediaan obat tidak tepat
sediaan
Pemilihan dosis P3.1 Dosis obat terlalu rendah
P3.2 Dosis obat terlalu tinggi
P3.3 Pengaturan dosis kurang sering
P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering
P3.5 Tidak dilakukan Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)
P3.6 Masalah terkait farmakokinetika obat yang memerlukan
penyesuaian dosis
P3.7 Perburukan/perbaikan kondisi sakit yang memerlukan
penyesuaian dosis
Penentuan lama P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek
pengobatan P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang
Proses penggunaan P5.1 Waktu penggunaan obat atau interval pemberian dosis tidak
obat Tepat
P5.2 Menggunakan obat lebih sedikit dari pedoman pengobatan
(underused) atau pemberian obat lebih jarang dari aturan
penggunaan (under-administered)
P5.3 Menggunakan obat berlebih (overused) atau pemberian obat
melebihi aturan penggunaan (over-administered)
P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan
P5.5 Minum obat yang salah atau memberikan obat yang salah
P5.6 Penyalahgunaan obat (penggunaan obat tidak sesuai peruntukan
resmi)
Klasifikasi sub domain Penyebab (PCNE v6.2) lanjutan

Kode Domain Utama


P5.7 Pasien tidak dapat menggunakan obat atau bentuk sediaan
sesuai aturan
Logistik P6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia
(Kefarmasian) P6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis resep)
P6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing error)
Pasien P7.1 Pasien lupa minum obat
P7.2 Pasien mengunakan obat yang tidak diperlukan
P7.3 Pasien makan makanan yang berinteraksi dengan obat
P7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat
Lain-lain P8.1 Lain-lain; sebutkan
P8.2 Penyebab tidak jelas

Klasifikasi sub domain Intervensi (PCNE v6.2)

Kode Domain Utama


Tanpa intervensi I0 Tanpa intervensi
Pada tataran penulis I1.1 Pada tataran penulis resep
resep I1.2 Hanya memberi informasi kepada penulis resep
I1.3 Menanyakan atau mengkonfirmasikan MTO kepada penulis resep
I1.4 Intervensi diajukan, disetujui oleh penulis resep
I1.5 Intervensi diajukan, tidak disetujui oleh penulis resep
Pada tataran pasien I2.1 Intervensi diajukan, hasil tidak diketahui
I2.2 Konseling pengobatan pasien
I2.3 Pasien dirujuk ke penulis resep
I2.4 Dibicarakan dengan anggota keluarga/pemberi perawatan
Pada tataran obat I3.1 Mengubah jenis obat
I3.2 Mengubah dosis obat
I3.3 Mengubah formulasi obat
I3.4 Mengubah aturan penggunaan obat
I3.5 Obat dihentikan
I3.6 Obat baru mulai diberikan
Lainnya I4.1 Intervensi lainnya (Sebutkan)
I4.2 Efek samping dilaporkan kepada pihak yang berwenang
Klasifikasi sub domain Hasil Intervensi (PCNE v6.2)

Kode Domain Utama


Hasil intervensi H0.0 Hasil intervensi tidak diketahui
tidak diketahui
Masalah H1.0 Masalah terselesaikan tuntas
terselesaikan
secara tuntas
Masalah H2.0 Masalah terselesaikan sebagian
terselesaikan
sebagian
Masalah tidak H3.1 Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan pasien kurang
terselesaikan H3.2 Masalah tidak terselesaikan, kerja sama dengan penulis resep
Kurang
H3.3 Masalah tidak terselesaikan, intervensi tidak efektif
H3.4 Tidak ada kebutuhan atau kemungkinan untuk menyelesaikan
Masaah

The PCNE classification V 6.2. dapat di-download di:

http://www.pcne.org/sig/drp/documents/drp/PCNE%20classification
%20V6-2.p

Anda mungkin juga menyukai