A.VISI
Menjadi Prodi D-3 Teknologi Laboratorium Medis yang unggul, mandiri, dan
berbudaya dalam pelayanan diagnostik Tuberkulosis Paru dan penyakit penyerta serta
mampu bersaing secara global tahun 2024.
B.MISI
C.TUJUAN
Telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan dan panduan penyusunan modul sehingga
NIP. 197108092003122001
Hi
LEMBAR KONTROL
Nama Mahasiswa
NIM
Mengetahui,
fv
KATAPENGANTAR
Segala Puji dan Syukur bagi Allah sumber segala hikmat atas AnugerahNya maka
buku Panduan Praktikum Imun Hematologi Bank Darah dapat tersusun dengan baik.
Buku panduan praktikum ini merupakan sumber rujukan serta bagi mahasiswa dalam
metode pemeriksaan atau praktikum, seperti : memisahkan serum darah dari contoh darah,
cara pencucian sel, pembuatan suspensi sel, pemeriksaan golongan darah, tes hemolysin,
pemeriksaan rhesus, coomb'st test, ujia cocok serasi, pemeriksaan uji serasi gel test, dan uji
Diharapkan mahasiswa dapat membaca buku literature lain yang disarankan gun
menambah wawasan serta pemahaman mahasiswa terhadap materi praktikum yang
dikerjakan.
PENYUSUN
PENDAHULUAN
Mata kuliah praktikum Imunohematologi dan bank darah berada pada semester V
(lima)/Tingkat HI dengan jumlah SKS sebanyak 1 SKS praktik. Mata kuliah ini diberikan
sebagai mata kuliah keahlian.
Kompetensi Dasar
Sebelum mengikuti perkuliahan Imunohematologi dan bank darah (P) mahasiswa diharapkan
telah mampu:
Capaian Pembelajaran:
menginterpretasikan hasilnya
-Mampu melakukan tes hemolisin
vi
DAFTARISI
COVER......i
VISIDANMISIii
LEMBARPENGESAHAN...............................iii
LEMBARKONTROLiv
KATA PENGANTAR...v
PENDAHULUANvi
DAFTARISI:..vii
BAB I....1
PENDAHULUAN...1
BAB II...9
UJIPRATRANSFUSI 13
PraktikumI15
MEMISAHKAN SERUM DARAH DARICONTOH DARAH15
PraktikumH20
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan transfusi darah adalah serangkaian kegiatan mulasi dari pengarahan
dan pelestarian donor sampai dengan pendistribusian darah. Transfiise darah meruapakan
tindakan klinis yang penting untuk mengatasi penyakit dan menyelamatkan jiwa serta
memperbaiki kesehatan pasien yang memerlukan darah. Hal ini penting yang harus
diperhatikan dalam praktek transfiise darah adalah factor keamanan dan kualitas darah
Dalam surat keputusan menteri kesehatan no 1457 tahnn 2003 tentang standar
1.Darah bebas dari penyakit infeksi yang dapat menular lewat transfuse darah
(IMLTD)
2.Darah mudah didapat dan tepat waktu, dalam junlah yang cukup sesuai kebutuhan.
3.Transfuse darah diberikan atas indikasi yang tepat.
4.Didistribusikan dalam systrm distribusi tertutup (cold chain).
5.Aman dari praktek jual beli
6.Rumah Sakit pemerintah dan RS swasta ( bank darah RS ) berperan untuk
melaksanakan transfuse darah bagi pasien di RS yang membutuhkan transfuse
dengan indikasi yang tepat (rasional), dengan mengaktifkan peran komite transfusi
darah Rumah Sakit
Namun dalam penerapan masih bnayk masalah yang ditemukan dilapangan terkait dengan
kemanan darah antara lain :
1.Masih banyak rumah sakit yang melibatkan keluarga pasien untuk mengambil darah
2.Penggunaan darah yang rasional dengan jumlah dan indikasi yang tepat masih belum
optimal
3.Pemahaman tentang penatalaksanaan pemberian transfusi darah dirumah sakit masih
kurang
Transfusi Darah
modern.Bila digunakan dengan benar, transfuse dapat menyelamatkan jiwa pasien dan
meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfuse darah dan komponen darah adaiah
untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain. WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa
20% populasi dunia berada di Negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor
yang aman sedangkan 80% populasi dunia yang berada di Negara berkembang hanya 20%
memakai darah donor yang aman.
prosedur transfuse darah sudah dilakukan sejak zaman perjuangan revolusi oleh PMI.
Transfusi ransfusi set darah merah hamper selatu diindikasikan pada kadar
hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfuse dapat ditunda jika pasien
asimptomatik dan/atau penyakitnya memliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang
lebih rendah dapat diterima.
Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium. Transfusi tidak
dilakukan bila kadar Hb >10 g/dl, kecuali nila indikasi tertentu, misalnya penyakit yang
membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh : penyakit paru obstruktif
kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).
Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb <11 g/dl;
bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dl (seperti pada anemia bayi
premature). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan
Rasional:
Transfusi satu unit darah elngkap (whole blood) atau sel darah merah pada pasien
dewasa berat badan 70 kg yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan hematocrit
kira 3% atau kadar Hb sebanyak lg/dl. Tetapi, kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu
untuk transfusi sel darah merah. Faktor lain harus menjadi pertimbangan adalah kondisi
pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit yang
diderita oleh pasien dan risiko transfusi.
Banyak transfusi sel darah merah dilakukan pada kehilangan darha ringan atau sedang,
padahal kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas perioperatif.Meniadakan transfusi tidak menyebabkan keluaran (outocome)
perioperatif yang lebih buruk. Transfusi trombosit dapat digunakan untuk : Mengatasi
perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila
terdapat perdarahan mikrovaskular difiis batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF
transfuse untuk pasien dengan hitung trombosit kurang dari 10.000-20.000/uL, sedangkan
untuk pasien dengan hitung trombosit >50.000/uL transfusi trombosit tidak memberikan
keuntungan. Transfusi trombosit pada hitung trombosit yang lebih tinggi diindakasikan untuk
pasien dengan perdarahan sistemik atau yang memiliki resiko tinggi mengalami perdarahan
kelainan koagulasi, sepsis, atau disfungsi trombosit.Pada tahun 1994 CAP
besar dengan perdarahan yang mengancam nyawa, CAP menyimpulkan bahwa transfusi
trombosit dapat dilakukkan pada hitung trombosit yang tinggi mempertahankan htiung
trombosit >50.000/uL. CAP juga merekomendasikan melakukan transfiise pada pasien yang
menderita desktruksi trombosit dengan hitung trombosit <50.000/uL dan adanya perdarahan
mikrovaskular.
terhadapat 630 rumah sakit bagian hematologi dan onkologi melaporkan bahwa profilaksis
transfusi trombosit ditunjukan bagi pasien dengan hitung trombosit <20.000/uL sedangkan
pasien yang menjalani prosedur invasif minor seperti biopsy atau pungsi lumbal, kriteria
memuaskan.
dapat meningkatkan keluaran keluaran klinis. Spector dkk3 melaporkan bahwa 600-1800 ml
FFP diperlukan untuk mengurangi masa protrombin (protrombin time = PT) sebanyak 3 detik
dari nilai control pada pasien dengan penyakit hati tetapi dan responsnya hanya sementara
(temuan yang berhubungan dengan kelainan firngsi hati tetapi tidak dengan kondisi operasi
yang normal). Pada tinjauan retrospekstif terhadap 100 pasien yang menjalani opersi pintasan
arteri koroner yang diberi albumin atau FFP rata-rata 6 unit tidak memperlihatkan adanya
perbedaan dalam hal kehilangan darah atau transfusi.
Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian nyawa
hanya bila didukung dengan darah, maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi
daripada risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil
hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan. Dalam
hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai dengan keuntungan. Risiko
transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat, penularan penyakit
1. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi
yang membahayakan nyawa.Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan
dengan adamya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri
kepala.Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria,
dispnea.Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun >20% tekanan
darah sistolik), takikardia (naik >20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak
jelas.Reaksi ini disebabkan oleh hemolysis intravascular akut, kontaminasi bakteri, syok
septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
sel darah merah. Antibodyi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah
dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka
akan semakin meningkatkan risiko. Penyebab terbanyak adalah inkompatibiltas ABO. Hal ini
biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari
pasien ketabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien melawan antigen golongan golongan darah lain
(selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti system Idd, Kell atau
Duffy. Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit awal
transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak
sadar atau dalam anesthesia, hipotensi atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin
awal transfusi dari setiap unit darah. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion
associated acute lung injury = TRALI) Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang
mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul
dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang
difiis. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pemapasan di ruang rawat intensif.
2. Reaksi Lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda
demam, anemia ikterik dan hemoglobinuria.Reaksi hemolitik lambat yang berat dan
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.Pencegahan dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan
pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.Purpura pasca transflisi merupakan
kompilkasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau
trombosit.Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik
trombosit pada resipien.Lebih banyak terjadi pada wanita.
Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat
akut 5-10 had setelah transfiisi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit
<100.000/uL.Penatalaksanakan penting terutama bila hitung <50.000/uL dan perdarahan
besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan
hati).Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat
besi seperti desforioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan
mempertahankan kadar serum ferritin <2.000mg/I.
3.Penularan Infeksi
Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfiise darah bergantung pada berbagai
hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan,
status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model
matematis untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus
hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV). Model ini berdasarkan
fakta bahwa penularan penyakit terutama timbul pada saat window period (periode segera
setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).
Transfusi masif adalah penggantian sejumlah darah yang hilang ata lebih banyak dari
total volume darah pasien dalam waktu <24 jam (dewasa: 70 ml/kg, anak/bayi: 80-90 ml/kg).
Morbiditas dan mortalitas cenderung meningkat pada beberapa pasien, bukan disebabkan
oleh banyaknya volume darah yang ditransfiisikan, tetapi karena trauma awal, kerusakan
jaringan dan organ akibat perdarahan dan hipovolumenia.Seringkali penyebab dasar dan
transfusi itu sendiri.Namun, transfusi massif juga dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Hiperkalemia
akan semakin meningkat bila semakin lama disimpan. Keracunan sitrat dan hipokalsemia
Keracunan sitrat jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada transfusi darah lengkap
karena itu tidak perlu menetralisir kelebihan asam. Kekurangan fibrinogen dan faktor
koagulasi Plasma dapat kehilangan faktor koagulasi secara progresif selama penyimpanan,
terutama faktor V dan VIII, kecuali bila disimpan pada suhu -25C atau lebih rendah.
Kekurangan trombosit
Fungsi trombosit cepat menurun selama penyimpanan darah lengkap dan trombosit
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. DIC dapat terjadi selama transfusi masif, walaupun hal ini lebih
disebabkan alas an dasar dilakukannya transfusi (syok hipovolemik, trauma, komplikasi
Hipotermia
Pemberian cepat transfusi masif yang langsung berasal dari pendingin menyebabkan
penurunan suhu tubuh yang bermakna.Bila terjadi hipotermia, berikan perawatan selama
berlangsungnya transfusi.
Mikroagregat
Sel dara putih dan trombosit dapat beragregasi dalam darah lengkap yang disimpan
Sifat utama dari darah yaitu suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna
merah.Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat
molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut dalam darah.Warna
merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa
yang berwarna merah dalam darah.Dengan adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel
Golongan darah secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A,B,0 dan
AB. Dalam darah terdapat antigen dan antibodi dimana antigen berada pada sel - sel darah
merah dan antibodi berada dalam serum. Sel - sel yang hanya memiliki antigen A dan
mempunyai anti-B didalam serum tersebut golongan A. sedangkan sel - sel yang hanya
memiliki antigen B dan mempunyai anti-A dalam serum disebut golongan B. sel - sel yang
memiliki antigen A dan Antigen B dan tidak mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum
disebut golongan AB. Sel - sel yang tidak memiliki antigen A dan antigen B, mempunyai
anti-A dan anti-B dalam serum disebut golongan O.
Antigen
Antigen adalah sejenis zat yang bila masuk ke dalam tubuh, lalu dikenali sebagai
benda asing, akan menimbulkan respon imun. Hal ini akan berakibat dibuatnya antibodi yang
akan bereaksi spesifik dengan antigen tersebut Antigen terdapat pada permukaan sel darah
merah, yang terdiri atas bilipid membrane suatu molekul yang besar. Komposisi bilipid
membrane adalah molekul yang dinamakan phospolipid yang terdiri dari hydrophilic dan
hydrophobic.Umumnya molekul protein bilipidmembrane memiliki oligosakarida, beberapa
diantaranya diketahui menjadi antigen golongan darah, lainnya berfungsi untuk metabolisme
(Rho). Ciri antigen itu berada pada ujung gula - gula pada rangkaian oligosakarida yang
melekat langsung pada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari
hamparan bilipid.Apabila. ologasakarida itu melekat pada kulit sel disebut molekul gycolipid,
dan kalau melekatnya pada susunan protein disebut glycoprotein.
Golongan darah O memiliki antigen H paling banyak, dalam serologi golongan darah,
antigen pada permukaan sel darah merah akan dikenali sebagai antigen asing apabila
ditransfusikan ke resipien yang tidak mempunyai antigen yang identic dengan antigen donor.
Ekspresi suatu antigen golongan darah dikontrol oleh gen, pada golongan darah ABO dan
lewis control gen diekspresikan oleh enzim yang bertanggung jawab pada gula/ karbohidrat
yang melekat (Substansi H) yang akanmemberikan antigen khusus dari substansi precursor.
Antibodi
Antibodi dapat dikenal bila antibodi itu berinteraksi dengan antigen dan
sebaliknya.Dalam golongan darah interaksi ini biasanya dapat dilihat dari sel - sel darah
beraglutinasi.
Antibodi golongan darah yaitu anti-A dan anti-B pada utnumnya timbul beberapa bulan
setelah lahir (3-6 bulan) dan mencapai level maksima pada usia 5-10 tahun kemudian
secara perlahan - lahan menurun pada usai tua.
sel darah merah yang disebabkan oleh antibodi yang melekar pada antigen - antigen beberapa
10
sel darah merah, sampai menimbulkan suatu anyaman yang dapat menjerat sel - sel menjadi
mengelompok.
menimbulkan aglutinasi, tetapi hanya menyelubungi sel tersebut.Tahap kedua yaitu anyaman
Antibodi - antibodi IgM ukurannya besar, memiliki 10 tempat antigen. Semuanya bisa
mengensitisasi dan mengaglutinasi sel - sel secara langsung.Antibosi - antibodi demikian
1.Perlekatan fisik antibodi pada sel darah merah yang disebut sensitasi. Dalam sistim
golongan darah reaksi antigen pada sel darah merah dengan antibodi, tampak sebagai
gumpalan sel. Sebelum terjadinya aglutinasi antibodi akan mengadakan ikatan terlebih
dahulu dengan antigen yang berpadanan, sehingga terjadi suatu komplek antigen antibodi
komplek. Bila suatu antibodi telah mengadakan ikatan dengan antigennya sehingga sel
darah merah tersebut diselubungi oleh antibodi, maka peristiwa tersebut dinamakan juga
bahwa sel darah merah telah disensitisasi oleh antibodi dan reaksi tersebut tidak terlihat
oleh mata biasa.
2.Pembentukan jembatan - jembatan antara sel - sel yang telah disensitisasi mengakibatkan
terjadinya aglutinasi.
Tujuan pemeriksaan golongan darah sel grouping dan serum typing adalah untuk
menetapkan ada satu tidaknya antigen pada sel merah dan ada atau tidaknya antibodi dalam
serum. Untuk mendapatkan hasil kesimpulan golongan darah yang benar harus dilakukan
pemeriksaan dua arah yaitu : sel grouping yaitu suatu pemerikasana golongan darah untuk
memeriksa ada atautidaknya antigen A atau antigen B pada sel darah merah. Serum typing
yaitu suatu pemerikasaan golongan darah untuk memeriksa ada atau tidaknya anti — A dan
- B, anti - AB. Reagen tersebut terbuat dari antibodi monoclonal yang disekresi dari suatu
kultur sel - sel yang dikultur disebut hibridomas. Keuntungan reagen monoclonal yaitu
kerjanya spesifik serta bebas dari lain yang dapat mengaburkan hasil tes antibodi monoklonak
telah menjadi reagen pilihan dalam banya penelitian karena spesifisitas dan
reproduktifitasnya dengan sedikit variasi antar batch. Oleh karena itu anti bodi monoclonal
terjadi sebagai interaksi antara tipe epitope dengan satu klon limposit B tunggal maka
antibodi ini mempunyai apitop yang sama.
1.Kesalahan teknik (kaca kotor, kontaminasi reagen, sentrifiige yang tidak baik, pembacaan
salah).
3.Eritosit yang dilapisi antibodi dapat menimbulkan aglutinasi dalam lingkungan protein
tinggi.
4.Transfusi yang diberikan sebelum pengujian menyebabkan sampel yang diperiksa
mengandung bermacam - macam populasi eritrosit.
12
BAB III
UJIPRATRANSFUSI
Uji pratransfusi memiliki beberapa istilah lain seperti pratransfusion testing atau
compatibility testing. Uji pratransfusi adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan
sebelum produk darah ditransfusikan pada pasien.Uji pratransfusi ini identic dengan
crossmatching (direct compatibilyti test) meskipun dalam aplikasinya pada uji pratransfusi ini
terdapat pemeriksaan awal serta ada pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan apabila hasil
crossmatching tidak sesuai.Jadi crossmatching hanya merupakan salah satu bagian dari uuji
satu jam.Waktu pengerjaan dapat lebih pendek ataupun lebih panjang tergantung jenis seta
metode pemeriksaan serta kendala yang di hadapi selama prosedur beijalan.
uji pratransfusi tidak hanya terbatas pada pemeriksaan laboratorium saja, tetapi juga meliputi
cakupan yang lebih luas.Mulai dari permintaan darah sampai pelabelan produk darah sebelum
didistribusikan ke pasien.
Adapun tahapan uji pratransfusi menurut standar AABB adalah sebagai berikut:
allogenic antibodies
13
7. Melakukan pelabelan komponen darah sesuai dengan identitas pasien dan
Langkah-langkah uji pratransfusi merupakan sebuah proses yang dimulai dari pasien
dan berakhir pada pasien juga. Proses tersebut membutuhkan sebuah rancangan yang dapat
menjamin keamanan baik bagi donor maupun pasien (recipient). Berikut adalah tahapan-
14
Praktikum I
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
TUJUAN
Serum atau plasma dari sel darah merah bertujuan utituk mendapatkan serum ataua
PRINSIP
kemudian serum diambil dan dicentrifuge, ambil cairan jernih sebagai serumnya
•Jarum suntik/spoit
•Tabung centrifuge
•Centrifuge
•Pipet
15
CARAKERJA
1.Darah yang baru diambil tanpa antikoagulan, dibiarkan 15-20 menit supaya membeku
sampai sempuma, dan ditunggu sampai cairan / serumnya keluar dari bekuan
2.Setelah seramnya keluar, dengan hati-hati menggunakan pipel PasteuT, serum diambil
diputar dalam centrifuge dengan kecepatan 1500 - 2000 rpm selama 3 menit maka
akan didapatkan serum yang jemih dibagian atas dan sediment hasil dibagian bawah
4.Kemudian pipet yang sudah dicuci ( cuci dengan air minimal 3 kali ) lalu dibilas
dengan NaCl 0,9% sebanyak 3 kali, serum dipindahkan ke sebuah tabung lain yang
bersih
5.Selanjutnya sel dicuci untuk membuat suspensi
16
Pembahasan
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
TUJUAN
PRINSIP
Sel darah dicuci dengan saline untuk menghilangkan sisa-sisa globulin yang melekat pada sel
Cara pencucian untuk maksud ini, setiap kali pencucian perbandingan sel dengan saline
adalah:
20
3.Kocok isi tabling ( sel + saline ) dengan pipet Pasteur hingga sel tersuspensi dengan
rata / homogeny
4.Kemudian diputar dalam centrifuge 1500 - 2000 rpm selama 3 menit atau selama
Pencucian ini sebaiknya diulang 3 kali. Pada pencucian terakhir supernatant dibuang
Untuk meyakinkan bahwa pencucian telah bersih, di uji dengan asam sulfosalisil 20% yang
diteteskan pada supernatant.Jika tidak ada kekeruhan berarti sudah bersih.
21
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
.• •'.•-•
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
24
Praktikum III
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Prinsip :
Untuk membuat kepekaan sel darah merah tnenjadi enceran tertentu guna
Endapan padat dari sel yang sudah dicuci itu disebut Washed Packed Cells
26
Pembahasan
27
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
28
Praktikum IV dan V
GOLONGAN DARAH
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
PENDAHULUAN
Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung antigen yang sesuai
dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen, maka akan terjadi aglutinasi atau
hemolysis
Aglutinasi adalah penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh ikatan
antibodi dengan antigen pada sel darah merah sehingga menghasilkan ikatan yang
menggandeng beberapa sel secara bersama-sama.
Tahapa 1: antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setekah terjadi kontak
antigen antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi. Hanya sebatas melapisi atau
mensensitisasi sel
jenis IgM dan hanya sedikit yang disebabkan oleh IgG.Setelah antigen berikatan dengan
29
antibodi, jalur komplemen akan di aktivasi sehingga menyebabkan sel darah merah rapture
atau lisis. Lisis juga mengindikasikati adanya reaksi antara antigen dan antibodi seperti
aglutinasi
Jika tidak melihat kepada sub grap, maka dikenal dengan 4 golongan darah yaitu :
TUJUAN
Untuk mengetahui jeni aglutinogen dalam sel darah dengan antisera yang telah diketahui
jenisnya
PRINSIP
Reaksi aglutinasi antara aglutinogen dalam sel darah dalam antisera yang diketahui jenisnya.
•Suspensi sel
REAGEN
30
PROSEDUR
A. CARA SLIDE
1.Taruhlah disebelah kiri kaca objek 1 tetes antisera A dan sebelah kanan 2 tetes
antisera B ( sesuai yang disediakan untuk slide kertas )
2.Teteskan 1 tetes kecil suspense sel 10 5 kepada masing-masing antisera itu dan
4.Perhatikan adanya aglutinasi dalam waktu 2-3 menit dengan mata belaka
Hasil di baca lagi setelah 20 menit untuk mengamankan sub group yang lemah pada golongan
B.CARATABUNG
1.Sediaka 2 tabung reaksi pendek dalam rak berilah tanda I dan II
2.Kedalam tabung I berilah 1 tetes antisera A dan tabung II diberi 1 tetes antisera B
3.Masing - masing tabung, tambahkan 1 tetes susoensi sel 5 % dan campurkan
PEMBACAAN HASIL
+ - + A
- + + B
+ + + AB
- - - O
Antisera AB, berguna untuk menghindari kekhilafan, ada juga untuk mendapatkan sub grup
A yanag lemah yang tidak bereaksi dengan antisera A. Sampel yang memberiksan hasil
reaksi aglutinasi lemah atau meragukan harus diulang dengan menggunakan tes tabung (tube
Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan pada slide test antara lain
reagen
31
2.Risiko penularan infeksi sangat besar sehingga keamanan dan keselamatan dalam
3.Slide test tidak cocok digunakan untuk deteksi antibodi ABO pada serum atau plasma
Pemeriksaan golongan darah dengan slide test memiliki beberapa keuntungan yaitu
sangat mudah dan cepat digunakan untuk menentukan golongan darah ABO dala keadaan
emergency, dapat digunakan sebagai penentu golongan darah awal apabila pemeriksaan
penggunaan rutin, karena tidak handal atau tidak terpercaya untuk kasus-kasus dengan
antigen yang bereaksi lemah dan titer anti-A dan anti-B lemah pada serum
32
Lembar Kerja Mahasiswa
33
Pembahasan
34
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
35
Praktikum VI dan VII
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
TUJUAN
Untuk mengetahui jenis agglutinin dalam serum probandus sebagai konfirmasi cell grouping
PRINSIP
Reaksi aglutinasi antara agglutinin dalam serum dengan aglutinogen yang diketahui jenisnya.
Bila bersesuaian akan terjadi aglutinasi
•Serum
36
PROSEDUR
A.CARA SLIDE
1.Taruhlah disebelah kiri dan kanan masing - masing 2 tetes serum yang diperiksa,
Keterangan:
-Mudah kering
6.Amati adanya hemolysis tanpa mengocoknya, amati adanya aglutinasi dengan jalan
meresuspensikan
Keterangan :
37
Pembacaan hasil:
Keterangan :
38
Lembar Kerja Mahasiswa
39
Pembahasan
40
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
41
Praktikum VIII
TEST HEMOLYSIN
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
TUJUAN
1.Untuk mengetahui apakah serum yang diperiksa menyebabkan hemolisis pada sel-sel
donor / resipien
PRINSIP
Apabila terjadi antigen antibody maka complement activating site dari antibody
tersebut dapat bereaksi dengan complement sebagai akibat dari aktivitas complement tersebut
akan terjadi antigen complement complex yang menyebabkan kerusakan membrane sel
PROSEDUR
1.Serum yang diperiksa (segar) golongan O dimasukan kedalam tabung reaksi yang
42
3.Kedua tabling diinkubasi pada suhu 37C selama 1 jam
4.Dicentrifuge 1000 rpm 3-5 menit
CARAPEMBACAAN
•Non hemolisis : serum jernih warnanya tetap, eritrosit mengendap di dasar tabung
•Hemolisis sebagian : seru tampak kemerahan, ada endapan eritrosit didasar tabung
•Hemolisis komplit: serum berwarna merah jernih tidak ada endapan eritrosit didasar
tabung
43
Lembar Kerja Mahasiswa
44
Pembahasan
45
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
46
Praktikum IX dan X
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Golongan darah rhesus merupakan system golongan darah terpenting kedua dalam
terbentuk bila ada paparan antigen rhesus.Istilah rhesus positif dan rhesus negative rutin
digunakan di masyarakat dan para ahli, ketika menyebutkan jenis golongan darah.Misalnya
A-positif atau A-negatif. Rhesus positif mengindikasikan adanya salah satu antigen rhesus
pada sel darah merah, umumnya antigen D. Rhesus megatif mengindikasikan tidak adanya
antigen D pada sel darah merah seseorang. Sistem golongan darah rhesus termasuk system
golongan darah
Berbeda dengan antigen ABO, antigen rhesus hanya diekspresikan oleh sel eritrosit
dan tidak oleh jaringan tubuh yang lain termasuk leukosit dan trombosit. Antigen D memiliki
makna klinis yang signifikan sama seperti antigen A dan B. Antibodi D tidak ditemukan pada
semua individu golongan darah rhesus negative. Anti-D baru terbentuk setelah seseorang
dengan rhesus negative terpapar rhesus positif. Misalnya setelah mendapat transfuse atau
setelah proses kehamilan. Lebih dari 80 % individu dengan rhesus D negative akan
membentuk anti-D setelah transfusi dengan golongan darah rhesus D positif ng kompleks.
47
TUJUAN
PRINSIP
•Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam Modified
Sediakan 2 tabung:
1.Tabung I diisi 1 tetes anti-D modified sedang tabung II diisi 1 tetes bovin albumin
22 %
2.Kedalam tabung I dan II diisi 1 tetes suspense sel 5 % yang diperiksa. Kocok
48
b. Langsung diputar 1000 rpm /I menit atau 3000 rpm/15 detik. Lalu dibaca. Bila
negative, kocok-kocok kembali dan diinkubasikan suhu 37C. selama 15 menit
lalu diputar pada 1000 rpm/1 menit atau 3000/15 detik baca kembali. Bila
tetap negative teruskan priksa factor D .
PEMERIKSAAN FACTOR D
Hasil pembacaan yang negative pada kedua tabung setelah diinkubasi pada suhu
1.Kedua tabung I dan II saline sehingga kurang lebih 1 cm dari mulut tabung.
Ulangi pencucian terakhir di buang sebanyak-banyaknya sehingga seolah-olah
Contoh hasil D
NO H(ALB) Keterangan
1 + - D : positif
2 - -
D : negative
3 + + D : tidak bisa
ditetapkan
1.Ambil sebuah tabung dan diisi dengan 1-2 tetes anti- D incomplete
49
Pembahasan
51
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
52
Praktikum XI dan XII
Petunjuk Belajar'
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-antibodi eritrosit dalam serum. Anti
bodyini menyelimuti permukaan sel eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit menjadi lebih
pendek dan sering menyebabkan reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Pemeriksaan
Tes Coombs atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Coombs test adalah sebuah
pengujian atau tes darah yang dilakukan untuk menemukan antibodi tertentu yang menyerang
sel-sel darah merah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh.
Biasanya, antibodi mengikat zat-zat asing, seperti bakteri dan virus, untuk kemudian
•Tes Coombs langsung (direct) yang melibatkan pemeriksaan langsung pada sel-sel
darah merah yang ditemukan dalam sampel darah. Coombs test langsung terkadang
•Tes Coombs tidak langsung (indirect) dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada
bagian dari darah yang disebut dengan plasma darah.
53
Kedua jenis tes tersebut bertujuan untuk mencari antibodi yang dapat menyerang sel-sel
Direct Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit secara langsung.
Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan
menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksi eritrosit (hemolisis).
Tes ini dilakukan pada sampeln eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan
mendetesksi antibodi yang ada dipermukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi karena adanya
penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir
dengan darah Rh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan
apakah ibunya telag membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta.
Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu
produksi antibodi ini. antibodi ini terkadang menghncurkan eritrosit dan menyebabkan
anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.
TUJUAN
Untuk mengetahui adanya antibody incomplete yang melekat (coated) pada sel darah
merah secara in vitro
PRINSIP
Eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan
diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung
pemeriksaan
PROSEDUR
Sediakan suspense sel yang akan diperiksa 5% dalam saline atau serumnya sendiri
1.Dua tabung disediakan (tabung I dan II), lalu isi masing-masing tabung dengan 1 tetes
suspense sel 5%
3.[ada sendiment sel, pada tabung I ditambahkan I tetes Coombs serum dan tabung II
ditambahkan saline
4.Putar 1000rpm/l menit atau 3OOOrpm/15 detik
54
5. Baca hasil secara mikroskopis menggunakan slide
HASIL PEMBACAAN
Pada hasil yang negatif, ditambahkan 1 tetes coombs control cell (CCC) dan diputar dalam
Tabung I Tabung II
CCC + -
CCC berguna untuk mengecek kualitas Coombs serum (anti human globulin)
Tes ini dilakukan pada satnpel dari bagian cair dari darah (serum). Tes ini akan
mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang
memicu terjadinya maslah bila terjadi pencampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk
menemukan antibodi pada darah donor atau resipen sebelum dilakukan transfusi.
Coombs test tidak langsung (indirect) biasanya digunakan untuk memastikan apakah
darah pendonor sesuai dan dapat digunakan untuk orang yang akan menerimanya. Tes ini
juga dilakukan untuk memeriksa jika darah ibu yang sedang hamil tidak mengandung
antibodi yang mungkin dapat membahayakan bayinya.
TUJUAN
Untuk mengetahui adanya antibody incomplete yang melekat (coated) pada sel darah
merah secara in vitro
PRINSIP
Reaksi aglutinasi antibody incomplit dalam serum prombandus dengan sel segolongan
PROSEDUR
55
Didalam sebuah tabung;
2.Tambahkan 1 tetes sel yang segolongan atau sel 0 panel suspense 5% dan inkubasi
5.Pada sendiment sel tambahkan 2 tetes coombs serum dan diputar lOOOrpm/ 1 menit
6.Baca hasilnya secara mikroskopis
Bila serum aglutinasi, berarti serum yang dipakai mengandung antibody incomplete
Interpretasi Hasil:
Normal
•Tes Coombs (direct). Hasil tes negatif berarti darah Anda tidak memiliki antibodi
yang melekat pada sel-sel darah merah anda
•Tes Coombs tidak langsung (indirect). Hasil tes negatif berarti darah anda kompatibel
dengan darah yang akan terima melalui transfusi. Tes Coombs tidak langsung yang
menyatakan negatif untuk faktor rhesus (titer antibodi Rh) pada wanita hamil berarti
bahwa ia tidak memiliki antibodi yang melawan darah rhesus positif milik bayinya.
Ini berarti belum terjadi sensitasi rhesus yang terjadi.
Abnormal
•Tes Coombs langsung (direct). Hasil tes positif menunjukkan bahwa anda memiliki
antibodi yang melawan sel-sel darah merah sendiri. Ini dapat disebabkan oleh
transfusi dari darah yang tidak kompatibel atau mungkin berkaitan dengan kondisi
seperti anemia hemolitik atau penyakit hemolitik bayi (HDN)
•Tes Coombs tidak langsung (indirect). Hasil tes positif berarti darah anda tidak
kompatibel dengan darah donor dan anda tidak bisa menerima darah dari orang
tersebut
56
Jika tes titer antibodi Rh (rhesus) positif pada wanita yang hamil atau berencana untuk
hamil, ini berarti ia memiliki antibodi yang melawan darah Rh positif (sensitisasi Rh).
la akan diuji di awal masa kehamilan untuk memeriksa janis darah bayinya. Jika bayi
tersebut memiliki darah Rh positif, sang ibu harus dimonitor dengan seksama selama
masa kehamilan untuk mencegah masalah pada sel-sel darah merah si bayi. Jika
sensitisasi belum teijadi, hal ini dapat dicegah dengan suntikan imunologi Rh.
57
Lembar Kerja Mahasiswa
58
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
60
Praktikum XIII dan XIV
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Uji cocok serasi atau yang lebih sering disebut crossmatching memiliki beberapa
sinonim antara lain uji silang serasi atau uji kompatibilitas. Crossmatching dan uji
kompatibilitas memang identik, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Crosscthing adalah
suatu prosedur untuk mereaksi silangkan komponen darah donor dan pasien. Uji
kompatibilitas adalah semua tahapan yang harus dilakukan sehingga diperoleh darah donor
yang benar-benar tepat untuk pasien. Uji kompatibilitas meliputi : identifikasi pasien dengan
akurat, pengambilan sampel darah pasien diikuti dengan pelabelan dan penanganan sampel
golongan darah sistem ABO dan rhesus, melakukan skrining dan identifikasi antibodi,
melakukan crossmatching, mengecek ketepatan dan kelayakan distribusi produk darah,
melakukan reidentifikasi pasien sebelum transfusi dan memonitoring pasien sebelum, selama
Crossmatching dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada antibodi di dalam serum
pasien yang bereaksi dengan sel darah donor jika transfusi dilakukan. Dua fiangsi utama
crossmatching adalah
•Untuk pengecekan terakhir bahwa golongan darah ABO antara donor dan pasien
sudah sesuai
61
•Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam serum pasien yang akan bereaksi
dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada kondisi antibodi tidak
terdeteksi karena tidak adanya antigen yang sesuai pada panel sel skrining
Berdasarkan jenis komponen darah pasien dan donor yang direaksikan, cossmatching
•Mendeteksi adanya antibodi dalam serum pasien (termasuk anti-A & anti-B) yang
dapat menghancurkan eritrosit yang ditransfiisikan
•Mendeteksi antibodi dalam serum donor yang akan masuk ke dalam tubuh pasien.
Kedua tujuan di atas berkaitan dengan jenis crossmatch mayor dan minor yang akan
TUJUAN
Tujuan utama crossmatching adalah untuk mencegah terjadinya reaksi transfiisi baik reaksi
transfusi yang bersifat mengancam nyawa maupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang
dapat mengganggu kenyamanan pasien. Tujuan yang tidak kalah penting lainnya adalah
memaksimalkan masa hidup in vivo sel-sel darah yang ditransfiisikan
PRINSIP
•Mayor : reaksi antara sel donor dan serum resipen, bila terjadi aglutinasi atau
Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross-match dibagi dalam 3
kategori yaitu:
2.Crossmatch Emergency
Berdasarkan mediumnya :
1.Saline
2.Bovine
3.Coomb's
62
Untuk melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah pertama adalah ;
2.Memeriksa factor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan ditransfiisikan
Tabung I Tabung II
2 tetes serum OS 2 tetes serum DN
detik
Baca reaksi terhadap hemolisis/aglutinasi.
Hasil: bila hemolisis dan aglutinasi positif: tidak cocok
Bila hemolisis dan aglutinasi negatif: pemeriksaan dilanjutkan diphase III
(point 3)
3)Kedua tabung ditambah 2 tetes bovin albumin 22% lalu kedua tabung
diinkubasikan kedalam waterbath suhu 37C selama 15 menit lalu kedua tabung
diputar 1000rpm/l menit
Baca reaksinya terhadap hemolisis/aglutinasi
Hasil : bila hemolisis dan aglutinasi negatif: pemeriksaan dilanjutkan diphase III
(pont 3)
4)Cuci selnya 3-4 kali dengan saline, dengan cara yang baik pencuciannya 3 kali
sudah cukup membuang sisa-sisa globulin yang bebas (bila diperlukan supernatan
saline di test dengan asam sulfosalisil 20%)
5)Tambahkan pada sdiment masing-masing 2 tetes coombs serum, dicentrifiige
Hasil:
Aglutinasi= tidak cocok (incompitible)
63
Aglutinasi negatif= cocok (compitible)
2. TEKNIK CROSSMATCH EMERGENCY (untuk keadaan darurat)
Sediakan 4 buah tabling
Isikan :
A MAYOR TEST
Tabung I: 2 tetes serum OS
B. MINOR TEST
Tabung I: 2 tetes serum donor
1tetes sel OS 5%
2tetes bovin albumin 22%
Tabung II : 2 tetes serum donor
1 tetes sel OS 5%
LANGKAH-LANGKAH
1.Ke empat tabung dikocok-kocok kemudian :
HASIL
a.Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor COCOK (COMPATIBLE) dan
cari causanya
b.Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor TIDAK COCOK
(INCOMPATIBLE) dan cari causanya
c.Tabung I dan H sesudah di inkubasi dengan SUHU 37C
• Putar 1000 rpm/1 menit baca hasilnya, bila hasilnya negatif, cuci selnya 3-4
kali saline
64
•Pada masing-masing sel ditambah 2 tetes coombs serum lalu kocok
PRINSIP
Reaksi silang in vitro antara sel donordengan serum resipen atau sebaliknya jika
terjadi aglutinasi maka darah donor tidak cocok. Jika tidak terjadi aflutinasi darah
donor dapat ditransfusikan
PROSEDUR
1.Sediakan 2 buah tabung
2.Isikan
•2 tetes serum OS
5.Sediment sel dicuci pada masing-masing tabung dicuci 3-4 kali dengan saline
65
6.Pada sediment sel dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes coombs
serum.
HASIL:
Pada teknik ini dilakukan bila permintaan darah diajukan 2-3 had sebelum operasi
dijalankan.
66
Pembahasan
68
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
69
Praktikum XV
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
1.Definisi
Uji cocok serasi (cross match) metode Gel Test adalah pemeriksaan silang antara
darah pasien dan darah donor menggunakan micro tube yang berisi gel sebagai media
2.Prosedur Kerja
70
3D Paea<
Kedua tabung dicentrifuge 3000 rpm selama 90 detik-120 detik sehingga darah
memisah menjadi PRC yang terletak ditabung bagian dan serum/plasma dibagian
atasnya
Ambil dua tabung dituli identitas pasien dan nomor pemeriksaan. Tabung yang
^30jdIDliHBfct4
Bhomo^enkw
Microtube yang pertama diisi 50uL suspense eritrosit donor (Mayor cross match)
+ 25uL serum pasien. Micro tube yang pertama diberi tanda (-1). Micro tube yang
kedua untuk minor cross match diisi 50uL suspense eritrosit pasien + 25uL serum
donor.
Kedua micro tube diketok-ketok tepinya supaya darah dan serum masing-masing
71
D.Kedua micro tube diinkubasi daiam box inkubator 37 SII (SII adaiah code Gel
Test) bila selesai waktunya (habis) secara otomatis inkubator akan berdering
peringatan
Tanda (-1) sebagai tanda mayor Cross Match berisi (eritrosit donor + serum pasien)
Tanda (=1) sebagai tanda Minor Cross Match berisi (eritrosit pasien + serum
donor)
E.Kedua micro tube kemudian di sentrufugasi (sentrifiige khusus gel test), tekan
tombol untuk cross match. Kecepatan dan waktunya sudah diatur secara otomatis
Keterangan:
dengan 0,8% suspensi eritrosit*), cross match, auto control, direct coombs test,
72
•Untuk mendapatkan reaksi optimal pakailah sampel darah segar pasien, dalam
73
Lembar Kerja Mahasiswa
74
Pembahasan
75
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
76
PROSEDUR KERJA STANDAR
UJICOCOK SERAASIMETODE TEST
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
1.TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan uji cocok serasi sebagai metode gel
test
2.RUANGLEVGKUP
Prosedur ini berlaku pada pelayanan Unit Transfusi Darah di Laboratorium uji cocok
serasi dan di bank darah RS yang menggunakan metode ini
3.DEFINISI
Uji cocok serasi metode gel test adalah pemeriksaan silang antara darah pasien dan
donor micro tube yang berisi gel sebagai media untuk pembacaan reaksinya.
4.REFERENSI
•Lefalet reagen
•ISO 9001-2000
•Prosedur kerja standar Uji Cocok Serasi Metode Gel Test oleh PMI
5.EVFORMASIUMUM
•Metode ini lebih praktis, mudah dan membutuhkan waktu lebih singkat dari
pada metode tabung biasa
•Sebelum dilakukan pemeriksaan uji cocok serasi dulu golongan darah pasien
maupun donor, bila sudah sama baru dilakukan uji cocok serasi
77
6. URAIAN PROSEDUR
1)Menyiapkan reagen LISS diluent 2 dibiarkan pada suhu kamar
2)Pada ID card ditulis:
•Nomor pemeriksaan
•Identitas pemeriksa
•Nama pasien
•Tanggal pemeriksaan
•Jenis reaksi (mayor, minor, cross antar donor dan sebagainya bila
diperlukan)
3)Menyiapkan sampel
1.Sediakan tabung untuk menampung sampel pasien, diberi identitas S, dan
nomor pemeriksaan
2.Sediakan tabung untuk menampung sampel donor, diberi tanda D (Di, D2, D3,
dengan 500uL ID LISS Diuent-2 unruk membuat suspense sel darah merah
4)Buka aluminium penuup micro tube pada micro tube sejumlah yang diperlukan
dengan menrik ujung tutup ke arah kanan atas
5)Masukkan 50uL suspense sel pasien ke dalam microtube minor (=) dan 50uL
suspense sel donor ke dalam micro tube mayor
6)Tambahkan 25uL serum/plasma pasien, ke dalam micro tube mayor dan 25uL
7)Selanjutnya untuk pasien transfuse labih lebih dari satu donor micro tube yang
dipakai.
8)Test card digetarkan/diketuk-ketuk bagian samping supaya isi microtube
tercampur
78
10)Sete;lah inkubasi selesai, ID card diputar
11)Hasil reaksi dibaca dan ditulis pada lembar kerja\
12)Melengkapi/mengisi lembar kerja
79
Pembahasan
80
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
81
DAFTARPUSTAKA
British Society for Haemotology. Guidelines for the use of platelet transfusions Brit J
Haemotol 2003;12;10-23
Clinical practice guidelines on the use of blood components (red blood cells, platelets,
fresh frozen plasma, cryoprecipitate); Australia NHMRC-ASBT, 2002; 1-75
Carson JL, Duff A, Berlin JA, Lawrence VA, Poses RM, Huber EC,dkk.
Perioperative blood transfusion and postoperative mortality. JAMA 1998;279;199-
205
Clinical Resorce Efficiency support team. Guidelines for blood transfusion practice
Irlandia2001.
Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman pelayanan transfusi darah; skrining untuk
penyakit infeksi. Modul 2, Jakarta, April 2001;I,13-5,25-6,27-33,36
National Blood User group A guideline for transfusion of red blood cells in surgical
patients, Irlandia, Januari 2001
82