Anda di halaman 1dari 89

VISIDANMISI

PRODI D-m TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIS

A.VISI

Menjadi Prodi D-3 Teknologi Laboratorium Medis yang unggul, mandiri, dan
berbudaya dalam pelayanan diagnostik Tuberkulosis Paru dan penyakit penyerta serta
mampu bersaing secara global tahun 2024.

B.MISI

1.Melaksanakan dan meningkatkan pendidikan di bidang Teknologi Laboratorium


Medis yang Unggul, Mandiri dan Berbudaya dalam Pelayanan Diagnostik
Tuberkulosis Paru dan Penyakit Penyerta
2.Melaksanakan dan mengembangkan penelitian dalam diagnostic Tuberkulosis Paru
dan penyakit penyerta.

3.Melaksanakan kegiatan pelayanan pengabdian kepada masyarakat dalam diagnostik

Tuberkulosis Paru dan penyakit penyerta.

C.TUJUAN

1.Melaksanakan kegiatan pendidikan D-3 Teknologi Laboratorium Medis yang


profesional sesuai denga nilai dan prinsip ke-Tuhanan, moral luhur, etika, disiplin

berbudaya dan berdaya saing global.


2.Menghasilkan penelitian kesehatan di bidang diagnostik Tuberkulosis Paru dan
Penyakit Penyerta.

3.Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat dalam program pemberdayaan


masyarakat secara mandiri, inovatif, dan berkelanjutan di bidang diagnostik

Tuberkulosis Paru dan Penyakit Penyerta.

4.Menjalin kerjsama dengan organisasi profesi dan stakeholder untuk menjamin

keberlangsungan Tridharma Perguruan Tinggi serta pemberdayaan lulusan


LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Jurusan D-III Teknologi Laboratorium Medis, menyatakan dengan benar bahwa modul

Biokimia dengan rincian di bawah ini:

Program Studi D-IH Teknologi Laboratorium Medis


Kode Mata Kuliah TLM-213
Nama Mata Kuliah Imunohematologi dan Bank Darah (P)
Jumlah SKS 1 (Satu)
Jumlah Pertemuan 16 kali
Alokasi waktu 1 SKS Praktek adalah 1 x 170 menit
Penyusun

1.Nama Muh. Ali Makaminan, S.Kep, NsM.Kes

NIP 19760402 200112 1002


Pangkat/Golongan Penata/IILc
Jabatan Asisten Ahli
2.Nama Indra E. Lalangpuling, M.Sc

NIP 19871125 2018012 001


Pangkat/Golongan Penata Muda Tkt. VUR>
Jabatan Dosen

Telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan dan panduan penyusunan modul sehingga

dapat dipertanggungjawabkan dan layak digunakan dalam proses belajar mengajar di


laboratorium.

Demikian pengesahan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

Manado, Juni 2019


Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium

,/'v;-';>* ^ "• Medis

EIne Vieke Rambi, S.fd, M.Si

NIP. 197108092003122001

Hi
LEMBAR KONTROL
Nama Mahasiswa

NIM

Hari/Tanggal Judul Kegiatan Paraf Instruktur

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah

Muh. Ali Makaminan, S.Kep, Ns.M.Kes


NIP. 19760402 200112 1 002

fv
KATAPENGANTAR

Segala Puji dan Syukur bagi Allah sumber segala hikmat atas AnugerahNya maka
buku Panduan Praktikum Imun Hematologi Bank Darah dapat tersusun dengan baik.

Buku panduan praktikum ini merupakan sumber rujukan serta bagi mahasiswa dalam

melaksanakan praktikum di laboratorium. Adapun panduan ini membuat berbagai macam

metode pemeriksaan atau praktikum, seperti : memisahkan serum darah dari contoh darah,

cara pencucian sel, pembuatan suspensi sel, pemeriksaan golongan darah, tes hemolysin,

pemeriksaan rhesus, coomb'st test, ujia cocok serasi, pemeriksaan uji serasi gel test, dan uji

cocok serasi metode gel test.

Diharapkan mahasiswa dapat membaca buku literature lain yang disarankan gun
menambah wawasan serta pemahaman mahasiswa terhadap materi praktikum yang

dikerjakan.

Akhir kata penyusun menngucapkan selamat berpraktek kepada seluruh mahasiswa,

semoga penuntun praktikum ini dapat berguna bagi kita semua

Manado, Juni 2019

PENYUSUN
PENDAHULUAN

Mata kuliah praktikum Imunohematologi dan bank darah berada pada semester V
(lima)/Tingkat HI dengan jumlah SKS sebanyak 1 SKS praktik. Mata kuliah ini diberikan
sebagai mata kuliah keahlian.

Kompetensi Dasar

Sebelum mengikuti perkuliahan Imunohematologi dan bank darah (P) mahasiswa diharapkan
telah mampu:

-Mengoperasikan alat gelas

-Mengoperasikan neraca analitik

-Mengoperasikan alat-alat pengukur (pipet ukur, mikropipet)

-Mengetahui cara melakukan pemeriksaan dengan berbagai metode

Capaian Pembelajaran:

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini peserta didik mampu:

-Mampu melakukkan pemisahan serum dari contoh darah

-Mampu melakukkan pencucian sel

-Mampu melakukan pemeriksaan golongan darah dan menginterpretasikan hasilnya

-Mampu melakukan pemeriksaan golongan darah revers grouping dan

menginterpretasikan hasilnya
-Mampu melakukan tes hemolisin

-Mampu melakukan pemeriksaan Rhesus

-Mampu melakukan pemeriksaan coombs test

Mampu melakukan pemeriksaan cross match

vi
DAFTARISI

COVER......i

VISIDANMISIii
LEMBARPENGESAHAN...............................iii

LEMBARKONTROLiv
KATA PENGANTAR...v

PENDAHULUANvi
DAFTARISI:..vii
BAB I....1

PENDAHULUAN...1

BAB II...9

SISTEM PENGGOLONGAN DARAH9


BAB ffl.........:.............13

UJIPRATRANSFUSI 13
PraktikumI15
MEMISAHKAN SERUM DARAH DARICONTOH DARAH15
PraktikumH20

CARA PENCUCIAN SAMPEL20


Praktikumlll...25

PEMBUATAN SUSPENSI SEL25


Praktikum IV dan V29
GOLONGAN DARAH......29

Praktikum VI dan VII..........36

GOLONGAN DARAH REVERSE GROUPING (BACK TYPING)......36


Praktikum Vffl42
TESTHEMOLYSIN...42

Praktikum EX dan X...47

PEMERIKSAAN RHESUS (RHESUS FACTOR)47


Praktikum XI dan Xn....53

PEMERIKSAAN COOMB'ST TEST.53


Praktikum XIII dan XIV.......61

UJI COCOK SERASI (CROSSMATCHING)....61


Praktikum XV.......70

PEMERIKSAAN UJI SERASI GEL TEST(Micro Typing System) 70

..•'•'•• " ' '• •vii' . •


BAB I

PENDAHULUAN

Upaya kesehatan transfusi darah adalah serangkaian kegiatan mulasi dari pengarahan
dan pelestarian donor sampai dengan pendistribusian darah. Transfiise darah meruapakan

tindakan klinis yang penting untuk mengatasi penyakit dan menyelamatkan jiwa serta
memperbaiki kesehatan pasien yang memerlukan darah. Hal ini penting yang harus

diperhatikan dalam praktek transfiise darah adalah factor keamanan dan kualitas darah

Dalam surat keputusan menteri kesehatan no 1457 tahnn 2003 tentang standar

pelayanan Minimal Bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, dinyatakan bahwa salah satu


indicator-nya adalah ketersediaan darah yang aman. Yang dimaksud dengan ketersediaan

darah yang aman adalah :

1.Darah bebas dari penyakit infeksi yang dapat menular lewat transfuse darah

(IMLTD)
2.Darah mudah didapat dan tepat waktu, dalam junlah yang cukup sesuai kebutuhan.
3.Transfuse darah diberikan atas indikasi yang tepat.
4.Didistribusikan dalam systrm distribusi tertutup (cold chain).
5.Aman dari praktek jual beli
6.Rumah Sakit pemerintah dan RS swasta ( bank darah RS ) berperan untuk
melaksanakan transfuse darah bagi pasien di RS yang membutuhkan transfuse

dengan indikasi yang tepat (rasional), dengan mengaktifkan peran komite transfusi
darah Rumah Sakit

Namun dalam penerapan masih bnayk masalah yang ditemukan dilapangan terkait dengan
kemanan darah antara lain :

1.Masih banyak rumah sakit yang melibatkan keluarga pasien untuk mengambil darah

2.Penggunaan darah yang rasional dengan jumlah dan indikasi yang tepat masih belum
optimal
3.Pemahaman tentang penatalaksanaan pemberian transfusi darah dirumah sakit masih

kurang
Transfusi Darah

Transfuse darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan

modern.Bila digunakan dengan benar, transfuse dapat menyelamatkan jiwa pasien dan

meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfuse darah dan komponen darah adaiah

untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain. WHO Global Database on Blood Safety melaporkan bahwa

20% populasi dunia berada di Negara maju dan sebanyak 80% telah memakai darah donor

yang aman sedangkan 80% populasi dunia yang berada di Negara berkembang hanya 20%
memakai darah donor yang aman.

Di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) adaiah satu-satunya organisasi yang


diperbolehkan oleh pemeriintah oleh pemerintah (tertuang dalam peraturan Pemerintah No. 18
tahun 1980) untuk melakukan prosedur transfuse darah. Meskipun demikian, sebenarnya

prosedur transfuse darah sudah dilakukan sejak zaman perjuangan revolusi oleh PMI.

Indikasi Transfusi Komponen Darah

Transfusi ransfusi set darah merah hamper selatu diindikasikan pada kadar

hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfuse dapat ditunda jika pasien
asimptomatik dan/atau penyakitnya memliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang
lebih rendah dapat diterima.

Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium. Transfusi tidak

dilakukan bila kadar Hb >10 g/dl, kecuali nila indikasi tertentu, misalnya penyakit yang
membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh : penyakit paru obstruktif
kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).

Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb <11 g/dl;
bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dl (seperti pada anemia bayi
premature). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan

suplementasi oksigen batas untuk memberi transfuse adaiah Hb <13 g/dl.

Rasional:

Transfusi satu unit darah elngkap (whole blood) atau sel darah merah pada pasien

dewasa berat badan 70 kg yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan hematocrit
kira 3% atau kadar Hb sebanyak lg/dl. Tetapi, kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu
untuk transfusi sel darah merah. Faktor lain harus menjadi pertimbangan adalah kondisi

pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit yang
diderita oleh pasien dan risiko transfusi.

Banyak transfusi sel darah merah dilakukan pada kehilangan darha ringan atau sedang,
padahal kehilangan darah itu sendiri tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas perioperatif.Meniadakan transfusi tidak menyebabkan keluaran (outocome)

perioperatif yang lebih buruk. Transfusi trombosit dapat digunakan untuk : Mengatasi
perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila
terdapat perdarahan mikrovaskular difiis batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF

dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.

Nasional Institut of Health Consensus Conference tnerekotnendasikan profilaksis

transfuse untuk pasien dengan hitung trombosit kurang dari 10.000-20.000/uL, sedangkan

untuk pasien dengan hitung trombosit >50.000/uL transfusi trombosit tidak memberikan

keuntungan. Transfusi trombosit pada hitung trombosit yang lebih tinggi diindakasikan untuk
pasien dengan perdarahan sistemik atau yang memiliki resiko tinggi mengalami perdarahan
kelainan koagulasi, sepsis, atau disfungsi trombosit.Pada tahun 1994 CAP

merekomendasikan transfusi trombosit pada pasien dengan penurunan produksi trombosit

dengan hitung <5000/uL. CAP juga merekomendasikan untuk memberikan profilaksis


transfuse trombosit pada pasien dengan hitung trombosit 5OOO-3O.OOO/uL. Untuk operasi

besar dengan perdarahan yang mengancam nyawa, CAP menyimpulkan bahwa transfusi

trombosit dapat dilakukkan pada hitung trombosit yang tinggi mempertahankan htiung
trombosit >50.000/uL. CAP juga merekomendasikan melakukan transfiise pada pasien yang
menderita desktruksi trombosit dengan hitung trombosit <50.000/uL dan adanya perdarahan
mikrovaskular.

American College of Obstetricians and Gynocologists (ACOG) merekomendasikan transfusi


trombosit pada trombositopenia bawaan atau didapat. Suatu survei pada tahun 1992

terhadapat 630 rumah sakit bagian hematologi dan onkologi melaporkan bahwa profilaksis

transfusi trombosit ditunjukan bagi pasien dengan hitung trombosit <20.000/uL sedangkan
pasien yang menjalani prosedur invasif minor seperti biopsy atau pungsi lumbal, kriteria

yang paling sering digunakan adalah hitung trombosit <50.000/uL.

Transfusi plasma beku segar (Fresh Frozen Plasma = FTP) dilakukan?


Penggunaan FTP seringkali tidak tepat baik dari segi indikasi maupun jumlah FFP
yang diberikan.Penggunaan FFP dianjurkan pada beberapa kondisi klinis, tetapi belum
menunjukkan adanya keuntungan atau dianggap sebagai terapi alternatif yang aman dan

memuaskan.

Beberapa penelitian dilakukan untuk menentukan apakah pemberian FFP perioperatif

dapat meningkatkan keluaran keluaran klinis. Spector dkk3 melaporkan bahwa 600-1800 ml
FFP diperlukan untuk mengurangi masa protrombin (protrombin time = PT) sebanyak 3 detik

dari nilai control pada pasien dengan penyakit hati tetapi dan responsnya hanya sementara
(temuan yang berhubungan dengan kelainan firngsi hati tetapi tidak dengan kondisi operasi
yang normal). Pada tinjauan retrospekstif terhadap 100 pasien yang menjalani opersi pintasan

arteri koroner yang diberi albumin atau FFP rata-rata 6 unit tidak memperlihatkan adanya
perbedaan dalam hal kehilangan darah atau transfusi.

Risiko Transfusi Darah

Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian nyawa

hanya bila didukung dengan darah, maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi
daripada risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil
hanya memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan. Dalam

hal ini, risiko akibat transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai dengan keuntungan. Risiko
transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat, penularan penyakit

infeksi dan risiko transfuse massif.

1. Reaksi Akut

Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi
yang membahayakan nyawa.Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan

rash.Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensivitas ringan.Reaksi sedang-berat ditandai

dengan adamya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri
kepala.Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria,

demam, takikardia, kaku otot.Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensivitas

sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit,

protein, trombosit), kontanminasi pirogen dan/atau bakteri.


Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri
di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan

dispnea.Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun >20% tekanan

darah sistolik), takikardia (naik >20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak
jelas.Reaksi ini disebabkan oleh hemolysis intravascular akut, kontaminasi bakteri, syok
septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.

Hemolisis intravaskular akut

Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkotnpatilbilitas

sel darah merah. Antibodyi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang

inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah
dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka
akan semakin meningkatkan risiko. Penyebab terbanyak adalah inkompatibiltas ABO. Hal ini
biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari
pasien ketabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien melawan antigen golongan golongan darah lain
(selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti system Idd, Kell atau
Duffy. Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit awal
transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak
sadar atau dalam anesthesia, hipotensi atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin

merupakan satu-satunya tanda inkompatiblitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan sejak

awal transfusi dari setiap unit darah. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion

associated acute lung injury = TRALI) Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang
mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul
dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang

difiis. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pemapasan di ruang rawat intensif.

2. Reaksi Lambat

Reaksi hemolitik lambat

Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda
demam, anemia ikterik dan hemoglobinuria.Reaksi hemolitik lambat yang berat dan

mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi.Pencegahan dilakukan

dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan
pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.Purpura pasca transflisi merupakan

kompilkasi yang jarang tetapi potensial membahayakan pada transfusi sel darah merah atau

trombosit.Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik
trombosit pada resipien.Lebih banyak terjadi pada wanita.

Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat
akut 5-10 had setelah transfiisi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit
<100.000/uL.Penatalaksanakan penting terutama bila hitung <50.000/uL dan perdarahan

yang tidak terlihat dengan hitung trombosit 20.000/uL.Pencegahan dilakukan dengan


memberikan trombosit yang kompatibel dengan antibodi pasien. Kelebihan besi Pasien yang
bergantung pada transfiisi berulang dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi

besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan

hati).Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat
besi seperti desforioksamin, diberikan untuk meminimalkan akumulasi besi dan
mempertahankan kadar serum ferritin <2.000mg/I.

3.Penularan Infeksi

Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfiise darah bergantung pada berbagai

hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan,
status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model

matematis untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus

hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV). Model ini berdasarkan
fakta bahwa penularan penyakit terutama timbul pada saat window period (periode segera
setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).

4.Transfusi Darah Masif

Transfusi masif adalah penggantian sejumlah darah yang hilang ata lebih banyak dari
total volume darah pasien dalam waktu <24 jam (dewasa: 70 ml/kg, anak/bayi: 80-90 ml/kg).
Morbiditas dan mortalitas cenderung meningkat pada beberapa pasien, bukan disebabkan
oleh banyaknya volume darah yang ditransfiisikan, tetapi karena trauma awal, kerusakan

jaringan dan organ akibat perdarahan dan hipovolumenia.Seringkali penyebab dasar dan

risiko akibat perdarahan mayor yang menyebabkan komplikasi, dibandingkan dengan

transfusi itu sendiri.Namun, transfusi massif juga dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Hiperkalemia

Penyimpanan darah menyebabkan konsentrasi kalium ektraselular meningkat, dan

akan semakin meningkat bila semakin lama disimpan. Keracunan sitrat dan hipokalsemia

Keracunan sitrat jarang terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada transfusi darah lengkap

masif.Hipokalsemia terutama bila disertai dengan hipotermia dan asidosis dapat

menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac output), bradikardia dan disritmia

lainnya.Proses metabolisme sitrat menjadi bikarbonat biasanya berlangsung cepat, oleh

karena itu tidak perlu menetralisir kelebihan asam. Kekurangan fibrinogen dan faktor

koagulasi Plasma dapat kehilangan faktor koagulasi secara progresif selama penyimpanan,

terutama faktor V dan VIII, kecuali bila disimpan pada suhu -25C atau lebih rendah.

Pengenceran (dilusi) faktor dan trombosit terjadi pada transfusi masif.

Kekurangan trombosit

Fungsi trombosit cepat menurun selama penyimpanan darah lengkap dan trombosit

tidak berfungsi lagi setelah disimpan 24 jam.

DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-

bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada

pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk

mengendalikan perdarahan. DIC dapat terjadi selama transfusi masif, walaupun hal ini lebih
disebabkan alas an dasar dilakukannya transfusi (syok hipovolemik, trauma, komplikasi

obstetrik). Terapi ditunjukkan untuk penyebab dasarnya.

Hipotermia

Pemberian cepat transfusi masif yang langsung berasal dari pendingin menyebabkan

penurunan suhu tubuh yang bermakna.Bila terjadi hipotermia, berikan perawatan selama

berlangsungnya transfusi.

Mikroagregat

Sel dara putih dan trombosit dapat beragregasi dalam darah lengkap yang disimpan

membentuk mikroagregat. Selama transfusi, terutama transfusi masif, mikroagregatini


menyebabkan embolus paru dan sindrom distress pernapasan.Penggunaan bufFy coatdepleted

packet red cellakan menurunkan kejadian sindrom tersebut.


BAB II
SISTEM PENGGOLONGAN DARAH
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lainnya, berada
dalam konsistensi cair, beredar dalam sautu tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah

dan menjalankan fiingsi transfer berbagai bahan serta fiingsi hemostasis.

Sifat utama dari darah yaitu suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna

merah.Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat

molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut dalam darah.Warna

merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa

yang berwarna merah dalam darah.Dengan adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel

- sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah.

Sistem Golongan Darah ABO

Golongan darah secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A,B,0 dan

AB. Dalam darah terdapat antigen dan antibodi dimana antigen berada pada sel - sel darah

merah dan antibodi berada dalam serum. Sel - sel yang hanya memiliki antigen A dan

mempunyai anti-B didalam serum tersebut golongan A. sedangkan sel - sel yang hanya

memiliki antigen B dan mempunyai anti-A dalam serum disebut golongan B. sel - sel yang

memiliki antigen A dan Antigen B dan tidak mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum

disebut golongan AB. Sel - sel yang tidak memiliki antigen A dan antigen B, mempunyai
anti-A dan anti-B dalam serum disebut golongan O.

Antigen

Antigen adalah sejenis zat yang bila masuk ke dalam tubuh, lalu dikenali sebagai

benda asing, akan menimbulkan respon imun. Hal ini akan berakibat dibuatnya antibodi yang

akan bereaksi spesifik dengan antigen tersebut Antigen terdapat pada permukaan sel darah

merah, yang terdiri atas bilipid membrane suatu molekul yang besar. Komposisi bilipid
membrane adalah molekul yang dinamakan phospolipid yang terdiri dari hydrophilic dan
hydrophobic.Umumnya molekul protein bilipidmembrane memiliki oligosakarida, beberapa

diantaranya diketahui menjadi antigen golongan darah, lainnya berfungsi untuk metabolisme

sel darah merah.


Antigen - antigen golongan darah yang sangat penting adalah antigen A, B, dan D

(Rho). Ciri antigen itu berada pada ujung gula - gula pada rangkaian oligosakarida yang
melekat langsung pada dinding sel atau melekat pada rangkaian protein yang menonjol dari
hamparan bilipid.Apabila. ologasakarida itu melekat pada kulit sel disebut molekul gycolipid,
dan kalau melekatnya pada susunan protein disebut glycoprotein.

Golongan darah O memiliki antigen H paling banyak, dalam serologi golongan darah,

antigen pada permukaan sel darah merah akan dikenali sebagai antigen asing apabila
ditransfusikan ke resipien yang tidak mempunyai antigen yang identic dengan antigen donor.

Ekspresi suatu antigen golongan darah dikontrol oleh gen, pada golongan darah ABO dan
lewis control gen diekspresikan oleh enzim yang bertanggung jawab pada gula/ karbohidrat
yang melekat (Substansi H) yang akanmemberikan antigen khusus dari substansi precursor.

Antibodi

Antibodi dapat dikenal bila antibodi itu berinteraksi dengan antigen dan
sebaliknya.Dalam golongan darah interaksi ini biasanya dapat dilihat dari sel - sel darah
beraglutinasi.

Antibodi golongan darah adalah protein (spesifikasinya gamma globulin), dihasilkan


oleh badan sebagai mekanis pertahanan tubuh sebagai tanggapan rangsangan antigen asing.

Antibodi golongan darah yaitu anti-A dan anti-B pada utnumnya timbul beberapa bulan

setelah lahir (3-6 bulan) dan mencapai level maksima pada usia 5-10 tahun kemudian
secara perlahan - lahan menurun pada usai tua.

Kebanyakan antigen golongan darah menyebabkan antibodi IgM sebagai akibat


rangsangan primer dan sebagian lagi dapat menyebabkan terbentuknya antibodi IgG.
Antibodi IgM adalah pentamer yang terdiri dari 5 immunoglobulin sub unit, dimana setiap
unit terdiri dari fragmen fab 2 buah, sehingga keseluruhan mempunyai 10 antigen bidding site.
Antibodi IgG merupakan sub unit immunoglobulin tunggal yang mempunyai fragmen fab 2
buah yang bereaksi pada antigen.

Reaksi Antigen - Antibodi Sel Darah Merah

Kebanyakan teknik yang digunakan pada labolatorium untuk mendeteksi reaksi —

reaksi antara antigen - antibodi berdasarkan aglutinasi.Aglutinasi adalah perlengketean sel -

sel darah merah yang disebabkan oleh antibodi yang melekar pada antigen - antigen beberapa

10
sel darah merah, sampai menimbulkan suatu anyaman yang dapat menjerat sel - sel menjadi

mengelompok.

Terdapat 2 tahapan untuk menimbulkan aglutinasi.Tahap pertama yaitu antibodi


melekat pada antigen sel darah merahnya segera pada saat ketemu.Hal ini belum

menimbulkan aglutinasi, tetapi hanya menyelubungi sel tersebut.Tahap kedua yaitu anyaman

terlah berbentuk, menimbulkan gumpalan atau aglutinasi.

Antibodi - antibodi IgM ukurannya besar, memiliki 10 tempat antigen. Semuanya bisa
mengensitisasi dan mengaglutinasi sel - sel secara langsung.Antibosi - antibodi demikian

dapat menyelubungi atau mensensitisasi sel - sel,walaupun demikian dapat mrenyelubungi

atau mensensitisasi sel - sel darah merah.

Aglutinasi terjadi dalam 2 stadium :

1.Perlekatan fisik antibodi pada sel darah merah yang disebut sensitasi. Dalam sistim

golongan darah reaksi antigen pada sel darah merah dengan antibodi, tampak sebagai

gumpalan sel. Sebelum terjadinya aglutinasi antibodi akan mengadakan ikatan terlebih
dahulu dengan antigen yang berpadanan, sehingga terjadi suatu komplek antigen antibodi
komplek. Bila suatu antibodi telah mengadakan ikatan dengan antigennya sehingga sel
darah merah tersebut diselubungi oleh antibodi, maka peristiwa tersebut dinamakan juga
bahwa sel darah merah telah disensitisasi oleh antibodi dan reaksi tersebut tidak terlihat
oleh mata biasa.

2.Pembentukan jembatan - jembatan antara sel - sel yang telah disensitisasi mengakibatkan

terjadinya aglutinasi.

Sel Grouping dan Serum Typing

Tujuan pemeriksaan golongan darah sel grouping dan serum typing adalah untuk

menetapkan ada satu tidaknya antigen pada sel merah dan ada atau tidaknya antibodi dalam
serum. Untuk mendapatkan hasil kesimpulan golongan darah yang benar harus dilakukan

pemeriksaan dua arah yaitu : sel grouping yaitu suatu pemerikasana golongan darah untuk

memeriksa ada atautidaknya antigen A atau antigen B pada sel darah merah. Serum typing

yaitu suatu pemerikasaan golongan darah untuk memeriksa ada atau tidaknya anti — A dan

atau anti - B dalam serum.


Reagen yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah antara lain anti - A, anti

- B, anti - AB. Reagen tersebut terbuat dari antibodi monoclonal yang disekresi dari suatu

kultur sel - sel yang dikultur disebut hibridomas. Keuntungan reagen monoclonal yaitu

kerjanya spesifik serta bebas dari lain yang dapat mengaburkan hasil tes antibodi monoklonak
telah menjadi reagen pilihan dalam banya penelitian karena spesifisitas dan
reproduktifitasnya dengan sedikit variasi antar batch. Oleh karena itu anti bodi monoclonal

terjadi sebagai interaksi antara tipe epitope dengan satu klon limposit B tunggal maka
antibodi ini mempunyai apitop yang sama.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pengujian Golongan Darah antara lain :

1.Kesalahan teknik (kaca kotor, kontaminasi reagen, sentrifiige yang tidak baik, pembacaan

salah).

2.Kelainan dalam serum yang menyebabkan pembentukan rouleaux.

3.Eritosit yang dilapisi antibodi dapat menimbulkan aglutinasi dalam lingkungan protein
tinggi.
4.Transfusi yang diberikan sebelum pengujian menyebabkan sampel yang diperiksa
mengandung bermacam - macam populasi eritrosit.

5.Hipogama globunemia yang menyebabkan antibodi rendah.


6.Obat -obat yang dimasukkan intravena dapat menyebabkan eritrosit menggumpal.

12
BAB III
UJIPRATRANSFUSI

Uji pratransfusi memiliki beberapa istilah lain seperti pratransfusion testing atau
compatibility testing. Uji pratransfusi adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan
sebelum produk darah ditransfusikan pada pasien.Uji pratransfusi ini identic dengan
crossmatching (direct compatibilyti test) meskipun dalam aplikasinya pada uji pratransfusi ini

terdapat pemeriksaan awal serta ada pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan apabila hasil
crossmatching tidak sesuai.Jadi crossmatching hanya merupakan salah satu bagian dari uuji

pratransfusi (Stoe, 2011).

Uji pratransfusi di internal laboratorium pada umumnya menghabiskan waktu sekitar

satu jam.Waktu pengerjaan dapat lebih pendek ataupun lebih panjang tergantung jenis seta
metode pemeriksaan serta kendala yang di hadapi selama prosedur beijalan.

Berdasarkan standar American Association of Blood Bank (AABB), tahapan-tahapan

uji pratransfusi tidak hanya terbatas pada pemeriksaan laboratorium saja, tetapi juga meliputi
cakupan yang lebih luas.Mulai dari permintaan darah sampai pelabelan produk darah sebelum

didistribusikan ke pasien.

Adapun tahapan uji pratransfusi menurut standar AABB adalah sebagai berikut:

1.Pengisian formulir permintaan darah

2.Identifikasi pasien dan pengambilan sampel darah pasien


3.Pemeriksaan terhadap sampel pasien (kelayakan sampel untuk diperiksa,

pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus, pemeriksaan skirining dan


identifikasi antibodi, membandingkan hasil pemeriksaan saat ini dengan
pemeriksaan sebelumnya)
4.Pemeriksaan terhadap sel darah merah donor (konfirmasi pemeriksaan golongan

darah ABO dan Rhesus)


5.Pemilihan darah donor, pilih komponen darah dengan golongan darah ABO dan
Rhesus yang kompatibel dengan pasien dan tidak mengandung unexpected

allogenic antibodies

6.Melakukan pemeriksaan sroccmatching baik dengan cara serologi maupun

computer atau elektronik

13
7. Melakukan pelabelan komponen darah sesuai dengan identitas pasien dan

pendistribusian produk darah

Persiapan uji Pratransfusi

Langkah-langkah uji pratransfusi merupakan sebuah proses yang dimulai dari pasien

dan berakhir pada pasien juga. Proses tersebut membutuhkan sebuah rancangan yang dapat

menjamin keamanan baik bagi donor maupun pasien (recipient). Berikut adalah tahapan-

tahapan tentang persiapan uji pratransfusi.

1.Melakukan identifikasi pasien dengan akurat


2.Mengecek kondisi sampel

3.Membandingkan dengan data pasien sebelumnya

4.Pemilihan reagen untuk menunjang uji pratransfusi

5.Melakukan control kualitas reagen dan peralatan.

14
Praktikum I

MEMISAHKAN SERUM DARAH DARICONTOH DARAH

Waktu Pelaksanaan: 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasaikan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

TUJUAN

Serum atau plasma dari sel darah merah bertujuan utituk mendapatkan serum ataua

plasma yang bebas dari sel darah merah

PRINSIP

Darah tanpa antikoagulan dibiarkan 15-20 menit supaya membeku semprna,

kemudian serum diambil dan dicentrifuge, ambil cairan jernih sebagai serumnya

ALAT DAN BAHAN

•Darah tanpa anti koagulan

•Jarum suntik/spoit

•Tabung centrifuge

•Centrifuge
•Pipet

15
CARAKERJA

1.Darah yang baru diambil tanpa antikoagulan, dibiarkan 15-20 menit supaya membeku

sampai sempuma, dan ditunggu sampai cairan / serumnya keluar dari bekuan

2.Setelah seramnya keluar, dengan hati-hati menggunakan pipel PasteuT, serum diambil

bersama sel-selnya yang bebas dan ditampung didalam ssebuah tabung

3.Ambillah serum ini sebanyak-banyaknya yang didapatkan, kemudian isi tabung

diputar dalam centrifuge dengan kecepatan 1500 - 2000 rpm selama 3 menit maka

akan didapatkan serum yang jemih dibagian atas dan sediment hasil dibagian bawah

4.Kemudian pipet yang sudah dicuci ( cuci dengan air minimal 3 kali ) lalu dibilas
dengan NaCl 0,9% sebanyak 3 kali, serum dipindahkan ke sebuah tabung lain yang
bersih
5.Selanjutnya sel dicuci untuk membuat suspensi

16
Pembahasan
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.


Praktikum II

CARA PENCUCIAN SAMPEL

Waktu Pelaksanaan: 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan penabahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasaikan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

TUJUAN

1.Mendapatkan sel darah merah pekat

2.Menghilangkan sisa protein pada sel darah merah

3.Menghilangkan sel-sel darah merah yang lisis

4.Menghilangkan auto cold antibody


5.Menghilangkan reuleaux formation

PRINSIP

Sel darah dicuci dengan saline untuk menghilangkan sisa-sisa globulin yang melekat pada sel

Cara pencucian untuk maksud ini, setiap kali pencucian perbandingan sel dengan saline

adalah:

1.Satu bagian package cells ditambah minimal 10 bagian saline


2.Semprotkan selain dari labu semprot kedalam tabung yang berisi sampel sel sehingga
sel memenuhi tabung ( sampai 1 cm dari mulu tabung ). Ujung pipet bengkok dari
labu semprot tidak boleh mengenai bibir tabung

20
3.Kocok isi tabling ( sel + saline ) dengan pipet Pasteur hingga sel tersuspensi dengan
rata / homogeny

4.Kemudian diputar dalam centrifuge 1500 - 2000 rpm selama 3 menit atau selama

1,5 menit pada 3000 rpm


5.Supernatant saline dibuang dengan menggunakan pipet Pasteur

Pencucian ini sebaiknya diulang 3 kali. Pada pencucian terakhir supernatant dibuang

sebanyak-banyaknya maka akan diperoleh Washed Packed Cells

Untuk meyakinkan bahwa pencucian telah bersih, di uji dengan asam sulfosalisil 20% yang
diteteskan pada supernatant.Jika tidak ada kekeruhan berarti sudah bersih.

21
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
.• •'.•-•

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

24
Praktikum III

PEMBUATAN SUSPENSI SEL

Waktu Pelaksanaan: 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

Prinsip :

Untuk membuat kepekaan sel darah merah tnenjadi enceran tertentu guna

mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibodi

Pencucian sel dilakukan 3 kali dengan saline

Endapan padat dari sel yang sudah dicuci itu disebut Washed Packed Cells

Suspensi - suspense sel tersebut dibuat sebagai berikut:

Suspensi 5 % = 1 bagian Washed Packed Cells + 19 baigan saline

Suspensi 10 % = 1 bagian Washen Packed Cells + 9 bagian saline

Suspensi 25 % = 1 bagian Washed Packed Cells + 3 bagian saline


Lembar Kerja Mahasiswa

26
Pembahasan

27
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

28
Praktikum IV dan V

GOLONGAN DARAH

Waktu Pelaksanaan: 340 menit (2 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian mated;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

PENDAHULUAN

Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung antigen yang sesuai

dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen, maka akan terjadi aglutinasi atau

hemolysis

Aglutinasi adalah penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh ikatan
antibodi dengan antigen pada sel darah merah sehingga menghasilkan ikatan yang
menggandeng beberapa sel secara bersama-sama.

Ada 2 tahapan untuk pembentukan aglutinasi, yaitu

Tahapa 1: antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setekah terjadi kontak

antigen antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi. Hanya sebatas melapisi atau

mensensitisasi sel

Tahap 2 : pembentukan lattice yang menghasilkan gumpalan atau aglutainasi


merupakan kelanjutan dari tahap. Hemolisi sel darah merah dapat disebabkan oleh antibodi

jenis IgM dan hanya sedikit yang disebabkan oleh IgG.Setelah antigen berikatan dengan

29
antibodi, jalur komplemen akan di aktivasi sehingga menyebabkan sel darah merah rapture
atau lisis. Lisis juga mengindikasikati adanya reaksi antara antigen dan antibodi seperti

aglutinasi

Jika tidak melihat kepada sub grap, maka dikenal dengan 4 golongan darah yaitu :

A : Ertirosit mengandung aglutinogen A, dalam seram mengandung aglutinin B

B : Ertirosit mengandung aglutinogen B, dalam seram mengandung aglutinin A

AB •. Ertirosit mengandung aglutinogen A,B, dalam seram tidak mengandung aglutinin

O : Ertirosit tidak mengandung aglutinogen A, dalam seram mengandung aglutinin a dan P

A. CELL GROUPING: FORWARD GROUPING, BLOOD GROUPING

TUJUAN

Untuk mengetahui jeni aglutinogen dalam sel darah dengan antisera yang telah diketahui

jenisnya

PRINSIP

Reaksi aglutinasi antara aglutinogen dalam sel darah dalam antisera yang diketahui jenisnya.

Jika bersesuaian maka akan terjadi aglutinasi.

B AHAN PEMERIKS AAN

•Darah vena dengan antikoagulan Na2 EDTA

•Suspensi sel

REAGEN

•Antisera A berwarna bira / hijau

•Antisera B berwarna kuning

•Antisera AB berwarna merah (kadang tidak berwarna)

30
PROSEDUR

A. CARA SLIDE
1.Taruhlah disebelah kiri kaca objek 1 tetes antisera A dan sebelah kanan 2 tetes
antisera B ( sesuai yang disediakan untuk slide kertas )
2.Teteskan 1 tetes kecil suspense sel 10 5 kepada masing-masing antisera itu dan

campur dengan ujung lidi yang berlainan


3.Goyangkan kaca (kertas secara melingkar)

4.Perhatikan adanya aglutinasi dalam waktu 2-3 menit dengan mata belaka

Hasil di baca lagi setelah 20 menit untuk mengamankan sub group yang lemah pada golongan

A,jagalahjangan sampai kering

B.CARATABUNG
1.Sediaka 2 tabung reaksi pendek dalam rak berilah tanda I dan II
2.Kedalam tabung I berilah 1 tetes antisera A dan tabung II diberi 1 tetes antisera B
3.Masing - masing tabung, tambahkan 1 tetes susoensi sel 5 % dan campurkan

4.Centrifuge 1000 rpm selama 3-5 menit

5.Amati adanya aglutinasi dengan jalan meresuspensikan

PEMBACAAN HASIL

AntiA AntiB Anti AB Golongan Darah

+ - + A
- + + B
+ + + AB
- - - O

Antisera AB, berguna untuk menghindari kekhilafan, ada juga untuk mendapatkan sub grup

A yanag lemah yang tidak bereaksi dengan antisera A. Sampel yang memberiksan hasil
reaksi aglutinasi lemah atau meragukan harus diulang dengan menggunakan tes tabung (tube

test), bukan diulang di slide test

Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan pada slide test antara lain

1. Semua reagen harus digunakan berdasarkan instruksi perusahaan yang memproduksi

reagen

31
2.Risiko penularan infeksi sangat besar sehingga keamanan dan keselamatan dalam

melakukan prosedur pemeriksaan benar-benar hams diperhatikan

3.Slide test tidak cocok digunakan untuk deteksi antibodi ABO pada serum atau plasma

Keuntungan dan kelemahan slide test

Pemeriksaan golongan darah dengan slide test memiliki beberapa keuntungan yaitu
sangat mudah dan cepat digunakan untuk menentukan golongan darah ABO dala keadaan
emergency, dapat digunakan sebagai penentu golongan darah awal apabila pemeriksaan

dilakukan dilapangan atau di luar ruangan

Pemeriksaan golongan darah dengan slide test tidak direkomendasikan untuk

penggunaan rutin, karena tidak handal atau tidak terpercaya untuk kasus-kasus dengan

antigen yang bereaksi lemah dan titer anti-A dan anti-B lemah pada serum

Beberapa kelemahan dari metode slide test antara lain :

1.Kurang sensitive dibandingkan metode tabung

2.Campuran reaksi yang sudah mongering dapat menimbulkan agregat yang

memberikan hasil positif palsu


3.Sulit mengiterpretasi hasil dengan reaksi lemah

32
Lembar Kerja Mahasiswa

33
Pembahasan

34
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

35
Praktikum VI dan VII

GOLONGAN DARAH REVERSE GROUPING (BACK TYPING)

Waktu Pelaksanaan: 340 menit (2 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cennat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur ketja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

TUJUAN

Untuk mengetahui jenis agglutinin dalam serum probandus sebagai konfirmasi cell grouping

PRINSIP

Reaksi aglutinasi antara agglutinin dalam serum dengan aglutinogen yang diketahui jenisnya.
Bila bersesuaian akan terjadi aglutinasi

BAHAN PEMERDCS AAN

•Serum

•Suspense A 10 % slide (5 % untuk cara tabung )

•Suspense B 10 % slide ( 5 % untuk cara tabung )

36
PROSEDUR

A.CARA SLIDE
1.Taruhlah disebelah kiri dan kanan masing - masing 2 tetes serum yang diperiksa,

tambahkan susoensi Ery B 10 % disebelah kiri dan suspense Ery A 10 % disebelah


kanan

2.Campur dengan ujung lidi dan goyangkan kaca secara melingkar

3.Perhatikan adanya aglutinasi dalam 2-3 menit secara makroskopis

4.Pastikan secara mikroskopis

Keterangan:

Kelemahan cara slide:

-Mudah kering

-Tidak dapat mengamati hemolysis


B.CARATABUNG
1.Sediakan 2 tabung reaksi pendek dalam rak, berilah tanda I dan II
2.Isilah masing-masing tabung dengan 2 tetes serum yang diperiksa

3.Kedalam tabung I ditambahkan dengan 2 tetes serum yang diperiksa


4.Kedalam tabung I ditambahkan 1 tetes suspense Ery B 5 %, kedalam tabung II
ditambahkan 1 tetes suspense Ery A 5 %
5.Centrifuge 1000 rpm selama 3-5 menit

6.Amati adanya hemolysis tanpa mengocoknya, amati adanya aglutinasi dengan jalan

meresuspensikan

Keterangan :

Kelemahan cara tabung:

•Memerlukan alat yang mahal

•Membutuhkan waktu lama

37
Pembacaan hasil:

Eritrosit Eritrosit Golongan Keterangan


B A darah

+ - A Serum yang diperiksa mengandung agglutinin B

- + B Serum yang di reaksikan mengandung agglutinin A

- - AB Serum yang direaksikan tidak mengandung agglutinin

+ + O Serum yang direaksikan mengandung agglutinin A,B

Keterangan :

+ : aglutinasi / non hemolysis

- : tidak aglutinasi / hemolisi

38
Lembar Kerja Mahasiswa

39
Pembahasan

40
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

41
Praktikum VIII

TEST HEMOLYSIN

Waktu Pelaksanaan: 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

TUJUAN

1.Untuk mengetahui apakah serum yang diperiksa menyebabkan hemolisis pada sel-sel

donor / resipien

2.Untuk mengetahui titer anti A, anti B serum tinggi / rendah

PRINSIP

Apabila terjadi antigen antibody maka complement activating site dari antibody
tersebut dapat bereaksi dengan complement sebagai akibat dari aktivitas complement tersebut
akan terjadi antigen complement complex yang menyebabkan kerusakan membrane sel

eritrosit sehingga terjadi hemolysis

PROSEDUR

1.Serum yang diperiksa (segar) golongan O dimasukan kedalam tabung reaksi yang

bertanda A dan B masing-masing 2 tetes

2.Tabung A ditambah suspen^ Ery A 5% sebanyak 1 tetes. Tabung B ditambah

suspensi Ery B 5 % sebanyak 1 tetes

42
3.Kedua tabling diinkubasi pada suhu 37C selama 1 jam
4.Dicentrifuge 1000 rpm 3-5 menit

5.Dengan hati-hati dilihat secara makroskopis adanya hemolysis tanpa diresuspensi

CARAPEMBACAAN

•Non hemolisis : serum jernih warnanya tetap, eritrosit mengendap di dasar tabung

•Hemolisis sebagian : seru tampak kemerahan, ada endapan eritrosit didasar tabung

•Hemolisis komplit: serum berwarna merah jernih tidak ada endapan eritrosit didasar

tabung

43
Lembar Kerja Mahasiswa

44
Pembahasan

45
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

46
Praktikum IX dan X

PEMERIKSAAN RHESUS (RHESUS FACTOR)

Waktu Pelaksanaan: 340 menit (2 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

Golongan darah rhesus merupakan system golongan darah terpenting kedua dalam

pelayanan transfuse. Antigen rhesus bersifat sangat imunogenik.Antibodi rhesus baru

terbentuk bila ada paparan antigen rhesus.Istilah rhesus positif dan rhesus negative rutin

digunakan di masyarakat dan para ahli, ketika menyebutkan jenis golongan darah.Misalnya
A-positif atau A-negatif. Rhesus positif mengindikasikan adanya salah satu antigen rhesus

pada sel darah merah, umumnya antigen D. Rhesus megatif mengindikasikan tidak adanya

antigen D pada sel darah merah seseorang. Sistem golongan darah rhesus termasuk system

golongan darah

Berbeda dengan antigen ABO, antigen rhesus hanya diekspresikan oleh sel eritrosit
dan tidak oleh jaringan tubuh yang lain termasuk leukosit dan trombosit. Antigen D memiliki
makna klinis yang signifikan sama seperti antigen A dan B. Antibodi D tidak ditemukan pada
semua individu golongan darah rhesus negative. Anti-D baru terbentuk setelah seseorang

dengan rhesus negative terpapar rhesus positif. Misalnya setelah mendapat transfuse atau

setelah proses kehamilan. Lebih dari 80 % individu dengan rhesus D negative akan
membentuk anti-D setelah transfusi dengan golongan darah rhesus D positif ng kompleks.

Beberapa aspek genetic dan nomenklatur belum diketahui dengan baik

47
TUJUAN

Untuk mengetahui antigen D dalam sel darah

PRINSIP

•Reaksi aglutinasi antara antigen D dalam sel dengan antigen D dalam Modified

•Suhu optimal untuk reaksinya 37C

•Dengan anti-D Albumin (anti-D modified)

•Jenis anti D inilah yang umumnya dipakai untuk penetapan Rh factor

A.TEKNIK SLIDE TEST


1.Ambil sebuah objek gelas
2.Pada sebagian bidang teteskan 2 tetes anti-D modified

3.Pada sebagian bidang lainnya teteskan 1 tetes bovin Albumin 22 %


4.Pada masing-masing tetesan reagen tersebut ditambah atau diberi pula 1 tetes sel yang

diperiksa dalam suspense 25-40 %


5.Aduk dengan lidi pengaduk 2 Cm,melebar dan pipih. Goyang-goyangkan kaca
objek gelas diletakkan diatas viewing box dan digoyangkan (viewing box = kotak atau
permukaan kaca dengan sejenisnya yang didalamnya diterangi oleh bola lampu pijar
hingga hangatnya permukaan kaca 40C)
6.Baca hasilnya dalam 2-3 menit (+) bila terjadi aglutinasi

B.TEKMK TUBE TEST


Teknik ini untuk menetapkan antigen D dan jika negative dapat sekaligus diteruskan
pemeriksaan antigen-D . Pada prinsipnya sama saja dengan slide test hanya bedanya

menggunakan tabung dan suspensenya 5 %

Sediakan 2 tabung:
1.Tabung I diisi 1 tetes anti-D modified sedang tabung II diisi 1 tetes bovin albumin

22 %
2.Kedalam tabung I dan II diisi 1 tetes suspense sel 5 % yang diperiksa. Kocok

kedua tabung tersebut supaya isinya tercampur baik

a. Diinkubusikan kedua tabung tersebut pada suhu 37C selama 60 menit.

Kemudian dibaca. Bila negative teruskan pemeriksaan D factor

48
b. Langsung diputar 1000 rpm /I menit atau 3000 rpm/15 detik. Lalu dibaca. Bila
negative, kocok-kocok kembali dan diinkubasikan suhu 37C. selama 15 menit

lalu diputar pada 1000 rpm/1 menit atau 3000/15 detik baca kembali. Bila
tetap negative teruskan priksa factor D .

PEMERIKSAAN FACTOR D

Hasil pembacaan yang negative pada kedua tabung setelah diinkubasi pada suhu

37C,dilanjutkan untuk menetapkan factor D sebagai berikut:

1.Kedua tabung I dan II saline sehingga kurang lebih 1 cm dari mulut tabung.
Ulangi pencucian terakhir di buang sebanyak-banyaknya sehingga seolah-olah

tertinggal sediment sel yang padat


2.Tambahkan kepada masing-masing tabung 2 tetes coombs serum

3.Diputar 1000 rpm/1 menit atau 3000/15 detik


4.Dibaca

Contoh hasil D

NO H(ALB) Keterangan

1 + - D : positif

2 - -
D : negative

3 + + D : tidak bisa
ditetapkan

PEMERIKSAAN Rh FACTOR DENGAN ANTI - DINCOMPLET

Sel yang diperiksa sudah dicuci 3 kali dan suspense 5 %

1.Ambil sebuah tabung dan diisi dengan 1-2 tetes anti- D incomplete

2.Kocok - kocok, dan inkubasi suhu 37C/15 - 60 menit

3.Sediment dicuci selama 3 kali


4.Pada sediment sel ditambahkan 2 tetes coombs serum ( anti human globulin)

5.Diputar 1000rpm/1 menit atau 3000 rpm/15 detik


6.Dibaca hasil = Rh positif

49
Pembahasan

51
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

52
Praktikum XI dan XII

PEMERIKSAAN COOMB'ST TEST


Waktu Pelaksanaan: 340 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar'

•Baca dengan cermat uraian mated;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

Pemeriksaan Coomb'st test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi

adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-antibodi eritrosit dalam serum. Anti
bodyini menyelimuti permukaan sel eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit menjadi lebih
pendek dan sering menyebabkan reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Pemeriksaan

Coomb'st test dibagi 2 yaitu, Direk dan Indirek

Tes Coombs atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Coombs test adalah sebuah

pengujian atau tes darah yang dilakukan untuk menemukan antibodi tertentu yang menyerang

sel-sel darah merah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh.

Biasanya, antibodi mengikat zat-zat asing, seperti bakteri dan virus, untuk kemudian

menghancurkannya. Terdapat duajenis Coombs test yang umum dilakukan, yaitu:

•Tes Coombs langsung (direct) yang melibatkan pemeriksaan langsung pada sel-sel

darah merah yang ditemukan dalam sampel darah. Coombs test langsung terkadang

disebut juga tes antiglobulin langsung.

•Tes Coombs tidak langsung (indirect) dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada
bagian dari darah yang disebut dengan plasma darah.

53
Kedua jenis tes tersebut bertujuan untuk mencari antibodi yang dapat menyerang sel-sel

darah merah dan membuatnya hancur.

DIRECT COOMBS TEST

Direct Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit secara langsung.

Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan
menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksi eritrosit (hemolisis).

Tes ini dilakukan pada sampeln eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan
mendetesksi antibodi yang ada dipermukaan eritrosit. Terbentuknya antibodi karena adanya

penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir
dengan darah Rh positif dimana ibunya mempunyai Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan
apakah ibunya telag membentuk antibodi dan masuk ke dalam darah bayinya melalui plasenta.
Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa, dan prokainamid) dapat memicu
produksi antibodi ini. antibodi ini terkadang menghncurkan eritrosit dan menyebabkan
anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia atau jaundice.

TUJUAN

Untuk mengetahui adanya antibody incomplete yang melekat (coated) pada sel darah
merah secara in vitro

PRINSIP

Eritrosit yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan
diaglutinasi oleh Anti Human Globulin yang ditambahkan ke dalam tabung
pemeriksaan

PROSEDUR

Sediakan suspense sel yang akan diperiksa 5% dalam saline atau serumnya sendiri

1.Dua tabung disediakan (tabung I dan II), lalu isi masing-masing tabung dengan 1 tetes
suspense sel 5%

2.Cuci 3-4 kali dengan saline

3.[ada sendiment sel, pada tabung I ditambahkan I tetes Coombs serum dan tabung II

ditambahkan saline
4.Putar 1000rpm/l menit atau 3OOOrpm/15 detik

54
5. Baca hasil secara mikroskopis menggunakan slide

+ = aglutinasi= tidak ada aglutinasi

HASIL PEMBACAAN

TabungI Tabung II Keterangan

+ - Ada antibody yang coated sel

- - Tidak ada antibody yang coated sel

Pada hasil yang negatif, ditambahkan 1 tetes coombs control cell (CCC) dan diputar dalam

10000 rpm/1 menit:

Tabung I Tabung II

CCC + -

CCC berguna untuk mengecek kualitas Coombs serum (anti human globulin)

TEKNIK INDIRECT COOMBS TEST

Tes ini dilakukan pada satnpel dari bagian cair dari darah (serum). Tes ini akan
mendeteksi antibodi yang ada dalam aliran darah dan dapat mengikat eritrosit tertentu yang
memicu terjadinya maslah bila terjadi pencampuran darah. Tes ini biasanya dilakukan untuk

menemukan antibodi pada darah donor atau resipen sebelum dilakukan transfusi.

Coombs test tidak langsung (indirect) biasanya digunakan untuk memastikan apakah
darah pendonor sesuai dan dapat digunakan untuk orang yang akan menerimanya. Tes ini

juga dilakukan untuk memeriksa jika darah ibu yang sedang hamil tidak mengandung
antibodi yang mungkin dapat membahayakan bayinya.

TUJUAN

Untuk mengetahui adanya antibody incomplete yang melekat (coated) pada sel darah
merah secara in vitro

PRINSIP

Reaksi aglutinasi antibody incomplit dalam serum prombandus dengan sel segolongan

atau sel 0 panel setelah penambahan Coombs serum

PROSEDUR

55
Didalam sebuah tabung;

1.Isi 2 tetes serum yang diperiksa

2.Tambahkan 1 tetes sel yang segolongan atau sel 0 panel suspense 5% dan inkubasi

pada suhu 37C selama 60 menh


3.Jika dibubuhi 2 tetes Bovin Albumin 22% dan diinkubasi boleh diperpendek menjadi
15 menit, kemudian diiringi pemutaran 1000rpm/l menit
4.Lalu dibaca. Bila hasil negatif maka sel akan dicuci 3-4 kali dengan saline, pada

pencucian terakhir saline dibuang sebanyak-banyak untuk mencegah terjadinya

pengenceran coombs serum

5.Pada sendiment sel tambahkan 2 tetes coombs serum dan diputar lOOOrpm/ 1 menit
6.Baca hasilnya secara mikroskopis

Bila serum aglutinasi, berarti serum yang dipakai mengandung antibody incomplete

Interpretasi Hasil:

Normal

•Tidak ditemukan antibodi. Ini disebut hasil tes negatif

•Tes Coombs (direct). Hasil tes negatif berarti darah Anda tidak memiliki antibodi
yang melekat pada sel-sel darah merah anda

•Tes Coombs tidak langsung (indirect). Hasil tes negatif berarti darah anda kompatibel
dengan darah yang akan terima melalui transfusi. Tes Coombs tidak langsung yang

menyatakan negatif untuk faktor rhesus (titer antibodi Rh) pada wanita hamil berarti
bahwa ia tidak memiliki antibodi yang melawan darah rhesus positif milik bayinya.
Ini berarti belum terjadi sensitasi rhesus yang terjadi.

Abnormal

•Tes Coombs langsung (direct). Hasil tes positif menunjukkan bahwa anda memiliki

antibodi yang melawan sel-sel darah merah sendiri. Ini dapat disebabkan oleh
transfusi dari darah yang tidak kompatibel atau mungkin berkaitan dengan kondisi
seperti anemia hemolitik atau penyakit hemolitik bayi (HDN)

•Tes Coombs tidak langsung (indirect). Hasil tes positif berarti darah anda tidak
kompatibel dengan darah donor dan anda tidak bisa menerima darah dari orang

tersebut

56
Jika tes titer antibodi Rh (rhesus) positif pada wanita yang hamil atau berencana untuk
hamil, ini berarti ia memiliki antibodi yang melawan darah Rh positif (sensitisasi Rh).
la akan diuji di awal masa kehamilan untuk memeriksa janis darah bayinya. Jika bayi
tersebut memiliki darah Rh positif, sang ibu harus dimonitor dengan seksama selama

masa kehamilan untuk mencegah masalah pada sel-sel darah merah si bayi. Jika

sensitisasi belum teijadi, hal ini dapat dicegah dengan suntikan imunologi Rh.

57
Lembar Kerja Mahasiswa

58
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

60
Praktikum XIII dan XIV

UJICOCOK SERASI (CROSSMATCHING)


Waktu Pelaksanaan: 340 menit (2 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian mated;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

Uji cocok serasi atau yang lebih sering disebut crossmatching memiliki beberapa
sinonim antara lain uji silang serasi atau uji kompatibilitas. Crossmatching dan uji
kompatibilitas memang identik, tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Crosscthing adalah
suatu prosedur untuk mereaksi silangkan komponen darah donor dan pasien. Uji

kompatibilitas adalah semua tahapan yang harus dilakukan sehingga diperoleh darah donor
yang benar-benar tepat untuk pasien. Uji kompatibilitas meliputi : identifikasi pasien dengan
akurat, pengambilan sampel darah pasien diikuti dengan pelabelan dan penanganan sampel

yang benar, mereview riwayat pemberian transfusi sebelumnya, melakukan pemeriksaan

golongan darah sistem ABO dan rhesus, melakukan skrining dan identifikasi antibodi,
melakukan crossmatching, mengecek ketepatan dan kelayakan distribusi produk darah,

melakukan reidentifikasi pasien sebelum transfusi dan memonitoring pasien sebelum, selama

dan setelah pemberian transfusi.

Crossmatching dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada antibodi di dalam serum

pasien yang bereaksi dengan sel darah donor jika transfusi dilakukan. Dua fiangsi utama

crossmatching adalah

•Untuk pengecekan terakhir bahwa golongan darah ABO antara donor dan pasien

sudah sesuai

61
•Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam serum pasien yang akan bereaksi
dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada kondisi antibodi tidak

terdeteksi karena tidak adanya antigen yang sesuai pada panel sel skrining

Berdasarkan jenis komponen darah pasien dan donor yang direaksikan, cossmatching

memiliki dua tujuan, yaitu :

•Mendeteksi adanya antibodi dalam serum pasien (termasuk anti-A & anti-B) yang
dapat menghancurkan eritrosit yang ditransfiisikan
•Mendeteksi antibodi dalam serum donor yang akan masuk ke dalam tubuh pasien.

Kedua tujuan di atas berkaitan dengan jenis crossmatch mayor dan minor yang akan

dibahas lebih lanjut pada bahasan berikutnya.

TUJUAN

Tujuan utama crossmatching adalah untuk mencegah terjadinya reaksi transfiisi baik reaksi
transfusi yang bersifat mengancam nyawa maupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang

dapat mengganggu kenyamanan pasien. Tujuan yang tidak kalah penting lainnya adalah
memaksimalkan masa hidup in vivo sel-sel darah yang ditransfiisikan

PRINSIP

•Mayor : reaksi antara sel donor dan serum resipen, bila terjadi aglutinasi atau

hemolisis, maka darah/eritrosit donor tidak dapat ditransfiisikan


•Minor : reaksi antara sel resipen dan serum donor, bila terjadi aglutinasi atau

hemolisis, darah/plasma donor tidak ditransfiisikan

Melihat urgensinya permintaan darah bagi seorang pasien maka cross-match dibagi dalam 3

kategori yaitu:

1.Cross Matching Rutin

2.Crossmatch Emergency

3.Crossmatch Persiapan Operasi

Berdasarkan mediumnya :

1.Saline

2.Bovine

3.Coomb's

62
Untuk melaksanakan masing-masing crossmatch tersebut, langkah pertama adalah ;

1.Memeriksa golongan darah ABO dari resipien dan donor

2.Memeriksa factor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan ditransfiisikan

dengan caiayang benar seperti telah diterangkan

3.Mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donomya yang 5%

Baruiah dilakukan crossmatch sesuai dengan tuntuntannya

1. TEKNIK CROSSMATCH RUTIN


Sediakan 2 buah tabung
1) Isikan:

Tabung I Tabung II
2 tetes serum OS 2 tetes serum DN

1 tetes sel donor 5% 1 tetes sel OS 5%

2)Kedua tabung dikocok-kocok lalu diputar 1000rpm/l menit atau 3000rpm/15

detik
Baca reaksi terhadap hemolisis/aglutinasi.
Hasil: bila hemolisis dan aglutinasi positif: tidak cocok
Bila hemolisis dan aglutinasi negatif: pemeriksaan dilanjutkan diphase III

(point 3)
3)Kedua tabung ditambah 2 tetes bovin albumin 22% lalu kedua tabung
diinkubasikan kedalam waterbath suhu 37C selama 15 menit lalu kedua tabung
diputar 1000rpm/l menit
Baca reaksinya terhadap hemolisis/aglutinasi
Hasil : bila hemolisis dan aglutinasi negatif: pemeriksaan dilanjutkan diphase III

(pont 3)
4)Cuci selnya 3-4 kali dengan saline, dengan cara yang baik pencuciannya 3 kali
sudah cukup membuang sisa-sisa globulin yang bebas (bila diperlukan supernatan
saline di test dengan asam sulfosalisil 20%)
5)Tambahkan pada sdiment masing-masing 2 tetes coombs serum, dicentrifiige

lOOOrpm/1 menit, baca reaksinya secara mikroskopis

Hasil:
Aglutinasi= tidak cocok (incompitible)

63
Aglutinasi negatif= cocok (compitible)
2. TEKNIK CROSSMATCH EMERGENCY (untuk keadaan darurat)
Sediakan 4 buah tabling
Isikan :

A MAYOR TEST
Tabung I: 2 tetes serum OS

1tetes sel donor 5%


2tetes bovin albumin 22%
Tabung II : 2 tetes serum OS
1 tetes sel donor 5%

B. MINOR TEST
Tabung I: 2 tetes serum donor

1tetes sel OS 5%
2tetes bovin albumin 22%
Tabung II : 2 tetes serum donor

1 tetes sel OS 5%

LANGKAH-LANGKAH
1.Ke empat tabung dikocok-kocok kemudian :

Tabung II dan IV putar 1000 rpm/1 menit


Tabung I dan IE diinkubasikan suhu 37C selama 15 menit
2.Baca tabung I dan IV terhadap :

•Hemolisis atau tidak

•Aglutinasi atau tidak secara makroskopis dan mikroskopis

HASIL

a.Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor COCOK (COMPATIBLE) dan
cari causanya

b.Bila tidak ada hemolisis dan aglutinasi = darah donor TIDAK COCOK
(INCOMPATIBLE) dan cari causanya
c.Tabung I dan H sesudah di inkubasi dengan SUHU 37C
• Putar 1000 rpm/1 menit baca hasilnya, bila hasilnya negatif, cuci selnya 3-4

kali saline

64
•Pada masing-masing sel ditambah 2 tetes coombs serum lalu kocok

•Putar 1000rpm/l menit baca reaksinya (makroskopis dan mikroskopis)

JIKA HASIL COOMBS POSITIF, SEGERA MEMBERITAHUKA DARAH


TERSEBUT TIDAK DAP AT DIPAKAI
PENJELASAN:
Jadi dalam crossmatch emergency, darah sudah kirim ke rumah sakit jika dalam fase I

(meidum saline) hasil negatif pada hemolisis maupun dilanjutkan

3. TEKNIK CROSSMATCH PERSIAPAN OPERASI


TUJUAN
Untuk mengetahui cocok tidaknya darah donor dengan darah pasien sehingga darah
bermanfaat bagi resipen

PRINSIP
Reaksi silang in vitro antara sel donordengan serum resipen atau sebaliknya jika

terjadi aglutinasi maka darah donor tidak cocok. Jika tidak terjadi aflutinasi darah
donor dapat ditransfusikan

PROSEDUR
1.Sediakan 2 buah tabung
2.Isikan

Pada tabung I: Mayor Crossmatch

•2 tetes serum OS

•1 tetes sel donor 5% dalam saline

Pada tabung II: Minor crossmatch

•2 tetes serum donor

•1 tetes sel OS 5% dalam saline


3.Kedua tabung dikocok-kocok, biarkan pada suhu kamar selama 60 menit dan baca

reaksinya pada hemolisis dan aglutinasi, bila negatif teruskan.

4.Kedua tabung gt diinkubasikan pada suhu 37C selama 60 menit


Baca hasilnya terhadap hemolisis atau aglutinasi. Bila negatif, lanjutkan

5.Sediment sel dicuci pada masing-masing tabung dicuci 3-4 kali dengan saline

65
6.Pada sediment sel dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes coombs

serum.

7.Putar 1000rpm/l menit atau 3000rpm/15 detik


8.Baca hasilnya secara makroskopis dan mikroskopis

HASIL:

Aglutinasi positif= TIDAK COCOK (INCOMPITIBLE)


Aglutinasi negatif= COCOK (COMPITIBLE)

Pada teknik ini dilakukan bila permintaan darah diajukan 2-3 had sebelum operasi
dijalankan.

66
Pembahasan

68
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

69
Praktikum XV

PEMERIKSAAN UJISERASI GEL TEST


(Micro Typing System)

Waktu Pelaksanaan : 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Immunoserologi

Metode : Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

•Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian pembahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

1.Definisi

Uji cocok serasi (cross match) metode Gel Test adalah pemeriksaan silang antara

darah pasien dan darah donor menggunakan micro tube yang berisi gel sebagai media

untuk pembacaan reaksinya

2.Prosedur Kerja

A. Mempersiapkan / membuat sampel whole blood (darah lengkap)


•Sampel WB Pasien : dimasukkan dalam tabung reaksi biasa, ditulis identitas

pasien, rumah sakit

•Sampel WB donor : dimasukkan dalam tabung reaksi biasa, ditulis kode


back donor

70
3D Paea<

Kedua tabung dicentrifuge 3000 rpm selama 90 detik-120 detik sehingga darah
memisah menjadi PRC yang terletak ditabung bagian dan serum/plasma dibagian

atasnya

B. Mempersiapkan/membuat suspense eritrosit pasien dan donor

Ambil dua tabung dituli identitas pasien dan nomor pemeriksaan. Tabung yang

lain ditulis identitas donor (nomor bag) dan nomor pemeriksaan

•Tabung 1 diisi 50uL ID Liss Diluent -2 + 5uL Eritrosit Donor PRC

•Tabung 2 diisi 50uL ID Liss Diluent -2 + 5uL Eritrosit Donor PRC

^30jdIDliHBfct4

Bhomo^enkw

C. Cross match/pemeriksaan uji serasi menggunakan 2 micro tube.

Microtube yang pertama diisi 50uL suspense eritrosit donor (Mayor cross match)

+ 25uL serum pasien. Micro tube yang pertama diberi tanda (-1). Micro tube yang

kedua untuk minor cross match diisi 50uL suspense eritrosit pasien + 25uL serum

donor.

Kedua micro tube diketok-ketok tepinya supaya darah dan serum masing-masing

micro tubw tercampur merata (homogen)

71
D.Kedua micro tube diinkubasi daiam box inkubator 37 SII (SII adaiah code Gel
Test) bila selesai waktunya (habis) secara otomatis inkubator akan berdering
peringatan

Tanda (-1) sebagai tanda mayor Cross Match berisi (eritrosit donor + serum pasien)

Tanda (=1) sebagai tanda Minor Cross Match berisi (eritrosit pasien + serum
donor)
E.Kedua micro tube kemudian di sentrufugasi (sentrifiige khusus gel test), tekan

tombol untuk cross match. Kecepatan dan waktunya sudah diatur secara otomatis

F.Baca hasil micro tube / baca hasil test card

(-) : semua eritrosit mengendap di dasar

+1 : sebagian eritrosit mengendap, sebagian mengambang dekat dasar

+2 : eritrosit sebagian, mengendap, sebagian mengambang lebih tinggi

+3 : eritrosit mengambang di bagian lebih tinggi


+4 : semua eritrosit di atas

Keterangan:

•LISS: Menaikkan nilai rata-rata antibody yang diasosiasikan

merubah reaksi antigen-antibody menjadi lebih sentif

•ID diluen 2 : Merupakan medifikasi LISS yang dibuat untuk pemeriksaan


Diamed ID micro type system yaitu untuk mempersiapkan membuat suspense

5% eritrosit yang dipakai untuk pemeriksaan golongan darah (sama baiknya

dengan 0,8% suspensi eritrosit*), cross match, auto control, direct coombs test,

pemeriksaan golongan darah pada bayi yang baru lahir


*untuk cross match tabung menggunakan 5% suspense eritrosit

72
•Untuk mendapatkan reaksi optimal pakailah sampel darah segar pasien, dalam

antikoagulan sitrat, EDTA, CPDA


•Bila pakai serum, serum harus jernih, disentrifus ISOOrpm selama 10 menit

•LISS: merupakan singkatan Low Ionic Strenght Solution

•Auto poll : maksimal 3 donor menjadi 1 poll

73
Lembar Kerja Mahasiswa

74
Pembahasan

75
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai

Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

76
PROSEDUR KERJA STANDAR
UJICOCOK SERAASIMETODE TEST

Waktu Pelaksanaan: 170 menit (1 TM x 170 menit)

Tempat Pelaksanaan: Laboratorium Immunoserologi

Metode: Demonstrasi, Observasi

Petunjuk Belajar

•Baca dengan cermat uraian materi;

•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;

•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja

•Tuliskan hasil pengamatan pada lembar yang sudah disediakan;

Uraikan pembahasan sesuai dengan instruksi pada bagian penvbahasan

•Simpulkan berdasarkan hasil percobaan dan tujuan pembelajaran

1.TUJUAN
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeriksaan uji cocok serasi sebagai metode gel

test

2.RUANGLEVGKUP
Prosedur ini berlaku pada pelayanan Unit Transfusi Darah di Laboratorium uji cocok
serasi dan di bank darah RS yang menggunakan metode ini
3.DEFINISI
Uji cocok serasi metode gel test adalah pemeriksaan silang antara darah pasien dan

donor micro tube yang berisi gel sebagai media untuk pembacaan reaksinya.

4.REFERENSI
•Lefalet reagen

•ISO 9001-2000

•Prosedur kerja standar Uji Cocok Serasi Metode Gel Test oleh PMI

5.EVFORMASIUMUM
•Metode ini lebih praktis, mudah dan membutuhkan waktu lebih singkat dari
pada metode tabung biasa

•Sebelum dilakukan pemeriksaan uji cocok serasi dulu golongan darah pasien

maupun donor, bila sudah sama baru dilakukan uji cocok serasi

77
6. URAIAN PROSEDUR
1)Menyiapkan reagen LISS diluent 2 dibiarkan pada suhu kamar
2)Pada ID card ditulis:
•Nomor pemeriksaan

•Golongan darah / rhesus pasien

•Identitas pemeriksa
•Nama pasien

•Rumah sakit tempat merawat

•Jenis darah (WB, PRC, TC, FFP dan Iain-lain)


•Tanggal pemeriksaan

•Tanggal pemeriksaan

•Jenis reaksi (mayor, minor, cross antar donor dan sebagainya bila

diperlukan)
3)Menyiapkan sampel
1.Sediakan tabung untuk menampung sampel pasien, diberi identitas S, dan

nomor pemeriksaan

2.Sediakan tabung untuk menampung sampel donor, diberi tanda D (Di, D2, D3,

dst bila donor lebih dari satu) dan nomor pemeriksaan


3.Sampel darah ditampung pada tabung-tabung yang sesuai dan diputar 300rpm

selama 90 detik s/d 120 detik


4.Menyediakan tabung, diberi identitas seperti no.6.3.2 masing-masing diisi

dengan 500uL ID LISS Diuent-2 unruk membuat suspense sel darah merah

4)Buka aluminium penuup micro tube pada micro tube sejumlah yang diperlukan
dengan menrik ujung tutup ke arah kanan atas

5)Masukkan 50uL suspense sel pasien ke dalam microtube minor (=) dan 50uL
suspense sel donor ke dalam micro tube mayor

6)Tambahkan 25uL serum/plasma pasien, ke dalam micro tube mayor dan 25uL

serum/plasma donor ke dalam micro tube minor

7)Selanjutnya untuk pasien transfuse labih lebih dari satu donor micro tube yang

dipakai.
8)Test card digetarkan/diketuk-ketuk bagian samping supaya isi microtube
tercampur

9)Card dimasukkan ke dalam ID incubator 37 SII

78
10)Sete;lah inkubasi selesai, ID card diputar
11)Hasil reaksi dibaca dan ditulis pada lembar kerja\
12)Melengkapi/mengisi lembar kerja

Lembar Kerja Mahasiswa

79
Pembahasan

80
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa

Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu

80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0

Saudara dikatakan lulus atau kompeten Saudara mendapatkan nilai minimal B.

81
DAFTARPUSTAKA

British Society for Haemotology. Guidelines for the use of platelet transfusions Brit J
Haemotol 2003;12;10-23

Clinical practice guidelines on the use of blood components (red blood cells, platelets,
fresh frozen plasma, cryoprecipitate); Australia NHMRC-ASBT, 2002; 1-75

McFarland JG. Perioperative blood transfusion ^ndication and options. Chest


1999;115;113s-21s

Carson JL, Duff A, Berlin JA, Lawrence VA, Poses RM, Huber EC,dkk.
Perioperative blood transfusion and postoperative mortality. JAMA 1998;279;199-
205

Clinical Resorce Efficiency support team. Guidelines for blood transfusion practice
Irlandia2001.

Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman pelayanan transfusi darah; skrining untuk
penyakit infeksi. Modul 2, Jakarta, April 2001;I,13-5,25-6,27-33,36

National Blood User group A guideline for transfusion of red blood cells in surgical
patients, Irlandia, Januari 2001

82

Anda mungkin juga menyukai