LEWAT TRANSFUSI DARAH (IMLTD) Indra Elisabet Lalangpuling, M.Sc Jurusan Teknologi Laboratorium Medis-Poltekkes Kemenkes Manado Transfusi
Menyelamatkan Reaksi transfusi
Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial Pelayanan transfuse darah membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat Keamanan terhadap darah dan produk darah harus dijamin Virus, bakteri dan protozoa dapat ditularkan melalui transfusi darah Salah satu upaya pengamanan darah adalah uji saring terhadap infeksi menular lewat transfuse darah (IMLTD) Darah dengan hasil uji saring IMLTD reaktif tidak boleh dipergunakan untuk transfusi Sistem uji yang dikembangkan untuk skrining Antibodi yang menunjukkan respon imun terhadap agen infeksi Antigen yangdihasilkan oleh agen infeksi Kehadiran agen melalui asam nukleat (RNA/DNA) dari agen infeksi Uji yang dilakukan untuk skrining darah : 1. Immunoassays (IAS) Enzim immunoassay (EIAs) Chemiluminescent immunoassays (CLIAs) Hemaglutinasi (HA)/ Tes Partikel Aglutinasi (PA) Tes cepat/sederhana sekali pakai (rapid test) 2. Tes teknologi amplifikasi asam nukleat (NAT) Infeksi Virus Pemilihan donor dan pemeriksaan semua donasi dirancang untuk mencegah penularan penyakit Risiko utama adalah infeksi virus yang memiliki masa tunas lama dan khususnya yang telah dibawa bertahun-tahun oleh individu asimtomatik Salah satunya adalah menunda selama 6 bulan setelah tindik tubuh atau tato, setelah akupungtur Virus merupakan agen infeksius utama yang dapat ditularkan melalui transfusi darah Virus membutuhkan sel penjamu untuk tetap hidup dengan mempengaruhi fungsi- fungsi normal sel host Beberapa virus memiliki kemampuan menggabungkan asam nukleatnya dengan asam nukleat host Karakteristik virus yang dapat ditularkan melalui darah : Kehadiran dalam darah untuk waktu yang lama, sering dengan titer yang tinggi Stabil dalam darah pada suhu penyimpanan Masa inkubasi lama sebelum muncul gejala klinis Fase asimtomatik sehingga dapat lolos dalam proses seleksi donor Infeksi Virus Hepatitis
Infeksi virus hepatitis A
Infeksi virus hepatitis B Infeksi virus hepatitis C Infeksi virus hepatitis D Infeksi virus hepatitis E Infeksi virus hepatitis G Hepatitisadalah istilah yang dipakai untuk proses inflamasi yang terjadi di hati Dapat tidak bergejala (asimptomatik) Dapat menunjukkan gejala : jaundice, hepatomegaly, anoreksia, malaise, demam, nausea, sakit pada daerah perut dan muntah Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau penyebab non infeksius seperti bahan kimia (obat-obatan dan alkohol), radiasi atau proses autoimun. Hepatitis A (HAV) dan hepatitis E (HEV) ditularkan melalui fecal oral sedangkan Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV) dan hepatitis G (HB- C/HGV) utamanya ditularkan dari hubungan seksual Infeksi virus hepatitis B (HBV) Virus DNA double-stranded Gejala infeksinya dapat terlihat atau tidak terlihat HBV dapat ditransmisikan melalui terpajan dengan cairan tubuh yang mengandung virus dari orang yang terinfeksi Transmisi secara vertikal (maternal- neonatal), horisontal (kontak antar individu) dan infeksi nosokomial Virus dapat terkandung di dalam darah, serum dan eksudat luka ( konsentrasi tinggi) Dapat juga ditemukan dalam urin, feses, keringat, airmata dan ASI (konsentrasi rendah) Transmisi dapat melalui banyak cara, salah satunya melalui transfusi darah atau produk darah HBV mengandung beberapa protein atau antigen dimana tubuh merespon dengan membuat antibody Protein antigen permukaan (HBsAg) terdapat diluar dari envelope, dapat ditemukan dalam plasma secara bebas Peningkatan produksi IgG dan IgM dapat digunakan untuk diagnosis awal infeksi Gejala klinis : Kehilangan napsu makan Mual dan muntah Nyeri di perut bagian bawah Sakit kuning Lelah, nyeri pada tubuh dan sakit kepala 4 tahap gejala hepatitis akut : Fase inkubasi Fase prodromal (pra ikterik) Fase Ikterus Fase konvalesen (penyembuhan) 3 fase hepatitis B kronik : Fase imunotolerasi Fase imunoaktif (clearance) Fase residual Pemeriksaan dapat dilakukan melalui PCR (DNA virus) untuk deteksi dini HBsAg dapat dideteksi 2-12 minggu setelah terekspose kemudian akan tidak terdeteksi 12 sampai 20 minggu setelah dihasilkan anti- HBsAg Metode pemeriksaan : Metode serologis 1. Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) : 3 minggu setelah terinfeksi 2. Hepatitis B inti (HBc) antibodi (anti-HBs dengan titer ≥ 100 mIU/mL, maka dianggap aman) Asam nukleat virus : HBV DNA Pemeriksaan HBsAg metode ELISA Pemeriksaan HBsAg metode ELISA Infeksi virus hepatitis C (HCV) Virus hepatitis C adalah virus yang bergenom RNA untai tunggal yang dikategorikan dalam kelompok Flaviviridae Hepatitis C kronis dapat berkembang menjadi fibrosis dan kanker hati 3 stadium infeksi : infeksi akut, infeksi kronis dan Hepatitis C fulminan Penularan melalui : Penggunaan jarum suntik secara bersamaan Penggunaan alat-alat yang tidak steril Transfusi darah yang tidak melewati screening test Penularan secara seksual Penularan dari ibu ke bayi (tidak melalui ASI) Periode inkubasi hepatitis C adalah 2 minggu sampai 6 bulan 80% penderita tidak memberikan gejala Gejala yang dapat muncul : Demam Mudah lelah Menurunnya napsu makan Mual, muntah Sakit pada bagian perut Urin berwarna gelap Feses berwarna abu-abu Sakit pada persendian jaundice Metode pemeriksaan : Uji serologi 1. Rapid test 2. ELISA Uji HCV RNA Biopsi hati Human Immuno deficiency Virus (HIV) HIV ertama kali dilaporkan di Amerika Serikat tahun 1981 berkaitan dengan kaum homoseksual/gay yang dikenal sebagai Gay Related Immune Deficiency (GRID) Tahun 1982 pertama kali dibuat devinisi AIDS Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1987 HIV adalah subgroup dari retrovirus, Ditularkan melalui transmisi seksual dan non seksual : kontak darah (transfusi darah) Penggunaan jarum suntik Penularan dari ibu ke bayi selama masa kehamilan dan kelahiran (kontak darah, cairan vagina dan ASI) HIV menginfeksi sel vital dari system imun seperti sel T helper (sel T CD4+ , makrofag dan sel dendritic) Sel TCD8+ citotoksik secara langsung menyerang sel TCD4+ yang terinfeksi, inilah permukaan penurunan imunitas tubuh menjadi AIDS Metode Pemeriksaan Dapat mendeteksi : antibodi deteksi virus (metode NAT 11 hari setelah stelah terinfeksi) Sampel pemeriksaan : whole blood, dried bloodspots, saliva dan urine Pemeriksaan : 1. Rapid test 2. ELISA Rapid Tes Tes ELISA Siphilis
Siphilis adalah penyakit menular yang
utamanya ditularkan melalui hubungan seksual Dapat ditularkan melalui kontak kulit yang terinfeksi Dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi dalam kandungan Dapat ditularkan melalui transfusi darah Menderita penyakit syphilis dalam waktu yang lama dapat menyebabkan artritis, kerusakan otak dan kebutaan Siphilisdisebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum Treponema Pallidum merupakan spesies treponema dari famili Spirochaeta Treponema Pallidum berbentuk spiral, gram negatif dengan panjang kisaran 11µm dengan diameter antara 0,09-0,18 µm stadium dalam penyakit siphilis : a. Stadium awal /primer syphilis gejala awal adalah muncul satu atau lebih luka, luka berbentuk borok/bisul kecil yang tidak terlalu memberi rasa sakit. Luka ini dapat muncul di daerah genital atau disekitar mulut yang akan muncul 10-90 hari setelah terekspose bakteri b. Stadium sekunder Stadium ini berlangsung 6 minggu setelah terekspose bakteri. Gejalanya dengan muncul ruam pada telapak tangan atau telapak kaki; atai dapat juga timbul pada bagian tubuh yang lain c. Siphilis laten Syphilis laten dapat terjadi jika tidak diobati ketika stadium primer dan sekunder Infeksi dorman tanpa gejala Hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah Jika tidak ditangani secara serius dapat berakibat buruk pada kerusakan otak dan hati Stadium tertiary Efek lanjutan yang dapat dialami oleh penderita yang tidak diobati yang dapat berefek pada beberapa system organ, termasuk jantung dan pembuluh darah serta otak dan system saraf Dapat terjadi 10 – 30 tahun sejak infeksi dimulai Menyerang organ internal dan dapat menyebabkan kematian Sifilis kongenital Penyakit yang ditularkan kepada janin dalam uterus dari ibu yang positif menderita sifilis Infeksi sifilis dapat terjadi dalam setiap stadium selama kehamilan Diagnosa syphilis dapat dilakukan melalui : a. test swab dari luka menggunakan mikroskop untuk identifikasi bakteri atau DNA bakteri b. Pemeriksaan darah untuk mengukur antibody,, antibody dideteksi 3 bulan awal kemunian akan menurun kembali Terdapat 2 jenis uji serologi untuk diagnosis Treponema pallidum : Uji non-treponemal, untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen yang terdiri dari kardioplin, kolesterol dan lestin yang sudah terstandarisasi 1. Uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) 2. Uji Rapid Plasma Reagin (RPR) Uji treponemal, mendeteksi antibodi terhadap antigen treponemal dan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingan dengan uji nontreponemal terutama sifilis lanjut : 1. Treponema Pallidum Haem Aglutination (TPHA) 2. Treponema Pallidum Particle Aglutination (TP-PA) 3. Flouresencent Treponemal Antibody Absorbtion (FTA-ABS) 4. Micro Haem Aglutination Assay for Antibodies to Treponema Pallidum (MHA-TP) 5. Treponemal Enzyme Immuno Assay (EIA) untuk deteksi imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin G dan M (IgG dan IgM) atau imunoglobulin M (IgM)