SISTEM GASTROENTERO-HEPATOLOGI
Disusun oleh :
Tim Sistem GEH
1
KATA PENGANTAR
Buku Manual CSL ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program Studi Kedokteran
dalam cara berpikir ilmiah, sistematis, dan juga dalam keterampilan medis.
pemasangan selang nasogastrik, rectal touch (colok dubur), dan teknik pengambilan dan
Terima kasih kepada FK UNHAS khususnya Tim Sistem GEH yang memberi ijin untuk
menggunakan buku ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Pada buku manual CSL untuk tahun
ajaran 2020/2021 mengikuti buku manual CSL tahun ajaran 2018/2019 terdapat sedikit perubahan
dengan berdasar pada textbook dan sumber lain. Semoga dengan adanya perubahan ini dapat
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………..………………………………… 1
Daftar 2
Isi……………………………………………………………………….
Tata tertib CSL…………………………………………………… 3
Manual CSL
• Keterampilan anamnesis ........................................................ 7
• Pemeriksaan fisik ................................................................... 13
• Pemasangan Selang Nasogastrik ......................................... 35
• Rectal Touch (colok dubur) ...... ............................................. 38
• Teknik Pengambilan dan Pengiriman Usap Dubur ................. 41
3
TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
4
9. Diharuskan menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan laboratorium, utamanya meja
kerja. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah yang telah disediakan. Sampah yang telah tercemar
(sampah medis), misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat
sampah medis yang mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi,
10. Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan/praktikum, termasuk
mengikuti kuis,
11. Diharuskan memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia
12. Diharuskan bekerja dengan hati-hati, karena semua kerusakan yang terjadi karena ulah
mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya model
yang rusak harus diganti melalui Fak. Kedokteran UMJ, yang dibiayai oleh mahasiswa
yang merusak. Dana pengganti sama dengan harga pembelian barang pengganti.
13. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan belajar di lingkungan Fak. Kedokteran
UMJ.
5
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIK
SISTEM GEH
6
MANUAL CSL
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
DUBUR
7
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu dilakukan komunikasi antara
dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis. Kegiatan ini sangat penting
sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit
pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak membantu
menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam keluhan yang diajukan oleh seorang
penderita sistem saluran cerna. Walaupun demikian tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut
yang berhubungan dengan kelainan pada saluran cerna, sehingga diperlukan suatu kesabaran
dalam mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Pada sistem Gastro Entero Hepatologi (GEH), pemeriksaan fisik secara umum terutama
pemeriksaan fisik abdomen yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Pemeriksaan fisik
abdomen bertujuan untuk mengetahui gambaran normal abdomen dan organ-organ intra abdomen.
Pemeriksaan fisik abdomen juga bertujuan mengidentifikasi gambaran abnormal abdomen,
misalnya bunyi usus meningkat, ileus, bruit pada arteri renalis atau aorta, pembesaran hepar dan
lien, masa intra abdomen, atau adanya asites, dan lain lain.
Keterampilan diagnostik lain yang diperlukan pada sistem GEH meliputi pemeriksaan
rektum (colok dubur) dan pemasangan pipa nasogastrik (Nasogastric tube / NGT). Diharapkan
dengan menguasai pemeriksaan fisik abdomen dengan baik, mahasiswa mampu menegakkan
diagnosis dengan benar.
Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mendapatkan data klinis (gejala dan tanda) dari pasien dengan keluhan pada sistem GEH
2. Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan data klinis yang didapatkan
3. Merencanakan tindak lanjut pada pasien tersebut, meliputi rencana diagnostik dan
tatalaksana selanjutnya
4. Mengevaluasi dari tatalaksana yang diberikan
5. Digunakan sebagai standar pelayanan paripurna terhadap pasien
8
6. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
7. Mengetahui perkembangan serta kemajuan tatalaksana pada pasien
Capaian Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan
fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui keadaan normal dan
abnormal, dan mampu menganalisis data yang didapat sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis.
Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi / anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi secara cermat dan sesuai
dengan prosedur.
4. Mengetahui dan mengidentifikasi gambaran normal dan abnormal abdomen dan organ
organ intra abdomen.
Media dan alat bantu pembelajaran :
- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
- Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual
Metode pembelajaran :
1. Melihat video pemeriksaan fisik abdomen
2. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
3. Ceramah
4. Diskusi
5. Partisipasi aktif dalam skill lab. (simulasi)
6. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
9
Deskripsi kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya & 30 menit 1. mengatur posisi duduk mahasiswa dua
jawab orang instruktur, 1 sebagai dokter & 1
sebagai pasien memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesa
lengkap. Mahasiswa menyimak /
mengamati.
2. memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instrukstur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting.
3. kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pada manikin atau
probandus.
4. mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran 100 menit 1. mahasiswa dibagi menjadi pasangan –
dengan umpan balik pasangan, seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 2 pasang mahasiswa.
2. setiap pasangan berpraktek, 1 orang
sebagai dokter (pemeriksa) dan 1 orang
sebagai pasien secara serentak.
3. mentor memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan
selanjutnya “dokter” melakukan
anamnesis “pasien” dan membuat
kesimpulan awal berdasarkan data yang
didapatkan.
4. mentor berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
daftar tilik.
10
5. setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
11
PENUNTUN BELAJAR SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
A. ANAMNESIS
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan
jabat tangan
2. Mempersilakan duduk berseberangan / berhadapan
3. Informed consent
4. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
5. Menanyakan keluhan utama (onset, durasi, dsb)
dan menggali riwayat penyakit saat ini.
Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
• Keluhan tambahan (onset, durasi dsb)
• Keluhan yang berkaitan / relevan (onset, durasi, dsb)
12
10. Menanyakan adakah sulit menelan, atau saat menelan makanan
terasa sulit turun.
Menanyakan adakah nyeri telan.
Menanyakan apakah nyeri atau sulit telan dirasakan saat makan
makanan padat saja atau juga dirasakan saat menelan air.
11. Menanyakan pola buang air besar
• Apakah terasa sulit buang air besar
• Frekuensi buang air besar
• Adakah perubahan konsistensi feses (lebih cair atau lebih
keras)
• Menanyakan apakah pasien masih bisa flatus
12. Menanyakan adakah darah pada feses, menanyakan warna feses dan
bentuk feses (apakah ada buang air besar kecil seperti tahi kambing
yang membawa ke kecurigaan keganasan)
13. Menanyakan pola buang air kecil
• Frekuensi buang air kecil
• Apakah buang air kecil pancarannya terputus
• Adakah nyeri saat buang air kecil
• Warna urine
14. Adakah gejala nyeri pada perut bagian bawah , Pada perempuan
waktu haid nyeri/tidak.
15. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berkaitan / relevan
• Menanyakan apakah sudah vaksinasi hepatitis
• Menanyakan riwayat operasi pada perut sebelumnya
• Menanyakan apakah pernah mengalami penyakit kuning
16. Menggali riwayat penyakit keluarga, adakah kanker saluran cerna
pada keluarga
17. Menggali riwayat pengobatan: apakah mengkonsumsi obat steroid,
ascardia, clopidogrel
18. Menggali riwayat psokososial (kebiasaan), Apakah makan sayur
dan buah dengan teratur, apakah ada gangguan tidur, apakah ada
kecemasan, apakah ada riwayat minum jamu, apakah ada riwayat
minum alkohol, apakah ada riwayat merokok
19. Catat hasil anamnesis dan membuat diagnosis sementara / awal
13
B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Abdomen dapat dibagi dalam 4 kuadran atau 9 regio, lihat gambar 1. Pada pemeriksaan fisik
abdomen, lakukan inspeksi, auskultasi lebih dahulu, kemudian perkusi dan palpasi.
Gambar 1. Pembagian Kuadran dan Regio Abdomen. RUQ: Right Upper quadrant, LUQ: Left Upper Quadrant,
RLQ: Right Lower Quadrat, LLQ: Left Upper Quadrant
1. Inspeksi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya
yang cukup.
2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien
3. Melihat apakah dinding perut terlihat simetris dalam posisi
terlentang untuk menilai adanya massa/tumor, abses, atau
pelebaran lumen usus setempat.
4. Menilai umbilikus : kontur, lokasi, inflamasi, penonjolan
5. Menilai apakah gerakan peristaltik ada atau tidak (normalnya
tidak terlihat)
6. Menilai bentuk abdomen: rata, cekung/scaphoid atau membuncit
(pada obesitas, ileus paralitik, obstruksi usus, asites, kista
ovarium, graviditas), adakah penonjolan pada area tertentu
7. Menilai kelainan kulit : sikatriks, bekas operasi, adanya hernia
insisialis, striae alba, pulsasi arteri abdominalis, pulsasi pada
epigastrium
8. Melihat pelebaran vena : kaput medusae, pelebaran vena kava
inferior
9. Catat hasil inspeksi
14
2. Auskultasi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Penderita diminta rileks
2. Letakkan diafragma stetoskop pada abdomen, dengarkan bising Bising usus abnormal
usus (peristaltik), catat frekuensi dan karakternya. Bising normal dapat ditemukan pada
terdiri dari “klik dan gemuruh” dengan frekuensi sekitar 5 – 34 kasus diare, ileus
X / menit. Karena bising usus disebarkan secara merata, bising obstruktif (bising
usus dapat didengarkan di kuadran kanan bawah, biasanya sudah usus meningkat,
cukup. Bising usus abnormal misalnya borborygmi (suara terdengar suara
gemuruh yang lebih panjang) metallic sound yaitu
bunyi logam
didentingkan, ileus
paralitik (bising usus
menghilang atau
menurun)
15
Menilai bruit di titik aorta abdominalis, arteri renal, arteri iliaka,
dan arteri femoral
4 Jika mencurigai tumor hepar, infeksi hepar, atau infark spleen,
dengarkan di atas hepar atau spleen friction rub.
5. Catat hasil auskultasi
3. Perkusi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. 1. Menilai jumlah dan distribusi gas dalam abdomen, dan
mengidentifikasi kemungkinan masa solid atau cairan, serta
mengidentifikasi adanya nyeri ketok.
2. Digunakan untuk memperkirakan ukuran hepar atau spleen
(didiskusikan tersendiri).
3. Lakukan perkusi ringan pada keempat kuadran untuk
menilai distribusi timpani (gas) dan dullness / pekak/ redup
(massa atau cairan / feses).
4. Jika menemukan area pekak yang mengindikasikan masa,
penemuan ini akan memandu pada saat palpasi.
4. Palpasi
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Memberi tahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan
dinding perut.
2. Meminta pasien melakukan fleksi panggul dan lutut, kaki
membentuk sudut 45-60 0
3. Melakukan palpasi superfisial.
Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari
merapat dan rata, letakkan di atas abdomen. Penekanan dilakukan
menggunakan ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari(bukan
dengan ujung jari). Palpasi dengan ringan, lembut dengan
16
gerakan menekan. Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien,
lakukan palpasi ringan pada keempat kuadran abdomen
4. Mengidentifikasi adanya nyeri dan lokasi nyeri, tahanan otot, dan Spasme otot
pembesaran organ atau massa yang mungkin teraba yang involunter
Identifikasi adakah nyeri di titik McBurney(titik pada dinding biasa ditemukan
perut kuadran kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari pada inflamasi
garis yang menghubungkan Spina Illiaca Anterior Superior peritoneal
dengan umbilikus) (spasme otot
Adakah Murphy’s sign (nyeri pada batas lateral muskulus rectus tetap positif
abdominis dengan pinggir costae) meskipun
Adakah obturator sign. Pasien fleksi tungkai atas, lutut menekuk, dengan manuver
lalu rotasi internal tungkai pada panggul. Positif bila ada nyeri. rileks.
Murphy`s sign :
kolesistitis
Obturator sign :
apendisitis
Nyeri di titik
McBurney :
apendisitis
5. Lakukan manuver rileks, seperti pasien diminta bernafas lewat
mulut dengan rahang terbuka (jika ada tahanan otot)
6. Palpasi dalam. Gunakan dengan permukaan palmar jari jari,
rasakan pada keempat kuadran.
7. Jika ada massa, catat lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi,
nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas seiring dengan nafas.
8. Kaitkan penemuan pada palpasi dengan perkusinya
9. Pengkajian inflamasi peritoneum. Nyeri perut dan
• Sebelum palpasi, minta pasien untuk batuk dan menentukan nyeri tekan
lokasi yang sakit saat batuk, kemudian palpasi dengan lembut terutama ketika
dengan satu jari pada lokasi yang sakit. dihubungkan
dengan spame
17
• Perkusi ringan pada lokasi yang sama, akan menimbulkan otot, dicurigai
nyeri. Manuver ini diperlukan untuk menentukan area inflamasi
inflamasi peritoneum. peritoneum.
5. PEMERIKSAAN HEPAR
Perkusi. Penurunan
Pengukuran panjang vertikal pekak (dullness) hepar di linea mid pekak pekak
klavikularis kanan. hepar
• Tentukan batas atas hepar. Lakukan perkusi ringan dari area menunjukkan
resonan paru ke caudal ke arah hepar, dan tentutan batas atas pekak ukuran hepar
hepar di linea mid klavikularis kanan. kecil.
• Tentukan batas bawah hepar. Lakukan perkusi ringan dari area Efusi pleura
timpani ke proksimal ke arah hepar, dan tentukan batas bawah kanan atau
pekak hepar di linea mid klavikularis kanan. konsolidasi
• Ukur dalam sentimeter jarak antara 2 titik panjang vertikal pekak paru jika
hepar berdekatan
dengan hepar
(pekak),
peningkatan
ukuran pekak
hepar palsu.
Gas kolon
menyebabkan
18
Gambar 3. Perkusi untuk menentukan batas atas dan bawah pekak suara timpani
hepar. kuadran
kanan atas,
penurunan
ukuran pekak
hepar palsu.
Palpasi dicurigai
• Mengingatkan pasien untuk tetap santai, tempatkan tangan kiri kelainan hepar
pemeriksa di belakang pasien, sejajar dengan dan menopang kosta jika
11 dan 12 kanan. Tangan kiri menekan ke arah depan, maka hepar ditemukan
akan lebih mudah teraba oleh tangan kanan gambaran sbb:
• Palpasi menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan dengan Hepar
posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus. Firmness atau
• Arah jari membentuk sudut 450 dengan garis median. keras, tepi
• Mulai dari regio iliaka kanan menuju ke tepi lengkung iga kanan. tumpul dan
• Minta pasien menarik nafas panjang, lalu pada saat ekspirasi kontour yang
maksimal jari ditekan ke bawah. Kemudian pada awal inspirasi jari ireguler
bergerak ke kranial dalam arah parabolik. Pada saat inspirasi Kandung
tersebut, rasakan tepi hepar saat jari-jari tangan menyentuh tepi Empedu yang
hepar, ringankan tekanan sehingga hepar mengenai permukaan jari distended
jari dan rasakan permukaan anteriornya. membentuk
• (pada langkah ini, mahasiswa memberi aba-aba pada pasien untuk suatu masa
19
reguler. Permukaannya halus. Hepar normal mungkin sedikit nyeri
tekan.
• Pada saat inspirasi, hepar dapat teraba 3 cm dibawah tepi kosta
kanan di linea mid klavikularis.
20
6. PEMERIKSAAN SPLEEN
1. Ketika spleen membesar, meluas ke depan bawah dan ke
1
medial, sering menutupi timpani dari gaster dan kolon
menjadi organ solid yang pekak
2. Teraba pada tepi bawah kosta kiri. Perkusi tidak dapat
mengkonfirmasi pembesaran spleen tetapi dapat
meningkatkan kecurigaan pembesaran
Gambar 5. Spleen
3
• Perkusi dinding dada anterior kiri bawah pada area Traube(
area di batas antara area sonor paru di sebelah superior
dengan batas costae). Perkusi dengan arah ke linea axilaris
anteior. Jika terdengar suara timpani, artinya tidak ada
splenomegali.
• Perkusi di spasium intercostalis di sebelah kiri linea axillaris
anterior. Area ini biasanya timpani. Minta pasien tarik nafas
panjang lalu perkusi lagi. Bila terdengar suara timpani, maka
artinya tidak ada splenomegali.
• Catat adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur panjang
limpa dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung limpa.
• Mengukur panjang vertikal pekak spleen.
• Tangan kiri berada di bawah kosta kiri, menopang dan
menekan kosta kiri terbawah ke anterior dan tangan kanan
21
berada di tepi bawah kosta kiri menekan ke proksimal ke arah
limpa.
• Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus
di garis tengah abdomen, menuju ke lengung iga kiri.
• Mengidentifikasi adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur
panjang limpa dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung
limpa.
• Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner yaitu garis yang dimulai dari titik di lengkung iga
kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai di spina
iliaka anterior superior kanan. Garis tersebut dibagi menjadi
8 bagian yang sama.
• Catat hasil pemeriksaan limpa.
• Deskripsi : ukuran limpa, Schuffner berapa? (S1- SVIII),
konsistensi limpa kenyal atau keras
22
7. Ballotement Ginjal
1. Salah satu tangan pemeriksa diletakkan di bagian
baawah sudut ginjal, satu tangan yang lain
ditempatkan di atas perut di kuadran anterior kanan
atau kiri ginjal.
2. Tangan pemeriksa yang berada di bagian bawah
digerakkan ke atas untuk menggoncangkan ginjal,
sementara tangan yang berada di bagian atas perut
menunggu dan merasakan pergerakan ginjal ke atas
dan melayang kembali ke bawah,
Ballotement positif bila ginjal teraba oleh tangan
yang berada di atas perut ketika ginjal digoyangkan.
Palpasi ginjal
23
PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES
24
- Apabila pinggiran dari kumpulan (puddle) cairan
dicapai, intensitas suara akan lebih keras
Referensi :
1. Djojoningrat D, Rani HAZ, Daldiyono H, Syam AF. Pemeriksaan fisik abdomen. Dalam Setiati S, Nafrialdi,
Alwi I, Syam AF, Simadibrata M. Editor. Anamnesis dan pemeriksaan fisik komprehensif. Interna Publishing. 2015:
Jakarta
2. Bickley LS. Bates’ Guide to physical examination and history taking 9th ed. Lippincott Williams and
Wilkins. 2007 : Philadelphia
25
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KOMUNIKASI/ANAMNESIS
26
14. Adakah gejala nyeri pada perut bagian bawah, Pada perempuan
waktu haid nyeri/tidak.
15. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berkaitan / relevan
• Menanyakan apakah sudah vaksinasi hepatitis
• Menanyakan riwayat operasi pada perut sebelumnya
• Menanyakan apakah pernah mengalami penyakit kuning
16. Menggali riwayat penyakit keluarga, adakah kanker saluran cerna
pada keluarga
17. Menggali riwayat pengobatan: apakah mengkonsumsi obat steroid,
ascardia, clopidogrel
18. Menggali riwayat psokososial (kebiasaan), Apakah makan sayur dan
buah dengan teratur, apakah ada gangguan tidur, apakah ada
kecemasan, apakah ada riwayat minum jamu, apakah ada riwayat
minum alkohol, apakah ada riwayat merokok
19. Catat hasil anamnesis dan membuat diagnosis sementara / awal
JUMLAH: .......................
27
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM GEH
Keterangan:
0: tidak dilakukan; 1: dilakukan tetapi tidak benar; 2: dilakukan dengan benar
No LANGKAH KLINIK SKOR
0 1 2
A. Informed consent: memberitahu pasien bahwa pemeriksaan
abdomen akan dilakukan, menjamin kerahasiaan dan meminta
persetujuan pasien
B. Pemeriksaan fisik umum
C. INSPEKSI ABDOMEN
0 1 2
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya yang
cukup.
2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien
3. Melihat apakah dinding perut terlihat simetris dalam posisi terlentang
untuk menilai adanya massa/tumor, abses, atau pelebaran lumen usus
setempat.
4. Menilai umbilikus : kontur, lokasi, inflamasi, penonjolan
5. Menilai apakah gerakan peristaltik ada atau tidak (normalnya tidak
terlihat)
6. Menilai bentuk abdomen: rata, cekung/scaphoid atau membuncit
(pada obesitas, ileus paralitik, obstruksi usus, asites, kista ovarium,
graviditas), adakah penonjolan pada area tertentu
7. Menilai kelainan kulit : sikatriks, bekas operasi, adanya hernia
insisialis, striae alba, pulsasi arteri abdominalis, pulsasi pada
epigastrium
8. Melihat pelebaran vena : kaput medusae, pelebaran vena kava
inferior
9. Catat hasil inspeksi
D. AUSKULTASI ABDOMEN
0 1 2
10 Penderita diminta rileks
11 Meletakkan diafragma stetoskop pada abdomen (terutama kuadran
kanan bawah)
12 Mendengarkan dan mengidentifikasi frekuensi dan karakter bising
usus normal atau abnormal(borborigmi/ hiperperistalsis. Bising usus
normal 5-34 kali/menit,
13 Mendengarkan bruit di regio epigastrium dan kuadran atas yaitu
regio epigastrium, hipokondrium kanan dan hipokondrium kiri (jika
pasien hipertensi)
14 Menilai bruit di titik aorta abdominalis, arteri renal, arteri iliaka, dan
arteri femoral.
15 Mendengarkan dan mengidentifikasi friction rub (jika curiga tumor
hepar atau infark spleen).
16 Mencatat hasil auskultasi
28
E. PERKUSI ABDOMEN
0 1 2
17. Melakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen
18. Menilai distribusi timpany (gas)
19. Mengidentifikasi ada / tidak area pekak / redup (pembesaran organ,
massa atau asites) .
Kemudian identifikasi ada tidaknya nyeri ketok.
20. Catat hasil penemuan perkusi
F. PALPASI ABDOMEN
0 1 2
21. Memberi tahu pasien bahwa dokter akan meraba dan menekan
dinding perut.
22. Meminta pasien melakukan fleksi panggul dan lutut, kaki
membentuk sudut 45-60 0
23. Melakukan palpasi superfisial.
Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari merapat
dan rata, letakkan di atas abdomen. Penekanan dilakukan
menggunakan ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari(bukan dengan
ujung jari). Palpasi dengan ringan, lembut dengan gerakan menekan.
Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, lakukan palpasi ringan
pada keempat kuadran abdomen
24. Mengidentifikasi adanya nyeri dan lokasi nyeri, tahanan otot, dan
pembesaran organ atau massa yang mungkin teraba.
29
32. Jika tetap tidak nyeri identifikasi adanya “rebound tenderness”.
(Menekan secara mantap dan pelan dengan jari tangan dan lepas
secara tiba tiba, lihat dan dengarkan respon nyerinya)
33. Catat hasilnya
JUMLAH: .......................
30
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN HEPAR
31
JUMLAH: .......................
32
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN LIMPA DAN GINJAL
33
JUMLAH: .......................
34
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN ASITES
JUMLAH: .......................
35
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NGT)
Indikasi
1. Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas :
1. Untuk mengetahui sumber perdarahan
2. Untuk mengetahui volume perdarahan.
3. Untuk evaluasi.
3. Pasien ileus obstruktif / ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk dekompresi / menyalurkan
cairan lambung keluar.
4. Pasien tidak dapat makan
5. Mengambil spesimen di lambung
Kontraindikasi
• Pasien tidak kooperatif
• Trauma facial berat
Komplikasi
- Aspirasi
- Cedera jaringan
- Muntah
36
Prosedur Tindakan
1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala sedikit di
tekuk ke depan.
2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung. Dari hidung ke telinga, lalu dari telinga
ke processus xiphoideus.
3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.
4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50 cm dari
lambung) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara yang bisa didengar
dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut kiri atas/sedikit agak ke
epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan lambung keluar dari selang.
Penyulit
Erosi pada esophagus atau lambung
Referensi:
1. Thomsen, et al. N Engl J Med 2006;354:et al
2. www.ncbi.nlm.gov/pmc/article/PMc3560144
37
DAFTAR TILIK
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK
38
Rectal Touche (Colok Dubur)
PERLENGKAPAN
• Sarung tangan
• K-Y Jelly
POSISI PENDERITA
Berbaring terlentang dalam keadaan rileks
POSISI PEMERIKSA
Berdiri disebelah kanan penderita
CARA PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik
2. Keadaan tonus anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter
3. Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk memperlihatkan
desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps rekti
dan tumor
4. Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan K_Y
jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
5. Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasuk lurus ke anus.
6. Evaluasi keadaan ampula rekti
7. Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.
8. Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar rektum.
39
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR
40
Deskripsikan lokasi kelainan yang ditemukan dengan
membandingkan terhadap angka sebuah jam, yaitu titik yang
paling ventral terhadap pasien adalah tepat angka 12, yang paling
dorsal adalah angka 6. Angka 3 dan 9 masing-masing untuk titik
yang paling lateral di kiri dan kanan pasien.
11. Prostat dan Serviks diperhatikan, bersama-sama dengan
beberapa lesi luar rektum. Bila ada kelainan dideskripsikan
12. Keluarkan jari telunjuk sambil dilengkungkan ujungnya untuk
mengamati kemungkinan massa/ benda yang terbawa.
13. Mengevaluasi hasil colok dubur (aroma feses, kemungkinan
adanya massa, darah, lendir, parasit yang terbawa)
14. Membersihkan anus pasien dengan kasa yang dicelup NaCl
fisiologis.
15. Setelah pemeriksaan colok dubur selesai (lepas sarung tangan,
buang ketempat sampah medis,cuci tangan)
16. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
17. Mengungkapkan kemungkinan diagnosa dan merencanakan
pemeriksaan lanjutan serta penatalaksanaan
18. Mampu mencatat hasil pemeriksaan colok dubur/ interpretasi
pemeriksaan dengan benar.
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar
2: Dilakukan dengan benar
41
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN USAP DUBUR
Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengambilan dan
transportasi usap dubur secara baik, benar dan efisien.
Sasaran Pembelajaran
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan persiapan penderita dengan benar
2. Melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. Memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa tujuan dan manfaatnya tindakan
yang akan dilakukan, dan apa risiko yang mungkin terjadi.
4. Memberikan penjelasan kepada penderita atau keluarganya tentang kerahasiaan tindakan
dan hak-hak penderita, misalnya tentang hak penderita untuk menolak tindakan yang akan
dilakukan.
5. Melakukan cuci tangan
6. Memasang sarung tangan non steril dengan benar, dan melepaskannya setelah pekerjaan
selesai.
7. Menempatkan pasien posisi yang tepat
8. Melakukan pengambilan usapan dubur dengan benar
9. Melakukan pengiriman spesimen dengan benar dan tepat
42
INDIKASI PENGAMBILAN USAP DUBUR
1. Pasien dengan gejala muntah berak atau diare.
2. Pada pelacakan carrier penyakit yang ditularkan melalui saluran cerna.
ACUAN
Usap dubur umumnya diambil pada penderita muntah berak karena konsentrasi bakteri
penyebab lebih banyak ditemukan pada dubur dibanding pada tinja yang encer.
Medium transport yang digunakan bisa yang semi solid misalnya carry & Blair, bila harus
dikirim ke tempat yang jauh, tapi bisa juga memakai medium cair misalnya pepton alkalis untuk
transportasi jarak pendek, misalnya dari ruangan ke laboratorium di rumah sakit yang sama.
Pepton alkalis selain sebagai medium transport juga bisa sebagai enrichment medium
untuk genus Vibrio. Medium Carry & Blair selain untuk Vibrio juga bisa dipakai untuk
transportasi bakteri patogen usus yang lain, misalnya Salmonella, Shigella dan Escherechia coli
pathogen.
43
DESKRIPSI KEGIATAN
44
4. Curah Pendapat/ 15 menit 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang
Diskusi dirasakan mudah? Apa yang sulit?
Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang pada saat mengam-
bil sampel. Apa yang dapat dilakukan
oleh dokter agar pasien merasa lebih
nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan
dengan menjawab pertanyaan terakhir
dan memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti
Total waktu 150 menit
45
PENUNTUN PEMBELAJARAN
PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN USAP DUBUR
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,
tetapi tidak efisisen
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan
efisien.
4. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.
5.
46
MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN YANG AKAN DIPAKAI 1 2 3
7. Letakkan semua alat dan bahan yang diperlukan di tempatnya
yang mudah dicapai.
8. Siapkan medium transport yang akan digunakan. Tulislah
pada label tabung medium transpor:
- Data penderita
- Tanggal pengambilan usap dubur
9. Tulislah identitas penderita dengan spidol permanen pada
bagian belakang kaca benda tersebut: nama atau nomor
register penderita.
MENYIAPKAN DIRI UNTUK PENGAMBILAN USAP DUBUR 1 2 3
10. Lakukanlah cuci tangan.
11. Pakailah sarung tangan non steril.
12. Berdirilah disebelah kanan penderita.
MENYIAPKAN PENDERITA 1 2 3
13. Penderita diminta mencuci bersih alat genitalnya, anus dan
daerah perineum dicuci dengan bersih
14. Penderita diminta membuka celananya dan naik ke tempat
tidur.
15. Penderita penderita diminta berbaring dengan posisi
menungging (Lithotomi) atau bila tidak memungkinkann
penderita disuruh tidur miring menghadap ke kanan dengan
lutut kanan ditekuk.
MENGAMBIL USAP DUBUR 1 2 3
16. Penderita diminta untuk menarik napas
17. Basahi lidi kapas steril dengan NaCl Fisiologis dan masukkan
kedalam rectum sekitar ± 1 inchi /2,5 cm, diputar sambil
menekan dinding rectum
18. Tarik lidi kapas keluar dengan diputar searah.
47
19. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport hingga
seluruh bagian kapas terbenam dalam medium dan dipatahkan
lidi tersebut sambil membakar diatas lampu bunzen
20. Tutup botol medium transport dengan rapat dan disegel
SETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI
21. Lepaskanlah kedua sarung tangan dan buanglah ke dalam
tempat sampah medis
22. Cucilah kedua tangan.
PENGIRIMAN USAP DUBUR
24. Tulislah surat pengantar pemeriksaan laboratorium yang
lengkap berisi:
a. Tanggal pengiriman
b. Tanggal dan jam pengambilan usap dubur
c. Data penderita (nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomor rekam medik)
d. Identitas pengirim
e. Jenis specimen: usap dubur
f. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
g. Transport media/pengawet yang digunakan
h. Keterangan klinis.
25. Masukkanlah botol/tabung medium transport ke dalam tabung
lain atau wadah.keranjang tempat pengiriman.
26. Kirimlah botol medium transpor bersama surat pengantarnya
ke laboratorium pada suhu kamar.
48
DAFTAR TILIK
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN DAN PENGIRIMAN
USAP DUBUR
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kotak yang sesuai.
Nilai :
• 0 bila tidak dilakukan
• 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan
• 2 bila memuaskan
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
KOMMUNIKASI DENGAN PASIEN & KELUARGANYA 0 1 2
1. Cara menyapa pasien dan keluarganya.
2. Cara memberikan informed consent..
MENYIAPKAN DIRI DAN PENDERITA UNTUK PENGAM- 0 1 2
BILAN USAP DUBUR
3. Cara mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
4. Cara memakai sarung tangan non steril
5. Cara berdiri disamping penderita
6. Cara memposisikan penderita untuk pengambilan usap dubur
MENGAMBIL USAP DUBUR 0 1 2
7. Memasukkan lidi kapas kedalam rektum
8. Menarik lidi kapas keluar .
9. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport
SETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI 0 1 2
49