SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan buku rancangan pengajaran modul sistem musculoskeletal
(musculoskeletal system) ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN.................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
TATA TERTIB SKILLS LAB ................................................................................ 4
DAFTAR SKILLS LAB .......................................................................................... 5
SKILLS LAB 1........................................................................................................ 6
SKILLS LAB 2....................................................................................................... 30
SKILLS LAB 3....................................................................................................... 75
SKILLS LAB 4....................................................................................................... 84
SKILLS LAB 5....................................................................................................... 84
RUJUKAN ............................................................................................................ 85
3
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan
Skill Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator
blok dengan melampirkan materi yang akan diskill lab kan dan surat
keterangan dari fasilitator.
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi
tertentu karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk
materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan
jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 100 % dari
seluruh jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus
blok.
4
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi
karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan
sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5
Skill Lab 1
Anamnesa dilakukan secara auto maupun alloanamnesa. Jika penderita sadar dan
kooperatif anamnesa dilakukan langsung pada penderita, walaupun informasi dari
pihak lain seringkali juga berguna untuk kelengkapan data. Pada kasus dimana
penderita tidak kooperatif, misalnya sedang merasakan nyeri atau sakit yang hebat,
gelisah, mual muntah yang sering, alloanamnesa lebih membantu dokter dalam
melakukan anamnesa. Demikian pula pada penderita yang mengalami penurunan
kesadaran sampai koma.
6
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi termasuk faktor predisposisi atau faktor risiko
6. Riwayat keluarga dan lingkungan
7. Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan kemungkinan
diagnosis
Kumpulan kasus-kasus :
GOUT
OA
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke praktik dokter umum dengan
keluhan nyeri lutut kanan dan kiri sejak 6 bulan yang lalu yang semakin terasa berat
sejak 1 hari ini bila melakukan aktivitas dan sering terdengar bunyi “krek” pada
lututnya. Awal nya keluhan nya terasa pegel-pegel di kedua lutut namun minum obat
anti nyeri setelah itu nyeri menghilang. Pada pagi hari di kedua lutut juga terasa
kaku namun < 30 menit rasanya mulai menghilang. Riwayat trauma disangkal;
riwayat makan kacang – kacangan disangkal.
SPRAIN
Seorang pria usia 19 tahun dibawa temannya ke IGD RS karena tiba-tiba sendi kaki
kirinya kesakitan ketika sedang bermain volley. Nyeri dirasakan sejak 4 jam sebelum ke
RS. Nyeri bertambah berat ketika di gerakkan dan berkurang saat istirahat. Keluhan
lainnya terasa bengkak. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Riwayat pengobatan belum
minum obat apapun namun sempat diurut saat kejadian, hanya sekedar di urut saat
kejadian sehingga bertambah nyeri.
7
FRAKTUR FEMUR TERTUTUP
OSTEOPOROSIS
Seorang perempuan berusia 70 tahun datang ke poli RSPBA dengan keluhan nyeri
kedua lutut. Hal ini sudah dialaminya sejak 6 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul,
yang mula – mula ringan, namun akhir – akhir ini memberat dan mengganggu
aktivitasnya. Pasien berkata: “ Kalo saya naik turun tangga , sakit kaki saya dok.
Terus kalo lutut saya tekuk, terkadang seperti bunyi kreek…. Jadinya kalo gerak itu,
rasanya kurang bebas dan semakin sakit dok, kalau beristirahat lebih terasa nyaman
dok.”
Pasien menambahkan bahwa, Jika serangan nyeri datang, akan sangat sulit untuk
berjalan, bahkan kaki harus diseret, karena kalau kaki diangkat akan terasa sakit
pada saat di tapakkan kelantai. Selain itu, ia juga mengeluhkan sejak 2 bulan terakhir
ini, nyeri pada pinggng bawah serta bahu. jari-jari pada kedua tangannya terasa kaku
dan nyeri pada saat bangun pagi. Riwayat trauma pernah jatuh dari tempat duduk > 2
bulan
OSTEOMYELITIS
8
Lakukanlah anamnesis pada pasien tersebut!
No Kegiatan
1 Mengucapkan salam kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk
4 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan,
agama dll)
5 Menanyakan keluhan yang dialami pasien
6 Menanyakan sejak kapan terasa nyeri
7 Menanyakan apakah nyeri terasa terus menerus atau saat terentu
8 Menanyakan apakah ada sendi lain yang juga terasa nyeri
9 Menanyakan apakah timbul warna kemerahan pada daerah sendi yang
9
Nyeri
10 Menanyakan apakah jika makan makanan tertentu penderita akan lebih
merasa sakit
11 Menanyakan apakah tumbuh benjolan di tempat lain ?
12 Menanyakan adakah trauma sebelumnya
13 Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
14 Menanyakan riwayat alergi obat
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
10
Skill Lab 2
11
Gambar 1. Macam-macam Fase Berjalan
12
B. Feel (palpasi)
Pada saat akan meraba, posisi pasien perlu diperbaiki dulu agar dimulai
dari posisi netral/anatomis. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
dua arah karenanya perlu diperhatikan wajah (mimik kesakitan) atau
menanyakan rasa sakit. Yang perlu dicatat adalah :
- Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit
- Bila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema
terutama daerah persendian
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3
proksimal/ tengah/ distal)
- Otot:
Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas
dimana posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan
otot pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot lainnya.
Dapat juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang
tonusnya normal
Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot-otot
femur pada lesi medula spinalis
Tonus otot bisa:
o Eutonus : tonus normal
o Hipertonus : tonus meninggi
o Hipotonus : tonus melemah
13
Pemeriksaan atrofi otot.
Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara:
o Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi
lateralnya
o Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan
dibandingkan dengan anggota sebelahnya
C. Move (gerak)
- Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan
menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan
nyeri pada pergerakan.
- Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk
mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk
mengetahui gerakan normal si penderita.
- Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi
dengan sejawat lain dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
- Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang
abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture).
- Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metrik. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada
gangguan gerak.
- Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita
sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan pemeriksa).
Selain pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan
gerak, hal ini juga penting untuk melihat kemajuan/kemunduran
pengobatan.
14
PEMERIKSAAN REGIONAL PADA KELAINAN ORTHOPEDI
PEMERIKSAAN SENDI
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
- Adanya bunyi “klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi
A. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi
Suruh penderita duduk atau berdiri dengan posisi relaks. Pemeriksa
memperhatikan dari arah depan, samping dan belakang. Dari inspeksi
akan terlihat :
- Leher normal : sama kiri dan kanan
- Lordosis hebat : jika leher lebih ante fleksi
- Miring : seperti pada tortikolis
15
3. Pemeriksaan gerakan leher
16
17
B. Pemeriksaan Bahu
1. Inspeksi : simetris atau tidak
2. Palpasi Bahu
18
C. Pemeriksaan Siku
1. Inspeksi
19
2. Palpasi
3. Pergerakan
20
D. Pemeriksaan Pergelangan Tangan
1. Inspeksi
2. Palpasi
21
3. Pergerakan
E. Pemeriksaan Punggung
1. Inspeksi
2. Palpasi
22
3. Pergerakan
23
F. Pemeriksaan Panggul
1. Inspeksi 2. Palpasi
3. Pergerakan
24
G. Pengukuran Discrepancy (Kesenjangan Panjang Anggota Gerak)
Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk
melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan. Caranya:
- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan melihat perbedaan tonjolan
atau sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut kanan, siku kiri
dengan siku kanan, ankle kiri dengan ankle kanan . Misalnya contoh gambar
di bawah, dimana A tampak perbedaan ukuran tibia, dan B tampak perbedaan
femur.
25
H. Pemeriksaan Lutut
1. Inspeksi
2. Palpasi
26
3. Pergerakan
27
2. Palpasi
3. Pergerakan
28
PENILAIAN PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
(Superior dan Inferior)
Extremitas bawah :
10 Melakukan inspeksi/look sendi lutut, ankle, kaki ( Congenital
Talipes Equino-varus, Talipes Valgus, Talipes Kavus, Flat feet)
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
29
Lakukan Pemriksaan pada kasus dibawah ini :
GOUT
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi naas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemriksaan secara umum dalam
batas normal & indeks massa tubuh 20 kg/m2. Pada palpasi sendi tangan dan kaki
didapatkan nyeri tekan terutama sendi metakarpofalangs dan interfalangs proksimal.
Kedua ibu jari dan pergelangan tangan terlihat bengkak, dengan nyeri tekan dan teraba
hangat.
OSTEOARTRITIS
Pada pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 130/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi naas 22 x/meter, & temperature 36,7 0 C. Pada pemriksaan secara umum
tinggi bdan 154 cm, berat badan 90 kg & lainnya dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik lokalis ditemukan pada lutut tampak kulit biasa, tidak tampak
kemerahan atau bengkak. Pada perabaan terasa nyeri serta saat digerakkan terdapat
krepitasi di kedua lutut.
SPRAIN
Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi napas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemeriksaan secara umum
normal. Pada pemeriksaan fisik lokalis tampak sedikit bengkak sekitar malleolus lateralis,
tidak teraba krepitasi, nyeri bila ditekan dan dilakukan inversi kaki kiri, tetapi pada eversi
tidak terlalu nyeri. Gerakan pasif sendi talo cruralis baik, meski nyeri. Tulang tibia dan
fibula tidak nyeri pada pemeriksaan.
Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi napas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemeriksaan secara umum
tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan fisik lokalis didapatkan kemerahan, bengkak
dan krepitasi pada paha distal kanan. Denyut nadi arteri distal teraba teraba.
30
OSTEOPOROSIS
Pada Pada Pemeriksaan umum memiliki BB = 70 Kg dan TB =160 cm. BMI = 27,34.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan ekstremitas. Look: Tampak deformitas varus pada kedua sendi lutut,
swelling pada sendi genu (+)
Feel: terasa hangat, didapati kesan efusi dan nyeri tekan (+) pada garis sendi lututsisi
medial.
Move: ROM genu terbatas (ekstensi-flexi 10-130 derajat) Pemeriksaan lab: darah
rutin dan asam urat dalam batas normal.
OSTEOMYELITIS
31
Skill Lab 3
32
Teknik Cuci Tangan Prosedural
33
Step 1
Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahilah tangan dengan air
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk
Step 2
Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan
Step 3
Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan tangan
Step 4
Sela-sela jari tangan
Step 5
…..Jari-jari tangan…..
Step 6
…..dan ibu jari…..
Step 7
Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak
tangan, dengan menggunakan gerakan memutar
Step 8
Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk itu untuk
menutup kran air
34
Teknik Cuci Tangan Bedah
35
Teknik Cuci Tangan Bedah
Step 1
Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
Basahi tangan dengan air mengalir
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk, cuci tangan dan lengan
bawah secara menyeluruh dan bilas
Step 2
Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan
tangan dan lengan bawah
Step 3
Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan
daerah bawah kuku kedua tangan
Step 4
Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari,
telapak tangan dan punggung tangan.
Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi
Step 5
Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan
Step 6
Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah
juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku
Step 7
Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan
lebih tinggi dari siku
Step 8
Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk steril
36
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Prosedural
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
37
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Bedah
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
38
Pengenalan Alat Bedah Sederhana
Instrumen
A. Instrumen Pemotong.
Alat ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Skalpel dan 2) Gunting.
1. Skalpel.
Ada 2 macam yaitu 1) jenis bilah dan gagangnya dapat dilepas, 2) jenis
scalpel antar bilah dan gagangnya merupakan kesatuan.
Pada jenis pertama (#1) sekarang lebih sering digunakan. Ukuran
dan bentuk skalpel baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-
macam, tetapi yang sering digunakan adalah gagang no 3 dengan bilah
nomor 10, 11 atau 15. Pada bilah nomor 10 sering dipakai untuk insisi
kulit. Pada bilah nomor 11 sering dipakai untuk menyayat abses. Pada
bilah nomor 15 untuk membuat insisi melengkung atau insisi yang
memerlukan kecermatan.
Gambar 1. Gagang skalpel dengan tiga bilah yang paling sering dipakai
39
Gambar 2. Cara memegang gagang scalpel dan melepas skalpel
2. Gunting.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung
penggunaannya. Berdasarkan diatas tersebut gunting dibedakan menjadi
4 macam, yaitu :
a. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar biasanya digunakan
untuk membelah fascia atau tendo; dan berdasarkan bentuknya
dibedakan menjadi 2, yaitu berbilah lengkung dan berbilah lurus.
b. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran
halus untuk mendeseksi dan memotong jaringan, berdasarkan
bilahnya juga dibedakan lengkung dan lurus. Kedua jenis gunting di
atas kedua ujung atau salah satunya tumpul.
c. Gunting Runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendeseksi secara
cermat dan berdasarkan bilahnya dibedakan : bilah lengkung dan
bilah lurus.
d. Gunting Balutan, Benang, bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya
tebal ujungnya tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk
menggunting kasa dan benang serta balutan.
40
Gambar 3a : Gunting Bedah / Diseksi
41
Gambar 3c : Gunting Verban
42
B. Instrumen Pemegang.
Instrumen ini dibedakan 3 macam yaitu : 1) Pemegang jarum, 2) Pinset dan
3) Klem.
1. Pemegang jarum.
Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang,
ukurannya bermacam-macam, yaitu pendek, sedang dan panjang,
demikian juga ukuran bilahnya. Pemegang jarum harus dipakai sesuai
dengan ukuran jarum yang dipegangnya.
2. Pinset.
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu
diseksi. Pinset ini dibedakan 3 macam :
a. Pinset bergigi tajam yang dapat digunakan untuk memegang
jaringan dengan baik hanya memerlukan tekanan minimal, misal :
43
subcutan, otot, fascia. Tetapi tidak dapat dipakai untuk memegang
struktur yang dapat berlubang (peritoneum, pleura).
b. Pinset Adson, suatu pinset bergigi halus yang biasa dipakai dalam
menjahit kulit.
c. Pinset tidak bargigi, biasanya digunakan memegang sepon untuk
membersihkan luka
3. Klem.
Sebagai alat untuk penjepit, macamnya diantaranya :
a. Klem arteri biasa dipakai sebagai penjepit arteri (hemostat)
dilengkapi dengan pengunci dengan bilah bergigi, ada yang lurus
dan ada yang lengkung.
b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis) untuk memegang
kulit, fascia atau dikenal dengan klem jaringan.
c. Klem Kocker, klem yang mempunyai bilah yang sangat kuat dipakai
untuk menarik jaringan yang sangat kuat.
44
d. Cunam, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin biasa dipakai
untuk menjepit kasa pembersih luka.
45
Gambar 8 : Penarik Bergigi Tajam
1. Jarum
- Ada jarum yang dirancang dipegang dengan tangan tetapi adapula
jarum yang dirancang dipegang dengan instrument.
- Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup lapisan yang
memudahkan jarum tersebut mudah menembus jaringan.
- Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian
tengah dan bagian ujung.
46
- Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang
tidak berlubang (jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis
Mayo, jenis French).
- Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai
ukuran panjang, diameter serta bentuk penampang.
- Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak
membelok, biasa dipakai untuk menjahit kulit.
- Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur
yang lebih dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam antara
lain 1/4, 3/8, 1/2 atau 5/8 lingkaran.
47
2. Benang
- Yang perlu diperhatikan untuk memilih benang adalah
karakteristik bahan, daya tahan dan reaksi jaringan bahan tersebut
serta ukuran benang.
- Karakteristik bahan benang ditentukan oleh : kekuatan, daya
regang dan elastisitas, kehalusan permukaan, kapilaritas serta
reaksi jaringan terhadap benang tersebut.
- Bahan plastik seperti polipropilen cocok digunakan di daerah-
daerah yang mendapat stress berulang kali, tetapi lebih cocok
untuk menjahit kulit karena tidak meninggalkan parut bekas
benang tersebut. Bahan-bahan jenis elastis (polyester, sutera) dapat
menahan tarikan yang berulang-ulang, biasa dipakai untuk
meligasi. Jika benang permukaan kasar tidak dapat digunakan pada
jaringan yang peka terhadap iritasi (mata, mukosa usus) tetapi
tidak memerlukan simpul yang terlalu banyak sehingga cocok
untuk jahitan jelujur. Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi
jaringan yang hebat, sedangkan bahan organis dapat menimbulkan
reaksi jaringan yang hebat. Benang multifilamen akan menghisap
cairan jaringan hal ini dapat merupakan medium yang baik untuk
menumbuhkan bakteri.
- Bahan benang dibedakan ada yang dapat diserap oleh jaringan
sehingga tidak perlu dilepas, sedangkan bahan yang tidak diserap
jaringan harus diambil. Jenis benang yang dapat diserap antara
lain: kolagen, catgut, asam poliglikolat (Dexon), poliglaktin
(Vicryl), dan polidioksanon (PDS). Jenis benang yang tidak dapat
diserap antara lain : sutera (multifilament), benang baja
(monofilamen), nilon (Ethilon) dan polipropilen.
- Ukuran benang. Ukuran baku yang ditetapkan oleh USP & BP
(United State Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari
nomor kecil 11/0 (benang mikro) sampai yang terbesar nomor 6
atau ukuran menurut metrik yang terbagi dalam sepersepuluh
milimeter dari 0, 1 maupun 8.
48
Teknik Menggunakan Sarung Tangan
Tujuan :
- Bagian yang kontak langsung dengan pembedahan harus steril
Teknik Aseptik
50
Mencuci Hamakan Tempat Pembedahan
Kulit :
1. Dicuci dari kotoran
2. Dibasuh dengan larutan antiseptik (misalnya : povidon iodine, alkohol,
heksaklorofen)
3. Cara membasuhnya dari dalam keluar, lamanya 5 – 10 menit.
51
Penilaian Keterampilan Instrumen dan Kegunaannya
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
52
Penilaian Keterampilan Teknik Menggunakan Sarung Tangan
Tidak Memakai Jubah Operasi (Secara Terbuka)
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
53
Skill Lab 4
Tujuan :
• Mencegah penyakit / memberi kekebalan (imunisasi)
• Mengetahui reaksi setempat
• Tes mantoux
• Skin test
Indikasi :
• Pada pasien yang menggunakan obat-obat injeksi yang belum pernah
digunakan sebelumnya (terutama golongan antibiotik)
• Pemberian obat harus secara intracutan
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22, 20,18 dll
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf
- Pigmentasi sangat kurang
- Folikel rambut kurang
- Sensitivitas kurang
- Kulitnya paling tipis
54
Lokasi injeksi :
- Lengan bawah tangan sebelah dalam (umumnya)
- Lengan atas dalam
- Dada bagian atas
- Punggung (Skapula)
Efek samping :
- Abses
- Alergi
Pelaksanaan :
- Beri tahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan pada pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat dengan cara dipotong (ampul), di oplosing (vial)
- Dihisap dengan nald lalu dikontrol dosis obat (0,01 - 0,1 cc) dengan
menggunakan spuit 1 cc
- Kontrol udara sampal tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi
- Jarum dimasukan ke kulit dengan sudut 10 - 20 °
- Biarkan kulit yang telah diinjeksi, jangan di massage
- Beri tanda pada lokasi injeksi dengan diameter ± 2 cm
- Bereskan alat
- Reaksi akan muncul 15 menit atau maksimal 30 menit.
55
Teknik Menyuntik Sub Kutan
Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pencegahan penyakit / memberikan kekebalan (imunisasi)
Indikasi :
- Pada pasien yang harus Nuchter
- Obat tidak dapat dimakan karena muntah terus
- Obat dapat mengiritasi kulit, vena dan otot
- Absorbsi obat diharapkan lebih lambat
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc, 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 26
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
• Jauh dari pembuluh darah
• Jauh dari urat syaraf
• Jauh dari tulang
Lokasi Injeksi
• Otot lateral dan atas paha ,
• Otot lateral atas lengan
• Otot punggung
• Otot abdomen
Efek samping
- Peradangan lokasi injeksi
- Nekrose jaringan
56
- Abses
Pelaksanaan
- Beritahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan dengan pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat di potong bila kemasan dalam ampul, dan di oplosing bila
kemasan datam vial / bubuk.
- Obat di hisap dengan menggunakan nald, hal ini berguna untuk
mengontrol dosis obat
- Yakinkan pasien bahwa obat yang akan diberikan benar
- Perhatikan secermat mungkin efek samping pemberian obat
- Kontrol udara sampai tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi lokasi injeksi
- Jarum dimasukan secara tegak lurus dengan sudut 45º, bila berhasll
(tidak ada darah dalam spuit) masukan obat secara berlahan-lahan
- Bila setelah dilakukan aspirasi tidak berhasil jarum dicabut dan pindah
± 2 cm dari lokasi pertama
- Bila obat telah masuk, maka cabut jarum dengan cepat. Bekas tusukan
ditahan dengan kapas alkohol.
- Massage lokasi untuk mengurangi nyeri setelah injeksi
- Bereskan alat lalu atur posisi
- Perhatian : pemberian obat jangan lebih 1 cc, jika lebih berikan secara
rotasi
57
Teknik Menyuntik Intra Muscular
Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pengobatan penyakit
Indikasi :
- Meningkatkan laju aliran absorbsi obat
- Obat tidak dapat diberikan secara SC dan IV
- Obat dapat mengiritasi kulit, bawah kulit dan vena
- Obat mengandung minyak
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya
Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf
Lokasi Injeksi :
- Musculus Gluteus maximus
- Musculus Deltoideus
- Musculus Quadriceps femoris
Penatalaksanaan
1. Setelah obat siap dan cuci tangan lakukan desinfeksi lokasi, lalu kulit
direnggangkan
2. Jarum masukan tegak turus dengan sudut 90°
3. Lakukan aspirasi (bila tidak ada darah) dan masukan obat perlahan, bila
ada darah jarum dicabut dan lokasl injeksi dipindahkan ± 2 cm
58
4. Massage lokasi untuk mengurangi nyeri
Efek samping
- Peradangan lokasi
- Alergi
- Abses
- Penekanan urat syaraf
59
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Kutan
No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang
ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alcohol 70 % dengan
gerakan melingkar dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk memegang spuit dan
menusukkan jarum dengan menghadap keatas membentuk sudut 10 o - 20o
dari permukaan kulit
14 Menginjeksikan obat intra kutan sampai kepermukaan kulit mengembung
15 Menarik suntikan dengan cepat, membuang jarum suntik pada tempat yang
aman
60
16 Melingkari lokasi injeksi dengan diameter lebih kurang 2 cm
17 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan
18 Menjelaskan tindakan sudah selesai
19 Mengucapkan salam akhir
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
61
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Sub Kutan
No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc atau 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang ada
12 Memilih lokasi penyuntikan, harus bebas dari bengkak, keras, jaringan perut, gatal,
merah atau meradang
13 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alkohol 70 % dengan gerakan
melingkar dari dalam keluar
14 Menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan yang non dominan untuk
meregangkan area injeksi
15 Menggunakan tangan dominan untuk memegang jarum dan menusukan jarum
dengan menghadap keatas membentuk sudut 45o dari permukaan kulit
16 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik jarum keluar dan ganti dengan obat
yang baru
62
17 Menginjeksikan obat sub kutan secara perlahan-lahan
18 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan yang non
dominant
19 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
20 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
21 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan
22 Menjelaskan tindakan sudah selesai
23 Mengucapkan salam akhir
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
63
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Muscular
No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alcohol 70 % dengan gerakan
melingkar dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk memegang spuit dan menusukkan jarum
tegak lurus 90o dari permukaan kulit
14 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik jarum keluar dan ganti dengan obat
yang baru
15 Menginjeksikan obat intra muscular
16 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan yang non
dominant
17 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
18 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
19 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan
64
20 Menjelaskan tindakan sudah selesai
21 Mengucapkan salam akhir
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
65
Teknik Menjahit Terputus dan Tidak Terputus
Membuat simpul
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah :
a. Jenis simpul (Gambar 1)
a.1. Square knot
a.2. Surgeon’s knot
a.3. Granny knot
b. Membuat simpul dengan satu tangan (Gambar 2)
c. Membuat simpul dengan dua tangan (Gambar 3)
d. Membuat simpul dengan instrument (Gambar 4)
e. Memotong benang
Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya ujung
gunting yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong,
digeser sampai ke simpul, diputar miring 45º kemudian dikatubkan. Pada
jahitan jelujur dan jahitan struktur yang penting benang simpul dipotong agak
panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi tetap harus lebih pendek
terhadap jarak jahitan berikutnya.
Perhatikan :
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat
meninggalkan bekas.
2. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vascularisasi
lebih baik.
66
Gambar 1. Jenis simpul A: Square Knot; B. Surqeon’s Knot; C.
Granny Knot
67
Gambar 3 : Membuat simpul dengan dua tangan
68
Gambar 4 : Membuat simpul dengan instrumen
69
Menutup luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
- Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur.
- Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun
jelujur.
- Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila
ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang
lain.
- Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat
tetapi tidak boleh dipakai di tempat pendarahannya (vascularisasi) kurang.
- Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk
menjahit subcutis, karena kulit akan bergelombang.
- Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus
seluruhnya akan terbuka.
- Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan iskemia.
70
Jahitan jelujur sederhana
71
Menjahit Kulit
Caranya :
1. Gunakan pinset bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2. Jarum lengkung jenis “cutting” dengan benang nilon monofilament nomor
3/0 dipasang pada klem pemegang jarum. Pemasangan itu diletakkan antara
2/3 depan dan 1/3 belakang, lalu gagang klem dikunci
3. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90º dan
bahu abduksi, jarum ditusukan di kulit secara tegak lurus.
4. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit
pinset.
5. Kulit ditegakkan dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi
bahu yang serentak. Jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai
dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal.
6. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem
pemegang jarum ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya,
karena dapat patah atau bengkok).
7. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
8. Tusukan lagi tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama,
dan cara yang sama, setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat
simpul ikatan 2 x 1 x 1 (Surgeon’s Knot).
9. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
10. Simpul ditarik ke tepi kearah pada ujung benang yang lebih pendek.
72
a. Contoh yang benar
73
Menjahit Subcutis
Menjahit lemak subcutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan
simpul terkubur.
Caranya :
1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara
lemak dan dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan
jauh ke jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum ditembuskan
dengan gerak supinasi.
6. Setelah no 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan
dengan derakan pronasi serta supinasi jarum ditusukkan dari arah
permukaan ke lapisan dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.
74
Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Terputus
Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul
75
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan disisi benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot)
17 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya yang terbuka pada benang
digeser sampai ke simpul diputar miring 45 derajat dan dikatubkan
18 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
19 Simpul diletakkan ditepi luka
TOTAL
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
76
Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Tidak Terputus
Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul
11 Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik dengan klem pemegang
jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit
12 Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama
dan cara yang sama
13 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan tangan kanan memegang
77
klem pemegang jarum
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan disisi benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot) pada jahitan pertama
17 Mengulangi kegiatan no 7 s/d no 15 tanpa menyisakan ujung benang sebanyak 5
kali
18 Pada jahitan terakhir dibuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot)
19 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya yang terbuka pada
benang digeser sampai ke simpul diputar miring 45 derajat dan dikatubkan
20 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
21 Simpul diletakkan ditepi luka
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
78
Skill Lab 5
Penyuluhan
Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan penyuluhan
yang dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan
79
sendiri. Misalkan di suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk,
penyuluhan sebaiknya tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk
c. Menentukan tujuan penyuluhan
Tujuan ada jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
biasanya untuk merubah norma, perilaku, sikap masyarakat. Tujuan jangka
pendek biasanya menjangkau kelompok sasaran. Tujuan haruslah realistis,
jelas dan dapat diukur agar keberhasilan penyuluhan dapat dinilai.
d. Menentukan sasaran penyuluhan
Sasaran tidaklah sama pada setiap penyuluhan. Dalam penyuluhan sasaran
adalah kelompok sasaran, yaitu kelompok atau individu yang akan diberi
penyuluhan. Menentukan kelompok sasaran menyangkut soal strategi.
Misalnya, sasarannya adalah menurunkan angka kematian ibu. Sasarannya
tidak hanya ibu-ibu dalam usia reproduksi, tapi juga orang-orang yang
berpengaruh dalam mengambil keputusan, misalnya suami.
e. Menentukan isi penyuluhan
Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan penyuluhan
disampaikan, dan kerugiannya. Pesan harus disampaikan dalam bahasa yang
jelas, tidak menggunakan kata-kata asing termasuk istilah kedokteran.
f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan
Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, apakah
pengertian, keterampilan atau tindakan. Kalau tujuan berupa pengertian, maka
penyuluhan cukup dengan tertulis atau diucapkan. Kalau untuk
mengembangkan sikap positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut,
misalnya melalui foto. Untuk menumbuhkan simpati kepada korban bencana
alam perlu ditampilkan gambar/rekaman mengenai keadaan korban. Untuk
mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan mencoba
sendiri.
g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.
Bisa digunakan alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.
h. Menyusun rencana penilaiannya.
Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
80
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak
terkait.
Tema Penyuluhan:
1. Penanganan Dini Patah Tulang (sertakan gambaran rontgen)
2. Osteoartitis (sertakan gambaran rontgen)
3. CTEV (sertakan gambaran rontgen)
Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema
berbeda sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan
membuat laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.
81
Penilaian Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan kelompok kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan yang dipilih
2 Metode penyuluhan dapat berupa slide, leaflet, pamphlet, poster dll sesuai
dengan topik penyuluhan
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
82
PENULISAN RESEP
TEORI PENDAHULUAN
Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis, prognosis serta
terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik, profilaktik
diwujudkan dalam bentuk resep.
Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-12 cm
dan panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan
PerMenKes no. 26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No.
28/MenKes/SK/U/98 Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan
obatnya di apotik.
2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping
83
Kaidah-Kaidah Penulisan Resep
Setelah menetapkan diagnosis kerja, maka dokter akan menentukan terapi salah
satunya terapi dengan obat. Untuk menuliskan suatu resep banyak hal yang meminta
perhatian dokter :
1. Satuan berat untuk obat 1 gram (1 g) tidak ditulis 1 gr, (gr = grain = 65 mg)
2. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan desimal
3. Jumlah obat yang diterima pasien ditulis dengan angka romawi
4. Nama obat ditulis dengan jelas
5. Dokter telah punya pengalaman dengan obat yang ditulis dalam resep
6. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan
bioavailabilitasnya beda.
7. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan,
pastikan tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan
8. Dosis diperhitungkan dengan tepat
9. Dosis disesuaikan dengan kondisi organ
10. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas
11. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas
12. Hindari pemberian obat terlalu banyak
13. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
14. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam
kertas yang terpisah dengan resep obat.
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang
lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.
84
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)
Contoh resep :
Resep obat jadi dengan nama generik
R/ Paracetamol 500 mg tab No.X
S 3 dd tab I pc.
z
Pro : Ny. S (45 th)
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk
ramuan maupun yang paten).
85
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.
METODE PEMBELAJARAN
Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
Diskusi
Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor
86
Tuliskan resep yang rasional untuk pasien tersebut!
Diagnosis utama:
Diagnosis Banding:
1.
2.
3.
Pro: Tn. X
Usia : tahun
87
DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PENULISAN RESEP
Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
88
RUJUKAN
David, E. Brown, MD. Et al. Orthopedic Secrets, Third Edition, US, 2004.
Parow, C. Joint Spraint, Common Arthritis Lesions and Ailments in Sports and
Everyday Life, 2014.
Pradip R. Patel, Lecture Notes Radiologi, Edisi ke-2, Erlangga, BMA, 2007.
89