Anda di halaman 1dari 90

BUKU SKILLS LAB

SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM

MEDICAL EDUCATON UNIT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BUKU SKILLS LAB
SISTEM MUSKULOSKELETAL
MUSCULOSCELETAL SYSTEM

Tim Penyusun Modul

Sandhy Arya Pratama, dr., M.Kes


Muhammad Nasrulloh, dr., Sp.OT
Sri Maria P.L., dr., M.Pd.Ked
Hetti Rusmini, dr., M.Biomed
Yesi Nurmalasari, dr., M.Kes
Ringgo Alfarisi, dr., M.Kes
Ratna Purwaningrum, dr., M.Kes
Mardheni Wulandari, dr., M.Kes
Upik Febriani, dr., M.Kes
Rakhmi Rafie, dr., M.Kes

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan buku rancangan pengajaran modul sistem musculoskeletal
(musculoskeletal system) ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Modul ini merupakan rangkaian modul ilmu kedokteran klinis yang


terdapat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Modul sistem
muskuloskeletal diajarkan pada semester 3 selama delapan minggu dengan beban 8
sks. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya dalam sistem
muskuloskeletal dan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2012 yang meliputi area kompetensi 5, 6, dan 7.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi


penyusunan buku ini, khususnya tim penyusun modul sistem muskuloskeletal, Tim
Kurikulum MEU, rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi. Semoga buku ini dapat menjadi panduan
staf pengajar dan mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa
terhadap persiapan diri dalam memasuki dunia pendidikan kedokteran, sehingga
mahasiswa dapat menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga menjadi
dokter yang berkompeten sesuai standar kompetensi dokter Indonesia. Masukan dan
saran perbaikan senantiasa kami harapkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran
di modul sistem muskuloskeletal.

Bandar Lampung, 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN.................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
TATA TERTIB SKILLS LAB ................................................................................ 4
DAFTAR SKILLS LAB .......................................................................................... 5
SKILLS LAB 1........................................................................................................ 6
SKILLS LAB 2....................................................................................................... 30
SKILLS LAB 3....................................................................................................... 75
SKILLS LAB 4....................................................................................................... 84
SKILLS LAB 5....................................................................................................... 84
RUJUKAN ............................................................................................................ 85

3
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB

Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
Pada saat kegiatan
1. Datang 10 menit sebelum Skill Lab dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan Skill Lab sesuai dengan jadwal rotasi
yang telah ditentukan.
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan pakaian yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan
Skill Lab. Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus rapih.
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan.
6. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh
manusia.
7. Bekerja dengan hati-hati.
8. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab.
9. Setiap selesai kegiatan Skill Lab mahasiswa harus merapihkan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
10. Pengulangan Skill Lab dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Peserta berhalangan mengikuti skill lab karena alasan sakit.
b. Membuat surat permohonan pengulangan Skill Lab ke koordinator
blok dengan melampirkan materi yang akan diskill lab kan dan surat
keterangan dari fasilitator.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SKILLS LAB

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi
tertentu karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk
materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan
jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 100 % dari
seluruh jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus
blok.

4
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi
karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa
ijin setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan
sanksi tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

DAFTAR SKILLS LAB


No Skills Lab
1. Anamnesis Pada Cedera Muskuloskeletal
2. Pemeriksaan Fisik Pada Cedera Muskuloskeletal
3. Teknik Cuci Tangan, Pengenalan Alat Bedah Sederhana, Teknik
Menggunakan Sarung Tangan
4. Teknik Menyuntik dan Teknik Menjahit
5. Penyuluhan dan Penulisan Resep

5
Skill Lab 1

History Taking / Anamnesis

Sasaran pembelajaran utama:


- Mahasiswa mampu membuat anamnesa dari keluhan pasien

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab history taking, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menunjukkan sikap empati kepada pasien

Anamnesa merupakan bagian terpenting dalam pemeriksaan klinis untuk


menentukan diagnosa. Cara melakukan anamnesa pada masing – masing pasien
dapat berbeda, demikian pula untuk masing – masing kasus yang dihadapi.
Meskipun demikian, pada umumnya cara penyusunannya selalu sama. Menyusun
anamnesa yang lengkap dan relevan memerlukan lebih banyak ketrampilan dan
pengalaman dibanding pemeriksaan fisik diagnostik.

Anamnesa dilakukan secara auto maupun alloanamnesa. Jika penderita sadar dan
kooperatif anamnesa dilakukan langsung pada penderita, walaupun informasi dari
pihak lain seringkali juga berguna untuk kelengkapan data. Pada kasus dimana
penderita tidak kooperatif, misalnya sedang merasakan nyeri atau sakit yang hebat,
gelisah, mual muntah yang sering, alloanamnesa lebih membantu dokter dalam
melakukan anamnesa. Demikian pula pada penderita yang mengalami penurunan
kesadaran sampai koma.

Menerapkan tehnik komunikasi yang tepat dalam penegakan diagnosa dan


menjelaskan tentang penyakit saraf kepada penderita dan atau keluarganya sangat
menentukan keberhasilan suatu anamnesa. Hal itu sangat bergunan baik bagi dokter
yang merawat maupun penderita dan atau keluarganya. Secara garis besar anamnesa
yang dilakukan meliputi data tentang :
1. Identitas pasien

6
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pribadi termasuk faktor predisposisi atau faktor risiko
6. Riwayat keluarga dan lingkungan
7. Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan kemungkinan
diagnosis

Kumpulan kasus-kasus :

GOUT

Seorang perempuan berusia 44 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri


sendi pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki sejak 4 bulan lalu. Keluhan
diawali rasa kaku sendi setelah bangun tidur. Pasien sudah minum obat anti nyeri
namun tidak menghilang. Riwayat trauma disangkal. Riwayat makan kacang –
kacangan dan melinjo.

OA
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke praktik dokter umum dengan
keluhan nyeri lutut kanan dan kiri sejak 6 bulan yang lalu yang semakin terasa berat
sejak 1 hari ini bila melakukan aktivitas dan sering terdengar bunyi “krek” pada
lututnya. Awal nya keluhan nya terasa pegel-pegel di kedua lutut namun minum obat
anti nyeri setelah itu nyeri menghilang. Pada pagi hari di kedua lutut juga terasa
kaku namun < 30 menit rasanya mulai menghilang. Riwayat trauma disangkal;
riwayat makan kacang – kacangan disangkal.

SPRAIN

Seorang pria usia 19 tahun dibawa temannya ke IGD RS karena tiba-tiba sendi kaki
kirinya kesakitan ketika sedang bermain volley. Nyeri dirasakan sejak 4 jam sebelum ke
RS. Nyeri bertambah berat ketika di gerakkan dan berkurang saat istirahat. Keluhan
lainnya terasa bengkak. Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Riwayat pengobatan belum
minum obat apapun namun sempat diurut saat kejadian, hanya sekedar di urut saat
kejadian sehingga bertambah nyeri.

7
FRAKTUR FEMUR TERTUTUP

Seorang laki-laki berusia 24 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan


merasa nyeri hebat di paha kanan sejak 3 hari yang lalu setelah mengalami
kecelakaan motor. Pada saat kejadian kaki pasien terjatuh ke tanah terlebih dahulu
saat kejadian. Keluhan disertai kesulitan gerak dan panjang kaki kanan berbeda
dengan kaki kiri. Nyeri semakin berat ketika digerakkan, dan berkurang saat di
istirahatkan. Pasien sempat dibawa ke sangkal putung dan diurut namun tidak ada
perubahan. Tidak ada keluhan riwayat penyakit sebelumnya.

OSTEOPOROSIS

Seorang perempuan berusia 70 tahun datang ke poli RSPBA dengan keluhan nyeri
kedua lutut. Hal ini sudah dialaminya sejak 6 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul,
yang mula – mula ringan, namun akhir – akhir ini memberat dan mengganggu
aktivitasnya. Pasien berkata: “ Kalo saya naik turun tangga , sakit kaki saya dok.
Terus kalo lutut saya tekuk, terkadang seperti bunyi kreek…. Jadinya kalo gerak itu,
rasanya kurang bebas dan semakin sakit dok, kalau beristirahat lebih terasa nyaman
dok.”
Pasien menambahkan bahwa, Jika serangan nyeri datang, akan sangat sulit untuk
berjalan, bahkan kaki harus diseret, karena kalau kaki diangkat akan terasa sakit
pada saat di tapakkan kelantai. Selain itu, ia juga mengeluhkan sejak 2 bulan terakhir
ini, nyeri pada pinggng bawah serta bahu. jari-jari pada kedua tangannya terasa kaku
dan nyeri pada saat bangun pagi. Riwayat trauma pernah jatuh dari tempat duduk > 2
bulan

OSTEOMYELITIS

Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang diantar keluarganya berobat ke poli


RSPBA dengan keluhan utama keluar cairan putih kekuningan pada luka di bagian
betis sebelah kanan. Luka disebabkan oleh kecelakaan motor 12 minggu yang lalu.
Pada bagian luka tampak adanya penonjolan tulang, namun os tidak berobat ke RS
karena takut dioperasi dan dibawa ke sangkal putung. Di sangkal putung dilakukan
penarikan sehingga tulang masuk ke dalam jaringan lagi.

8
Lakukanlah anamnesis pada pasien tersebut!

No Kegiatan
1 Mengucapkan salam kepada pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk
4 Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan,
agama dll)
5 Menanyakan keluhan yang dialami pasien
6 Menanyakan sejak kapan terasa nyeri
7 Menanyakan apakah nyeri terasa terus menerus atau saat terentu
8 Menanyakan apakah ada sendi lain yang juga terasa nyeri
9 Menanyakan apakah timbul warna kemerahan pada daerah sendi yang

9
Nyeri
10 Menanyakan apakah jika makan makanan tertentu penderita akan lebih
merasa sakit
11 Menanyakan apakah tumbuh benjolan di tempat lain ?
12 Menanyakan adakah trauma sebelumnya
13 Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
14 Menanyakan riwayat alergi obat

15 Menanyakan riwayat medis sebelumnya

16 Menanyakan riwayat penyakit keluarga

17 Merangkum dan menilai hasil komunikasi serta memberikan kemungkinan


diagnosa
18 Memberikan edukasi yang sesuai dan memberikian kesempatan pasien
untuk bertanya

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

10
Skill Lab 2

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL


1. Pemeriksaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
- Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit berat
- Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas,
dan temperatur
2. Status Lokalisata
Pada pemeriksaan muskuloskeletal yang penting adalah: Look (inspeksi),
Feel (palpasi), dan Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
A. Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat
- Bentuk tubuh
 Normal
 Athletic
 Cebol
 Bongkok
 Miring
- Cara penderita datang (Normal, Pincang, Digendong)
- Sikatriks (jaringan parut alamiah atau post operasi)
- Cafe au lait spot (tanda lahir)
- Fistulae
- Warna kemerahan/kebiruan atau hiperpigmentasi
- Benjol/pembengkakan/cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
- Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas)
- Jalannya (gait waktu pasien masuk kamar periksa)
Fase jalan normal:
1. Meletakkan tumit - Heel strike
2. Fase menapak - Stance Phase
3. Ujung jari bertumpu - Toe Off
4. Mengayun langkah - Swing Phase

11
Gambar 1. Macam-macam Fase Berjalan

Kelainan Cara Berjalan


1. Antalgic gait (anti = against, algic = pain). = Nyeri waktu
menapak sehingga langkah memendek
2. Trendelenberg gait (paralisis n. ischiadicus)
3. Stepage gait (langkah-langkah pendek)

12
B. Feel (palpasi)
Pada saat akan meraba, posisi pasien perlu diperbaiki dulu agar dimulai
dari posisi netral/anatomis. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
dua arah karenanya perlu diperhatikan wajah (mimik kesakitan) atau
menanyakan rasa sakit. Yang perlu dicatat adalah :
- Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit
- Bila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema
terutama daerah persendian
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3
proksimal/ tengah/ distal)
- Otot:
 Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas
dimana posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi.
 Pemeriksaan dengan cara perabaan dan dibandingkan dengan
otot pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot lainnya.
Dapat juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang
tonusnya normal
 Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot-otot
femur pada lesi medula spinalis
 Tonus otot bisa:
o Eutonus : tonus normal
o Hipertonus : tonus meninggi
o Hipotonus : tonus melemah

13
 Pemeriksaan atrofi otot.
Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara:
o Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi
lateralnya
o Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan
dibandingkan dengan anggota sebelahnya

C. Move (gerak)
- Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan
menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan
nyeri pada pergerakan.
- Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk
mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk
mengetahui gerakan normal si penderita.
- Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi
dengan sejawat lain dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
- Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang
abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture).
- Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran
metrik. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada
gangguan gerak.
- Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita
sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan pemeriksa).
Selain pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan
gerak, hal ini juga penting untuk melihat kemajuan/kemunduran
pengobatan.

14
PEMERIKSAAN REGIONAL PADA KELAINAN ORTHOPEDI

PEMERIKSAAN SENDI
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain
- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain
- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif
- Adanya bunyi “klik, krepitasi
- Adanya kontraktur sendi

A. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi
Suruh penderita duduk atau berdiri dengan posisi relaks. Pemeriksa
memperhatikan dari arah depan, samping dan belakang. Dari inspeksi
akan terlihat :
- Leher normal : sama kiri dan kanan
- Lordosis hebat : jika leher lebih ante fleksi
- Miring : seperti pada tortikolis

2. Palpasi : meraba kalau ada tonjolan tulang abnormal

15
3. Pemeriksaan gerakan leher

16
17
B. Pemeriksaan Bahu
1. Inspeksi : simetris atau tidak

2. Palpasi Bahu

18
C. Pemeriksaan Siku
1. Inspeksi

19
2. Palpasi

3. Pergerakan

20
D. Pemeriksaan Pergelangan Tangan
1. Inspeksi

2. Palpasi

21
3. Pergerakan

E. Pemeriksaan Punggung
1. Inspeksi

2. Palpasi

22
3. Pergerakan

23
F. Pemeriksaan Panggul
1. Inspeksi 2. Palpasi

3. Pergerakan

24
G. Pengukuran Discrepancy (Kesenjangan Panjang Anggota Gerak)
Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk
melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan. Caranya:
- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan melihat perbedaan tonjolan
atau sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut kanan, siku kiri
dengan siku kanan, ankle kiri dengan ankle kanan . Misalnya contoh gambar
di bawah, dimana A tampak perbedaan ukuran tibia, dan B tampak perbedaan
femur.

- Mengukur dengan pasti seperti


 Appereance length → perbedaan jarak ukuran antara pusat dan maleolus
kiri dan kanan
 True length → perbedaan jarak antara SIAS dan maleolus kiri dan

25
H. Pemeriksaan Lutut
1. Inspeksi

2. Palpasi

26
3. Pergerakan

I. Pemeriksaan Ankle dan Kaki


1. Inspeksi

27
2. Palpasi

3. Pergerakan

28
PENILAIAN PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
(Superior dan Inferior)

No Materi yang dinilai


1 Membina hubungan baik
2 Menyambut dan menyapa pasien dengan santun
- Berdiri
- Menjawab salam
- Mempersilahkan duduk
3 Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai tujuan pemeriksaan
4 Membina situasi yang nyaman bagi pasien
5 Minta pasien untuk berbaring
Extremitas atas:
6 Melakukan inspeksi/look sendi bahu, siku,
pergelangan tangan, tangan : bentuk, kesemetrisan

7 Nilai adanya pembengkakan,deformitas,atrofi otot, fasikulasi


8 Melakukan pemeriksaan palpasi/feel
9 Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi, extensi,abduksi, adduksi, rotasi
internal/external )

Extremitas bawah :
10 Melakukan inspeksi/look sendi lutut, ankle, kaki ( Congenital
Talipes Equino-varus, Talipes Valgus, Talipes Kavus, Flat feet)

11 Melakukan pemeriksaan palpasi/feel


12 Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi, extensi, abduksi, adduksi, rotasi
internal/external )

13 Minta pasien untuk bangun dari posisi berbaring


14 Lapor hasil pemeriksaan dan folow up lebih lanjut

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)
29
Lakukan Pemriksaan pada kasus dibawah ini :

GOUT

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi naas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemriksaan secara umum dalam
batas normal & indeks massa tubuh 20 kg/m2. Pada palpasi sendi tangan dan kaki
didapatkan nyeri tekan terutama sendi metakarpofalangs dan interfalangs proksimal.
Kedua ibu jari dan pergelangan tangan terlihat bengkak, dengan nyeri tekan dan teraba
hangat.

OSTEOARTRITIS

Pada pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 130/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi naas 22 x/meter, & temperature 36,7 0 C. Pada pemriksaan secara umum
tinggi bdan 154 cm, berat badan 90 kg & lainnya dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik lokalis ditemukan pada lutut tampak kulit biasa, tidak tampak
kemerahan atau bengkak. Pada perabaan terasa nyeri serta saat digerakkan terdapat
krepitasi di kedua lutut.

SPRAIN

Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi napas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemeriksaan secara umum
normal. Pada pemeriksaan fisik lokalis tampak sedikit bengkak sekitar malleolus lateralis,
tidak teraba krepitasi, nyeri bila ditekan dan dilakukan inversi kaki kiri, tetapi pada eversi
tidak terlalu nyeri. Gerakan pasif sendi talo cruralis baik, meski nyeri. Tulang tibia dan
fibula tidak nyeri pada pemeriksaan.

FRAKTUR OS FEMUR TERTUTUP

Pada pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/80 mmhg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi napas 22 x/meter, & temperature 36,70 C. Pada pemeriksaan secara umum
tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan fisik lokalis didapatkan kemerahan, bengkak
dan krepitasi pada paha distal kanan. Denyut nadi arteri distal teraba teraba.

30
OSTEOPOROSIS

Pada Pada Pemeriksaan umum memiliki BB = 70 Kg dan TB =160 cm. BMI = 27,34.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan ekstremitas. Look: Tampak deformitas varus pada kedua sendi lutut,
swelling pada sendi genu (+)
Feel: terasa hangat, didapati kesan efusi dan nyeri tekan (+) pada garis sendi lututsisi
medial.
Move: ROM genu terbatas (ekstensi-flexi 10-130 derajat) Pemeriksaan lab: darah
rutin dan asam urat dalam batas normal.

OSTEOMYELITIS

Pemeriksaan fisik dijumpai:


Keadaan umum : compos mentis, Gizi kesan normal
TD : 120/90 mmHg
HR : 86x/ menit
RR : 24x/ menit
Suhu : 37,6 C

Pemeriksaan regio cruris kanan:


Look: dijumpai deformitas, shortening, angulasi, dan pembengkakan di regio cruris
kanan pada os tibia. Bone expose (+)
Feel: palpasi dijumpai hangat, nyeri tekan (+), nyeri sumbu (+). Krepitasi (+).
Move: Lingkup Gerakan Sendi (LGS) genu dan ankle kanan terbatas karena nyeri

31
Skill Lab 3

Teknik Cuci Tangan Prosedural dan Teknik Cuci Tangan Bedah

Yang dimaksud cuci tangan adalah membersihkan tangan dengan menggunakan


sikat dan sabun dibawah air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran, lemak dan
mikroorganisme dari tangan dan lengan pada anggota tim bedah yang steril.

Keadaan ini dapat dicapai melalui 2 proses yaitu :


(1). Proses mekanik (sikat) yang menghilangkan kotoran dan mikroorganisme
sementara (transiet microorganisme) dengan gesekan.
(2). Proses kimiawi dengan mengurangi bakteri kulit yang menetap (resident
skin bacteria) dan mikroorganisme non aktif dengan bahan mikrobisida
atau antiseptik

Hal yang harus diperhatikan pada waktu cuci tangan adalah :


1. Semua perhiasan yang ada (jam tangan, gelang, cincin harus dilepas)
2. Lamanya cuci tangan sesuai dengan prosedur penggunaan jenis antiseptik
selama ± 5 menit
3. Cara cuci tangan bedah (cuci tangan surgical)
a. Lepaskan semua perhiasan yang ada ditangan
b. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih dan mengalir
c. Teteskan cairan antiseptik, ratakan di kedua tangan dan gosok sampai
berbusa
d. Bersihkan dengan sikat dibawah air mengalir
e. Gosoklah dengan antiseptik, sela jari tangan, telapak tangan, punggung
tangan, lengan bagian bawah secara bergantian
f. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi jari tangan
lebih tinggi dari posisi siku
g. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan benda disekitarnya
h. Keringkan kedua tangan sampai siku dengan handuk steril satu persatu dari
ujung jari menuju ke lengan dengan cara memutar, kemudian handuk
dipisahkan dari benda steril

32
Teknik Cuci Tangan Prosedural

Teknik Cuci Tangan Prosedural

33
Step 1
 Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
 Basahilah tangan dengan air
 Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk

Step 2
 Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan

Step 3
 Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan tangan

Step 4
 Sela-sela jari tangan

Step 5
 …..Jari-jari tangan…..

Step 6
 …..dan ibu jari…..

Step 7
 Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak
tangan, dengan menggunakan gerakan memutar

Step 8
 Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
 Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk itu untuk
menutup kran air

34
Teknik Cuci Tangan Bedah

35
Teknik Cuci Tangan Bedah
Step 1
 Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan
 Basahi tangan dengan air mengalir
 Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk, cuci tangan dan lengan
bawah secara menyeluruh dan bilas

Step 2
 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan
tangan dan lengan bawah

Step 3
 Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan
daerah bawah kuku kedua tangan

Step 4
 Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari,
telapak tangan dan punggung tangan.
 Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi

Step 5
 Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

Step 6
 Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah
juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
 Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku

Step 7
 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan
lebih tinggi dari siku

Step 8
 Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk steril

36
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Prosedural

No Aspek yang dinilai

1 Lepaskan semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan


Basahilah tangan dengan air
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk
2 Cuci tangan secara menyeluruh, mulai dengan telapak tangan
3 Harap perhatikan telapak tangan belakang dan pergelangan tangan
4 Sela-sela jari tangan
5 Jari-jari tangan
6 dan ibu jari
7 Akhirnya dengan menggunakan ujung jari dan ibu jari bersihkan telapak tangan,
dengan menggunakan gerakan memutar
8 Bilas tangan seluruhnya dengan air mengalir
Keringkan tangan dengan handuk dan gunakan bekas handuk itu untuk menutup
kran air

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

37
Penilaian Keterampilan Teknik Cuci Tangan Bedah

No Aspek yang dinilai

1 Lepas semua perhiasan, termasuk cincin dan jam tangan


Basahi tangan dengan air mengalir
Gunakan cairan antiseptik sesuai dengan petunjuk, cuci tangan dan lengan bawah
secara menyeluruh dan bilas
2 Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan keseluruh permukaan tangan dan
lengan bawah
3 Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk membersihkan daerah bawah
kuku kedua tangan
4 Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari-jari, sela-sela jari, telapak tangan
dan punggung tangan.
Cuci tiap jari seakan-akan mempunyai empat sisi
5 Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan
6 Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan bawah juga di
scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju siku
Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku
7 Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan tangan ditahan lebih
tinggi dari siku
8 Biarkan sisa air menetes melalui siku keringkan dengan handuk steril

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

38
Pengenalan Alat Bedah Sederhana

Instrumen

Alat bedah sederhana dibedakan menjadi 3 instrumen yaitu : a) instrument


pemotong, b) instrument pemegang dan c) instrument penarik.

A. Instrumen Pemotong.
Alat ini dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Skalpel dan 2) Gunting.
1. Skalpel.
Ada 2 macam yaitu 1) jenis bilah dan gagangnya dapat dilepas, 2) jenis
scalpel antar bilah dan gagangnya merupakan kesatuan.
Pada jenis pertama (#1) sekarang lebih sering digunakan. Ukuran
dan bentuk skalpel baik besarnya gagang atau bilahnya bermacam-
macam, tetapi yang sering digunakan adalah gagang no 3 dengan bilah
nomor 10, 11 atau 15. Pada bilah nomor 10 sering dipakai untuk insisi
kulit. Pada bilah nomor 11 sering dipakai untuk menyayat abses. Pada
bilah nomor 15 untuk membuat insisi melengkung atau insisi yang
memerlukan kecermatan.

Gambar 1. Gagang skalpel dengan tiga bilah yang paling sering dipakai

39
Gambar 2. Cara memegang gagang scalpel dan melepas skalpel

2. Gunting.
Bentuk dan besarnya gunting bermacam-macam tergantung
penggunaannya. Berdasarkan diatas tersebut gunting dibedakan menjadi
4 macam, yaitu :
a. Gunting Mayo, gunting yang berukuran besar biasanya digunakan
untuk membelah fascia atau tendo; dan berdasarkan bentuknya
dibedakan menjadi 2, yaitu berbilah lengkung dan berbilah lurus.
b. Gunting Metzenbaum atau Macindoes, gunting yang berukuran
halus untuk mendeseksi dan memotong jaringan, berdasarkan
bilahnya juga dibedakan lengkung dan lurus. Kedua jenis gunting di
atas kedua ujung atau salah satunya tumpul.
c. Gunting Runcing, kedua ujungnya runcing untuk mendeseksi secara
cermat dan berdasarkan bilahnya dibedakan : bilah lengkung dan
bilah lurus.
d. Gunting Balutan, Benang, bentuk gunting biasanya khusus, bilahnya
tebal ujungnya tumpul. Gunting jaringan tidak boleh dipakai untuk
menggunting kasa dan benang serta balutan.

40
Gambar 3a : Gunting Bedah / Diseksi

Gambar 3b : Gunting Benang

41
Gambar 3c : Gunting Verban

Gambar 3d : Cara memegang gunting

Cara memegang gunting, apabila dipegang dengan tangan kanan


jari-jarinya tidak dimasukkan lebih jauh dari sendi distal. Tetapi jika
dipegang dengan tangan kiri maka harus dimasukkan lebih jauh dari
sendi distal karena gerakan menekan dilakukan oleh ibu jari.

42
B. Instrumen Pemegang.
Instrumen ini dibedakan 3 macam yaitu : 1) Pemegang jarum, 2) Pinset dan
3) Klem.
1. Pemegang jarum.
Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang,
ukurannya bermacam-macam, yaitu pendek, sedang dan panjang,
demikian juga ukuran bilahnya. Pemegang jarum harus dipakai sesuai
dengan ukuran jarum yang dipegangnya.

Gambar 4. Alat pemegang jarum

2. Pinset.
Alat ini digunakan untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu
diseksi. Pinset ini dibedakan 3 macam :
a. Pinset bergigi tajam yang dapat digunakan untuk memegang
jaringan dengan baik hanya memerlukan tekanan minimal, misal :
43
subcutan, otot, fascia. Tetapi tidak dapat dipakai untuk memegang
struktur yang dapat berlubang (peritoneum, pleura).
b. Pinset Adson, suatu pinset bergigi halus yang biasa dipakai dalam
menjahit kulit.
c. Pinset tidak bargigi, biasanya digunakan memegang sepon untuk
membersihkan luka

Gambar 5. Pinset bergigi tajam (pinset chirurgie)

Gambar 6. Pinset tidak bergigi (pinset anatomis)

3. Klem.
Sebagai alat untuk penjepit, macamnya diantaranya :
a. Klem arteri biasa dipakai sebagai penjepit arteri (hemostat)
dilengkapi dengan pengunci dengan bilah bergigi, ada yang lurus
dan ada yang lengkung.
b. Klem bergigi halus atau tidak bergigi (klem Allis) untuk memegang
kulit, fascia atau dikenal dengan klem jaringan.
c. Klem Kocker, klem yang mempunyai bilah yang sangat kuat dipakai
untuk menarik jaringan yang sangat kuat.

44
d. Cunam, alat penjepit dengan ujung berbentuk cincin biasa dipakai
untuk menjepit kasa pembersih luka.

1. Hemostatic Forcep Kelly 2. Hemostatic Forsep Rochester-Pean

3. Allis Forcep (Klem Allis) 4. Hemostatic Forcep Kocher

5. Towel Holding Forcep (Penjepit Duk) 6. Sponge Holding Forcep


Gambar 7. Alat Forcep (Klem)

C. Instrumen Penarik (Retractor).


Ada jenis yang harus dipegang dengan tangan maupun ada yang dibiarkan
terpasang tanpa dipegang. Panjang dan lebar bilah serta bentuk gagangnya
bervariasi. Apabila penarik ini mempunyai ujung runcing tidak boleh
dipergunakan dekat pembuluh darah atau organ berongga.

45
Gambar 8 : Penarik Bergigi Tajam

Gambar 9 : Penarik Langenbeck

Gambar 10 : Penarik Midledorf

1. Jarum
- Ada jarum yang dirancang dipegang dengan tangan tetapi adapula
jarum yang dirancang dipegang dengan instrument.
- Bahannya terbuat dari baja tahan karat yang ditutup lapisan yang
memudahkan jarum tersebut mudah menembus jaringan.
- Ada 3 komponen dasar jarum, yaitu : bagian belakang, bagian
tengah dan bagian ujung.

46
- Bagian belakang yang berhubungan dengan benang, ada yang
tidak berlubang (jenis atraumatik) dan ada yang berlubang (jenis
Mayo, jenis French).
- Tubuh jarum dapat berbentuk lurus atau lengkung dengan berbagai
ukuran panjang, diameter serta bentuk penampang.
- Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak
membelok, biasa dipakai untuk menjahit kulit.
- Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur
yang lebih dalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam antara
lain 1/4, 3/8, 1/2 atau 5/8 lingkaran.

Ujung jarum bentuknya bermacam-macam :


a. Jarum berujung “taper” traumanya paling minimal dapat dipakai
untuk menjahit jaringan lunak (peritoneum).
b. Jarum berujung “cutting” (mempunyai 3 sisi tajam), dapat dipakai
untuk menjahit liat (kulit, tendo).
c. Jarum berujung “tapercut” (tubuh ramping, mempunyai 3 sisi
tajam), dipakai pada jaringan liat dengan luka minimal.
d. Jarum “taper berujung tumpul”, dipakai untuk menjahit jaringan
yang rapuh (hepar, ginjal).

Gambar 9. Jenis-jenis ujung jarum

47
2. Benang
- Yang perlu diperhatikan untuk memilih benang adalah
karakteristik bahan, daya tahan dan reaksi jaringan bahan tersebut
serta ukuran benang.
- Karakteristik bahan benang ditentukan oleh : kekuatan, daya
regang dan elastisitas, kehalusan permukaan, kapilaritas serta
reaksi jaringan terhadap benang tersebut.
- Bahan plastik seperti polipropilen cocok digunakan di daerah-
daerah yang mendapat stress berulang kali, tetapi lebih cocok
untuk menjahit kulit karena tidak meninggalkan parut bekas
benang tersebut. Bahan-bahan jenis elastis (polyester, sutera) dapat
menahan tarikan yang berulang-ulang, biasa dipakai untuk
meligasi. Jika benang permukaan kasar tidak dapat digunakan pada
jaringan yang peka terhadap iritasi (mata, mukosa usus) tetapi
tidak memerlukan simpul yang terlalu banyak sehingga cocok
untuk jahitan jelujur. Bahan sintetis tidak menimbulkan reaksi
jaringan yang hebat, sedangkan bahan organis dapat menimbulkan
reaksi jaringan yang hebat. Benang multifilamen akan menghisap
cairan jaringan hal ini dapat merupakan medium yang baik untuk
menumbuhkan bakteri.
- Bahan benang dibedakan ada yang dapat diserap oleh jaringan
sehingga tidak perlu dilepas, sedangkan bahan yang tidak diserap
jaringan harus diambil. Jenis benang yang dapat diserap antara
lain: kolagen, catgut, asam poliglikolat (Dexon), poliglaktin
(Vicryl), dan polidioksanon (PDS). Jenis benang yang tidak dapat
diserap antara lain : sutera (multifilament), benang baja
(monofilamen), nilon (Ethilon) dan polipropilen.
- Ukuran benang. Ukuran baku yang ditetapkan oleh USP & BP
(United State Pharmacopoeia & Brithish Pharmacopoeia) dari
nomor kecil 11/0 (benang mikro) sampai yang terbesar nomor 6
atau ukuran menurut metrik yang terbagi dalam sepersepuluh
milimeter dari 0, 1 maupun 8.

48
Teknik Menggunakan Sarung Tangan

Tujuan :
- Bagian yang kontak langsung dengan pembedahan harus steril

Caranya ada 2 macam :


a. Apabila memakai jubah operasi
Sarung tangan diambil oleh tangan yang masih tertutup oleh
lengan jubah; (sarung tangan kanan diambil oleh tangan kiri dan
sebaliknya), kemudian diletakkan di ujung tangan yang lain. Tangan
didorong masuk ke sarung tangan, sarung tangan kedua diambil oleh
tangan yang telah memakai sarung tangan, dan diletakkan di ujung
tangan sisi yang lain, kemudian tangan pertama didorong masuk dan
dibenahi sampai rapi dan posisi sarung tangan diluar jubah operasi.

b. Apabila tidak memakai jubah operasi


Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah agar bagian luar
sarung tangan tidak tersentuh oleh tangan dengan langsung. Oleh
karena itu sarung tangan steril biasanya pangkalnya dilipat keluar agar
dapat dipakai pegangan pada saat memakainya seperti pada gambar di
bawah ini :

Gambar 11 : Teknik menggunakan sarung tangan dengan memakai jubah operasi


49
Gambar 12 : Teknik menggunakan sarung tangan tidak memakai jubah operasi

Teknik Aseptik

Komplikasi yang perlu diwaspadai dan dicegah pada pembedahan adalah


infeksi. Salah satu cara mencegah itu adalah Teknik Kerja Aseptik. Teknik
aseptik adalah satu cara untuk memperoleh dan memelihara keadaan steril,
dasar dari teknik ini adalah bahwa infeksi berasal dari luar tubuh, oleh karena
itu teknik aseptik yang dipakai adalah mencegah masuknya infeksi dari luar
melalui tempat pembedahan.
Prosedurnya ada 3 bagian, yaitu :
1. Mencuci hamakan tempat pembedahan
2. Mencuci hamakan bagian tubuh yang kontak dengan tempat kerja
3. Sterilisasi alat-alat yang dipergunakan dalam pembedahan.

50
Mencuci Hamakan Tempat Pembedahan
Kulit :
1. Dicuci dari kotoran
2. Dibasuh dengan larutan antiseptik (misalnya : povidon iodine, alkohol,
heksaklorofen)
3. Cara membasuhnya dari dalam keluar, lamanya 5 – 10 menit.

Gambar 13 : Mencuci hamakan kulit

Pemasangan kain penutup steril :


Pemasangan kain ini berguna untuk mengisolasi daerah pembedahan dari daerah
lain (tubuh lain) yang tidak steril. Kain ini biasanya di tengah ada lubang dan
lubang ini ditempatkan pada daerah pembedahan. Besarnya lubang dan kain ini
bermacam-macam tergantung kepentingannya.

51
Penilaian Keterampilan Instrumen dan Kegunaannya

Aspek yang dinilai


No
(Pilih Instrumen dengan ditunjukkan ke Instruktur)
1 Skalpel
2 Gunting jaringan
3 Gunting benang
4 Gunting verband
5 Gunting angkat jahitan
6 Klem arteri
7 Klem kain duk
8 Pemegang jarum
9 Pinset anatomis
10 Pinset chirurgis
11 Jarum cutting
12 Jarum tapper
13 Benang absorbable
14 Benang non absorbable

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

52
Penilaian Keterampilan Teknik Menggunakan Sarung Tangan
Tidak Memakai Jubah Operasi (Secara Terbuka)

No Aspek yang dinilai


1 Dapat menyiapkan sarung tangan dengan tepat / siap pakai
2 Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada lipatan keluar
bagian proximal
3 Memasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan tanpa menyentuh
bagian luarnya
4 Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada sisi dalam lipatan
5 Memasang sarung tangan kiri tanpa tangan kanan menyentuh tangan kiri
6 Tangan kiri tidak menyentuh bagian luar sarung tangan

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

53
Skill Lab 4

Teknik Menyuntik Intra Kutan, Sub Kutan, Dan Intra Muskular

Injeksi Intra Cutan


Memasukan cairan / obat kedalam tubuh dengan menggunakan jarum berlubang
kedalam kulit.

Tujuan :
• Mencegah penyakit / memberi kekebalan (imunisasi)
• Mengetahui reaksi setempat
• Tes mantoux
• Skin test

Indikasi :
• Pada pasien yang menggunakan obat-obat injeksi yang belum pernah
digunakan sebelumnya (terutama golongan antibiotik)
• Pemberian obat harus secara intracutan

Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22, 20,18 dll
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf
- Pigmentasi sangat kurang
- Folikel rambut kurang
- Sensitivitas kurang
- Kulitnya paling tipis
54
Lokasi injeksi :
- Lengan bawah tangan sebelah dalam (umumnya)
- Lengan atas dalam
- Dada bagian atas
- Punggung (Skapula)

Efek samping :
- Abses
- Alergi

Pelaksanaan :
- Beri tahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan pada pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat dengan cara dipotong (ampul), di oplosing (vial)
- Dihisap dengan nald lalu dikontrol dosis obat (0,01 - 0,1 cc) dengan
menggunakan spuit 1 cc
- Kontrol udara sampal tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi
- Jarum dimasukan ke kulit dengan sudut 10 - 20 °
- Biarkan kulit yang telah diinjeksi, jangan di massage
- Beri tanda pada lokasi injeksi dengan diameter ± 2 cm
- Bereskan alat
- Reaksi akan muncul 15 menit atau maksimal 30 menit.

55
Teknik Menyuntik Sub Kutan

Injeksi Sub Kutan


Memasukan cairan / obat ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum
berlubang melalui bawah kulit.

Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pencegahan penyakit / memberikan kekebalan (imunisasi)

Indikasi :
- Pada pasien yang harus Nuchter
- Obat tidak dapat dimakan karena muntah terus
- Obat dapat mengiritasi kulit, vena dan otot
- Absorbsi obat diharapkan lebih lambat

Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 1 cc, 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 26
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
• Jauh dari pembuluh darah
• Jauh dari urat syaraf
• Jauh dari tulang

Lokasi Injeksi
• Otot lateral dan atas paha ,
• Otot lateral atas lengan
• Otot punggung
• Otot abdomen

Efek samping
- Peradangan lokasi injeksi
- Nekrose jaringan
56
- Abses

Pelaksanaan
- Beritahu pasien
- Siapkan alat / obat dan dekatkan dengan pasien
- Cuci tangan
- Ambil obat di potong bila kemasan dalam ampul, dan di oplosing bila
kemasan datam vial / bubuk.
- Obat di hisap dengan menggunakan nald, hal ini berguna untuk
mengontrol dosis obat
- Yakinkan pasien bahwa obat yang akan diberikan benar
- Perhatikan secermat mungkin efek samping pemberian obat
- Kontrol udara sampai tidak ada udara dalam spuit
- Desinfeksi lokasi injeksi
- Jarum dimasukan secara tegak lurus dengan sudut 45º, bila berhasll
(tidak ada darah dalam spuit) masukan obat secara berlahan-lahan
- Bila setelah dilakukan aspirasi tidak berhasil jarum dicabut dan pindah
± 2 cm dari lokasi pertama
- Bila obat telah masuk, maka cabut jarum dengan cepat. Bekas tusukan
ditahan dengan kapas alkohol.
- Massage lokasi untuk mengurangi nyeri setelah injeksi
- Bereskan alat lalu atur posisi
- Perhatian : pemberian obat jangan lebih 1 cc, jika lebih berikan secara
rotasi

57
Teknik Menyuntik Intra Muscular

Injeksi Intra Muskular


Memasukan cairan / obat ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum
berlubang melalui otot

Tujuan :
- Agar cairan / obat di dalam tubuh dapat diabsorbsi secara sempurna
- Untuk pengobatan penyakit

Indikasi :
- Meningkatkan laju aliran absorbsi obat
- Obat tidak dapat diberikan secara SC dan IV
- Obat dapat mengiritasi kulit, bawah kulit dan vena
- Obat mengandung minyak
Persiapan alat :
1. Spuit, ukuran : 3 cc
2. Nald jarum suntik, ukuran No : 24, 22
3. Kapas alcohol dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Obat dalam tempatnya

Syarat :
- Jauh dari pembuluh darah
- Jauh dari urat syaraf

Lokasi Injeksi :
- Musculus Gluteus maximus
- Musculus Deltoideus
- Musculus Quadriceps femoris

Penatalaksanaan
1. Setelah obat siap dan cuci tangan lakukan desinfeksi lokasi, lalu kulit
direnggangkan
2. Jarum masukan tegak turus dengan sudut 90°
3. Lakukan aspirasi (bila tidak ada darah) dan masukan obat perlahan, bila
ada darah jarum dicabut dan lokasl injeksi dipindahkan ± 2 cm
58
4. Massage lokasi untuk mengurangi nyeri

Efek samping
- Peradangan lokasi
- Alergi
- Abses
- Penekanan urat syaraf

59
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Kutan

No Kegiatan

1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang
ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alcohol 70 % dengan
gerakan melingkar dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk memegang spuit dan
menusukkan jarum dengan menghadap keatas membentuk sudut 10 o - 20o
dari permukaan kulit
14 Menginjeksikan obat intra kutan sampai kepermukaan kulit mengembung
15 Menarik suntikan dengan cepat, membuang jarum suntik pada tempat yang
aman

60
16 Melingkari lokasi injeksi dengan diameter lebih kurang 2 cm
17 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan
18 Menjelaskan tindakan sudah selesai
19 Mengucapkan salam akhir

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

61
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Sub Kutan

No Kegiatan

1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 1 cc atau 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang ada
12 Memilih lokasi penyuntikan, harus bebas dari bengkak, keras, jaringan perut, gatal,
merah atau meradang
13 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alkohol 70 % dengan gerakan
melingkar dari dalam keluar
14 Menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan yang non dominan untuk
meregangkan area injeksi
15 Menggunakan tangan dominan untuk memegang jarum dan menusukan jarum
dengan menghadap keatas membentuk sudut 45o dari permukaan kulit
16 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik jarum keluar dan ganti dengan obat
yang baru

62
17 Menginjeksikan obat sub kutan secara perlahan-lahan
18 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan yang non
dominant
19 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
20 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
21 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan
22 Menjelaskan tindakan sudah selesai
23 Mengucapkan salam akhir

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

63
Penilaian Keterampilan Teknik Menyuntik Intra Muscular

No Kegiatan
1 Mencuci tangan
2 Mempersiapkan alat
- spuit 3 cc
- obat dalam tempatnya
- kapas alcohol dalam tempatnya
- bengkok
3 Mengucapkan salam
4 Mengecek identitas pasien serta mengenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan
6 Menjelaskan langkah-langkah tindakan
7 Memakai sarung tangan
8 Mengambil obat, membaca label dan masa kadaluarsa
9 Memilih jarum suntik yang sesuai
10 Menarik obat dari ampul / vial
11 Melepaskan jarum dari ampul / vial dan mengeluarkan gelembung yang ada
12 Pembersihan area yg akan disuntik dengan kapas alcohol 70 % dengan gerakan
melingkar dari dalam keluar
13 Menggunakan tangan yang dominan untuk memegang spuit dan menusukkan jarum
tegak lurus 90o dari permukaan kulit
14 Melakukan aspirasi, bila ditemukan darah, tarik jarum keluar dan ganti dengan obat
yang baru
15 Menginjeksikan obat intra muscular
16 Menarik suntikan dengan cepat sambil menekan kulit dengan tangan yang non
dominant
17 Memijat secara perlahan dengan kapas alkohol
18 Membuang jarum suntik pada tempat yang aman
19 Melepaskan sarung tangan, cuci tangan dan membereskan perlengkapan

64
20 Menjelaskan tindakan sudah selesai
21 Mengucapkan salam akhir

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

65
Teknik Menjahit Terputus dan Tidak Terputus

Yang perlu diperhatikan dalam melatih menjahit adalah :


1. Teknik menjahit
2. Membuat simpul
3. Menutup luka

Membuat simpul
Dalam membuat simpul yang perlu diketahui adalah :
a. Jenis simpul (Gambar 1)
a.1. Square knot
a.2. Surgeon’s knot
a.3. Granny knot
b. Membuat simpul dengan satu tangan (Gambar 2)
c. Membuat simpul dengan dua tangan (Gambar 3)
d. Membuat simpul dengan instrument (Gambar 4)
e. Memotong benang
Pada luka benang dipotong sedikit mungkin dengan simpul. Caranya ujung
gunting yang terbuka disentuhkan ke benang dengan posisi siap memotong,
digeser sampai ke simpul, diputar miring 45º kemudian dikatubkan. Pada
jahitan jelujur dan jahitan struktur yang penting benang simpul dipotong agak
panjang untuk mencegah simpul terurai, tetapi tetap harus lebih pendek
terhadap jarak jahitan berikutnya.

Perhatikan :
1. Jika simpul terlalu ketat, luka akan terasa nyeri dan jahitan dapat
meninggalkan bekas.
2. Simpul harus diletakkan di tepi luka, di sisi yang mempunyai vascularisasi
lebih baik.

66
Gambar 1. Jenis simpul A: Square Knot; B. Surqeon’s Knot; C.
Granny Knot

Gambar 2. Membuat simpul dengan satu tangan

67
Gambar 3 : Membuat simpul dengan dua tangan

Gambar 3 : Membuat simpul dengan dua tangan

68
Gambar 4 : Membuat simpul dengan instrumen

69
Menutup luka
Luka dapat ditautkan dengan jahitan sederhana atau matras, terputus atau jelujur.
- Jahitan sederhana dapat dibuat terputus atau jelujur.
- Jahitan matras dapat berupa matras vertikal, horizontal, terputus maupun
jelujur.
- Jahitan terputus banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila
ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang
lain.
- Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat
tetapi tidak boleh dipakai di tempat pendarahannya (vascularisasi) kurang.
- Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh untuk
menjahit subcutis, karena kulit akan bergelombang.
- Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus
seluruhnya akan terbuka.
- Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur dengan menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini dapat efektif dalam
menghentikan perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan iskemia.

Jahitan terputus sederhana Jahitan matras vertikal

70
Jahitan jelujur sederhana

Jahitan jelujur vertikal

Gambar 5 : Macam-macam jenis jahitan

71
Menjahit Kulit
Caranya :
1. Gunakan pinset bergerigi halus, untuk sedikit mengangkat tepi luka.
2. Jarum lengkung jenis “cutting” dengan benang nilon monofilament nomor
3/0 dipasang pada klem pemegang jarum. Pemasangan itu diletakkan antara
2/3 depan dan 1/3 belakang, lalu gagang klem dikunci

Gambar 6. Cara menjepit jarum dengan klem

3. Dengan pergelangan tangan pronasi penuh, siku membentuk sudut 90º dan
bahu abduksi, jarum ditusukan di kulit secara tegak lurus.
4. Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka, di dekat tempat yang dijepit
pinset.
5. Kulit ditegakkan dan dengan gerakan supinasi pergelangan serta adduksi
bahu yang serentak. Jarum didorong maju dalam arah melengkung sesuai
dengan lengkungan jarum, tetapi jangan terlalu dangkal.
6. Setelah jarum muncul kembali di balik kulit, jarum dijepit dengan klem
pemegang jarum ditarik keluar (penjepitan ini tidak boleh pada ujungnya,
karena dapat patah atau bengkok).
7. Benang ditarik terus sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit.
8. Tusukan lagi tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama,
dan cara yang sama, setelah jarum muncul di kulit, ditarik lalu dibuat
simpul ikatan 2 x 1 x 1 (Surgeon’s Knot).
9. Luka dibersihkan dan dinilai ketatnya ikatan.
10. Simpul ditarik ke tepi kearah pada ujung benang yang lebih pendek.

72
a. Contoh yang benar

b. Contoh yang salah

Gambar 7. Menjahit kulit

73
Menjahit Subcutis
Menjahit lemak subcutis dilakukan dengan jahitan terputus sederhana dengan
simpul terkubur.
Caranya :
1. Pada jahitan ini lintasan jarum dimulai dan diakhiri di dalam luka.
2. Mengangkat tepi luka dengan pinset bergigi sehingga pertemuan antara
lemak dan dermis jelas.
3. Jahitan dimulai dari sisi jauh operator
4. Jarum lengkung berujung “taper” dengan benang dapat diserap ditusukkan
jauh ke jaringan lemak sampai keluar dekat permukaan.
5. Posisi tangan pemegang jarum pronasi maksimal lalu jarum ditembuskan
dengan gerak supinasi.
6. Setelah no 4, klem pemegang jarum dipindah untuk menjepit kembali dan
dengan derakan pronasi serta supinasi jarum ditusukkan dari arah
permukaan ke lapisan dalam sisi yang lain.
7. Kemudian dibuat simpul dan benang dipotong.

Gambar 8. Menjahit subcutan

74
Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Terputus
Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul

No Aspek yang dinilai


1 Mempersiapkan instrumen bedah dengan menggunakan alat korentang
- Pemegang jarum - Jarum cutting
- Benang non absorbable - Pinset anatomis
- Pinset chirurgis - Gunting benang
- Sponge Holding Forcep - Kassa steril
- Betadine dalam tempatnya - Bengkok
- Sarung tangan steril - Kain penutup steril
2 Mencuci tangan dengan teknik procedural
3 Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka
4 (Jaringan luka sudah dianestesi local) Mencuci hamakan kulit dengan menggunakan
larutan antiseptik dengan gerakan dari dalam keluar
5 Memasang kain penutup steril
6 Memasang jarum lengkung cutting no. 3/0 pada klem pemegang jarum diantara 2/3
depan dan 1/3 belakang dan mengunci klem
7 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat tepi luka
8 Menusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak lurus dengan posisi tangan
pronasi penuh, dengan siku membentuk 90 derajat dan bahu abduksi
9 Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang dijepit pinset dengan
mengangkat kulit dan kulit ditegangkan
10 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan adduksi
bahu yang serentak, dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan jarum
11 Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik dengan klem pemegang
jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit
12 Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama
dan cara yang sama
13 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan tangan kanan memegang
klem pemegang jarum

75
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan disisi benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot)
17 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya yang terbuka pada benang
digeser sampai ke simpul diputar miring 45 derajat dan dikatubkan
18 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
19 Simpul diletakkan ditepi luka
TOTAL

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

76
Penilaian Keterampilan Bedah Minor / Jahit Kulit Tidak Terputus
Dengan Menggunakan Instrumen Waktu Menyimpul

No Aspek yang dinilai


1 Mempersiapkan instrumen bedah dengan menggunakan alat korentang
- Pemegang jarum - Jarum cutting
- Benang non absorbable - Pinset anatomis
- Pinset chirurgis - Gunting benang
- Sponge Holding Forcep - Kassa steril
- Betadine dalam tempatnya - Bengkok
- Sarung tangan steril - Kain penutup steril
2 Mencuci tangan dengan teknik procedural
3 Memakai sarung tangan dengan teknik terbuka
4 (Jaringan luka sudah dianestesi local) Mencuci hamakan kulit dengan
menggunakan larutan antiseptik dengan gerakan dari dalam keluar
5 Memasang kain penutup steril
6 Memasang jarum lengkung cutting no. 3/0 pada klem pemegang jarum diantara 2/3
depan dan 1/3 belakang dan mengunci klem
7 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat tepi luka
8 Menusukkan jarum pada kulit dengan posisi tegak lurus dengan posisi tangan
pronasi penuh, dengan siku membentuk 90 derajat dan bahu abduksi
9 Penusukan dilakukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang dijepit pinset dengan
mengangkat kulit dan kulit ditegangkan
10 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan adduksi
bahu yang serentak, dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan jarum

11 Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum ditarik dengan klem pemegang
jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 3-4 cm dari kulit
12 Menusukkan jarum ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman yang sama
dan cara yang sama
13 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dan tangan kanan memegang

77
klem pemegang jarum
14 Membuat lilitan benang panjang dengan klem pemegang jarum
15 Menjepit dan menarik benang panjang dan menempatkan disisi benang pendek
16 Membuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot) pada jahitan pertama
17 Mengulangi kegiatan no 7 s/d no 15 tanpa menyisakan ujung benang sebanyak 5
kali
18 Pada jahitan terakhir dibuat simpul ikatan 2 x 1x 1 (surgeon’s knot)
19 Memotong benang dengan menyatukan ujung guntingnya yang terbuka pada
benang digeser sampai ke simpul diputar miring 45 derajat dan dikatubkan
20 Hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
21 Simpul diletakkan ditepi luka

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

78
Skill Lab 5

Penyuluhan

Teori singkat penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan


dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983). Dengan pengertian seperti
ini, maka petugas kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan materi pesan
yang akan disampaikan.

Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan penyuluhan
yang dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan

Langkah-langkah dalam perencanaan


a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting adalah mengumpulkan data atau keterangan
tentang berbagai hal, yang diperlukan baik untuk kepentingan perencanaan,
maupun data awal sebagai pembanding. Pelajari masalah yang akan
disampaikan, program penunjangnya, apakah penyuluhan bisa berperan dalam
memecahkan masalah. Pelajari karateristik masyarakat yang akan diberi
penyuluhan misalnya tingkat pendidikan, sosial budaya dan status ekonominya.
Kita juga harus mengenal wilayah, misalnya curah hujan, batas dengan desa
lain, jarak ke rumah sakit, ketersediaan tenaga medis dan sebagainya
b. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penyuluhan harus sejalan dengan prioritas masalah yang
ditentukan oleh program yang ditunjang. Janganlah penyuluhan menentukan
prioritas sendiri, karena hal ini akan menyebabkan program berjalan sendiri-

79
sendiri. Misalkan di suatu daerah banyak terdapat kasus gizi buruk,
penyuluhan sebaiknya tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk
c. Menentukan tujuan penyuluhan
Tujuan ada jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
biasanya untuk merubah norma, perilaku, sikap masyarakat. Tujuan jangka
pendek biasanya menjangkau kelompok sasaran. Tujuan haruslah realistis,
jelas dan dapat diukur agar keberhasilan penyuluhan dapat dinilai.
d. Menentukan sasaran penyuluhan
Sasaran tidaklah sama pada setiap penyuluhan. Dalam penyuluhan sasaran
adalah kelompok sasaran, yaitu kelompok atau individu yang akan diberi
penyuluhan. Menentukan kelompok sasaran menyangkut soal strategi.
Misalnya, sasarannya adalah menurunkan angka kematian ibu. Sasarannya
tidak hanya ibu-ibu dalam usia reproduksi, tapi juga orang-orang yang
berpengaruh dalam mengambil keputusan, misalnya suami.
e. Menentukan isi penyuluhan
Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan penyuluhan
disampaikan, dan kerugiannya. Pesan harus disampaikan dalam bahasa yang
jelas, tidak menggunakan kata-kata asing termasuk istilah kedokteran.
f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan
Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, apakah
pengertian, keterampilan atau tindakan. Kalau tujuan berupa pengertian, maka
penyuluhan cukup dengan tertulis atau diucapkan. Kalau untuk
mengembangkan sikap positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut,
misalnya melalui foto. Untuk menumbuhkan simpati kepada korban bencana
alam perlu ditampilkan gambar/rekaman mengenai keadaan korban. Untuk
mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan mencoba
sendiri.
g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan.
Bisa digunakan alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.
h. Menyusun rencana penilaiannya.
Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi
80
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak
terkait.

Tema Penyuluhan:
1. Penanganan Dini Patah Tulang (sertakan gambaran rontgen)
2. Osteoartitis (sertakan gambaran rontgen)
3. CTEV (sertakan gambaran rontgen)

Sasaran pembelajaran utama :


- Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Sasaran pembelajaran tambahan:


Setelah mengikuti skill lab penyuluhan, diharapkan mahasiswa:
- Mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif
- Mahasiswa mampu menerapkan prinsip dasar komunikasi
- Mahasiswa mampu menjelaskan dasar dan prinsip pencegahan penyakit
pada masyarakat

Tekhnik Pelaksanaan:
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil dengan pembagian tema
berbeda sesuai diatas.
2. Kemudian melaksanakan penyuluhan langsung di masyarakat (desa atau
perkumpulan Ibu anak yatim pada hari sabtu jam 13.00 di danau)
3. Mahasiswa mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk video dan
membuat laporan kegiatan penyuluhan.
4. Mahasiswa mempresentasikan laporan kegiatan penyuluhan dan video di
hadapan fasilitator pada jadwal yang telah disepakati.

81
Penilaian Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan
1 Penilaian Perencanaan (dari Laporan kelompok kecil):
Sasaran sesuai dengan topik penyuluhan yang dipilih

2 Metode penyuluhan dapat berupa slide, leaflet, pamphlet, poster dll sesuai
dengan topik penyuluhan

3 Isi penyuluhan sesuai dengan topik penyuluhan

4 Penilaian pelaksanaan penyuluhan (dari rekaman video dan laporan


kelompok kecil)
Penilaian secara umum
5 Mengucapkan salam kepada masyarakat
6 Memperkenalkan diri
7 Menyampaikan tujuan penyuluhan
8 Kesiapan materi
9 Alat peraga
10 Berdiri tegak
11 Kontak mata
12 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti/tidak menggunakan istilah
medis

13 Memberi kesempatan untuk tanya jawab


14 Memberikan kesimpulan
15 Salam/ penutup
16 Laporan disusun dengan sistematis

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

82
PENULISAN RESEP

TEORI PENDAHULUAN
Penulisan resep adalah tindakan terakhir dari dokter untuk pasiennya, yaitu setelah
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, menentukan diagnosis, prognosis serta
terapi yang akan diberikan. Terapi untuk kausatif, simtomatik, profilaktik
diwujudkan dalam bentuk resep.

Resep dituliskan dalam kertas resep dengan ukuran yang ideal yaitu lebar 10-12 cm
dan panjang 15-18 cm. Resep harus ditulis dengan lengkap sesuai dengan
PerMenKes no. 26/MenKes/Per/I/81 Bab III tentang Resep dan KepMenKes No.
28/MenKes/SK/U/98 Bab II tentang RESEP, agar dapat dibuatkan/ diambilkan
obatnya di apotik.

Dalam resep yang lengkap harus tertulis :


1. Identitas dokter : nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat praktek/
alamat rumah dan nomor telpon dokter
2. Nama kota dan tanggal dibuatnya resep

Farmakoterapi (terapi dengan obat) mempunyai motto :


1. 5 tepat :
a) Berikan OBAT yang tepat
b) Dengan DOSIS yang tepat
c) Dalam BSO yang tepat
d) Pada WAKTU yang tepat
e) Kepada PENDERITA yang tepat dengan semua parameter yang harus
diperhitungkan.

2. 4T 1W :
a) Tepat OBAT
b) Tepat DOSIS
c) Tepat BSO
d) Tepat PENDERITA
e) Waspada Efek Samping

83
Kaidah-Kaidah Penulisan Resep
Setelah menetapkan diagnosis kerja, maka dokter akan menentukan terapi salah
satunya terapi dengan obat. Untuk menuliskan suatu resep banyak hal yang meminta
perhatian dokter :
1. Satuan berat untuk obat 1 gram (1 g) tidak ditulis 1 gr, (gr = grain = 65 mg)
2. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan desimal
3. Jumlah obat yang diterima pasien ditulis dengan angka romawi
4. Nama obat ditulis dengan jelas
5. Dokter telah punya pengalaman dengan obat yang ditulis dalam resep
6. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan
bioavailabilitasnya beda.
7. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan,
pastikan tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan
8. Dosis diperhitungkan dengan tepat
9. Dosis disesuaikan dengan kondisi organ
10. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas
11. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas
12. Hindari pemberian obat terlalu banyak
13. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
14. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam
kertas yang terpisah dengan resep obat.
15. Ingatkan kemungkinan yang berbahaya apabila pasien minum obat yang
lain.
16. Beritahu efek samping obat
17. Lakukan recording pada status pasien.

Langkah-langkah Menulis Resep


Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
1. Tulis huruf R/ (resipe)
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
3. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
4. Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da)
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat
6. Diakhiri dengan titik

84
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa)
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat
9. Beri garis penutup dan paraf
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak)

Penulisan resep obat jadi :


1. Tulis huruf R/
2. Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi.
3. Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat, bioavailabilitas, kondisi
penyakit pasien.
4. Tulis dosis yang diperlukan, untuk anak dan geriatri dosis sudah dihitung
lebih dulu.
5. Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian obat.
6. Diakhiri dengan titik.
7. Kalimat berikutnya, tulis S (signa).
8. Tulis apa yang diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah
cara penggunaan obat.
9. Beri garis penutup dan paraf.
10. Tulis pro : nama pasien, umur (terutama untuk anak).

Contoh resep :
Resep obat jadi dengan nama generik
R/ Paracetamol 500 mg tab No.X
S 3 dd tab I pc.
z
Pro : Ny. S (45 th)

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mahasiswa diharapkan mampu menulis resep yang rasional, tepat, dan dapat dibaca.

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari topik keterampilan Penulisan Resep ini, mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Menulis resep untuk bermacam-macam bentuk sediaan obat (bentuk
ramuan maupun yang paten).

85
2. Menggunakan bahasa Latin dalam menuliskan resep.
3. Memilih obat berdasarkan diagnosis penyakit.
4. Menghitung dosis dan menuliskannya ke dalam resep.
5. Menentukan cara penggunaan obat.
6. Menulis resep obat secara rasional.
7. Membaca dan memahami buku DOEN dan FORNAS.

MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN


 Kertas Resep (standar OSCE)
 Pulpen
 Buku DOEN dan FORNAS

METODE PEMBELAJARAN
 Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
 Diskusi
 Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
 Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan system skor

Resepkan lah contoh obat di bawah ini :

Amoxicilin 500mg tablet diminum 3x sehari sesudah makan


Asam Mefenamat 500mg tablet diminum 3x sehari sesudah makan jika nyeri
Cefixime 200mg kapsul 2x sehari sesudah makan
Omeprazol 20mg kapsul diminum 1x1 sehari sebelum makan
Kolkisin 0,5mg tab diminum 2x1 sehari sesudah makan
Allopurinol 100mg tablet diminum 1x1 sehari sesudah makan

86
Tuliskan resep yang rasional untuk pasien tersebut!

Nama: Dokter: .........................


NPM: SIP:..............................

Diagnosis utama:

Diagnosis Banding:
1.
2.
3.

Pro: Tn. X
Usia : tahun

87
DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PENULISAN RESEP

No Aspek Keterampilan yang Dinilai


Menulis resep yang benar :
1 Superscriptio
2 Inscriptio
3 Subscriptio
4 Signatura
5 Pertanggungjawaban pemilihan obat
6 Resep untuk siapa
Memilih obat yang tepat sesuai diagnosis
7 Memilih obat sesuai patoifisiologi
8 Memilh obat sesuai indikasi
9 Memilih bentuk sediaan sesuai kondisi pasien
Menenetukan dosis obat yang tepat :
10 Dosis sesuai dengan kondisi penyakit
11 Dosis sesuai dengan usia atau berat badan
Menentukan cara pemberian obat yang tepat :
12 Menentukan cara/route pemberian dengan tepat
13 Menentukan frekuensi pemberian obat dengan tepat
14 Menentukan waktu pemberian obat dengan tepat
15 Polifarmasi dalam resep

Keterangan Nilai :
Kurang (60-65)
Cukup (66-75)
Baik (75-80)

88
RUJUKAN

Lawry, GV. Pemeriksaan Muskuloskeletal Yang Sistematis, 2011. Jakarta:


Erlangga.

Davey, P, At a Glance Medicine, Jakarta, Erlangga, 2005.

Samuel, JH. Dasar-dasar Biologi Molekuler Kanker. UGM, 2018.

Christopher, DM. Fletcher, K. Kristen, U. Fredrik, M. Pathlogy&Genetic Tumors of


Soft Tissue and Bone, WHO, IARCH Press, Lyon, 2002.

David, E. Brown, MD. Et al. Orthopedic Secrets, Third Edition, US, 2004.

Parow, C. Joint Spraint, Common Arthritis Lesions and Ailments in Sports and
Everyday Life, 2014.

Ebnezar, J. Textbook of Orthopedic, Fourth Editions, 2014.

Barh, R. Frisch, B. Osteoporosis Diagnosis, Prevention Therapy, Springer, Verlag


Berlin Heidelberg, New York, 2004.

Pradip R. Patel, Lecture Notes Radiologi, Edisi ke-2, Erlangga, BMA, 2007.

Bonakdarpour, A. Reinos, WA. Khurana, J. Diagnostic Imaging of Musculosceletal


Diseases, Springer, USA, 2010

89

Anda mungkin juga menyukai