Tim Penyusun :
Ratna Purwaningrum, dr, M.Kes.
Firhat Esfandiari, dr, Sp.PD
Zulfian dr, Sp.PK
Fonda, dr, Sp.OG
Mardheni, dr, M.Kes
Jordi Oktobiannobel, dr, M.Kes
Eka Sylvia, dr, M. Kes
Festy Ladyani, dr, M.Kes
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan buku
rancangan pengajaran modul sistem Gastrointestinal dapat terlaksana. Modul ini
merupakan salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas Malahayati
(FK UNIMAL).
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap persiapan diri
dalam memasuki dunia pendidikan kedokteran, sehingga mahasiswa dapat
menerapkannya dalam proses pembelajaran sehingga menjadi dokter yang berkompeten
sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan perbaikan,
karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi penyusunan modul
ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical Education Unit (MEU),
rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati dan Yayasan
Alih Teknologi.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
TATA TERTIB ............................................................................................. 4
SANKSI ............................................................................................. 4
DAFTAR SKILLS LAB ..................................................................................... 5
SKILLS LAB 1 ............................................................................................. 6
SKILLS LAB 2 ........................................................................................... 19
SKILLS LAB 3 ........................................................................................... 26
SKILLS LAB 4 ........................................................................................... 28
RUJUKAN ........................................................................................... 29
2
TATA-TERTIB KEGIATAN SKILLS LAB
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan
dilakukan.
3
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SKILLS LAB
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Skill Lab pada materi tertentu
karena alasan tidak jelas, maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan Skill Lab pada jadwal berikutnya untuk materi tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Skill Lab tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran Skill Lab nya < 75 % dari seluruh
jumlah tatap muka Skills Lab, maka mahasiswa tersebut tidak lulus blok.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat dan bahan yang ada pada ruang Skill Lab akan mendapatkan sanksi
tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
No Skills Lab
1. History Taking (Anamnesis)
2. Pemeriksaan Kelenjar Thyroid
3. Insulin dan Cara Mengerjakannya
4. Penyuluhan
4
SKILLAB 1
HISTORY TAKING (ANAMNESIS)
TUJUAN UMUM :
Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap kasus-kasus penyakit yang
berkaitan dengan kelainan endokrin.
TUJUAN KHUSUS :
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis terhadap keluhan utama dan
mengeksplorasinya dengan baik dan benar pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
kelainan endokrin.
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis terhadap riwayat penyakit sekarang
yang berhubungan dengan kelainan endokrin.
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat penyakit dahulu
yang berhubungan dengan kelainan endokrin.
4. Mahasiswa mampu untuk melakukan anamnesis mengenai riwayat keluarga dan
sosiokultural yang berhubungan dengan kelainan endokrin.
5. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dengan tepat permasalahan yang dihadapi
pasien.
6. Mahasiswa mampu menemukan diagnosis banding terhadap permasalahan yang
dihadapi pasien.
TUGAS:
Tiap kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil-kecil terdiri dari 2-3 orang. Satu
orang berperan sebagai dokter, yang lain berperan sebagai pasien dan yang lainnya
sebagai observer. Tugas ini dilakukan bergantian. Lakukan anamnesis sesuai kasus
dibawah ini.
5
Skenario 1. Hipertiroid
Seorang wanita, 22 tahun, datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan terdapat
benjolan di leher sejak 3 bulan. Benjolan dirasakan semakin membesar. Pasien juga
mengeluhkan berat badan menurun drastis dalam 3 bulan terakhir. Selain itu pasien juga
sering gemetar, gelisah, telapak tangan basah, dan tidak betah di ruang yang panas.
Skenario 2. Hipotiroid
Seorang laki – laki, 50 tahun, datang ke praktek dokter umum dengan keluhan berat
badan naik 10 kg dalam 2 bulan terakhir. Padahal pasien mengeluhkan nafsu makan
malah menurun. Pasien sehari – hari hanya bekerja di rumah membuka toko kelontong.
Pasien sering mengeluhkan tangan sering dingin. Selain itu pasien merasa lebih nyaman
di tempat yang panas.
6
lain tidak ditemukan. Pasien tinggal di pegunungan dan beberapa tetangganya mengalami
keluhan serupa.
7
pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
8 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,
tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
9 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi
pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang sering
dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan,
aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan).
11 Menanyakan kebiasaan pribadi
12 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
13 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
MENUTUP WAWANCARA
14 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
15 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
16 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
17 Menggunakan bahasa/istilah yang mudah dimengerti oleh pasien.
18 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai, seperti:
menjaga kontak mata dengan pasien, menjaga postur tubuh,
posisi duduk tegak, mimic penuh perhatian, dll
19 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan
ataumenulis), tidak sampai mengganggu proses
wawancaradengan pasien.
20 Tidak menghakimi
21 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
22 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
23 Tampak percaya diri
8
Keterangan : 0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
TUJUAN KHUSUS:
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan terhadap kelenjar tiorid yang normal.
2. Mahasiswa mampu memeriksan kelenjar tiroid yang tidak normal.
3. Mahasiswa mampu untuk menginterpretasi hasil pemeriksaan tiroid.
PROSEDUR PEMERIKSAAN :
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik kelenjar tiroid merupakan bagian dari pemeriksaan umum
seoraang penderita. Dalam memeriksa leher seseorang, struktur leher lainnyapun harus
diperhatikan. Ada beberapa alasan untuk hal ini, pertama struktur ini sering tertutup atau
berubah oleh kelenjar tiroid, kedua metastasis tiroid sering terjadi ke kelenjar limfe leher
dan ketiga terdapat banyak kelainan di leher yang tidak berhubungan dengan kelenjar
tiroid. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sistemik juga diperlukan, sebab dampak
yang ditimbulkan oleh gangguan fungsi kelenjar tiroid melibatkan hamper seluruh organ
tubuh, sehingga pemeriksaan secara detail dan sistematis dapat membantu menegakkan
maupun mengevaluasi gangguan pada kelainan penyakit kelenjar tiroid. Pemeriksaan
kelenjar tiroid meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi
Inspeksi
9
Waktu memeriksa kelenjar tiroid hendaknya diperhatikan arah sinar yang tepat
sehingga masih memberi gambaran jelas pada kontur, relief, tekstur, kulit maupun
benjolan. Demikian pula harus diperhatikan apakah ada bekas luka operasi atau
teleangiektasia yang merupakan tanda dari penyimpangan sebelumnya. Dengan dagu
agak diangkat, perhatikan struktur di bagiang bawah depan leher. Kelenjar tiroid normal
biasanya tidak dapat dilihat dengan cara inspeksi, kecuali pada orang yang amat kurus,
namun apabila dalam keadaan tertentu ditemukan deviasi trakea atau dilatasu vena maka
harus curiga kemungkinan adanya gondok substernal. Lalukan palpasi di lekuk
substernal. Biasanya dengan inspeksi saja kita dapat menduga adanya pembesaran
kelenjar tioid yang lazim disebut gondok
Pasien disuruh untuk agak mendongak ke atas (melakukan ekstensi leher).
Lihat area yang berada dibawah kartilago krikoid untuk memeriksa kelenjar tiroid.
Beri pasien air minum, dan ekstensikan lagi lehernya dan suruh menelan air.
Perhatikan gerakan kelenjar tiroid. Manuver ini cukup diagnostik untuk memisahkan
apakah 1 struktur leher tertentu berhubungan atau tidak dengan tiroid. Sebaliknya
apabila struktur kelenjar tiroid tidak ikut gerakan menelan sering disebabkan
perlengketan di jaringan sekitarnya. Untuk ini dipirkan kemungkinan radang kronik
atau keganasan tiroid.
10
Palpasi.
Jika kelenjar tiroid tidak terlihat dengan inspeksi, palpasi merupakan jalan
terpenting untuk menentukan adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak. Syarat
untuk palpasi tiroid yang baik adalah menuundukan leher sedikit serta menoleh ke
arah tiroid yang akan diperiksa. Tujuannya untuk relaksasi oto
sternokleidomastoideus. Pemeriksa beriri di depan pasien atau duduk setinggi pasien.
Sebagian pemeriksa lebhih senang memeriksa tiroid dari belakang pasien.
Langkah pertama ialah meraba daerah tiroid dengan jari telunjuk (dan atau 3 jari)
guna memastikan ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan dan simetri. Untuk
mempermudah meraba tiroid, kita dapat menggeser laring dan tiroid ke 1 sisi dengan
menggunakan ibu jari atau jari tangan lain pada kartilago tiroid. Kedua tiroid diperiksa
dengan cara yang sama sambil pasien melakukan gerakan menelan. Palpasi lebih
mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang gemuk tiroid yang
11
membesar juga dapat diraba dengan mudah. Ukuran tirid dinyatakan dengan volume
(p x l x t)
Pita ukuran juga dapat digunakan untuk menilai secara kasar perubahan ukuran kelenjar,
membesar, tetap atau mengecil selama pengobatan atau observasi. Palapasi juga berguna
dalam menentukan pergeseran trakea.coba carilah massa yang menyebabkan pergeseran
dengan palpasi. Rabalah pembesaran limfonodi yang dapat merupakan petuunjuk
tersebarnya karsinoma kelenjar tiroid di kelenjar limfe regional. Khusus perhatikan
limfonodi ssepanjang daerah trakea yang menutupi trakea, kartilago krikoid, kartilago
12
tiroid di linea mediana 9disebut upper pretrakea node atau delphian group) dan limfonodi
mastoid yang terdapat di sudut rahang bawah. Raba pula kalau ada pembesaran vena.
Auskultasi
Tujuannya untuk mendengar bruit, bising pembuluh di aerah gondok yang membesar.
13
d. Pemeriksan kemudian melaporkan keseluruhan hasil dan
menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan.
Catatan:
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi belum tepat
2 : Dilakukan dengan tepat
3 : Dilakukan secara tepat dan sempurna
14
SKILLAB 3
INSULIN DAN CARA MENGGUNAKANNYA
Persiapan:
Lokasi penyuntikan
Persiapkan insulin sesuai dosis
Sterilkan lokasi dan alat-alat.
Bersihkan alat-alat.
Simpan insulin dan peralatannya
Injeksi sendiri
Konolikasi injeksi insulin
15
Sarung tangan berguna sebagai alat pelindung diri dari cairan tubuh orang lain, sehingga
sterilisasi tidak diperlukan lagi. Lagi pula sarung dapat digunakan berulang-ulang
Prosedur Injeksi :
16
LEMBAR KERJA
CHECK LIST
CARA MELAKUKAN PENYUNTIKAN INSULIN NOVOPEN
Nilai
Aktivitas
0 1 2
1 Menyapa dan memberi salam pada pasien
2 Menjelaskan manfaat penyuntikan insulin pada pasien
3 Jelaskan cara memasukkan tube insulin ke dalam pena.
4 Jelaskan cara memasukkan jarum pena.
5 Jelaskan cara mengatur dosis/unit yang diperlukan sesuai alat
yang dipakai.
6 Jelaskan cara melakukan melakukan tindakan desinfeksi pada area
injeksi.
7 Jelaskan cara melakukan injeksi.
8 Jelaskan lokasi injeksi.
9 Jelaskan cara mengenali symptom yang terjadi sebagai akibat
injeksi (tanda infeksi dan hipoglikemia).
Total Nilai
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tetapi belum tepat
2 : Dilakukan dengan tepat dan sempurna
17
SKILLAB 4
PENYULUHAN
Mahasiswa melakukan persiapan materi yang lengkap berupa poster, leaflet, power
point, flipchart.
Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok kecil.
Masing-masing kelompok kecil mahasiswa memilih tema penyuluhan tentang DM
(Diabetes Mellitus) :
1. Faktor resiko & penyebab DM (Diabetes Mellitua)
2. Gejala DM (Diabetes Mellitus)
3. Hidup dengan DM (Diabetes Mellitus)
Dilakukan pada masyarakat atau Posyandu sesuai dengan rekomendasi dosen
pembimbing.
Kegiatan penyuluhan direkam dan didokumentasikan dalam bentuk video dan PPT.
Pada saat pertemuan dengan dosen dilakukan diskusi dan penilaian hasil kegiatan
penyuluhan.
Untuk dapat penyuluhan dengan baik, ada baiknya dibuat perencanaan penyuluhan yang
dibuat berdasarkan:
- Masalah kesehatan yang akan ditanggulangi
- Program kesehatan yang akan ditunjang
- Daerah masyarakat yang akan menjadi sasaran
18
- Sarana yang diperlukan dan bisa dimanfaatkan
19
reproduksi, tapi juga orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan,
misalnya suami.
e. Menentukan isi penyuluhan
Isi penyuluhan harus memuat apa untungnya jika pesan penyuluhan disampaikan,
dan kerugiannya. Pesan harus disampaikan dalam bahasa yang jelas, tidak
menggunakan kata-kata asing termasuk istilah kedokteran.
f. Menentukan metode penyuluhan yang akan dipergunakan
Metoda atau cara penyuluhan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, apakah
pengertian, keterampilan atau tindakan. Kalau tujuan berupa pengertian, maka
penyuluhan cukup dengan tertulis atau diucapkan. Kalau untuk mengembangkan
sikap positif, peserta harus menyaksikan kejadian tersebut, misalnya melalui foto.
Untuk menumbuhkan simpati kepada korban bencana alam perlu ditampilkan
gambar/rekaman mengenai keadaan korban. Untuk mengembangkan keterampilan,
sasaran harus diberi kesempatan mencoba sendiri.
g. Memilih alat-alat peraga atau media penyuluhan yang dibutuhkan. Bisa digunakan
alat bantu seperti leaflet, poster dan sebagainya.
h. Menyusun rencana penilaiannya.
Tentukan keberhasilan penyuluhan dengan evaluasi:
- Kapan, di daerah mana, dan kelompok sasaran.
- Indikator yang digunakan.
- Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
- Kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
- Metode apa yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut.
- Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
- Sarana yang diperlukan untuk evaluasi.
- Adakah tenaga yang membantu evaluasi.
- Rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi kepada pihak terkait.
20