SISTEM UROGENITAL
UROGENITALSYSTEM
https://www.fotosearch.com/stampa/CSP993/k14293129/
ISBN no.
BUKU TUTOR
SISTEM UROGENITAL
UROGENITALSYSTEM
Tim Penyusun
Nia Triswanti, dr., M.Kes
Eko Purnanto, dr., Sp.B
Toni Prasetia, dr., Sp.PD, FINASIM
Sri Maria Puji Lestari, dr., M.Pd.Ked
Hetti Rusmini., dr., M. Biomed
Yesi Nurmalasari, dr., M.Kes
Sandhy Arya Pratama, dr., M. Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penyusunan
buku rancangan pengajaran modulUrogenitaldapat terlaksana. Modul inimerupakan
salah satu rangkaian modul Ilmu Kedokteran Klinis yang terdapat dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas kedokteran Universitas Malahayati (FK
UNIMAL).
Modul Keterampilan Klinis Urogenitaldiajarkan pada semester 4 selama 8
minggu. Modul ini berisi dasar-dasar ilmu kedokteran khususnya di bidang, yaitu
Anatomi, Fisiologi, Histologi, Biokimia, Imunologi, Patologi Anatomi, Patologi
Klinik, Farmakologi, Ilmu Penyakit Dalam dan sistem organ terkait.
Tim penyusun berharap modul ini dapat menjadi panduan staf pengajar dan
mahasiswa dalam upaya memberikan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu
kedokteran klinis sehinggamahasiswa dapat menerapkannya dalam proses
pembelajaran danmenjadi dokter yang berkompeten sesuai standar kompetensi
dokter Indonesia.
Penyusunan buku rancangan pengajaran modul ini masih memerlukan
perbaikan, karena itu kami tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memfasilitasi
penyusunan modul ini, khususnya tim penyusun modul, komisi kurikulum Medical
Education Unit (MEU), rekan-rekan dosen Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Malahayati dan Yayasan Alih Teknologi.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
TATA TERTIB .............................................................................................. 4
SANKSI .............................................................................................. 5
KASUS SKENARIO 1 ....................................................................................... 8
KASUS SKENARIO 2 ...................................................................................... 13
KASUS SKENARIO 3 ...................................................................................... 19
KASUS SKENARIO 4 ...................................................................................... 28
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 36
3
TATA-TERTIB DISKUSI TUTORIAL
4
TATA TERTIB KEGIATAN DISKUSI PLENO
Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam tata tertib ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana semestinya
5
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB DISKUSI PLENO
6
Lembar penilaian diskusi PBL
Kelompok :
Kasus Pemicu :
Pertemuan :
Participation Attitude Total
Nama
No. Sharing Argumentation Activity Dominant Discipline Manner (max
/NPM
18)
Keterangan Penilaian
Sharing: berbagi 1: pendapat seringkali kurang sesuai
pendapat/pengetahuan yang 3: pendapat cukup sesuai, namun masih ada yang
sesuai dengan lingkup bahasan di kurang sesuai
antara anggota 5: semua pendapat cukup sesuai
Argumentation: memberikan 1: pendapat tidak disertai rujukan, namun masih logis
pengetahuan dan tanggapan yang 3: pendapat logis dan sesuai rujukan, namun rujukan
logis berdasarkan literatur yang belum baik
dibacanya 5: pendapat logis dan sesuai rujukan yang cukup baik
Activity: giat dalam diskusi tanpa 1: Frekuensi memberikan pendapat <3x
didorong fasilitator 3: Frekuensi memberikan pendapat 3-5x
5: Frekuensi memberikan pendapat >5x
Dominant: sikap menguasai forum 0: jika tampak mengusai forum diskusi
pada saat diskusi 1:jika mampu mempersilahkan oranglain berpendapat
Discipline: kehadiran mahasiswa 0: jika terlambat
1: jika hadir tepat waktu
Manner: kemampuan dalam 0: jika tampak tidak sopan, tidak menggunakan bahasa
komunikasi (mampu menyimak, yang baik
menjelaskan dan menggunakan 1: jika menggunakan bahasa yang baik dan
bahasa yang baik dan benar serta menghargai pendapat oranglain serta sopan santun
sistematis)
7
KASUS 1
Tn X, umur 60 tahun, datang ke RSBAH dengan keluhan tidak bisa kencing sejak
satu hari yang lalu. Riwayat sebelumnya sejak satu tahun terakhir ini susah kencing,
kencing harus mengejan, sering kencing malam, tiap kali kencing pancarannya
sangat lemah kadang hanya menetes dan tidak tuntas. Pasien merupakan perokok
berat.
8
More Info
Keadaan umum: Sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Vital Sign: TD 110/70 mmHg, RR 20x/mnt, HR 80x/mnt, Suhu 36,5'C
TB/BB 145 cm/35 kg
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Mata :Konjungtiva palpebra pucat-/-,ikterik -/-.
Mulut : mukosa mulut merah, papil lidah normal , stomatitis angularis -, hipertrofo
gingiva –
Jantung, hepar, lien, KGB : dalam batas normal
Ekstremitas : tampak normal, kilonikia -, edema –
9
1 Tujuan terapi BPH BPH
2
Penatalaksanaan BPH dan indikasinya!
(medikamentosa dan operatif)
3
4 Prognosis
Komplikasi dan patofisiologi terjadinya
komplikasi? (Hematuri, Batu buli, hydronefrosis,
gagal ginjal, hernia, hemorrhoid)
HIPERPLASIA PROSTAT
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran
organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
urine keluar dari buli-buli.
GAMBARAN KLINIS
10
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan
di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri gejala obstruksi
dan gejala iritatif.
Gejala obstruksi : hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitensi, miksi tidak
puas, metes setelah miksi.
Gejala iritasi : frekuensi, nokturi, urgensi, disuri.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang (yang merupakan tanda
hidronefrosis) atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau
urosepsis.
3. Gejala di luar saluran kemih
Mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid.
PENGOBATAN
Tidak semua pasien hyperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-
kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa
mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultasi saja. Namun
diantara mereka ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik
yang lain karena keluhannya semakin parah.
11
Dalam satu bulan terakhir ini berapa kalikah anda :
1. Merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing?
2. Harus kencing lagi padahal belum ada dua jam yang lalu anda baru saja
kencing?
3. Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai kencing lagi dan hal ini
dilakukan berkali-kali?
4. Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing?
5. Merasakan pancaran urine yang lemah?
6. Harus mengejan dalam memulai kencing?
7. Dalam satu bulan terakhir ini berapa kali anda terbangun dari tidur malam
untuk kencing?
12
KASUS 2
Bagian 1
NYERI PINGGANG
NyY umur 45 tahun, datang ke RSBAH dengan keluhan pegal-pegal pinggang sejak
1 bulan yang lalu dan nyeri pinggang hebat sejak 1 hari yang lalu, disertai mual dan
keringat dingin. Penderita merasa nyeri pinggangnya menjalar ke perut bagian
depan dan ke kemaluan.
13
Bagian 2
Riwayat keluar batu saat kencing ada, satu tahun yang lalu. Dan pasien juga pernah
mengalami riwayat BAK warna merah.
Padapemeriksaanfisikdidapatkan:
Keadaanumum:tampaksakitsedang, kesadaran CM, TD 120/80 mmHg, N 88 X/m,
RR 24 x/m, T 36,7 0C
Keadaanspesifik:Kepala : Mata : konjungtiva palpebral normal,
Wajah : normal
Thorax:Perkusi : redupkeduaparumulai ICS 6 kebawah, auskultasi :
vesikulermenurunmulai ICS 6 kebawah.
Abdomen: cembung, lemas, shifting dullness (-).Ekstremitas :Edema(-).
Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan palpasi bimanual: ballotment (+)diregio
lumbal kanan atas. Nyeri ketok CVA sisi kanan, vesika urinaria tidak teraba.
Rectal toucher, tonus spincter ani normal, mucosa licin, massa (-), handscoon feses
(-), darah (-).
Pemeriksaanpenunjang:
Hasil laboratorium ureum :40, creatinin : 1,3, asam urat : 4,5. Sedimen urine
erytrosit : 25-30, Leucosit : 10-15, epitel : +, crystal oksalate : +, bakteri : (-), Nitrit
(+).
BNO : bayangan radio opak setinggai vertebra lumbal 3 kanan ukuran 15x10 mm.
14
pasien
Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun
anorganik yang terlarut dalam urine. Keristal tersebut tetap dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi Kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar.
Agregasi Kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi Kristal)
15
dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid dalam urine,
konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
KOMPOSISI BATU
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, sistin,
silikat, dan senyawa lainnya.
BATU KALSIUM
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu
saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campuran dari kedua unsur itu.
16
5. Hipomagnesium. Magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat
menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan
oksalat.
BATU STRUVIT
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah :Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. Meskipun E coli
banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk
pemecah urea.
GAMBARAN KLINIS
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada : posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
maupun bukan kolik.
Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada
saat kencing atau sering kencing.
Hematuri sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran
kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuri didapatkan dari
pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik.
17
Pada pemeriksaan fisis mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal,
retensi urine, jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.
Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak
di saluran kemih.
Pielografi intra vena, bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
PENATALAKSANAAN
Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan : obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuai indikasi
social.
18
KASUS 3
Bagian 1
Si Moon Face
Toni, 8 tahun datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari SMRS.
Bengkak tersebut diawali pada kelopak mata ± 10 hari yang lalu terutama pada pagi
hari saat bangun tidur. Bengkak kemudian menjalar ke wajah kemudian ke lengan,
tungkai, perut dan seluruh tubuh. Keluhan bengkak ini baru pertama kali dialami
pasien dan tidak disertai dengan sesak nafas bila pasien beraktivitas maupun saat
tidur. Pasien juga masih dapat tidur dengan satu bantal, dan tidak pernah mengeluh
sering terbangun tiba-tiba saat tidur karena sesak.Pasien belum pernah mengalami
sakit kuning.Riwayat alergi terhadap makanan,obat-obatan tidak ada.
Respon mahasiswa yang diharapkan dari bagian pertama:
19
Pertanyaan 1. Definisi oedem?
terjaring 2. Patofisiologi oedem?
3. Apa yang dimaksud dengan sindroma
nefrotik?
4. Etiologi Sindrom nefrotik?
5. Patofisiologi Sindrom nefrotik?
6. Trias Sindrom Nefrotik?
7. Bagaimana gejala klinis sindroma nefrotik?
8. Definisi GNA?
9. Etiologi GNA?
10. Patofisologi GNA?
11. Gejala GNA?
12. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan?
20
Urine
- Warna : Kuning
- Kejernihan : Jernih
- Berat Jenis : 1,020
- pH :6
- Leukosit : (-)
- Nitrit : (-)
- Protein : 500 mg/dL
- Glukose : (-)
- Keton : (-)
- Urobilinogen : (-)
- Bilirubin : (-)
- Darah samar : (-) (<10/uL)
- Sedimen Leukosit : 1-2 (10/ LPB)
- Eritrosit : 3-4 ( 5/LPB )
21
Teori singkat untuk tutor
Sindroma Nefrotik
Definisi
Sindroma Nefrotik adalah suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi
akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan:
- proteinuria (protein di dalam air kemih)
- menurunnya kadar albumin dalam darah
- penimbunan garam dan air yang berlebihan
- meningkatnya kadar lemak dalam darah.
Penyebab
Sindroma nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau penyakit menahun
yang luas.
Sejumlah obat-obatan yang merupakan racun bagi ginjal juga bisa menyebabkan
sindroma nefrotik, demikian juga halnya dengan pemakaian heroin intravena.
22
- Mieloma multipel
- Lupus eritematosus sistemik
Obat-obatan
- Obat pereda nyeri yang menyerupai aspirin
- Senyawa emas
- Heroin intravena
- Penisilamin
Alergi
- Gigitan serangga
- Racun pohon ivy
- Racun pohon ek
- Cahaya matahari.
Gejala
Gejala awalnya bisa berupa:
- berkurangnya nafsu makan
- pembengkakan kelopak mata
- nyer perut
- pengkisutan otot
- pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
- air kemih berbusa.
Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas bisa
timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
Gejala lainnya adalah pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada pria).
Pembengkakan yang terjadi seringkali berpindah-pindah; pada pagi hari cairan
tertimbun di kelopak mata dan setalah berjalan cairan akan tertimbun di pergelangan
kaki.
Pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan.
Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat penderita berdiri dan
tekanan darah yang rendah (yang bisa menyebabkan syok).
Tekanan darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal karena rendahnya
volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal.
Kadang gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi secara tiba-
23
tiba.
Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya glukosa) ke
dalam air kemih.
Pertumbuhan anak-anak bisa terhambat. Kalsium akan diserap dari tulang. Rambut
dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut. Pada kuku jari tangan
akan terbentuk garis horisontal putih yang penyebabnya tidak diketahui.
Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak paling mungkin
terjadi pada penderita yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Konsentrasi lemak dalam darah adalah tinggi, kadang sampai 10 kali konsentrasi
normal. Kadar lemak dalam air kemih juga tinggi.
Bisa terjadi anemia. Faktor pembekuan darah bisa menurun atau meningkat.
24
Biopsi ginjal terutama efektif dalam mengelompokkan kerusakan jaringan ginjal
yang khas.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya.
Mengobati infeksi penyebab sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindroma ini.
Jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati (misalnya penyakit Hodgkin
atau kanker lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-gejala ginjal.
Penderita yang peka terhadap cahaya matahari, racun pohon ek, racun pohon ivy
atau gigitan serangga; sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut.
Desensitisasi bisa menyembuhkan sindroma nefrotik akibat racun pohon ek, pohon
ivy atau gigitan serangga.
Jika tidak ditemukan penyebab yang pasti, maka diberikan kortikosteroid dan obat-
obatan yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklofosfamid).
Tetapi obat tersebut bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak
dan menekan perkembangan seksual.
Pengobatan yang umum adalah diet yang mengandung protein dan kalium dalam
jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.
Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih.
ACE inhibitors (misalnya enalapril, captopril dan lisinopril) biasanya menurunkan
pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan konsentrasi lemak dalam
darah.
Tetapi pada penderita yang memiliki kelainan fungsi ginjal yang ringan sampai
berat, obat tersebut dapat meningkatkan kadar kalium darah.
Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan untuk makan
dalam porsi kecil tetapi sering.
25
tetapi bisa meningkatkan resiko terbentuknya bekuan darah.
PROGNOSIS
Prognosisnya bervariasi, tergantung kepada penyebab, usia penderita dan jenis
kerusakan ginjal yang bisa diketahui dari pemeriksaan mikroskopik pada biopsi.
Gejalanya akan hilang seluruhnya jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat
diobati (misalnya infeksi atau kanker) atau obat-obatan.
Prognosis biasanya baik jika penyebabnya memberikan respon yang baik terhadap
kortikosteroid.
Anak-anak yang lahir dengan sindroma ini jarang yang bertahan hidup sampai usia 1
tahun, beberapa diantaranya bisa bertahan setelah menjalani dialisa atau
pencangkokan ginjal.
26
memberikan respon terhadap kortikosteroid.
Prognosis pada sindroma nefrotik akibat infeksi, alergi maupun pemakaian heroin
intravena bervariasi, tergantung kepada seberapa cepat dan seberapa efektif
penyebabnya diatasi.
27
Kasus 4
Bagian I
KENCINGKU MERAH
Mr.N usia 20 th datang dengan keluhan keluar darah dari saluran kemih sejak 5 jam
SMRS. Darah keluar menetes, darah berwarna merah segar, tidak bercampur dengan
urin. Pasien mengaku saat ingin BAK dirasakan nyeri.
28
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekueni nadi : 90 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,8ºC
Status Urologi
- Sudut costo vertebrae :
Inspeksi : massa -/-, jejas -/-
Palpasi : massa -/-, nyeri tekan -/-
Perkusi : nyeri ketok -/-
- Regio suprapubis :
Inspeksi : massa (-), jejas (-)
Palpasi : buli-buli penuh, nyeri tekan (+)
Perkusi : redup
- Genitalia eksterna :
Hiperemis (+), bengkak (+), nyeri (+),darah (+)
Skrotum : hematom (+)
.Pemeriksaan lab:
Darah
Hb: 11 gr%
Leukosit 6900 mg/dL
Ht: 36 vol %
Trombosit: 302.000/uL
Ureum: 34 mg/dL
Kreatinin 1,3 mg/dL
Urinalisa
PH: 5,5
29
Sedimen leukosit 5-8
Eritrosit: 30-45
Sedimen kristal negatif
Sitologi urin: TIDAK ditemukan sel ganas
30
Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus
uretra.Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai
dari meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa
tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi
atau reparasi relatif mudah.
ETIOLOGI
1. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia
2. Trauma, misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars
membranasea; trauma tumpul pada selangkangan (straddle injuries) yang
mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan
kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada
bingkai sepeda pria; trauma langsung pada penis; instrumentasi transuretra
yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar,
fiksasi kateter yang salah.
3. Post operasi, beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan
striktur uretra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
31
lebih parah. Diagnosis ditegakkan melalui foto uretrografi dengan memasukkan
kontras melalui uretra, guna mengetahui adanya ruptura uretra.
32
(3) pada pemeriksaan colok dubur didapatkan adanya floating prostate (prostat
melayang) di dalam suatu hematom.
(4) pada pemeriksaan uretrografi retrograd rnungkin terdapat elongasi uretra
atau ekstravasasi kontras pada pars prostato-membranasea.
33
kambuh kembali, striktura ini biasanya tidak memerlukan tindakan
uretroplasti ulangan.
Pada straddle injury yang parah, jika terjadi ruptur uretra beserta korpus
spongiosum, darah dan urine keluar dan uretra tetapi masih terbatas pada
fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis.
Namun jika fasia Buck ikut robek, ekstravasasi urine dan darah hanya
dibatasi oleh fasia Colles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau
ke dinding abdomen. Oleh karena itu robekan ini memberikan gambaran
seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematorna atau hematoma
kupu-kupu.Kontusio uretra merupakan tanda dari trauma benturan tanpa
gangguan uretra. Hematoma perinela biasanya dapat diatasi tanpa
komplikasi.
34
Pemeriksaan urerografi pada kontusio uretra tidak menunjukkan adanya
ekstravasasi kontras, sedangkan pada ruptur uretra menunjukkan adanya
ekstravasasi kontras di pars bulbosa.
Tidak jarang ruptur uretra anterior disertai dengan ekstravasasi urine dan
hematom yang Iuas sehingga diperlukan debridement dan insisi hematoma
untuk mencegah infeksi. Reparasi uretra dilakukan setelah luka menjadi
lebih baik.
Perdarahan yang hebat dari corpus spongiosum dapat timbul dalam perineum
melalui meatus uretral. Peningkatan tekanan pada perineum diatas letak luka
biasanya dapat mengatur perdarahan. Jika perdarahan tidak dapat
dikendalikan, diperlukan operasi segera. Komplikasi ekstravasasi urinari
terutama dapat menyebabkan sepsis dan infeksi. Debridement cepat dan
drainase sangat diperlukan jika terjadi infeksi.
35
Striktur uretra merupakan komplikasi yang umum terjadi. Hal ini dapat
menyebabkan impotensi akibat kerusakan arteri dan saraf. Tetapi pada
sebagian besar kasus tidak memerlukan tindakan bedah. Namun jika terjadi
striktur, aliran urine akan terhambat sehingga memungkinkan terjadinya
infeksi dan fistula, jika ini terjadi maka diperlukan tindakan perbaikan.
DAFTAR RUJUKAN
36
15. Chemotherapeutic Drugs in Bertram G Katzung : Basic and Clinical
Pharmacology 9th ed 2004: 733-791
16. Antimicrobal Agents. General Considerations In Goodman&Gilman’s :
The Pharmocologycal Basis of Therapeutics 10th ed 2001 1143-1170
17. Adrenocorticosteroids In Bertram G Katzung: Basic AND Clinical
Pharmakology 9 th ed 2004 641-654
18. Gandasoebrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. s.l.: Dian
Rakyat
19. Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11. Penerjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
20. Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum
21. Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
FKUI
22. Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
Edisi 2. Jakarta: EGC
37