PENYULUHAN EDISI 3
Kontributor :
Editor :
Samarinda, 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Demonstrasi
Postest
Aristoteles menulis retorika (kepandaian berbicara) yang menyatakan terdapat tiga poin utama
sebagai dasar dalama berbicara adalah topik yang dibicarakan, siapa yang diajak bicara dan menyusun
menurut urutan awal, tengah, dan akhir.
A. Rule of three : Awal (pembuka) – Tengah (isi) – Akhir (penutup)
1. Waktunya: jam, hari, tanggal, bulan, tahun. Berapa lama waktu disediakan (durasi)
2. Apakah waktu pelaksanaanya sama dengan waktu peringatan keagamaan (jumat, minggu, peringatan
hari suci). Kecuali pertemuan yang ada kaitannya dengan peringatan hari keagamaan. Jua apakah
waktunya sama dengan peringatan hari-hari Nasional (17 Agustus dan lain-lain)
3. Apakah waktu pertemuan sama dengan hari sibuk lain, liburan sekolah, ujian sekolah
4. Waktu pertemuan apakah termasuk “tanggal muda” atau “tanggal tua” (adakalanya disesuaikan
dengan penerimaan gaji/upah)
B. Analisis Audiens
Audiens adalah objek kita, tetapi juga merupakan subyek yang harus menafsirkan gagasan-gagasan
yang kita sampaikan. Audiens adalah sejumlah orang yang dalam kesempatan tertentu akan
berkomunikasi dengan kita. Maka sewajarnyalah kita mengenal tentang apa dan siapa mereka.
Dengan mengenal siapa mereka, akan memudahkan kelancaran berkomunikasi dengan mereka.
Audiens dapat dibedakan dengan mengenal hal-hal umum dan yang khusus dari mereka.
Hal-hal umum meliputi :
1. Jumlah. Hal ini berhubungan dengan setting ruangan, terutama masalah penyediaan alat bantu
audio visual (presentasi, manekin, dan lain sebagainnya) dan juga kenyamanan ruangan (kipas
angin, penyejuk ruangan)
2. Usia. Berbicara mengenai usia, Apakah anda berbicara dengan anak anak atau orang tua, atau
para lansia dengan keterbatasan mereka.
3. Jenis Kelamin. Terdapat perbedaan pendekatan untuk memulai suatu penyuluhan antara
kelompok pria dan wanita.
3. Pekerjaan. Kaitkan apa yang anda bicarakan dengan pekerjaan mereka.
4. Pendidikan. Bedakan berhadapan dengan para ilmuan dengan murid SMU
5. Agama, adat dan budaya. Sebagai public speaker, lebih awal mengetahui siapa saja mereka.
Apakah perlu diberi salam atau cukup disapa,misalnya selamat pagi atau selamat datang bapak/ibu
pada pertemuan pagi ini dan seterusnya. Di negara kita yang beragam adat dan budya, tegur sapa
kepada publik lebih diutamakan. Bukan berbicara langsung kepada masalah. Apalagi yang hadir adalah
toko-tokoh adat atau masyarakat yang disegani masyarakat.
Mengetahui hal-hal umum agar kita mengetahui secara nyata mengenai publik dalam usaha memilih
bahan dan menyeleksinya dalam upaya menyusun bahan pembicaraan nanti.
Hal-hal khusus meliputi :
1. Apa motivasi publik hadir dalam pertemuan itu? Apakah karena kesadaran sendiri atau terpaksa ?
Apa yang diharapkan atau tidak diharapkan publik dari pertemua itu ?
2. Seberapa jauh tingkat pengetahuan pendengar tentang topik yang akan dibicarakan? Kita
upayakan menyampaikan gagasan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka, tidak terlalu
tinggi juga terlalu rendah.
3. Bagaimana sikap publik terhadap topik dan terhadap pribadi kita sebagai pembicara? Sungguh
membahagiakan jika berhadapan dengan publik yang mempunyai sifat positif terhadap topik dan
pribadi kita.
4. MENYUSUN SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
SAP adalah panduan bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan, sehingga perlu disusun
sebelum dilaksanakan penyuluhan. Tujuan SAP adalah sebagai pola supaya dalam pelaksanaan penyuluhan
sesuai dengan topik serta kebutuhan audiens, dari awal hingga akhir pelaksanaan. Meminimalisir penyuluh
melakukan atau menyampaikan hal-hal yang tidak menjadi tujuan penyuluhan, sehingga pelaksanaan bisa
efektif dan efisien.
Komponen SAP terdiri dari :
· Pokok bahasan, topik, audien, waktu dan tempat penyuluhan
· Ini SAP :
I. Latar Belakang
II. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
III. Kegiatan Penyuluhan
IV. Sarana Penunjang
V. Evaluasi
Contoh penulisan SAP bisa dilihat pada lampiran
5. PENYAJIAN PENYULUHAN
Setiap orang yang tampil dan berbicara di depan umum bertujuan untuk menyampaikan pesan. Kebayakan
pesan yang akan disuguhkan bukan keinginan dari si pembicara tetapi didorong oleh permintaan tuan
rumah atau panitia penyelenggara dari suatu kegiatan, atau seorang yang ingin kegiatannya diketahui oleh
undangan yang hadir. Permintaan berbicara di depan umum tergantung pada pesanan mendadak atau jauh
sebelumnya melalui surat pemberitahuan.
Berkaitan dengan berbicara di depan umum ini, ada beberapa metode yang harus diketahui setiap
pembicara, namun metode itu memiliki kekuatan dan kelemahan.
Metode yang dimaksud adalah metode naskah (manuskrip), hafalan (memoriter), metode spontanitas
(impromtu) dan metode menjabarkan kerangka (ekstemporer).
Membuka penyuluhan adalah bagian yang penting dan menentukan. Tujuan utama membuka penyuluhan
ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan yang
baik mengenai komonikator. Komunikator harus memulai pembicaraanya dengan penuh kesungguhan,
sehingga ia kelihatan mantap, berwibawa dan mampu. Ucapan-ucapan meminta maaf atau sikap
merendahkan diri semua dihindari ataupun anda menepuk dada dan menyombongkan diri.
Langkah yang ditempuh menjelang membuka penyuluhan :
Cara tampil
Semua pendengar yang duduk di belakang maupun di depan dan yang berada disamping kiri maupun
kanan semua memerhatikan pembicara. Pendengar yang duduk di tempat agak jauh kadang-kadang perlu
berdiri supaya bisa melihat pembicara.
Semua yang ada pada pembicara diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai cara berjalan
menuju podium. Bahkan cara berdiri tak luput dari pengamatan pendengar. Beberapa cara penampilan
pembicara yang perlu disadari setiap berbicara :
1. Cara Berpakaian
Berpakaian rapi, jenis pakaian harus sesuai dengan tempat, waktu, jenis acara. Penyuluhan siang,
malam, di sekolah, di tempat ibadah, semuanya memerlukan penyesuaian.
Sebelum berangkat ke tempat penyuluhan, pembicara harus berusaha mencari tahu bagaimana situasi
pertemuan yang akan dihadapinya supaya menyesuaikan pakaian yang digunakan.
2. Cara Berdiri
Setelah dipersilahkan oleh pemandu acara, pembicara mulai berjalan ke mimbar/podium dengan
penuh percaya diri dan tidak tergesa-gesa. Berikan senyuman jika memang sudah menjadi pembawaan
anda. Upayakan membuat kontak mata dengan semua audiens, secara merata, baik yang berada di
sebelah kiri maupun kanan. Berdiri harus tegak, jangan condong ke kiri, ke kanan dan muka, atau ke
belakang. Berat badan harus ditopang oleh ke dua kaki dan tangan. Tangan dibiarkan menggelantung,
tetapi jangan seperti orang yang siap berbaris, juga jangan seperti orang yang beristirahat di tempat.
3. Cara memegang mikrofon
Penggunaan sarana alat bantu perlu diperhatikan :
a. Mikrofon yang sudah ada standarnya jangan dipegang. Selain menimbulkan bunyi
mendegung, juga mengesankan pendengar tidak tenang. Kalau hanya untuk mengatur posisi
atau untuk menyakinkan apakah mikrofon sudah on, mikrofon boleh disentuh. Tindakan ini
dilakukan sebelum berbicara, mikrofon tidak perlu disentuh lagi.
b. Mikrofon yang tidak ada standarnya. Cara memegangnya wajar saja, kabelnya jangan
dimainkan dan jangan dipakai bergaya seperti penyanyi di panggung.
c. Jarak antara mikrofon dan mulut idealnya 20 cm. Jarak yang terlalu dekat mengakibatkan
suara tidak terlalu jernih dan pembicara akan terpengaruh untuk berbisik dengan pembicaraan
lain.
Setelah mengetahui sikap-sikap yang harus dilakukan pembicara sebelum memulai berbicara di depan
audiens, yakni langkah-langkah yang ditempuh seperti yang diuraikan diatas tadi, kemudian anda
memasuki arena berbicara.
Bagaimana cara membuka penyuluhan? Awal anda berbicara amat tergantung kepada topik, tujuan,
situasi khalayak dan hubungan anda sebagai komunikator dengan komonikan. Memulai berkomunikasi
saat anda mulai memberi salam atau sapaan.
Membuka dangan kata salam (assalamualaikumwarhmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita
semua) adalah lazim digunakan. Baru disusul dengan kata sapaan (selamat datang, selamat pagi/siang,
dan seterusnya).
Ada yang menyebut dahulu kalimat sapaan, baru disusul dengan pemberian salam, kedua-duanya dapat
digunakan, disesuaikan dengan situasi pada saat anda berkomunikasi dengan komunikan.
Beberapa pedoman membuka penyuluhan disesuaikan dengan topik, tujuan dan situasi audiens,
diantaranya:
1. Salam
2. Menyebutkan pokok bahasan
Cara ini biasanya dilakukan apabila topik adalah pusat perhatian. Misalnya penyakit: demam
berdarah, atau flu burung
3. Memperkenalkan diri. Biasanya dilakuakn oleh pembicara yang memasuki lingkungan baru
4. Mengantarkan topik, misalnya dengan:
a. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati, atau dari pengalaman penyaji.
b. Memberikan pujian atau prestasi, misal keberhasilan Desa Siaga di tempat tersebut
c. Menghubungkan dengan suasana emosi yang sedang meliputi khalayak, misal adanya
kejadian campak di wilayah tersebut.
d. Menyampaikan gambaran umum, pembicara hanya menyempaikan persoalan umum berkaitan
dengan isi penyuluhan
e. Menyebutkan fakta pendengar, cara ini tidak begitu sulit karena pembicara hanya membaca
keadaan pendengar, terutama keadaan yang baik-baik, mulai dari penampilan, pakaian,
kehadiran, semangat sampai pada sorot mata.
f. Menyebutkan contoh nyata, peristiwa yang berhubungan dengan isi penyuluhan dapat
dimanfaatkan untuk membuka penyuluhan.
g. Menunjukkan benda peraga, menunjukkan benda atau masalah yang ada hubungannya dengan
penyuluhan.
Demikian beberapa pedoman tentang bagaimana membuka penyuluhan. Pemilihan kata yang tepat akan
mendukung penyuluhan anda berhasil. Usahakan memilih cara mebuka penyuluhan yang disesuaikan
dengan isi penyuluhan yang akan dikemukakan. Usahakan menarik, singkat dan jelas.
7. ISI PENYULUHAN
Penyuluhan informatif
Tujuan untuk menyampaikan informasi, agar audiens diharapkan mengetahui, mengerti dan menerima
informasi itu. Jenis penyuluhan ini merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Karena secara
keseluruhan penyuluhan informatif harus jelas, logis dan sistematis.
Penyusunan pesan. Menurut teori Monroe, yang diungkapkan Jalaluddin Rakhmat (2000), penyuluhan
informatif mempunyai 3 tahap sebagai berikut :
1. Tahap perhatian : ada 4 hal yang harus diperhatikan : menarik perhatian; menunjukkan topik;
menggabungkan topik dengan pendengar dengan kredebiltas dan menjelaskan susunan
pembicaraan (semacam daftar acara, outline).
2. Tahap Kebutuhan : ada 4 cara yaitu, pernyataan bagaimana audiens lebih banyak tahu tentang pokok
bahasan; ilustrasi-berikan beberapa contoh menonjil kebutuhan pendengar; peneguhan-sajikan fakta,
angka, dan kutipan tambahan untuk lebih menyakinkan pendengar, penunjukan-pokok pembicaraan
berkaitan dengan kepentingan, kesejahteraan dan keberhasilan khalayak.
3. Tahap Pemuasan. Anda menyampaikan informasi itu sendiri. Misalnya, menjelaskan keterampilan
penyuluhan. Tahap ini dibagi dalam 3 bagian: Ikhtisar pendahuluan-anda menyebutkan pokok-pokok
pembicaraan satu demi satu. Tujuaanya adalah mebantu khalayak memperoleh gambaran menyeluruh
tentang isi pembicaraan kita. Contoh :
“ Ada tiga hal yang akan kita bicarakan …..”
“ Kita akan membahas empat fungsi keluarga: reproduktif, ekonomis reakreatif …”
Dan anda harus konsisten mengikuti urutan yang disebutkan diatas. Informasi terinci-pokok-pokok
pembicaraan yang dibicarakan akan dijelaskan satu persatu. Semuanya disusun logis dan sistematsis.
Ihktisar akhir-mengulang lagi pokok-pokok yang penting, kemudian mengambil kesimpulan.
Penyuluhan Persuasif
Berapa teknik-teknik persuasif dilihat dari khalayaknya :
1. Ada khalayak tak sadar adanya masalah, kita gunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Tahap perhatian. Khalayak dibangkitkan minatnya, dikemukakan fakta dan angka yang mengejutkan
mereka. Misalnya: DKI jakarta sampai saat ini (2006) dinyatakan masih belum bebas demam
berdarah.
Tahap kebutuhan. Sajikan sejumlah fakta, angka dan kutipan yang ditunjukkan untuk memperlihatkan
bahwa memang ada masalah. Sebutkan dengan khusus bagaimana situasi yang mempengaruhi
ketentraman, kebahagiaan atau kesejahteraan pendengar. Misalnya sejumlah fakta terungkapnya
adanya pabrik-pabrik pembuatan narkoba. Pihak kepolisian langsung menutup pabrik itu dan orang-
orang yang terlibat segera ditahan untuk diminta penjelasan.
Tahap pemuasan, visualisasi dan tindakan. Dalam pengembangan tahap-tahap itu, gunakanlah
kesempatan yang ada untuk meperkenalakn bahan-bahan yang lebih faktual untuk menegaskan
masalah. Sebutkan kembali bahan-bahan yang lebih faktual tersebut saat membuka ikhtisar akhir
sekaligus mengimbau mereka mereka untuk menyakini dan mengikutinya.
2. Khalayak apatis (masa bodoh). Berebeda bagi mereka yang tidak sadar dengan adanya masalah, tahap
ini mengantisipasi khalayak yang mengetahui masalahnya, tapi mereka tidak peduli, karena merasa
bukan urusannya. Pembicara harus menyakinkan bahwa masalah yang mereka ketahui, akam
memengaruhi mereka, misalnya pentingnya memerhatikan kebersihan lingkungan.
Lakukan secara bertahap:
Tahap pertama. Singkirkan sikap yang apatis dengan beberapa hala yang berkaitan dengan
kepentingan pendengar. Misalnya jika kebersihan lingkungan tidak diperhatikan, akan menimbulkan
berbagai penyakit. Gunakan ungkapan-ungkapan hidup untuk menundukkan bagaimana kesehatan,
kebahagiaan, ketentraman dan kesempatan untuk maju.
Tahap kebutuhan. Apabila sudah timbul perhatian, lanjutkan dengan pertanyaan bagaimana masalah
tersebut memengaruhi setiap orang yang hadir.
Usahakan menanyakan masalah dengan menunjukkan;
1. Efek secara langsung atau segera terhadap mereka;
2. Efek pada keluarga, sahabat, kepentingan bisnis, atau kelompok sosial profesional mereka
3. Kemungkinan efek masa depan bagi anak-anak mereka.
Dalam menunjukkan efek itu gunakanlah bukti-bukti yang sekuat mungkin.
Tahap pemuasan. Tahap ini ditunjukkan terus menerus bahwa sikap apatis dalam masalah ini tidak
dapat dibenarkan
Tahap visualisasi dan tindakan. Dalam visualisasi, minta kepada mereka untuk mempelajari masalah
itu atau bertindak mengatasinya.
3. Khalayak yang tertarik tapi ragu. Sebagian khalayak tahu dan sadar adanya masalah, tetapi mereka
belum mengamb keputusan karena masih meragukan keyakinan yang aka diikuti atau tindakan yang
akan dijalankan. Contoh tadi masalah sampah yang dapat diolah menjadi kompos/pupuk no kimia.
Untuk meyakinkan khalayak, maka gunakan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap perhatian. Pusatkan perhatian pada hal yan fokus saja.
Tahap kebutuhan. Tinjaulah secara singkat latarbelakang timbulnya masalah. Hal ini dapat membantu
pendengar memahami situasi secara lebih jelas.
Buatlah kriteria atau pedoman yang harus dipenuhi dalam mengambil keputusan yang tepat.
Tahap pemuasan. Penyuluhan di sini dianggap penting, kemungkinan lebih panjang. Namun,
tunjukkan secara ringkas rencana tindakan yang harus dilakukan. Definisikan istilah-istilah yang
kabur agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Kemudian, tunjukkan usulan Anda yang dapat
diterima dibandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
Perkuat setiap pernyataan Anda dengan sejumlah fakta, angka, dan contoh.
Tahap visualisasi. Proyeksikan khalayak ke masa depan dengan melukiskan gambaran realitas dari
kondisi-kondisi yang dikehendaki bila orang menerima us ulan Anda atau mendukungnya atau
kerugian besar akan terjadi bila menolaknya.
Tahap tindakan. Buatlah ikhtisar singkat dari argumen-argumen penting dan imbauan yang
dikemukakan pada pembicaraan sebelumnya.
4. Khalayak yang bermasalah. Adakalanya khalayak sadar bahwa masalah yang harus diatasi, tetapi
mereka menentang usulan yang Anda ajukan. Pertentangan bisa terjadi karena takut akan akibat yang
tidak dikehendaki atau lebih menyukai alternatif lain daripada apa yang Anda tawarkan.
Bila tujuannya mengatasi keberatan yang diajukan khalayak, dan Anda mengupayakan agar khalayak
menerima gagasan yang diajukan, ikutilah urutan sebagai berikut:
1. Tahap perhatian. Khalayak tidak menyenangi usulan Anda, jalinlah persahabatan dengan
khalayak, usahakan Anda mengalah pada segi-segi tertentu dari pandangan pendengar.
Carilah kesamaan, dengan menegaskan pokok-pokok yang disepakati, perkedl perbedaan.
2. Usahakan agar mereka merasa bahwa Anda secara tulus ingin mencapai hasH yang juga
mereka inginkan.
3. Tahap kebutuhan. Kembangkan tahap ini seperti menghadapi khalayak yang masih ragu.
4. Tahap visualisasi dan tindakan. Pendengar sudah pada posisi tertarik walau ada yang masih
ragu.
5. Pengembangan penyuluhan hendaknya banyak memberi tekanan pada visualisasi atau
keuntungan
8. MENUTUP PENYULUHAN
Akhiri penyuluhan dengan merangkum atau menyimpulkan hal hal penting yang bisa diingat oleh audiens.
Bahkan kalau bisa anda rangkum dalam sebuah “take home message” yang dapat diingat dengan mudah
oleh audiens. Anda juga bisa memberikan sesi tanya jawab pada fase penutup. Namun pada akhirnya tutup
dengan salam.
PRINSIP-PRINSIP BERBICARA KEPADA PUBLIK
Semua orang dapat berkomunikasi kepada umum dengan baik bila mereka mengetahui dan mempraktikkan
tiga prinsip penyampaian kepada publik sebagai berikut:
1. Kontak. Pelihara kontak visual dan kontak emosi dengan khalayak.
2. Olah Vokal. Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara Anda memberikan makna
yang lebih kaya.
3. Olah Visual. Berbicara dengan seluruh kepribadian, dengan wajah, tangan dan seluruh tubuh.
Kontak mata dan kontak emosi
Pandanglah para pendengar. Sebagian pakar komunikasi menyebutnya “rapport” hubungan erat dengan
pendengar.
Menurut Eugene Ehrlich & Gene Rhawes, ada tiga cara praktik dalam menggunakan kontak mata (dapat
dipantau kontak batin) sebagai berikut:
1. Pandanglah tepat pada matanya.
2. Kontak mata dengan sekelompok orang, membuat mereka merasa sungguh-sungguh diperhatikan oleh
pembicara.
Untuk satu pendengar, adakan kontak khusus dengan satu kalimat utuh, jangan sampai terbagi. Begitu
selesai kalimat, beralihlah kepada pendengar lain dengan kontak mata khusus. Bagaimana jika
pendengarnya ribuan, pembicara akan berpaling ke kanan dan ke kiri. Gerakan kepala dan mata si
pembicara inilah yang menyebabkan hadirin merasa pembicara memandang tepat pada mata mereka.
3. Berbicara lewat mata. Bila ingin menyampaikan sesuatu yang hangat, biarlah mata kita yang
menunjukkan kehangatan itu. Perasaan atau emosi apa pun yang akan disampaikan, dukunglah
penyampaian itu dengan bantuan mata, sehingga pendengar lebih percaya.
Kemampuan suara
Suara paling tidak menyuarakan kecemasan. Dan kecemasan itu menggema kembali ke telinga
pembicara yang kemudian menambah getaran kecemasan pada suara berikutnya.
Berbicara terlalu cepat
Berbicara terlalu cepat, adakalanya melupakan makna katakata yang diucapkan. Akibatnya khalayak
tidak tahu apa yang Anda ucapkan atau tidak terjadi komunikasi.
Bernapas dengan baik
Bersikap tegak, tapi jangan kaku atau tegang. Tahan perut, saat berbicara. Tindakan ini 90 persen
benar. Supaya sempurna, sebaiknya mengambil napas pada selang-selang kalimat yang
memungkinkan berbuat untuk itu. Dengan menahan perut sejenak dan tetap mempertahankan posisi
tegak yang tidak tenang, maka diafragma, tulang-tulang rusuk dan paru-paru mempunyai waktu yang
cukup buat menyiapkan diri, melakukan : tugasnya secara tepat waktu tanpa harus ada reneana
terlebih dahulu.
I. Latar Belakang
Penyakit gigi merupakan kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi, hal ini tergantung
pada saat terjadinya gangguan yang dihubungkan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi
yang sedang berlangsung. Penyakit gigi dan mulut akan berdampak pada proses tumbuh kembang
anak. Anak-anak yang terkena penyakit gigi dan mulut akan rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada
gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka
pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar. Anak pun akan enggan beraktivitas
fisik. Anak-anak yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami
kerusakan yang amat parah, sering bengkak, gigi lubang yang sangat besar sekali bahkan anak yang
sudah ada yang ompong giginya. Proses tersebut terjadi karena beberapa faktor penyebab utama.
Pertama, kuman yang ada di dalam gigi. Kuman ini sebenarnya secara normal ada dan diperlukan di
rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi
penyebab terjadinya lubang gigi. Kedua, sisa makanan terutama karbohidrat seperti gula, roti atau
makanan lemak lainnya yang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat
diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang gigi. Ketiga,
gigi dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk dibersihkan secara sempurna
dapat mempercepat proses lubang gigi. Keempat, gigi bisa rusak bila dipakai untuk menggigit benda-
benda yang keras (membuka tutup botol, dan sebagainya). (A. Udiyanto BA). Oleh karena
itu, penting sekali membekali pengetahuan bagi anak-anak untuk memahami tentang ruang lingkup
bahkan informasi lainnya mengenai penyakit gigi. Maka dari itu, akan diadakannya promosi
kesehatan ataupun pendidikan kesehatan bagi anak-anak pada umumnya dan penderita pada
khususnya untuk mengembangkan pola pikir mengenai kesehatan khususnya mengenai
penyakit gigi agar penyakit gigi bisa dicegah ataupun diatasi.
II. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan audiens/anak sekolah dapat mengerti dan
memahami tentang penyakit gigi.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini audiens/anak sekolah dapat : 1. Menjelaskan pengertian
gigi dengan bahasa sederhana. 2. Menjelaskan bagian-bagian dari gigi. 3. Menjelaskan pengertian
penyakit gigi dengan bahasa sederhana. 4. Menjelaskanfaktor-faktor penyebab dari penyakit
gigi. 5. Memahami dan menjelaskantanda dan gejala dari penyakit gigi. 6. Memahami klasifikasi dari
penyakit gigi. 7. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pencegahan terhadap penyakit
gigi. 8. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara perawatan dan pengobatan terhadap penyakit
gigi.
Contoh SAP
b. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan :
a. Survey karakter dan lokasi sasaran.
b. Koordinasi dengan pihak sekolah.
c. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Pelaksanaan :
No
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Audiens
Waktu
1 Tahap Pembukaan
1.1 Moderator membuka acara dan memberi salam.
1.2 Perkenalan. Menjawab salam dan mendengarkan. Mendengar dan memperhatikan.
2 Tahap Apersepsi
2.1 Menanyakan pengetahuan audienstentang penyakit gigi meliputi pengertian, penyebab,
serta tanda dan gejala. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan.
3 Tahap Informasi
3.1 Memberikan informasi tentang topik yang akan disampaikan.
3.2 Menjelaskan tujuan penyuluhan. Mendengar dan memperhatikan. Mendengar dan
memperhatikan.
4 Tahap Penyuluhan
4.1 Menjelaskan gigi Klasifikasi dari penyakit gigi.
4.2 Memperagakan cara menggosok gigi dengan benar.
4.3 Memberi kesempatan kepada audiens untuk memperagakan cara menggosok gigi
dengan benar.
4.4 Memperagakan cara berkumur-kumur dengan benar.
4.5 Memberi kesempatan kepada audiens untuk memperagakan cara berkumur-kumur
dengan benar.
4.6 Memberikan reinforsement positif.
4.7 Memberikan kesempatan bertanya. Mendengar dan memperhatikan. Mendengar dan
memperhatikan.
5 Tahap Penutup
5.1 Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis untuk mengevaluasi tingkat
pemahaman anak sekolah tentang materi yang telah diberikan.
5.2 Penyaji menyimpulkan materi tentang penyakit gigi.
5.3 Penyaji mengarahkan tindak lanjut.
5.4 Moderator menutup acara dan mengucapkan salam.
Contoh SAP
· Menjawab pertanyaan.
· Mendengar dan memperhatikan.
· Mendengar dan menjawab salam.
V. Evaluasi
1. Struktur, meliputi :
a. Ruang kondusif untuk kegiatan.
b. Peralatan memadai dan berfungsi.
c. Media dan materi tersedia dan memadai.
d. SDM memadai.
2. Proses, meliputi :
a. Ketepatan waktu pelaksanaan.
b. Peran serta aktif audiens/anak sekolah.
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan.
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.
3. Hasil Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. Tes lisan
a). Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada audiens tentang
materi penyuluhan yang akan dijelaskan.
b). Bila audiens dapat menjawab 60% dari pertanyaan yang diajukan, maka dikategorikan
pengetahuan baik.
b. Tes tertulis Penyuluh menyebarkan Quesioner sebanyak 7 pertanyaan, jawaban benar ≥ 4
atau dengan nilai/score 57% penyuluhan dinyatakan berhasil.
Daftar Pustaka
Aesculapius Moestopo. 1982. Pemeliharaan Gigi Dimulai Sejak Dari Kandungan Sang Ibu. Jakarta
Besford, John. 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk Bagi Orang Tua, Edisi 2. Jakarta: Arcan
Graff, JA., Elder, JP., Booth,EM. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku
Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Lloyd M, Bor, R., 2004. Communication Skills for Medicine Second Edition Churchill Livingstone. p:
106 -119
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid I. Jakarta : Media
Nama :
NIM :
KLP :
Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
TAHAP PERSIAPAN
1 Menyiapkan SAP (Satuan Acara Penyuluhan) dengan tepat
2 Mengenakan pakaian pantas dan sopan
3 Cara berdiri: kontak mata, posisi tegak
Bahasa non verbal (ramah dan komunikatif)
TAHAP PENYULUHAN
PEMBUKAAN
4 Membuka penyuluhan dengan suara yang terdengar jelas dan tidak
terganggu dengan suara lain di belakang
5 Menyampaikan salam pembuka dan ice breaking
6 Memperkenalkan diri
7 Mengantarkan topik
Menyampaikan tujuan, manfaat dan gambaran umum penyuluhan
(sesuai dengan SAP)
INTI
8 Tahap perhatian: membangkitkan minat, perhatian, menyajikan outline
9 Tahap kebutuhan: menunjukkan bahwa yang disajikan sesuai dengan
kebutuhan audiens
10 Tahap pemuasan: menjawab atas kebutuhan dari audiensi dengan
menyajikan inti dari penyuluhan
11 Tahap visualisasi dan tindakan (khusus penyuluhan persuasif):
mengajak audiensi melakukan sesuatu
13 Tahap diskusi. Memberi peluang diskusi (tanya-jawab) dan menjawab
pertanyaan
PENUTUPAN
14 Take home message
Melakukan review poin poin penting yang berhasil ditangkap oleh
audience
15 Memberikan Salam
KESESUAIAN SAP
16 Pelaksaan penyuluhan sesuai dengan SAP yang disusun
KETERANGAN :
0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan namun kurang tepat
2: Dilakukan dengan tepat/benar
Feedback/evaluasi instruktur :