Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN

KOMUNIKASI
DASAR

Tim Penyususn :

Dr. Abdul Mu’ti, M.Kes


Dr. Yudanti Riastiti, M.Kes
Dr. Sri Hastati, M.Kes
Dr. Marwan, M.Kes
Dr. Nathaniel Tandirogang, M.Si
Dr. Yadi, M.Si
Dr. Yuliana R., M.Kes.
Dr. David H. Masjhoer, Sp.OT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang
dibagi kepada orang lain. Berkomunikasi berarti membantu menyampaikan pesan untuk
kemudian diketahui dan dipahami bersama. Pesan dalam komunikasi digunakan dalam
memilih dan pengambilan keputusan.
Melalui pelaksanaan keterampilan medik ini, mahasiswa diharapkan mampu
memposisikan diri dalam hubungan dokter-pasien menggunakan pola hubungan pada
wawancara mendalam dalam suasana yang khusus.
Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
panduan dan pelaksanaan keterampilan medik komunikasi dasar. Semoga panduan ini dapat
membantu proses belajar dan penguasaan kompetensi mahasiswa Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.

Samarinda, 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
I. PENDAHULUAN dan PEMETAAN........................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI.................................................................................................... 7
III. ALAT dan BAHAN....................................................................................................... 21
IV. TAHAPAN KERJA....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 22
LAMPIRAN
CHECK LIST KOMUNIKASI DASAR
SKENARIO UNTUK LATIHAN

3
I. PENDAHULUAN
PEMETAAN

KETERAMPILAN MEDIK

1. Komunikasi Dasar :
Perkenalan, Klarifikasi Dan
Pendengar Aktif
Nama kegiatan pembelajaran 2.Komunikasi Dasar :
Anamnesis Identitas dan Latar Belakang
Pasien Serta Merespon Keadaan Pasien

Jadwal Pelaksanaan 1. Pembelajaran :


- Kamis
- Pkl. 08.00-10.30 WITA

Penanggung Jawab dan Instruktur


Tujuan Pembelajaran 1. Komunikasi Dasar :
Perkenalan, Klarifikasi dan Pendengar Aktif
Mahasiswa mampu:
1 Membina sambung rasa
2 Memiliki penampilan pewawancara yang
baik seperti layaknya dokter dan pasien
3 Membina hubungan dokter-pasien yang
sewajarnya, dengan cara:
1) Melakukan sambung rasa dengan
mengucapkan salam
2) Bersikap ramah, sopan dan
mempersilahkan duduk
3) Menjaga suasana serius tapi rileks
4) Berbicara dengan lafal yang jelas
5) Menggunakan bahasa yang dapat
dipahami
6) Menjadi pendengar yang baik
7) Mencatat hasil wawancara
8) Melakukan umpan balik
9) Wawancara tidak berkesan

4
menyelidiki atau interogasi
10) Menutup wawancara dengan
pengucapkan salam
2. Komunikasi Dasar :
Anamnesis Identitas dan Latar Belakang
Pasien Serta Merespon Keadaan Pasien
Mahasiswa mampu:
1. Mengucapkan salam pembuka di awal
dan penutup di akhir;
2. Bersikap ramah, sopan dan
mempesilahkan duduk;
3. Menjaga suasana serius tapi rileks;
4. Berbicara dengan lafal yang jelas;
5. Menggunakan bahasa yang dapat
dipahami;
6. Memperkenalkan diri pada pasien;
7. Menggali identitas lengkap pasien;
8. Menggali latar belakang pasien;
9. Melakukan umpan balik;
10. Wawancara tidak berkesan menyelidik
atau interogasi;
11. Meresume dari semua data yang
diperoleh dari anamnesis;
12. Menutup wawancara dengan
mengucapkan salam.
Metode Pembelajaran Pretest

Pengarahan dan pengantar

Demonstrasi

Self practice dengan bimbingan

Feed back dan evaluasi

Tata Tertib Kegiatan 1. Membaca buku panduan

5
keterampilan medik dan bahan
bacaan rujukan tentang keterampilan
yang akan dilakukan
2. Hadir tepat waktu dan tetap berada di
dalam ruangan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. TIDAK
ADA TOLERANSI
KETERLAMBATAN
3. Membawa log book, alat/bahan yang
diperlukan
4. Meminjam alat/panthom pada staf
keterampilan medik PSKG
5. Menyiapkan alat/bahan sesuai dengan
petunjuk pada buku panduan
6. Cek keadaan dan fungsi setiap
alat/panthom sebelum melakukan
kegiatan keterampilan medik
7. Memakai pakaian dan alas kaki
sesuai aturan institusi, dilengkapi
dengan jas praktikum warna putih
terkancing rapi dan tanda pengenal
8. Semua mahasiswa tidak
diperkenankan memakai perhiasan
pada saat trapmed berlangsung
9. Semua mahasiswa tidak
diperkenankan memanjangkan kuku
lebih dari 1 mm dan memakai
pewarnan kuku (kutex)
10. Bagi mahasiswa pria tidak
diperkenankan berambut panjang
sampai menyentuh kerah baju dan
bagi wanita yang berambut panjang
harus diikat
11. Bagi mahasiswa wanita, rambut tidak
boleh diwarnai
12. Mahasiswa wajib mengumpulkan tas
di tempat yang telah ditentukan
13. Mengumpulkan work plan kegiatan
sebelum pelaksanaan keterampilan
14. Mengikuti setiap tahap dengan tertib
dan melaksanakan kegiatan dibawah
bimbingan dan pengawasan instruktur
15. Tidak diperkenankan membawa
makanan atau air minum ke dalam

6
ruangan keterampilan medik
16. Tidak diperkenankan membawa HP
ke dalam ruang keterampilan medik
17. Setiap pengambilan bahan dan tahap
kegiatan/pekerjaan keterampilan
dalam self practice selalu ditunjukkan
kepada instruktur dan mendapat tanda
tangan
18. Hasil pekerjaan/self practice
dikumpulkan kepada instruktur di
akhir kegiatan
19. Diwajibkan merapikan kembali alat,
bahan dan ruangan setelah kegiatan
keterampilan medik
20. Segala tindakan pemalsuan,
ketidakjujuran dan pelanggaran
profesionalisme akan dikenakan
sanksi
21. Setiap kerusakan yang terjadi pada
alat dan panthom akibat kelalaian
mahasiswa/kelompok ditanggung
oleh mahasiswa yang
bersangkutan/kelompok

II. LANDASAN TEORI


KOMUNIKASI DASAR : PERKENALAN, KLARIFIKASI DAN PENDENGAR
AKTIF

7
1. Pengertian, Proses dan Media Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari pengirim ke
penerima dengan pengertian bersama dan seimbang (Luiser, 1993). Elemen utama dari
proses komunikasi adalah pengiriman pesan dengan pemahaman atau pengertian
seimbang. Bila seseorang tidak mengerti atau memahami arti pesan berarti komunikasi
tidak terjadi. Tujuan komunikasi sendiri terdiri dari beberapa hal, yaitu :
1 Untuk memberikan informasi
2 Mempengaruhi orang
3 Mengekspresikan perasaan
Komponen dasar komunikasi adalah pengirim, cara mengirim, pesan yang dikirimkan,
si penerima, cara penerima menerima pesan, saluran dan media untuk mengirimkan pesan
serta konteks yang terjadi pada saat pengiriman pesan disampaikan. Pengirim adalah orang
yang mempunyai inisiatif untuk melakukan komunikasi. Bila seseorang mempunyai
kebutuhan untuk komunikasi, mereka meng’encoding’ pesan. Encoding adalah proses
pengirim membawa pesannya dengan pemahaman penerima. Sementara itu pesan
didefinisikan sebagai bentuk fisik dari informasi ‘encode’. Penerima akan menerima pesan
dan di decode. Decoding adalah proses si penerima menterjemahkan pesan ke dalam
bentuk yang mempunyai arti. Sementara itu konteks adalah kondisi, suasana atau keadaan
pada saat pemberi dan penerima pesan saling berinteraksi. Media pengiriman pesan dapat
berupa :
1 Komunikasi oral yang terdiri dari komunikasi tatap muka, rapat/pertemuan, dan
presentasi
2 Komunikasi tertulis, dapat berupa surat, prngiriman email, leaflet, brosur dan lainnya
3 Komunikasi non verbal, yang berupa ekspresi wajah, gerakan dan posisi tubuh, cara
berbicara, penampilan, dan lainnya.
2. Dasar-dasar Komunikasi
1 Pembukaan Diri
Pembukaan diri berarti adalah mengenali diri sendiri dan mencoba untuk terbuka
dengan orang lain. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam pembukaan diri
adalah adanya informasi, pikiran, perasaan dan kebutuhan baik masa lalu maupun masa
depan, serta komunikasi di sini dan saat ini.
2 Mendengar

8
Mendengar, sesuatu yang sebetulnya sudah dapat dilakukan sejak manusia dilahirkan di
dunia. Hanya saja mendengarkan dengan baik adalah sesuatu yang sulit-sulit gampang,
Karena pada kenyataannya banyak yang merasa belum didengarkan.
Prinsip mendengarkan secara aktif :
 Penerimaan terhadap orang lain pada saat kita mendengar kita harus bisa
menerima siapa yang kita ajak bicara seperti apa adanya
 Menghargai perasaan orang lain
 Toleransi terhadap ‘keanehan’ orang lain meskipun orang yang kita ajak bicara
“cara berbicaranya aneh” kita tetap harus konsentrasi pada “isi pembicaraannya”
bukan pada “cara berbicaranya”
Beberapa cara agar dapat mendengar dengan aktif :
 Konsentrasi
 Lakukan kontak mata, bila belum berani menatap matanya, pandanglah titik
diantara dua alis
 Perlihatkan minat dengan sikap tubuh, sikap tubuh mendengar adalah sedikit
condong ke depan
 Rangsang lawan bicara untuk berbicara
 Tanyakan kejelasan bila ada yang belum jelas
 Jangan segan-segan menanyakan secara detail atau rinci, namun masih ada
relevansinya dengan topik
 Ringkas sesering mungkin pertanyaan lawan bicara
 Jaga emosi
 Jangan memburu-buru, atau bahkan sampai memperlihatkan kalau anda terburu-buru
(melihat jam, gelisah)
 Jeda (berhenti sejenak) diperlukan dalam suatu percakapan

3 Bertanya

9
Agar mendapatkan informasi yang akurat, cara bertanya secara benar dan efektif harus
dipelajari, sehingga betul-betul mendapatkan data yang diperlukan.
Tipe Pertanyaan
1) Pertanyaan Terbuka dan Tertutup
Pertanyaan terbuka akan mengundang orang lain untuk mengatakan dan
memverbalkan pandangan atau perasaannya. Pertanyaan terbuka akan memberikan
waktu dan kesempatan pada orang lain untuk mengatakan segala aspek yang
relevan. Pertanyaan tertutup kebalikannya
2) Pertanyaan Eksplorasi dan tidak
Yang dimaksud dengan pertanyaan eksplorasi adalah pertanyaan yang mendalam,
sehingga jawaban yang diberikan akan lebih mendalam.
4. Mengekspresikan
Dalam komunikasi ada empat hal yang dapat diekspresikan, yaitu:
- Observasi
- Pikiran
- Perasaan
- Keinginan
3. Komunikasi Lanjut
1. Bahasa Non-verbal
Di dalam komunikasi, pemahaman terhadap bahasa non-verbal akan mendukung
lancarkan komunikasi. Hampir tidak ada manusia di dunia yang berkomunikasi tanpa
menggunakan dukungan bahasa non-verbal justru menjembatani adanya hambatan
bahasa tersebut.
Fungsi bahasa non-verbal :
 Memberikan kualitas, sikap dan identitas
 Mendukung dan membantu bahasa verbal
 Mengganti bahasa verbal
 Membantu interpersonal
Penggunakan bahasa non-verbal :
 Bahasa non-verbal yang jelas tanpa didukung bahasa verbal
 Bahasa non-verbal yang digunakan untuk mendukung bahasa
 Bahasa non-verbal yang tidak selaras dengan bahasa verbal
Aspek-aspek bahasa non-verbal :

10
1) Cara bicara
a. Paralanguages
 Pitch (power dalam berbicara)
 Artikulasi
 Ritme berbicara
 Aksen (penekanan pada suku kata tertentu)
 Kata-kata tambahan (begitu, seperti anda ketahui)
 Volume (keras lemahnya)
 Jenis suara (besar, kecil)
 Penggunaan bahasa (dialek)
 Penggunaan kosakata
b. Metamessage
Satu kalimat bisa mempunyai arti yang berbeda-beda, tergantung penekanan
pengucapannya. Dapat pula perbedaan arti kalimat karena perbedaan salah satu
kata.
2) Penampilan
 Karakteristik fisik
 Penampilan
3) Postur tubuh dan gerakan
 Cara berjalan
 Cara duduk
4) Gerakan tubuh
 Gerakan Ekspresif
Merupakan gerakan yang memperkuat bahasa verbal
 Gerakan Representative
Gerakan yang mewakili perasaan ataupun memaknai bahasa verbal yang
diucapkan

5) Ekspresi wajah

11
Jarak Kedekatan
 Zona intim (0 – 0,5 m)
 Zona personal (0,5 – 1,5 m)
 Zona sosial (1,5 – 3 m)
 Zona publik (3 m atau lebih)
2. Pemahaman Budaya dan Gender
Dalam melakukan komunikasi, pemahaman tentang budaya (dialek, cara berbicara
dan metamessage) serta gender diperlukan. Pada beberapa kebudayaan tertentu,
berkomunikasi dengan wanita berbeda dengan bila melakukannya terhadap laki-laki.
Sementara itu, pada suku atau negara tertentu, berbicara keras tetaplah dianggap
biasa, sedangkan untuk suku atau negara lainnya berbicara keras dianggap tidak
sopan.
Hambatan dalam Komunikasi
Hambatan-hambatan yang umum terjadi dalam komunikasi adalah :
 Fisiologis
Adanya kecacatan anggota badan akan dapat sedikit menghambat komunikasi.
 Psikologis
Prasangka yang ada sebelum komunikasi mengganggu jalannya komunikasi.
 Budaya
Setiap kelompok orang, atau organisasi mempunyai cirri khas budaya.
 Politik
Pesan tidak dapat disampaikan secara utuh karena ada ‘kerahasiaan’ yang harus
disimpan
 Ekonomi
Pesan terkadang tidak tersedia untuk masyarakat tertentu, atau masyarakat dengan
social ekonomi lemah merasa mempunyai jarak dalam melakukan komunikasi dengan
masyarakat ekonomi tinggi.
 Teknologi
Jalur komunikasi yang padat ataupun kegagalan karena alasan teknologi komunikasi.

12
Beberapa dimensi dalam perbedaan budaya yang menyebabkan hambatan dalam
komunikasi:
 Individu versus kolektif
 Komunikasi akan lebih lancer bila komunikasi dilakukan secara bersama-sama
daripada hanya dilakukan secara individu.
 Jarak kekuasaan
 Perbedaan jabatan atau strata dapat menyebabkan hambatan dalam komunikasi
 Penolakan yang tidak pasti
 Kadang-kadang seorang atasan menyampaikan pesan dalam situasi yang tidak tentu,
atau dapat pula dengan sengaja mengaburkan jawaban.
 Pencapaian versus hubungan
 Dalam komunikasi kadang setiap orang mempunyai tujuan tertentu, ada yang
tujuannya adalah pencapaian maksud dari komunikasi itu sendiri, sedangkan ada juga
yang melakukan komunikasi bermaksud untuk menjalin hubungan saja.
4. KOMUNIKASI TERAPETIK
Komunikasi terapeutik berarti adalah pengiriman pesan antara pengirim dan
penerima pesan dengan interaksi antara keduanya yang bertujuan untuk memberikan
pengobatan atau penyembuhan. Dalam konteks pelayanan kesehatan secara keseluruhan
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif dan
menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta membuat pengguna merasa nyaman
dan akhirnya puas.
Pengertian komunikasi terapeutik lainnya menyebutkan adanya saling
memberi dan menerima antara pasien dan petugas kesehatan di dalam :
 Dukungan
 Informasi dan mengkoreksi distorsi
 Umpan balik
 Harapan
 Arti ekspresi pasien
 Arti didengarkan dan dimengerti

13
Komunikasi terapetik merupakan teknik verbal dan non verbal yang
digunakan petugas kesehatan untuk memfokuskan pada kebutuhan pasien.
Adapun tujuan komunikasi terapetik adalah ;
 Menegakkan hubungan terapetik antara
petugas kesehatan dan pasien
 Identifikasi kebutuhan pasien yang penting
 Menilai persepsi pasien terhadap
masalahnya

Sedangkan komponen esensial dalam komunikasi terapetik adalah :


1. Kerahasiaan
Komunikasi yang dilakukan antara dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dengan
pasien atau sebaliknya.
2. Pembukaan diri
Pembukaan diri yang merupakan keterampilan dasar komunikasi merupakan hal yang
penting pada saat melakukan komunikasi terapetik, terutama pada awal dilakukan
komunikasi.
3. Privasi
Tempat dilakukannya komunikasi terapetik sebaiknya tempat yang nyaman, dan
menimbulkan perasaan ‘privat’.
4. Sentuhan
Pada beberapa pasien, sentuhan diperlukan. Sentuhan dapat berarti sentuhan fisik,
atau sentuhan personal
(menyebutkan nama pasien, mengingat hal-hal khusus tentang pasien tersebut).
5. Mendengarkan Aktif
Dengan mengikuti tips cara mendengarkan yang sudah diuraikan sebelumnya,
diharapkan dokter atau petugas kesehatan dapat mendengarkan secara aktif.
6. Melakukan Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan sambil melakukan komunikasi.

14
KOMUNIKASI DASAR : ANAMNESIS IDENTITAS dan LATAR BELAKANG PASIEN
SERTA MERESPON KEADAAN PASIEN

1. WAWANCARA DAN SAMBUNG RASA

Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh


dokter dalam tugasnya mengumpulkan informasi dari pasien atau keluarga pasien. Dengan
komunikasi yang dilakukan dengan cepat, sederhana, murah, dan efektif, akan diperoleh
informasi yang akurat.
Wawancara adalah tahap komunikasi yang harus diciptakan lebih dahulu, agar hal-hal
yang menghambat kelancaran proses komunikasi dapat dihindari. Dengan terciptanya
sambung rasa antara pewawancara dan pasien/keluarga pasien, maka pasien/keluarga
pasien akan merasa senang dan bebas menjawab pertanyaan yang diajukan pewawancara.
Pasien/keluarga pasien akan menjawab dengan lancar dan akurat, sehingga diperoleh
informasi yang sebenarnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pewawancara
untuk membina sambung rasa adalah:
1. Berpenampilan rapi dan bersih.
2. Pewawancara memberikan salam dan gunakan bahasa yang dimengerti
pasien/keluarga pasien.
3. Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien.
4. Memperlihatkan wajah ramah dan sikap sopan-santun.
5. Menunjukkan empati, dengan menjadi pembicara dan pendengar yang baik
6. Dapat menggunakan bahasa non-verbal.
7. Pada akhir percakapan, pewawancara mengucapkan terima kasih serta mengucapkan
salam.
Setelah tercipta sambung rasa antara pewawancara dan pasien/keluarga pasien, lalu
diadakan wawancara.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, seperti blanko isian/daftar pertanyaan, alat
tulis, dan sebagainya.
2. Mengajukan pertanyaan yang jelas, singkat, dan lugas, agar terhindar dari
kesalahpahaman.
3. Pada jawaban yang diragukan kebenarannya, dilakukan cross-check untuk
meyakinkan kebenaran jawaban.
4. Membuat catatan hasil wawancara dengan jelas dan sistematis.

15
2. ANAMNESIS
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan mengumpulkan data. Anamnesis dapat dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya, perawat pada pasiennya, petugas kesehatan lain terhadap pasien/klien, ataupun
psikolog terhadap kliennya. Anamnesis dapat dilakukan pada orang yang bersangkutan
(autoanamnesis) ataupun pada keluarga/teman dekat/orang yang mengetahui keadaan
pasien tersebut (hetero/autoanamnesis), dengan anamnesis dapat diketahui latar belakang
pasien sehingga dapat dilakukan pendekatan psikologis.
ANAMNESIS IDENTITAS DAN LATAR BELAKANG
Identitas pasien yang perlu dianamnesis adalah:
1. Nama lengkap
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pekerjaan
6. Tingkat Pendidikan
7. Suku Bangsa
8. Agama
Dan anamnesis data pribadi lain.
Nama Lengkap
Nama sangat penting agar menghindari tertukar dengan orang lain, terutama dalam
pencatatan (medical record). Melalui medical record, kita bisa melihat riwayat penyakit
yang pernah diderita pasien sebelumnya dan riwayat pengobatannya. Selain itu,
mengetahui nama bisa digunakan untuk membuat suasana anamnesis lebih akrab, yaitu
dengan memanggilnya dengan sebutan “Bu Anna”, atau “Pak Amin”, atau “Iwan”, dan
sebagainya.
Nama juga bisa menunjukkan kaitannya dengan suku atau agama tertentu. Nama
“Pasaribu” berkaitan dengan suku Batak, nama “Daeng” berkaitan dengan suku Makassar,
nama “Cut” biasanya adalah orang Aceh, nama “Joyohadikusumo” berkaitan dengan suku
Jawa, dan sebagainya. Nama “Nurul Hidayah” biasanya beragama Islam, Nama “Agnes
Kristina” biasanya beragama Kristen, nama “I Wayan Sukarsa” biasanya beragama Hindu,
dan sebagainya.

16
Umur
Umur pasien dapat dikategorikan dalam kelompok umur, misalnya kelompok umur
anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Kategori umur ini sebenarnya dapat menolong
dokter untuk dapat menyesuaikan diri untuk memilih cara komunikasi yang cocok dengan
pasien. Contoh: bila pasien anak, maka dokter harus tampil sebagai orang tua (seperti
orang tua dari anak), menggunakan cerita atau donggeng serta dengan bahasa yang
dimengerti oleh anak, tetapi bila pasien dewasa harus mengutamakan aspek rasional.
Selain untuk kelengkapan identitas, umur juga bisa digunakan untuk memikirkan
kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Ada penyakit yang cenderung mengenai bayi
baru lahir (neonatus), ada yang cenderung mengenai balita, ada yang cenderung mengenai
orang lanjut usia, dan sebagainya. Misalnya tetanus neonatorum adalah penyakit yang
hanya menyerang neonatus. Cacar air, difteri, campak cenderung mengenai anak-anak.
Hipertensi dan stroke atau penyakit degeneratif cenderung menyerang orang lanjut usia.
Jenis Kelamin
Pasien dapat dibagi dalam jenis kelamin pria dan wanita, pembagian ini membantu
kita untuk mempersiapkan wawancara yang sesuai dengan kebiasaan dari pria dan wanita.
Pada umumnya pria lebih suka dengan wawancara yang rasional, sedangkan lebih suka
yang emosional.
Selain untuk kelengkapan identitas, jenis kelamin dapat dikaitkan dengan penyakit
tertentu, misalnya penyakit-penyakit yang terkait seks (sex-linked). Penyakit yang
berkaitan dengan haid dan kehamilan hanya dapat diderita wanita. Kelainan pada prostat
dan testis hanya bisa diderita oleh pria.
Alamat
Selain untuk kelengkapan identitas, alamat bisa digunakan untuk menghubungi pasien
apabila ada yang harus dipastikan lebih lanjut. Alamat juga bisa dijadikan gambaran
tentang gambaran tentang kelas ekonomi penghuninya, kondisi lingkungan pasien, yang
berkaitan dengan higiene, sanitasi, dan kepadatan penduduk. Contohnya, tempat tinggal di
dekat daerah racun industri dapat menimbulkan penyakit bertahun-tahun kemudian,
sehingga relevan menanyakan apakah pasien bermukim atau pernah bermukim di dekat
pertambangan, peternakan, pabrik, atau galangan kapal. Alamat juga dapat membedakan
kelas ekonomi penghuninya.

17
Gambar 1. Rumah pinggir sungai (tempat tinggal)
Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat diasumsikan turut menentukan penerimaan wawancara. Pasien
dengan pekerjaan yang sibuk mungkin tidak tertarik dengan wawancara secara rinci dan
panjang, namun pasien yang mempunyai jenis pekerjaan dengan waktu luang cukup
banyak akan lebih suka diwawancarai lebih detail. Selain untuk kelengkapan identitas,
pekerjaan dapat memberikan informasi tentang status sosial-ekonomi seseorang. Pekerjaan
juga bisa dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang. Pekerjaan pasien juga dapat
memberikan informasi yang dapat diperkirakan seberapa tinggi status sosial-ekonomi
seseorang. Mungkin juga pekerjaan berkaitan dengan tingginya gaji/ penghasilan
seseorang yang dihubungkan dengan latar belakang pendidikan. Misalnya apakah si "A"
itu di bidang kesehatan atau bidang teknik, sebagai lulusan SD, SPM, SMU, Diploma,
S1, S2, S3, dan sebagainya.
Selain itu, pekerjaan dapat menjadi faktor risiko penyakit tertentu, juga pemaparan
dengan zat-zat atau lingkungan yang secara potensial dapat menimbulkan penyakit,
misalnya orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung menderita gangguan
pendengaran. Lama dan aktivitas bekerja harus ditanyakan, pemakaian alat pelindung pada
pekerjaan yang berisiko juga perlu ditanyakan. Misalnya orang yang bekerja di pabrik
yang bising cenderung ada gangguan pendengarannya.

18
Gambar 2. Tambang batubara (tempat kerja)
Tingkat Pendidikan
Pasien dapat dikelompokkan dalam tingkat atau jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA,
Sarjana, dan Pascasarjana). Pada umumnya pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang
sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan maka dianggap
makin mengerti atau mudah diberikan pengertian suatu informasi. Sebaliknya makin
rendah tingkat pendidikan, maka makin sulit diberikan pengertian. Pada pasien dengan
tingkat pendidikan yang tinggi, dokter tidak perlu merinci wawancara, sedangkan pada
pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah diperlukan.
Suku Bangsa
Suku dapat mengambarkan norma dan kebiasaan pasien. Contoh, pada suku tertentu
berbicara keras tetaplah dianggap biasa, sedangkan untuk suku lainnya berbicara keras
dianggap tidak sopan. Perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan suku. Kebiasaan, kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun
tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat. Beberapa penyakit juga mempunyai
predileksi ras tertentu.

19
Gambar 3. Upacara belian suku dayak (untuk pengobatan)
Agama dan Kepercayaan
Agama ikut menentukan wawancara terhadap pasien, faktor-faktor yang berkaitan
dengan kepercayaan atau dogma agama sangat mempengaruhi dalam wawancara. Jangan
timbul kesan meremehkan kenyakinan pasien. Dengan menggunakan pengetahuan medis
dan menyesuaikan dengan keyakinan pasien, dokter dapat memperoleh simpati pasien
Untuk heteroanamnesis, juga tanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat, dan hubungan
pengantar dengan penderita.
ANAMNESIS DATA PRIBADI LAIN
Riwayat keluarga memberikan informasi mengenai riwayat kesehatan anggota
keluarga yang hidup atau mati. Harus diperhatikan khusus terhadap kemungkinan aspek
genetik dan lingkungan dari penyakit yang mungkin berdampak terhadap pasien. Umur
dan kesehatan semua anggota keluarga dekat sejauh mungkin diketahui. Jika seorang
anggota keluarga meninggal dunia, umur orang tersebut dan penyebab kematian harus
dicatat. Penting untuk ditanyakan bagaimana dampak penyakit seorang anggota keluarga
terhadap pasien.
Pada pasien bayi dan anak kecil, perlu ditanyakan riwayat kesehatan ibu hamil,
persalinan, imunisasi, operasi, perlukaan dan trauma pada anak. Pada orang dewasa
perlu dilengkapi dengan: haid, kehamilan, persalinan (bagi wanita), pendidikan, riwayat
pekerjaan, riwayat perkawinan, kebiasaan, keadaan sosial ekonomi, dan status emosi.

20
3. MERESPON KEADAAN PASIEN (EMPATI)
Empati adalah respon yang menyadari perasaan pasien dan tidak mencelanya. Ini
adalah pengertian, bukan keadaan simpati emosional. Pemakaian empati dapat
memperkuat hubungan dokter-pasien dan membuat wawancara dapat berjalan dengan
lancar. Respon empati dapat pula bersifat non-verbal. Anggukan kepala seseorang adalah
suatu cara untuk menunjukkan respons empati. Pewawancara memahami dan menghargai
perasaan pasien tanpa memperlihatkan emosinya sendiri.

21
III. ALAT dan BAHAN
ALAT BAHAN

Pensil/Pulpen Buku/ kertas untuk mencatat

IV. TAHAPAN KERJA


1 Memberikan salam pembuka
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk pasien
4 Menunjukkan empati pada pasien
5 Menggunakan bahasa verbal yang dimengerti pasien
6 Menggunakan bahasa non-verbal
7 Menanyakan nama lengkap pasien
8 Menanyakan umur pasien
9 Menanyakan jenis kelamin pasien (dicatat)
10 Menanyakan alamat pasien
11 Menanyakan pekerjaan pasien
12 Menanyakan pendidikan terakhir pasien
13 Menanyakan suku pasien
14 Melakukan cross-check
18 Menjadi pendengar yang baik
19 Penampilan sopan dan ramah
20 Menutup wawancara dengan mengucapkan salam

22
DAFTAR PUSTAKA
Blundel, R. 2004. Effective Organisasational Communication. Harlow, UK: Prentice Hall.
Lussier, R.N. 1993. Human Relations in Organizations. Illionis: IRWIN
McKay, M,. Davis, M., and Fanning, P. 1995. Message – The Communication Skill Book.
Oakland. California: New Harbinger Publication, Inc.

The John Hopkins University Center for Communication Program. 1992. Training for
Trainers on Interpersonal Communication. Baltimore: The John Hopkins
University Center for Communication Programs.

Van Meer, K., and Van Neijenhof, J. 1994. Elementary Social Skill. Maastricht:
Transferpoint Skillsteaching.

Wright, C. 1993. Communication Skill. Singapore: Heinemann Asia.


Graff, JA., Elder, JP., Booth,EM. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku, cet. Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Green,L.W., and Kreuter,M.W., 1999. Health Education and Ecological Approach. 3rd
ed. Mountain View, CA:Mayfield Publishing Company.

Jerry, Jaker 2000. Social Marketing, Persuasive Communication of Public Health,


Minnesota Prevention Resource Center.

Meador, C.K. 1996. Tip untuk Dokter. ECG. Jakarta.

Mujaham, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. UI Press. Jakarta.

Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan. cetakan kedua. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

WHO. 1993. Doctor-Patient Interaction and Communication. Division of Mental Health.


WHO-Geneva.
Arianto. Komunikasi Kesehatan ( Komunikasi Antara Dokter dan Pasien).
jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36. (diakses
tanggal 27 Agustus 2018).

23
CHECK LIST
KETERAMPILAN MEDIK
KOMUNIKASI DASAR
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Keterampilan membina sambung rasa
1 Memberikan salam pembuka
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk pasien
4 Menunjukkan empati pada pasien
5 Menggunakan bahasa verbal yang dimengerti pasien
6 Menggunakan bahasa non-verbal
Keterampilan menggali identitas dan latar belakang
7 Menanyakan nama lengkap pasien
8 Menanyakan umur pasien
9 Menanyakan jenis kelamin pasien (dicatat)
10 Menanyakan alamat pasien
11 Menanyakan pekerjaan pasien
12 Menanyakan pendidikan terakhir pasien
13 Menanyakan suku pasien
14 Melakukan cross-check
Keterampilan menjaga proses wawancara
18 Menjadi pendengar yang baik
19 Penampilan sopan dan ramah
20 Menutup wawancara dengan mengucapkan salam
JUMLAH
KETERANGAN :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tidak lengkap
2 : Dilakukan dengan lengkap

24
SKENARIO UNTUK LATIHAN
Skenario 1
Nama : Dewi
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl.Pramuka 1 no. 35 Samarinda
Pekerjaan orang tua : PNS
Keluhan:
- Ada lubang pada gigi belakang kanan bawah
- Sering linu dan sakit pada gigi
- Terasa sakit pada saat minum dingin dan makan tetapi sakit tidak berlanjut bila tidak
makan dan minum.
- Takut ke dokter gigi karena pengalaman dari temannya yang pernah ke dokter gigi.
Tugas : Lakukanlah komunikasi terhadap pasien

Skenario 2
Nama : Sukarman
Usia : 25 tahun
Alamat : Jl. Pahlawan gg.7 Rt. 5
Pekerjaan : Pedagang ikan
Pendidikan : Tamat SMP
Keluarga : Istri satu, ibu rumah tangga
Situasi :
Pasien datang tanpa keluhan, ingin melakukan pemeriksaan rutin tiap 6 bulan. Mendengar
info tersebut dari penyuluhan yang dilakukan oleh drg. di PUSKESMAS. Pasien belum
pernah ke drg. sebelumnya.
Tugas : Lakukanlah komunikasi terhadap pasien

25

Anda mungkin juga menyukai