Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAN KELUARGA PADA PROSES KESEMBUHAN PADA PENDERITA


GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
DI RS Dr. ERNALDI BAHAR

OLEH :

1. Siti Nurhaliza 21219072


2. Diana Fitri 21219019
3. Dedek Saputra 21219012
4. Serly Fitria Dewi Lisiana 21219069
5. Saidatur Rahma 21219068
6. Ryan Putra 21219067
7. Arie Harmawan 21219004

PEMBIMBING :

Iwan Andhyantoro, AMF, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN AKADEMIK 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA PADA PROSES KESEMBUHAN PADA PENDERITA


GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

Topik : Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Pada Penderita


Gangguan Jiwa Dengan Halusinasi

Hari / Tanggal : Kamis / 14 November 2019

Waktu : 08.00 s.d Selesai

Tempat : Poli Rawat Jalan Rs Dr. Ernaldi Bahar Palembang

Sasaran : Pasien Dan Keluarga Pasien

A. Latar Belakang
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (2003) mencatat bahwa 70%
gangguan jiwa terbesar adalah Skizofrenia. Menurut Arif (2006) mengungkapkan
bahwa 99% pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa adalah pasien dengan diagnosis
medis skizofrenia. Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep,
2011). Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa pasien dengan diagnosis medis
skizofrenia sebanyak 20% mengalamai halusinasi pendengaran dan penglihatan
secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami
halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya.

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori


persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Direja, 2011). Sensori
dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata, tetapi dari
diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman sensori tersebut
merupakan sensori persepsi palsu. Chaery (2009) menyatakan bahwa dampak yang
dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol
dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi.
Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
(homicide),bahkan merusak lingkungan Untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan yang tepat.

Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit antara lain


melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan
melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi. Standar asuhan
keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi
pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan
pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang
ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup
kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, minum
obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta
melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Keliat dkk, 2010).

Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung


utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh
karena itu, keluarga memiliki peran penting didalam upaya merawat anggota keluarga
dengan perilaku kekerasan. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu
mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan ini. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga.
Oleh karena itu, kami akan melakukan penyuluhan mengenai peran keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan halusinasi di Poli Rawat Jalan Rs Dr.
Ernaldi Bahar Palembang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara
merawat anggota keluarga dengan halusinasi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan masyarakat/ keluarga
di ruang poli rawat jalan RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang mampu :
a. Menjelaskan pengertian halusinasi
b. Menjelaskan jenis halusinasi
c. Menjelaskan penyebab halusinasi
d. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
e. Menjelaskan akibat lanjut dari halusinasi
f. Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi

C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Pada Penderita Gangguan Jiwa
Dengan Halusinasi
2. Sasaran dan Target
Sasaran : pasien dan keluarga pasien
Target : pasien dan keluarga pasien RS Ernaldi Bahar yang
mempunyai anggota keluarga dengan Halusinasi

3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

4. Media
a. Leaflet
b. Flip chart

5. Materi (Terlampir)

6. Pengorganisasian Kelompok
Moderator : Siti Nurhaliza
Penyaji : Ari Hermawan, Diana Fitri
Fasilitator : Serly Fitria Dewi Lisiana
Observer : Ryan Putra
Dokumentasi : Dedek Saputra
Notulen : Saidatur Rahma

7. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator : Fasilitator

: Penyaji : Dokumentasi

: Observer
: Peserta
: Notulen
: Papan Flipchart
8. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta Metode Media


Penyuluhan

1 5 menit Pembuka : 1. Menjawab Ceramah -


salam.
1. Mengucapkan
salam. 2. Mendengarkan
dan
2. Memperkenalkan memperhatikan.
diri.

3. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi.

4. Kontrak waktu.

2 20 Materi (isi) : 1. Peserta Diskusi Lembar


menit mendengarkan gambar
1. Penyampaian dan menyimak leaflet
materi mengenai materi yang dan flip
halusinasi, yaitu disampaikan. chart
pengertian,jenis,
penyebab, tanda
dan gejala, akibat
lanjut dan peran
keluarga terhadap
pasien halusinasi.

3 5 menit Evaluasi : 1. Berpartisipasi Diskusi Leaflet


aktif.
1. Memberi
kesempatan 2. Peserta dapat
peserta untuk memahami
bertanya. materi
2. Menanyakan penyuluhan
kembali kepada mengenai
peserta tentang Halusinasi
materi yang telah
diberikan dan 
reinforcement
positif kepada
peserta yang
dapat menjawab
pertanyaan.

4. 5 menit Penutup : 1. Pasien dan - -


keluarga
1. Menjelaskan memperhatikan.
kesimpulan dari
materi 2. Pasien dan
penyuluhan. keluarga
menjawab
2. Mengucapkan salam.
terima kasih.

3. Salam penutup.

9. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir ditempat yang sudah ditentukan untuk penyuluhan
kesehatan minimal 20 orang.
2) Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di ruang tunggu poli rawat
jalan RS Dr. Ernaldi Bahar.
3) Sarana dan prasarana memadai.
b. Evaluasi Proses
1) Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
2) Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3) Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme
penyuluhan.
4) Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
5) Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui
peserta tentang peran keluarga dengan halusinasi
6) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
7) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai
selesai.
8) Peserta mengajukan pertanyaan dan dijawab dengan benar.
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami tentang cara keluarga dalam merawat pasien
halusinasi setelah perawatan di rumah sakit.
2) Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan sesuai dengan yang
diharapkan.
3) Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Lampiran Materi

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat individu sadar dengan baik (Stuart & Sundenn,1998).
Halusinasi atau salah satu persepsi inrawi yang tidak berhubungan
dengan stimulus eksternal yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari
lima indera (Townsend,2002)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian,
lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu
yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)

B. Jenis Halusinasi
Maramis, 2004 mengemukakan bahwa halusinasi dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek
tetapi pada kenyataannya tidak ada.
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-
suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan
musik.
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau
aroma tetapi tidak ada.
4. Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa
tetapi tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.
5. Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup,
disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
6. Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah
ruang, atau anggota badannya bergerak.

C. Penyebab Halusinasi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan
genetic. (Yosep, 2009)
1. Faktor perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami hambatan
dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami
stress dan kecemasan.

2. Faktor sosiokultural, berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan


seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian
dilingkungan yang membesarkannya.

3. Faktor biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya


gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka
didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase
(DMP).

4. Faktor psikologis, tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab


mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada
ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya.
Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam hayal.

5. Faktor genetik, gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,


tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran,
tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins dan Heacock,
1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :

1. Dimensi fisik, halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.

2. Dimensi emosional, perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang


tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah
memaksa dan menakutkan.
3. Dimensi intelektual, halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan
implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.

4. Dimensi social, klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup


bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan
halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia
nyata.

5. Dimensi spiritual, secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan


hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

D. Tanda dan Gejala Halusinasi


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri.
e. Marah-marah tanpa sebab.
f. Menutup mata, menutup telinga
g. Mulut komat-kamit
h. Ada gerakan tangan
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun
l. Mendengar bisikan
m. Merasakan salah satu bagian tubuhnya bergerak sendiri

E. Akibat Halusinasi
Akibat halusinasi adalah risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
merusak lingkungan. Hal tersebut adalah suatu perilaku yang maladaptive
dalam manisfestasikan perasaan marah yang dialami seseorang. Marah sendiri
merupakan sebuah perasan jengkel yang timbulsebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu
ancaman.

F. Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi


1. Bantu Mengenal Halusinasi
 Bina hubungan saling percaya
 Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri),
isi dan frekuensi
2. Meningkatkan Kontak dengan Realita
 Bicara dengan pasien secara sering dan singkat
 Ajak bicara jika tampak pasien sedang berhalusinasi
 Buat jadwal sehari – hari untuk menghindari kesendirian
 Diskusikan hasil observasi anda
3. Membantu menurunkan kecemasa dan ketakutan
 Temani,cegah isolasi sosial dan menarik diri
 Terima halusinasi pasien tanpa mendukung dan menyalahkan.
Misalnya “Saya percaya anda mendengarkan tetapi saya sendiri
tidak mendengar”
 Beri kesempatan untuk mengungkapkan
 Tetap hangat, empati dan lemah lembut
4. Mencegah pasien melukai diri sendiri dan orang lain
 Lakukan perlindungan
 Kontak yang sering secara personal
5. Tingkatkan harga diri
 Identifikasi kemampuan pasien dan beri kegiatn yang sesuai
 Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan pasien
 Dorong supaya berespon pada posisi nyata
6. Patuh Obat
 Sedia obat sesuai dosis
 Dampingin konsumsi obat sesuai jadwal
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).


St.Louis Mosby Year Book, 1995

Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W. 2009. Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit: Trans Media,Jakarta.

Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan


Sensori Persepsi: Halusinasi. http://usupress.usu.ac.id.

Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperwatan Jiwa, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend, C, Mary. 2002. Psychiatric Mental Health Nursing Consepts of


Care,ed.4. Davis Company. Philadelphia.
STANDAR EVALUASI PENYULUHAN
I. TOPIK
a. Topik : Peran Keluarga pada Proses Kesembuhan
Penderita Gangguan Jiwa dengan Halusinasi

b. Hari / Tanggal : Kamis / 14 November 2019


c. Waktu : 08.00 s.d Selesai
d. Tempat : Poli Rawat Jalan Rs Dr. Ernaldi Bahar Palembang
e. Sasaran : Pasien Dan Keluarga Pasien

II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa selama 30 menit
diharapkan 80% peserta penyuluhan mampu memahami tentang harga diri
rendah dan peran keluarga pada penderita halusinasi.

b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan masyarakat/ keluarga di
ruang poli rawat jalan RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang mampu :
1. Menjelaskan pengertian halusinasi
2. Menjelaskan jenis halusinasi
3. Menjelaskan penyebab halusinasi
4. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
5. Menjelaskan akibat lanjut dari halusinasi
6. Menjelaskan peran keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi

III. METODE PENYULUHAN


a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

IV. MEDIA
Flipchart dan Leaflet

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Orientasi
Pembukaan :
1) Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

2. Kerja
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari Kamis tanggal 14 November 2019
jam 08.00-08.30 WIB dan dapat berjalan dengan lancar walaupun saat
dilaksanakannya penyuluhan masih ada beberapa peserta yang tidak fokus
meskipun demikian peserta tampak aktif dalam kegiatan penyuluhan.

Materi yang diberikan berupa


1) Pengertian halusinasi
2) Jenis halusinasi
3) Penyebab halusinasi
4) Tanda dan gejala halusinasi
5) Akibat halusinasi
6) Peran keluarga dalam merawat keluarga dengan halusinasi

Tanya Jawab
1) Memberikan kesempatan bertanya kepada peserta
2) Menjawab pertanyaan dari peseta

3. Terminasi
1) Mengucapkan salam
2) Hasil :
a) 80% peserta mengerti tentang konsep halusinasi
b) 80% peserta mengerti tentang peran keluarga pada pasien
penderita halusinasi
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai