DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ANGGA SETIAWAN
DEKI ABIDIN
EGI SULAEMAN
ELA ANNISA
HERLIN NURAENI WIJAYA
REGI PRASETYO
RINA AYUNI
VICKA NURDIANTO
6. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Tanya jawab
7. Media
a. Laptop
b. Infocus
8. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Waktu Tahap Kegiatan peserta Keterangan
penyuluhan
1 5 menit Pembukaan 1. Memperkenalkan 1. Menjawab Moderator
diri salam dan
2. Menjelaskan mendengarkan
tujuan penyuluhan 2. Melihat dan
3. Melakukan mendengarkan
kontrak waktu 3. Memahami
4. Menjelaskan
mekanisme
penyuluhan
2 15 Pelaksanaan 1. Menggali 1. Mendengarkan 1.Moderator
menit pengetahuan dan dan menjawab 2.Penyaji
pengalaman pasien 2. Mendengarkan, menjelaskan
dan keluarga memperhatikan materi
pasien tentang dan memahami tentang
tanda dan gejala materi perawatan
depresi. pasien
2. Memberikan dengan
materi tentang depresi.
pengertian,
bentuk, macam,
tanda gejala,
penyebab, faktor
resiko, pencegahan
serta pengobatan
dan terapi pada
pasien dengan
depresi.
3. 10 Penutup 1. Memberi 1. Mengajukan 1. Moderator
menit kesempatan pertanyaan
peserta untuk
bertanya
2. Membahas 2. Mendengarkan 2. Semua
masing-masing dan anggota
pertanyaan yang memperhatikan penyuluhan
diajukan peserta
3. Menanyakan 3. Menjawab 3. Moderator
kembali tentang pertanyaan
materi yang telah
diberikan
4. Menyimpulkan 4. Memperhatikan
materi penyuluhan
5. Mengucapkan 5. Menjawab
terima kasih salam
6. Mengucapkan
salam penutup
9. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Jalan Dewasa
RSJ Provinsi Jawa Barat
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi Hasil
Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang telah
disampaikan
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah keluarga pasien
Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan
Keluarga mendengarkan penyuluhan dengan seksama
Keluarga mengajukan pertanyaan
10. Pengorganisasian
Pembimbing : Ns.Winda Ratna Wulan, M.Kep.Sp.Kep.J
Moderator : Egi Sulaeman
Penyaji : Deki Abidin
Observer : Vicka Nurdianto
Fasilitator : Herlin Nuraeni Wijaya
Ela Anisa
Rina Ayuni
Angga Setiawan
Regi Prasetyo
MATERI SAP
PERAWATAN PASIEN DENGAN DEPRESI
A. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang
disertai komponen psikologik: rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak
bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa
dingin), tekanan darah dan denyut nadi menurun. Depsresi adalah salah satu
bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) (Teddy Hidayat,
2008 dalam Iyus Yosep 2014).
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan
jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan,
kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak
berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Chaplin
(2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan
pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan
kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan
tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan
datang. Sedangkan pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan
ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri,
delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.
B. Penyebab
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa depresi disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan psikologis. Jika seseorang
di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi,
maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga. Menurut Kaplan
(2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002),
faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas: faktor
biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor
tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1. Faktor biologi: Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood
melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan
hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin
merupakan dua neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan
kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress
dan juga dapat menyebabkan depresi.
2. Faktor Psikologis/Kepribadian: Individu yang dependent, memiliki harga
diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen
– Hoeksema & Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa
tertekan akan cenderung fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara
pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk
merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam
berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan.
Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa
dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini
dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.
3. Faktor Sosial:
a. Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan
kegagalan pekerjaan
b. Paska bencana
c. Melahirkan
d. Masalah keuangan
e. Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
f. Trauma masa kecil
g. Terisolasi secara sosial
h. faktor usia dan gender
i. tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di
sekolah ataupun tempat kerja
j. Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
2. Psikoterapi
a. Terapi humor Profesional medis yang membantu pasien untuk
mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa
merespons psikologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan,
sirkulasi, sekresi hormone, enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan
darah.
b. Terapi Kognitif (CBT) Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada
proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional
dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien
mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-
keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori ini adalah
mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.
3. Brain therapy
Jika obat tidak mengurangi gejala depresi, terapi electroconvulsive
(ECT) bisa menjadi pilihan untuk dijelajahi. Berdasarkan penelitian terbaru:
ECT dapat memberikan kelegaan bagi penderita depresi berat yang
belum bisa merasa lebih baik dengan perawatan lainnya. Terapi
elektrokonvulsif bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk depresi. Dalam
beberapa kasus parah dimana respon cepat diperlukan atau obat tidak dapat
digunakan dengan aman, ECT bahkan dapat menjadi intervensi lini pertama.
Setelah benar-benar prosedur rawat inap, hari ini ECT sering dilakukan pada
pasien rawat jalan. Pengobatan terdiri dari serangkaian sesi, biasanya tiga
kali seminggu, selama dua sampai empat minggu. ECT dapat menyebabkan
beberapa efek samping, termasuk kebingungan, disorientasi, dan kehilangan
ingatan. Biasanya efek samping ini bersifat jangka pendek, tapi terkadang
masalah memori bisa berlama-lama, terutama untuk bulan-bulan sekitar
waktu pengobatan.
Kemajuan dalam perangkat dan metode ECT telah membuat ECT
modern aman dan efektif untuk sebagian besar pasien. Bicaralah dengan
dokter Anda dan pastikan Anda memahami potensi manfaat dan risiko
pengobatan sebelum memberikan informed consent Anda untuk menjalani
ECT. ECT tidak menyakitkan, dan Anda tidak bisa merasakan impuls listrik.
Sebelum ECT dimulai, seorang pasien diberi anestesi singkat dan diberi
pelemas otot. Dalam satu jam setelah sesi perawatan, yang memakan waktu
hanya beberapa menit, pasien sudah bangun dan waspada. Tipe terapi
stimulasi otak lain yang baru diperkenalkan yang digunakan untuk
mengobati depresi tahan obat meliputi stimulasi magnetik transkranial
berulang (rTMS) dan stimulasi saraf vagus (VNS). Jenis perawatan
stimulasi otak lainnya sedang dipelajari. Anda dapat mempelajari lebih
lanjut tentang terapi ini di halaman Terapi NIMH Brain Stimulation
Therapies.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus dan Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.