Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEPERAWATAN JIWA

“DETEKSI DINI SALAH SATU TINDAKAN


UNTUK MENGENALI MASALAH KESEHATAN
JIWA"

KELOMPOK 5

DISUSUN OLEH:

YUYUN BELLA RIA BR 22091006


ICHWAN ICHSANNURIFLY 22091007
NOVITA TRIYULIANDARI 22091011
ALIFIA GUSTI ESTRADA 22091023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2022/2023
PRAKTIK PROFESI KEPERAWTAAN
JIWAPROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
HANG TUAH PEKANBARU T.A
2022/2023

SATUAN ACARA
PENYULUHAN(SAP)

Materi : Deteksi Dini Dan Mengenali Masalah Kesehatan Jiwa


Pokok bahasan : 1. Definisi Gangguan Jiwa

2. Penyebab Gangguan Jiwa

3. Jenis Gangguan Jiwa

4. Peran Keluarga Merawat Pasien Gangguan Jiwa

5. Fungsi Keluarga

6. Pencegahan Gangguan jiwa

Hari/Tanggal : Jumat, 17 Februari 2023


Waktu : 08.00 wib - selesai
Tempat : Puskesmas Simpang Tiga
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke
Puskesmas Simpang Tiga

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang
menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American
Psychiatric Association, 2017).
Kecenderungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus
berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan
saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan
ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak
langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan
sosial yang terus berubah (Rasmun, 2019).
Pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rata-rata lama hari
rawat yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah pasien dengan
diagnosa skizofrenia. Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau
inap di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan
sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan
oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan
pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluargaseperti dukungan pengharapan, dukungan
nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional (Friedman, 2016).
Tetapi kenyataannya, belum banyak keluarga memiliki kepedulian tentang ini.
Banyak keluarga yang menyerahkan sepenuhnya penyembuhan penderita kepada
petugas kesehatan. Banyak pasien gangguan jiwa justru ditelantarkan keluarganya.
Keluarga telah melupakan mereka. Banyak yang tidak mengurusnya lagi saat
dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Padahal, jika keluarga mereka rajin mengunjungi
dan memberikan dukungan bagi pasien gangguan jiwa, ini merupakan salah satu
terapi yang jitu untuk kesembuhan mereka. Namun, jika keluarga mereka tidak
peduli, tingkat kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa tidak
diperhatikan lagi oleh keluarganya (Yosep,dkk, 2018).
Bersadarkan hal tersebut, mahasiswa PSIK Universitas Hang Tuah Pekanbaru akan
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa kepada keluarga pasien dengan
gangguanjiwa dengan harapan adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan
jiwa itu sendiri sehingga berdampak bagi kesembuhan pasien kedepannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa diharapkan
keluarga dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang deteksi dini gangguan
jiwa..
2. Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini gangguan jiwa
selama 30 menit, diharapkan keluarga mampu:
a. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa
b. Menjelaskan penyebab gangguan jiwa
c. Menjelaskan jenis gangguan jiwa
d. Menjelaskan peran keluarga merawat pasien gangguan jiwa
e. Menjelaskan tentang fungsi keluarga
f. Menjelaskan pencegahan gangguan jiwa
C. Metoda
Metoda yang digunakan ialah ceramah interaktif, diskusi, simulasi dan tanya jawab.
D. Media
1) Leaflet
2) PPT

E. Waktu dan Tempat


Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan pada WIB di Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru.

F. Pengorganisasian
 Leader : Alifia Gusti Estrada
 Co Leader : Ichwan Ichsannurifly
 Moderator : Novita Triyuliandari
 Fasilitator : Yuyun Bela Ria

G. Setting Tempat

2 2 2

2 2 2

H. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 2 menit Pendahuluan - Sasaran membalas salam
- Moderator memberikan salam kepada dari moderator.
sasaran.
- Moderator menjelaskan topik - Sasaran menyimak
penyuluhan.
- Moderator memperkenalkan - Sasaran menyimak
kelompok kepada sasaran.
Moderator menjelaskan tujuan - Sasaran menyimak
penyuluhan.
- - Moderator menjelaskan waktu
- Sasaran menyimak
pelaksanaan.
2. 25 menit Penyampaian Materi - Sasaran mengeksplorasi
(15 menit - Penyaji menggali sedikit informasi apa yang mereka ketahui
materi, 10 pada sasaran mengenai Gangguan tentang kesehatan
menit tanya Jiwa lingkungan.
jawab) - Penyaji menjelaskan materi mengenai: - Sasaran memperhatikan
a. Menjelaskan tentang pengertian penjelasan dan mencermati
deteksi dini materi.
b. Menjelaskan tentang
pengertian gangguan jiwa
c. Menjelaskan tentang penyebab
gangguan jiwa
d. Menjelaskan tentang jenis
gangguan jiwa
e. Menjelaskan tentang peran
keluarga merawat pasien
gangguan jiwa
f. Menjelaskan tentang fungsi
keluarga

Tanya Jawab - Sasaran mengajukan


- Moderator membuka sesi tanya jawab. pertanyaan.
- Sasaran memperhatikan
- Penyelenggara penyuluhan menjawab jawaban yang diberikan.
pertanyaan sasaran.
3. 3 menit Penutup - Sasaran menjawab
- Moderator melakukan evaluasi pertanyaan evaluasi.
dengan memberikan beberapa
pertanyaan.
- Moderator menyimpulkan hasil - Sasaran menyimak
penyuluhan. kesimpulan yang diberikan
oleh fasilitator.
- Pembagian leaflet pada sasaran. - Sasaran menerima leaflet
yang diberikan oleh
fasilitator.
- Mengakhiri dengan salam. - Sasaran menjawab salam
dan sasaran bersiap untuk
meninggalkan tempat
penyuluhan.
A. Uraian
Tugas
a. Moderator
- Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada sasaran.
- Mengatur proses dan lama penyuluhan.
- Memotivasi sasaran untuk bertanya.
- Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
- Menutup acara penyuluhan.
b. Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
- Memimpin jalannya penyuluhan dari awal hingga berakhirnya penyuluhan.
- Membuat suasana penyuluhan agar lebih tenang dan kondusif.
c. Co. Leader
- Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
- Membantu memimpin jalannya kegiatan penyuluhan.
- Menggantikan leader jika terhalang tugas.
d. Fasilitator
- Ikut bergabung dan duduk bersama di antara sasaran.
- Mengevaluasi sasaran tentang kejelasan materi penyuluhan.
- Memotivasi sasaran untuk bertanya materi yang belum jelas.
- Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas
bagi sasaran.
- Membagikan leaflet kepada sasaran.
e. Observer
- Mencatat nama, alamat dan jumlah sasaran, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan. Mencatat pertanyaan yang diajukan sasaran.
- Mengamati perilaku verbal dan non-verbal sasaran selama proses
penyuluhan.
- Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
- Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
B. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan melakukan
konsultasi materi yang akan disampaikan saat penyuluhan. Sarana prasarana
seperti leaflet disiapkan paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat waktu.
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan mampu menjelaskan kembali definisi sehat jiwa dan
gangguanjiwa.
b. Memahami dan mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala gangguan
jiwa.
c. Memahami dan mampu menyebutkan kembali ciri-ciri gangguan jiwa.
d. Memahami dan mampu menyebutkan kembali cara penanganan gangguan
jiwa dikeluarga.
C. Referensi

Thong, D. (2011). Memanusiakan manusia: menata jiwa membangun bangsa. Gramedia


Pustaka Utama.
WHO. (2005). Mental Health Data. World Health Organization.
https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_3. (diakses pada taggal 15
Februari 2021)
Mida, Y. F., Keperawatan, P. S., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2017). Gambaran
Status Mental Pasien Skizofrenia.
Adenengsi, Y., & Rusman, A. D. P. (2019). Hubungan Food Choice Terhadap
Kesehatan Mental Pada Remaja Di Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 2(3), 410-422.
Keliat Budi, Ana. (1995). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
EGC.
Keliat Budi, Ana, dkk. (1987). Proses Keperawatan Jiwa. EGC.
Sembiring, EE. 2021. (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/24194/5/Chapter%20I.PDF, diakses 22
Januari 2022)
Stuart and Sunden. (1998). Pocket Guide to Psychiatric Nursing. EGC.
Lampiran Materi
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA

A. PENGERTIAN GANGGUAN JIWA


Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan menyimpangnya proses pikir, alam
perasaan serta perilaku seseorang. Menurut Stuart & Sundeen 1998 gangguan jiwa
merupakan suatu masalah kesehatan yang menyebabkan ketidakmampuan psikologis atau
perilaku yang ditimbulkan akibat gangguan pada fungsi sosial, psikologis, genetik,
fisik/kimiawi, serta biologis (Thong, 2011).

Tiga pemikiran utama untuk meningkatkan kesehatan yaitu, kesehatan jiwa


merupakan bagian integral dari kesehatan; kesehatan jiwa adalah lebih dari tidak adanya
penyakit mental; dan kesehatan jiwa memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan fisik
serta perilaku. Kesehatan jiwa merupakan pondasi untuk kesejahteraan dan keefektifan
fungsi kehidupan bagi individu dan komunitas (WHO, 2005).

B. PENYEBAB GANGGUAN JIWA


Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas:

1. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic

a. Keturunan

Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan
kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor
lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
b. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa
tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa maniak
depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
c. Temperamen
Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan
yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.
d. Penyakit dan cedera tubuh
e. Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin
menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.

2. Sebab Psikologik
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat
dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
a. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang
dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang
ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan
kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh
tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat
menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya dilakukan dengan tenang,
hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku,
keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas.
Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa
tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin
menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang tidak
mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran
dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-
hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan
kepribadian pada anak dikemudian hari.
c. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini,
anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga.
Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam
hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau
sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah adalah
tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan
memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau
memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak.
d. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang penting yaitu
timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang
secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. pada masa ini,
seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah
dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan belum
ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat menentang
terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat.
Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses
kematangan kepribadian di usia remaja.
e. Masa dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup
memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi
kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada
masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami
gangguan jiwa.
f. Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah
mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti
rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang
mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
g. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya
daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan
kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering
mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan
terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan
emosional yang cukup hebat.
h. Sebab Sosio Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang
tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan
gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui
aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock
(1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut:
1) Cara-cara membesarkan anak: Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter,
hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa
mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru
menjadi penurut yang berlebihan.
2) Sistem Nilai: Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu
dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan
masalah-
masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah
dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
3) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada: Iklan-iklan di radio,
televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang
menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup
seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya
dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat.
4) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat
modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk
meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja
lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari
kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat,
mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan
yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan
sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang
abnormal.
5) Perpindahan kesatuan keluarga: Khusus untuk anak yang sedang berkembang
kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan),
sangat cukup mengganggu.
6) Masalah golongan minoritas: Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini
dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan
tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan
orang banyak.

C. JENIS GANGGUAN JIWA


Berikut ini beberapa gangguan jiwa yang sering terjadi dan memerlukan perhatian khusus :
1. Pada anak
a. Gangguan perkembangan perfasif, 3 area perkembangan utama yaitu perilaku,
interaksi soial dan komunikasi Macam gangguan perfasif:
1) Retardasi mental adalah gangguan fungsi intelektual secara signifikan berada
di bawah rata-rata(IQ< 70) dan ketebatasan terkait dalam 2 bidang
keterampilan adaptasi atau lebih(komunikasi, perawatan diri)
2) Autisme adalah gangguan yang dicirikan dalam interaksi social dan
komunikasi serta aktivitas dan minat yang terbatas
3) Gangguan perkembangan spesifik dicirikan dengan keterlambatan
perkembangan yang mengarah kepada kerusakan fungsi pada berbagai bidang
seperti membaca dan bahasa
b. Defisit pehatian dan gangguan perilaku distruktif diantaranya:
1) ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) dicirikan dengan tingakt
gangguan perhatian impulsifitas dan hiperaktifitas yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan
2) Gangguan perilaku dicirikan dengan perilaku berulang distruktif dan
kesengajaan untuk tidak patuh.
2. Pada remaja
a. Skizofrenia pada awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari
isolasi social, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan
mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya
b. Bunuh diri mempunyai tanda-tanda diantaranya menarik diri secara tiba-tiba
dengan memberontak atau berperilaku keras, menyalah gunkan obat atau alcohol
dan ancaman butuh secara terang terangan secara verbal
c. Gangguan penyalahgunaan obat (Narkotika)
3. Pada lansia
a. Dimensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang ummnya
progresif dan ireversibel biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
b. Depresi gejalanya kehilangan minat mudah lelah dan konsentrasi berkurang
dan kurang percaya diri
c. Gangguan kecemasan berupa gangguan manik, fobia, dan gangguan stress akut
d. Fenomena yang sering dikeluhkan pada lansia adalah lebih banyak terbangun
pada dini hari ngantuk pada siang hari dan tidur sejenak pada siang hari

Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan


produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat. Dengan
melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat
dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila
diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan
maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih. Pengobatan untuk
gangguan jiwa berlangsung lama dan
dibutuhkan konsultasi yang rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan
maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.

D. PERAN KELUARGA
Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya
(Friedman, 1981), dan tugas keluarga pada anggotanya yang mengalami gangguan jiwa
adalah sebagai berikut:
1. Peran Formal
a. Peran parenteral dan perkawinan
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami – ayah dan ibu – istri:
1) Peran sebagai provider (penyedia)
2) Peran sebagai pengatur rumah tangga
3) Peran perawatan anak
4) Peran sosialisasi anak
5) Peran rekreasi
6) Peran persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal)
7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
8) Peran seksual
b. Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang
kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang
kokoh. Anak- anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang
memuaskan menciptakan situasi dimana suami-istri membentuk suatu koalisi
dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang vital dari keluarga
2. Peran Informal
a. Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota,
menghibur dan menyatukan kembali pendapat
b. Inisiater-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-
cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok
c. Pendamai: merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan,
pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahanya atau
menawarkan penyelesaian
d. Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota
keluarga lain yang membutuhkannya
e. Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan
keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psiko
sosial fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga

2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota.

3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia

4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan
makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll

5. Fungsi keperawatan kesehatan


Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas
kesehatan keluarga yaitu:
a. Keluarga mengenal masalah kesehatan: seperti mengenal tanda dan gejala yang
terjadi, misalnya: sering tertawa, modar mandir, marah, menyendiri, dll
b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan: bila keluarga sudah mengetahui tanda dan gejala yang ada, segera
memberikan obat untuk pasien, jika tidak ada obat bisa dengan mengalihkan
fokus pasien dengan melakukan aktivitas yang lain misalnya: berolahraga,
menonton tv, main game, dll.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalam masalah
kesehatan:

1) Hindari berdebat dengan pasien


2) Hindari mendukung kegiatan tidak baik yang dilakukan pasien
3) Kontak dengan pasien singkat tapi sering
4) Membantu aktivitas menjadi mandiri
5) Terapi obat
6) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah
yang sehat: seperti membuat suasana rumah yang nyaman dan tenang,
menjauhakan pasien dari benda-benda tajam, dll.

7) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat: apabila


keluarga sudah memberikan obat dan mengalihkan perhatian pasien dengan
kegiatan lain belum teratasi, keluarga bisa langsung membawa pasien ke
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dll.

F. PENCEGAHAN GANGGUAN JIWA

Dalam pencegaha gangguan jiwa terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan yaitu, pencegahan
primer, sekunder, dan tersier (Putu Ari Indrawati, Ni Made Dian Sulistiowati, 2018)

1. Upaya primer. hal yang paling realistis adalah mengintegrasikan pelayanan primer
dimana pencegahan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa serta
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa di masyarakat, misalnya
pemerintah menyediakan layana puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
jiwa.

2. Upaya sekunder, pada pencegahan sekunder fokus pada kegiatan masyarakat yang
beresiko, dengan tujuan untuk menurunkan resiko terjadinya gangguan jiwa.
3. Upaya tersier. Pencegahan tersier, fokus pada kegiatan masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa.kegiatan pada pencegahan ini berupa rehabilitas dengan
memberdayakan pasien dan keluarga hingga dapat mandiri.

Salah satu upaya dalam menangani masalah gangguan jiwa dimasyarakat adalah dengan
adanya pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) pengembangan ini bertujuan agar
masyarakat tanggap terhadap masalah gangguan jiwa, dan dapat mencegah timbulnya
masalah kesehatan jiwa serta dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Dalam pembentukan program ini dilakukan pemberdayaan masyarakat, yang dimana
masyarakat.

G. DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA

Deteksi dini gangguan jiwa termasuk dalam pencegahan sekunder pada pencegahan
psikiatri (preventif psychiatry). Pencegahan sekunder didefinisikan sebagai deteksi dini dan
pengobatan segera terhadap penyakit atau gangguan, dengan tujuan menurunkan prevalensi
gangguan dengan memperpendek lama sakit (Kaplan and Sadock, 1996). Gangguan Jiwa
menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Self Rating Questionnaire (SRQ)-20

Petunjuk : bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan berikut
berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu anda selama 30 hari terakhir.
Apabila anda menggaap pertanyaan itu anda alami dalam 30 hari terakhir, berilah tanda (X)
pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya apabila anda menggap pertanyaan itu tidak anda
alami dalam 30 hari terakhir, berila tanda silang (X) pada kolom T (Tidak). Jika anda tidak
yakin dengan jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T. Kami
tegaskan bahwa jawaban anda bersifat rahasia.

No Y T

1. Apakah anda sering merasakan sakit kepala?


2. Apakah anda kehilangan nafsu makan?

3. Apakah tidur anda tidak nyenyak?

4. Apakah anda mudah merasa takut?

5. Apakah anda merasa cemas,tegang,atau khawatir?

6. Apakah tangan anda gemetar?

7. Apakah anda mengalami gangguan pencernaan?

8. Apakah anda merasa sulit berfikir jernih?

9. Apakah anda tidak merasa bahagia?

10. Apakah anda lebih sering menangis?

11. Apakah anda merasa sulit untuk meningmati aktivitas sehari-hari?

12. Apakah anda merasa kesulitan untuk mengambil keputusan?

13. Apakah aktivitas/tigas sehari-hari anda terbengkalai?

14. Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?

15. Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal?

16. Apakah anda merasa tidak berharga?

17. Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup anda?

18. Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?

19. Apakah anda merasa tidak enak diperut?

20. Apakah anda mudah lelah?

Jawaban “ya” memiliki skor 1 dan “tidak” memiliki skor 0

Berdasarkan Rikesdas nilai pisah ditetapkan 5/6. Artinya jika subjek menjawab “ya” pada 6
atau lebih pertanyaan (dari total 20 pertanyaan), maka subjek tersebut dianggap mengalami
gangguan mental emosional atau distres yang berpotensi pada terjadinya gangguan jiwa.

Selain dari skor total, juga dapat dihitung skor subskala sebagai berikut:
• Gejala depresi : nomor 6,9,10,14,15,16, dan 17

• Gejala cemas : nomor 3,4 dan 5

• Gejala somatik : nomor 1,2,7 dan 19

• Gejala kognitif : nomor 8,12 dan 13

• Gejala penurunan energi : nomor 8,11,12,13,18 dan 20

Anda mungkin juga menyukai