( SAP )
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian cerebral palsy
2. Penyebab cerebral palsy
3. Tanda dan gejala cerebral palsy
4. Pemeriksaan diagnostik cerebral palsy
5. Terapi cerebral palsy
6. Dampak dari cerebral palsy
1
D. Kegiatan Pembelajaran
a. Metode :
1. Ceramah
2. Diskusi
b. Langkah – langkah kegiatan :
E. Media
1. Brosur
2. LCD
3. PPT
F. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik : Elfrida Amd.Kep
2
Penyaji : Evalina Prastika Putri
Moderator : Amir Ma’aruf
Job Description
G. Seting Tempat
Keterangan:
: presenter : fasilitator
: moderator : observer
: audiens : meja
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Alat dan tempat siap
c. Sudah dibentuk struktur organisasi atau pembagian peran
d. Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
3
e. Penyuluh dan peserta siap
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat dapat untuk digunakan sesuai rencana
b. Peserta mau atau bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah
direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. 75% peserta dapat menyebutkan pengertian cerebral palsy
b. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 3 penyebab cerebral palsy
c. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 3 tanda dan gejala cerebral
palsy
d. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 2 terapi untuk anak cerebral
palsy
e. 75% peserta dapat menyebutkan minimal 2 dari dampak cerebral palsy
f. Penyuluh dapat melaksanakan tugas sesuai peran.
4
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus
karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai
gangguan (Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental sosial emosi dan
fisik. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak Cerebral
Palsy. Cerebral Palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang
menderita kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh
seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks
serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan
posturya. Penyakit Cerebral Palsy ini pertama kali diperkenalkan oleh William
John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai
akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang
pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy, sedangkan Sigmud Freud
menyebutnya dengan istilah infantile Cerebral Paralysis.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai
anak Cerebral Palsy, mereka mengalami gangguan (impairment) yang ditandai
dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau sikap tubuh
yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental ataupun gejala
syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan karena fungsi kontrol otot akibat
adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi otak sebelum
perkembangan yang sempurna. Dengan demikian dapat dilihat perbedaan antara
anak Cerebral Palsy dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan
fisik pada mereka menyebabkan aktivitas gerakannya menjadi terganggu.
5
B. PENGERTIAN CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak di lahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan , disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis , gangguan ganglia basalis dan serebellum
dan kelainan mental.(3) Cerebral palsy pada dasarnya adalah gangguan terhadap
pergerakan dan postur tubuh. Hal ini di istilahkan sebagai “payung” yang mencakup
gangguan pengontrolan gerakan akibat adanya lesi atau kelainan terhadap
perkembangan otak di awal tahap kehidupan dengan latar belakang penyakit yang
tidak progresif.
Kelainan yang disebabkan adanya kerusakan otak ini tidak dapat
disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena sifatnya yang permanen dan
sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum ditemukannya obat atau bahan
pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena kerusakan otak. Namun,
untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita Cerebral Palsy, terapi
menjadi salah satu hal yang diperlukan.
Cerebral Palsy tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk
selama masa hidupnya. Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat
perawatan yang intensif serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan
otak seorang penderita tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke
waktu. Dengan kata lain, mereka yang menderita Cerebral Palsy membutuhkan
terapi pengobatan seperti operasi, obat-obatan serta teknologi yang dapat
membantu mereka memaksimalkan kemandirian, mengurangi kesulitan yang
menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka, karena hal itulah
yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam
kebanyakan kasus Cerebral Palsy yang terjadi, kerusakan otak seorang penderita
terjadi pada saat otak sedang mengalami perkembangannya.
Efek besar bagi penderita Cerebral Palsy adalah mereka mengalami
kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya akibat koordinasi dan
keseimbangan yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi akibat adanya
6
kesalahan dari otot-otot yang menerima perintah karena motor korteks serebral
mereka tidak berkembang secara normal kemungkinan pada saat perkembangan
janin. Kemudian penderita mengalami cedera otak baik sebelum, selama atau
setelah bayi lahir.
7
3. PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg
akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan
infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi
dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh
yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak
sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy.
Bayi yang kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui
penyebabnya juga merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10%
kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia.
8
tonus otot ini dapat terjadi saat melakukan koordinasi. Hal yang yang terjadi,
otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama.
Ketika ini terjadi, otot yang bekerja secara berpasangan mengalami kontraksi
secara bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan sehingga terjadi
ketidakseimbangan pada pergerakan otot tersebut.
Meski hanya melakukan gerakan yang sederhana, misalnya duduk,
membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak yang satu sisi harus
berkontraksi dan sisi lain harus mengendur (rileks). Cedera otak ataupun
malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral Palsy
akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan
otot. Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan tungkai untuk
bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang untuk
duduk, berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot terjadi
pada saat melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi,
Otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama
. Ketika ini terjadi , otot yg bekerja secara berpasangan, misalnya biceps dan
triceps, mungkin berkontraksi bersamaan, atau justru rileks dua-duanya. Otot
penyangga tulang belakang mungkin terlalu rileks, yg membuat control batang
tubuh kesulitan untuk tegak, postur yg buruk dan kesulitan bergerak dari duduk
ke berdiri.
Anak Cerebral Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut.
Adanya perbedaan anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di
sruktur otak.dua gejala utama dari tonus abnormal adalah hypotonia dan
hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara perbandingan
berikut :
a. Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau
floppy)
b. Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai
menjadi kaku)
c. Distonia, naik turunnya tonus otot
d. Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh,
sementara lengan dan tungkai hipertonus
9
e. Spasme otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri
f. Kaku sendi, sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
g. Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau
meninggi menjadi hipertonia sesuai tipe kelainan Cerebral Palsy nya
h. Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak
tangan
3. Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons dari
sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir atau
beberapa bulan setelah lahir lalu hilang secara terprediksi sebagai tanda
perkembangan bayi. Pada reflex tertentu tidak akan hilang pada anak cerebral
palsy. Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan Cerebral Palsy.
Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif yang menyebabkan kedutan
dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex postural dan reflex protektif
adalah rambu-rambu tanda perkembangan abnormal, termasuk Cerebral
Palsy . Reflex primitive abnormal tidak terjadi pada anak Cerebral Palsy, atau
tidak terlihat secara spesifik seperti yang nampak pada anak dengan
perkembangan normal.
10
Berikut beberapa tanda cerebral palsy pada anak sesuai dengan usianya:
Bayi usia di bawah 6 bulan
a) Tidak mengangkat kepala ketika Anda menarik tangannya.
b) Tubuhnya terkulai lemas.
c) Saat dipeluk, tubuhnya menjauhi Anda.
d) Saat tubuhnya diangkat, kaki menjadi kaku dan bentuk kakinya
bersilang.
Bayi di atas 6 bulan
a) Mengulurkan hanya dengan satu tangan sambil mengepal.
b) Sulit mengunyah makanan.
Bayi usia di atas 10 bulan
a. Merangkak dengan posisi miring, mendorong pakai satu tangan dan kaki
menyeret.
b. Menggerakkan bokong dengan kondisi terduduk tanpa merangkak.
11
gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral Palsy memperlihatkan gejala
ini.
2. Athetosis
Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak, menggeliat terutama
pada jari dan pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung berturu-turut ini
tidak bisa dikontrol pleh beberapa kelompok otot. Gejala ini akan berhenti
ketika penderita tidur. 25% dari penderita Cerebral Palsy mengalami gangguan
ini.
3. Ataksia
Ataksia adalah gangguan pada koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya
menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan
tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua
pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita Cerebral Palsy mengalami
gangguan ini.
4. Rigidity Cerebral Palsy
Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi.
5. Tremor Cerebral Palsy
Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak terkontrolnya
gerakan pada bagian otot tertentu. Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang
dalam selang waktu tertentu.
6. Mixed Cerebral Palsy
Jenis Cerebral Palsy ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan
di atas.
12
3. Ultrasonography (USG) : Alat ini dapat menggambarkan masalah dalam
jaringan otak
4. Electroencephalogram (EEG) : Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat
aktivitas elektrik di dalam otak.
13
H. PENANGANAN RUMAHAN YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGATASI CEREBRAL PALSY
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin membantu
mengatasi cerebral palsy:
1. Hubungi dokter tentang pengobatan yang membantu mengurangi gejala.
2. Cari tahu sekolah dengan pendidikan khusus dan layanan yang terkait untuk
anak.
3. Bersikap positif tentang orang dengan CP.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ayres. A. J.(2012). Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western
Psychological Services.
Anderson. J. M. (2010).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill Builders.
Kimbal. J. G. (2014). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot
Williams&Wilkins.
Casey, Kevin. (2016). Teaching Children with Special Need. Claremont Teachers College
: Clarement, Western Australia.
Hallahan, Daniel P. & James M. Kauffman. (2016). Exceptional Children Introduction to
Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood, New Jersey.
15