KATARAK
Dosen Pembimbing :
Erika Martining, S.Kep., Ns., M. Ked Trop
Oleh :
Ani Ardianti (1120021016)
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya Jawab
F. Media
1. Presentasi PPT menggunakan proyektor
2. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Waktu
Pra kegiatan : Petugas menyiapkan daftar Peserta penyuluhan mengisi
5 menit hadir, ruangan dan tempat untuk daftar hadir dan duduk di
peserta penyuluhan tempat yang disediakan
Pendahuluan : Pembukaan : a. Menjawab salam
5 menit a. Mengucapkan salam dan b. Mendengarkan tujuan dan
memperkenalkan diri maksud dari penyuluhan
b. Menyampaikan tujuan dan c. Mendengarkan dan
maksud penyuluhan menyetujui kontrak waktu
c. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
dan mekanisme d. Mendengarkan materi
d. Menyebutkan materi penyuluhan yang
penyuluhan disampaikan
Pelaksanaan Pelaksanaan :
kegiatan a. Menggali pengetahuan dan a. Menjawab pertanyaan
penyuluhan : pengalaman sasaran
15 menit penyuluhan tentang katarak.
b. Menjelaskan materi
penyuluhan berupa :
1. Pengertian Katarak
2. Etiologi Katarak b. Mendengarkan penjelasan
3. Klasifikasi Katarak
4. Penyebab Katarak
5. Gejala Katarak
6. Jenis-jenis Katarak
7. Hal-hal yang harus
diperhatikan
8. Pencegahan Katarak
9. Pengobatan Katarak
10. Komplikasi Katarak
11. Discharge Planning
Katarak
A. Pengertian Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat
air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak
senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi
bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan
keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur
pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa
walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
B. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
2. Katarak imatur
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
E. Jenis-jenis Katarak
Secara umum pasien diabetes dibagi menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1
yang biasanya muncul saat usia muda atau anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang
muncul pada usia dewasa. Tidak dikenal adanya diabetes tipe basah atau kering
di dalam konteks ilmu kedokteran. Luka yang tidak sembuh dan cenderung
menyebabkan harus diamputasinya anggota gerak merupakan komplikasi yang
terjadi akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol dan komplikasi pembuluh
darah yang telah terjadi. Hal ini dapat terjadi baik pada DM tipe 1 maupun DM
tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita
menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi
kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan
diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum
diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor
genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen
penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini. Selain kedua jenis
diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang
dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh
perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil
menjalani persalinan.
F. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Pentingnya mencapai target gula darah terkontrol harus dipahami oleh
setiap penderita yang terdiagnosis DM. Gula darah puasa 80-130 mg/dL dan
gula darah 2 jam setelah makan 180 mg/dL serta HbA1c 7% merupakan target
pengendalian gula darah yang diharapkan dicapai oleh penderita diabetes. Hal
tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pola makan sesuai kebutuhan kalori
dan aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur. Penerapan pola makan
3J (jenis, jumlah dan jadwal yang tetap) haruslah menjadi acuan para penderita
DM dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan olahraga minimal 3-5 kali
1
seminggu selama minimal 30 menit diharapkan dapat dilakukan oleh para
penderita DM. Namun apabila dengan 2 cara tersebut tidak tercapai maka harus
dibantu dengan obat-obatan.
Selain pengendalian gula darah, kontrol teratur juga diperlukan dalam
rangka mengevaluasi komplikasi jangka yang dapat terjadi pada DM. Evaluasi
adanya komplikasi ke organ ginjal, saraf mata dan pembuluh darah lainnya
harus terus dipantau oleh penderita DM secara rutin, dapat dilakukan tiap 3-6
bulan sekali. Pengobatan penderita DM tidak sama pada semua penderita,
bergantung pada kondisi si penderita, gaya hidup sehari-hari dll. Oleh karena
itu pengobatan DM sangatlah bersifat individual, penting sekali seorang
penderita diabetes untuk selalu berdiskusi dengan dokternya untuk dapat
mengevaluasi pilihan pengobatan yang lebih cocok untuk masing-masing
individu agar dapat mencapai pengendalian gula darah yang baik.
Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kedisplinan
penderita dalam mengubah gaya hidup. Untuk itu para penderita DM dihimbau
untuk tidak menutup mata dan telinga dalam menjalankan terapi DM.
Kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita dan dokter akan sangat
membantu menurunkan angka komplikasi DM dan menciptakan kualitas hidup
yang lebih baik pada penderita DM.
G. Pengobatan Katarak
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa
sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992).Bila
penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan
biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang
memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai
adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
2
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler
pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Katarak dapat diatasi dengan operasi yaitu
pengambilan lensa keruh. Ada beberapa teknik operasi yang dilakukan di
Rumah Sakit, yaitu: Operasi dengan irisan luas dengan jahitan konvensional
dan dengan irisan kecil tanpa jahitan lensa dikeluarkan dengan alat
Phaceomulsifikasi (small incision surgery). Pemilihan teknik operasi ini
tergantung kekerasan lensa mata. Setelah lensa katarak diambil, penderita
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, kecuali penderita diganti
lensanya.
H. Komplikasi Katarak
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
3
4. Pelajari mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan.
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti
sayuran dan sereal.
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak
kolesterol LDL, antara lain : daging merah, produk susu, kuning telur,
mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya.
7. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam.
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
J. Dukungan Penderita Katarak
Dukungan untuk penderita katarak dalam menghadapi perilaku new normal
covid-19, yaitu :
1. Menggunakan masker jika ingin pergi ke suatu tempat.
2. Selalu mencuci tangan setiap dari luar rumah.
3. Membawa hand sanitizer saat berada dijalan atau jauh dari tempat cuci
tangan.
4. Jangan pernah lupa untuk megkonsumsi obat diabetesnya dan suntik insulin.
5. Selalu cek kesehatan dan mengontrol kadar gula darah ke sarana kesehatan.
6. Batasi aktivitas dan lakukan diit untuk penderita yang sudah dianjurkan oleh
dokter.
7. Tetap melakukan physical distancing meskipun sudah diberlakukan new
normal dan tidak PSBB sesuai aturan pemerintah, karena covid-19 belum
hilang.
8. Selalu menjaga pola hidup, makan makanan yang diperbolehkan, dan jangan
mencoba untuk melanggar anjuran dokter agar tidak semakin parah.
9. Olahraga secukupnya, sedikit-sedikit tapi sering, serta jangan berlebihan.
10. Rekreasi ke tempat wisata, tenangkan pikiran, menghibur diri, jangan stres,
jangan banyak pikiran, selalu membuat nyaman, dan istirahat yang cukup.
4
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Jogja.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda NIC-NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction Jogja.