PENYULUHAN KESEHATAN
1. Analisa Situasional
Penyuluh : Mahasiswa profesi ners Poltekkes Kemenkes Surakarta
Peserta : Pasien dan keluarga pasien yang datang di Al Aqsa Lantai 4 RSU
Haji Surabaya
5. Strategi
1. Materi Pembelajaran : Ceramah dan diskusi
2. Media : LCD dan leaflet
6. Susunan Organisasi
1. Pembimbing Ruangan : Ari Dewanti
2. Pembimbing Akademik : Suryanti, S.kep., Ns., M.Sc
3. Moderator : Devi afina
4. Penyaji : Azizah Fadhilah
5. Observer : Bakti Nur Utama
6. Fasilitator : Delika Afriana Citra
7. Setting Tempat
LCD
Penyaji Moderator
Fa
sil Peserta
ita
tor
Observer
8. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pelaksana
1. 5 menit
Pendahuluan 1. Menjawab Moderator
1. Mengucapkan salam dan
salam pembuka dan menyatakan
menanyakan kabar keadaannya
peserta 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan 3. Memperhatikan
diri beserta tim 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan 5. Memperhatikan
kontrak waktu dan
tujuan penyuluhan
4. Menjelaskan
mekanisme diskusi
5. Menjelaskan topik
yang akan
diberikan
2. 30 Pelaksanaan
menit 1. Menggali 1. Menjawab Penyaji
pengetahuan awal
dan pengalaman
peserta
2. Menjelaskan 2. Memperhatikan
materi : Pengertian,
klasifikasi, tanda
gejala, penyebab,
komplikasi,
penatalaksanaan,
pemeriksaan 3. Bertanya Moderator
penunjang dan
pencegahan kista
ovarium
3. Mempersilahkan
peserta untuk
mengajukan
pertanyaan dan 4. Memperhatikan
fasilitator
memotivasi peserta
untuk bertanya
4. Fasilitator
menjawab
pertanyaan
3. 5 menit Evaluasi
1. Mengajukan
1. Menjawab
pertanyaan sebagai Moderator
review
2. Memberikan pujian
2. Mendengarkan
atas jawaban peserta
4. 5 menit Penutup
1. Menegaskan Moderator
1. Menjawab
kesimpulan dari
topik yang sudah
dibahas
sebelumnya
2. Mengucapkan
2. Mengucapkan
kembali
terima kasih atas
terimakasih
waktu dan
kepada
perhatian peserta
mahasiswa yang
telah memberi
penyuluhan
3. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam
penutup Fasilitator
4. Menerima
4. Membagikan leaflet
9. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan perawat.
b. Pengorganisasian dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
penyuluhan
c. Kontrak waktu penyuluhan dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan
penyuluhan kesehatan dan ditindak lanjuti 15 menit sebelum acara
dimulai
d. Media yang digunakan sudah siap sebelum acara penyuluhan dimulai
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
b. Peserta tidak meninggalkan acara selama penyuluhan berlangsung
atau meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji
Lembar Observasi
Hari/ Tanggal :
Waktu : sampai
Tempat :
Jumlah Peserta : (… Laki-laki, ……. Perempuan)
Topik :
B. KLASIFIKASI
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa
subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan
hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista
korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala
dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.
Gambar : kista ovarium fungsional
Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai
periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
D. ETIOLOGI
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari
FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista
granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional
dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein
biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium,
misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
E. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2009: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung
kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih
besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan
gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi
dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang
menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak
melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling
sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri
mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah.
Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan,
adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren
dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah
masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi
kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik
menjadi penting.
F. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas
(kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun
memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang
diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan
mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo
oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi
ovarium dan jenis kista.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan
differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
Gambar : USG kista ovarium
Sumber : http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-
penyakit-kronis-seperti-kanker-kista-dll-t137091.html
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk.