2. Ani kassa’
3. Eva
4. Marselina
5. Yulianti malisan
6. Selma P
TAHUN 2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAL GANGGUAN JIWA DAN ODGJ DI WILAYAH
PUSKESMAS TALLUNGLIPU
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala
nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau
disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994).
Kecendrungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya
situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan
menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan
menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu
dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah (Rasmun, 2001).
Pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rata-rata lama hari rawat
yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah pasien dengan diagnosa
skizofrenia.
Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap di rumah sakit jiwa,
keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis
rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam
memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluarga seperti
dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional
(Friedman,1998).
Tetapi kenyataannya, belum banyak keluarga memiliki kepedulian tentang ini. Banyak
keluarga yang menyerahkan sepenuhnya penyembuhan penderita kepada petugas kesehatan.
Banyak pasien gangguan jiwa justru ditelantarkan keluarganya. Keluarga telah melupakan
mereka. Banyak yang tidak mengurusnya lagi saat dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Padahal,
jika keluarga mereka rajin mengunjungi dan memberikan dukungan bagi pasien gangguan
jiwa, ini merupakan salah satu terapi yang jitu untuk kesembuhan mereka. Namun, jika
keluarga mereka tidak peduli, tingkat kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa
tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya (Yosep,dkk, 2008)
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan sasaran penyuluhan dapat
memahami tentang perannya dalam mencegah penderita dengan gangguan jiwa di rumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan sasaran penyuluhan
mampu:
1) Memahami dan mampu menjelaskan kembali definisi sehat jiwa dan gangguan jiwa
2) Memahami dan mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala gangguan jiwa
3) Memahami dan mampu menyebutkan kembali cirri-ciri gangguan jiwa
4) Memahami dan menyebutkan kembali cara penanganan gangguan jiwa di keluarga
C. Tempat
Wilaya Puskesmas Tallunglipu
D. Waktu
Kegiatan akan berlangsung selama 45 menit pukul 10.30 WITA sampai dengan pukul 11.15
WITA
E. Sasaran
Pengunjungan ke rumah disabilitas dan gangguan jiwa
F. Penyelenggara Penyuluhan
Penyelenggara penyuluhan “Peningkatan Pengetahuan Keluarga Mengenai Kesehatan Jiwa”
1. 2 menit Pendahuluan
- Moderator memberikan salam
- Sasaran membalas
kepada sasaran.
salam dari moderator.
- Moderator menjelaskan topik
- Sasaran menyimak.
penyuluhan.
- Moderator memperkenalkan
kelompok kepada sasaran. - Sasaran menyimak.
- Moderator menjelaskan tujuan
penyuluhan. - Sasaran menyimak.
- Moderator menjelaskan waktu
pelaksanaan. - Sasaran menyimak.
2. 40 menit Penyampaian Materi
(30 menit - Penyaji menggali sedikit informasi
- Sasaran
materi, 10 pada sasaran mengenai Gangguan
mengeksplorasi apa
menit Jiwa
yang mereka ketahui
tanya
tentang kesehatan
jawab)
lingkungan.
- Penyaji menjelaskan materi mengenai
- Sasaran
:
memperhatikan
1. Definisi sehat jiwa dan gangguan
penjelasan dan
jiwa
mencermati materi.
2. Tanda dan gejala gangguan jiwa
3. Ciri-ciri gangguan jiwa
4. Penanganan gangguan jiwa di
keluarga
Tanya Jawab
- Moderator membuka sesi tanya jawab.
I. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
J. Media
1. Leaflet
2. Flipcart
K. Setting Tempat
1
2 2 2
2 2 2
Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
K. Pengorganisasian kelompok
Moderator :
Penyaji materi :
Observer :
Fasilitator :
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan melakukan konsultasi
materi yang akan disampaikan saat penyuluhan. Sarana prasarana seperti leaflet disiapkan
paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu :
1) Memahami dan mampu menjelaskan kembali definisi sehat jiwa dan gangguan jiwa
2) Memahami dan mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala gangguan jiwa
3) Memahami dan mampu menyebutkan kembali cirri-ciri gangguan jiwa
4) Memahami dan menyebutkan kembali cara penanganan gangguan jiwa di keluarga
A. LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Materi
- Leaflet
- Flipcart
Lampiran Materi 1
1. Suasana rumah yang tidak harmonis seperti : tidak percaya diri, sering bertengkar,
salah pengertian, kurang bahagia
2. Pengalaman masa kanak-kanak yang bersifat traumatic
3. Faktor keturunan
4. Perubahan/ kerusakan dalam otak seperti : infeksi, luka, perdarahan, tumor,
gangguan peredaran darah, keracunan, pemakaian alcohol jangka panjang,
kekurangan vitamin, epilepsi.
Faktor lain :
Individu yang tidak mendapat kesempatan dan fasilitas anggota masyarakat yang dihargai,
kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan, ketidakamanan, persaingan yang berat, dan
diskriminasi social.
1. FUNGSI KELUARGA
Gambaran umum tentang fungsi keluarga dalam kesehatan jiwa adalah :
1) Pendewasaan kepribadian dari para anggota keluarga
2) Pelindung dan pemberi keamanan bagi anggota keluarga
3) Fungsi sosialisasi, yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan antar
anggota keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat
Fungsi keluarga dalam upaya mencegah gangguan jiwa antara lain :
MENGENAL DISABILITAS
Disabilitas adalah kondisi atau keterbatasan fisik, mental, sensorik, atau kognitif yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari seseorang dan berpotensi membatasi partisipasi mereka
dalam berbagai aspek kehidupan. Disabilitas dapat bersifat permanen atau sementara, bervariasi
dalam tingkat keparahan, dan dapat muncul sejak lahir atau terjadi sepanjang hidup seseorang.
1. Disabilitas Fisik:
Melibatkan keterbatasan pada fungsi tubuh atau bagian tubuh tertentu, seperti
gangguan mobilitas atau kelemahan otot.
2. Disabilitas Mental:
Melibatkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, atau
skizofrenia.
3. Disabilitas Sensorik:
Terkait dengan keterbatasan pada panca indera, seperti kehilangan pendengaran
(disabilitas pendengaran) atau kehilangan penglihatan (disabilitas penglihatan).
4. Disabilitas Kognitif:
Melibatkan keterbatasan dalam pemahaman, berpikir, atau mengingat, seperti
gangguan belajar atau sindrom Down.
5. Disabilitas Pengembangan:
Terkait dengan keterbatasan dalam perkembangan keterampilan dan kemampuan
tertentu, seperti autisme atau gangguan perkembangan lainnya.
6. Disabilitas Kronis:
Melibatkan kondisi kesehatan yang bersifat jangka panjang dan memerlukan
manajemen dan perawatan terus menerus, seperti diabetes atau penyakit jantung.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan disabilitas adalah individu yang unik, dan
pengalaman disabilitas dapat bervariasi secara signifikan. Pendekatan yang inklusif dan
mendukung dari masyarakat, lingkungan kerja, dan lembaga pendidikan sangat penting untuk
memastikan bahwa orang dengan disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi penuh dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang perlindungan disabilitas juga
dapat ada di berbagai negara untuk mendukung hak dan kebutuhan individu dengan disabilitas
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi, Ana. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC. 1995
Sembiring,EE.2011.(Online),(http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/24194/5/Chapter
%20I.PDF, diakses 22 Januari 2015)