Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KOPING INDIVIDU TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA


LANJUT USIA DI KELURAHAN OLUHUTA WILAYAH KERJA PKM KABILA

OLEH
KELOMPOK ...

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Koping Individu Terhadap Penyakit Tidak Menular Pada Lanjut


Usia
Hari/Tanggal : Rabu, 05 Oktober 2022
Waktu : 09.30 Wita
Tempat Pelaksanaan : Kelurahan Oluhuta, Kec. Kabila
Sub Topik :
1. Konsep Lansia
2. Konsep Stres
3. Konsep Manajemen Koping Lansia Terhadap Penyakit Tidak
Menular

A. Latar Belakang
Seseorang akan mengalami fase menua. Ketika seseorang semakin menua, maka akan
cenderung mengalami masalah pada kesehatan yang dikarenakan menurunnya fungsi
organ, adanya kondisi penyakit, dan hilangnya kemampuan diri dalam menyembuhkan
penyakit (Suyanta, 2018). Presentase lansia di Indonesia pada tahun 2018 terdapat 9,27%
atau sekitar 24,49 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2045 sebesar 19,8% atau sekitar
63,31 juta jiwa.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat disebarkan ke
orang lain (Warganegara & Nur, 2016). Saat ini PTM yang paling tinggi adalah stroke,
hipertensi dan penyakit sendi. Kondisi PTM yang dialami lansia ini dapat menimbulkan
masalah kesehatan mental dan psikososial seperti frustasi, ansietas, kesepian, kurangnya
interaksi sosial, hingga kondisi depresi (Prastika, 2020).
Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi mengahadapi stressor, yang dapat
berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Dalam arti umum stres
merupakan pola reaksi atau respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang
dipersepsikan mengancam atau tekanan terhadap kesejahteraan orang yang bersangkutan
(Isnawati 2019). Depresi didefinisikan sebagai gangguan kesehatan mental yang ditandai
dengan perasaan sedih, merasa rendah diri, gangguan tidur, dan gejala kecemasan.
Seseorang yang mengalami depresi cenderung tidak memiliki harapan atau
ketidakberdayaan (Prastika, 2020).

2
Perlunya pemberian mekanisme koping pada lansia yang mengalami penyakit tidak
diperlukan memberikan dampak yang positif pada keberlangsungan hidup lansia. Oleh
karena itu, kami tertarik untuk memberikan penyuluhan kepada lansia-lansia yang ada di
Kelurahan Oluhuta tentang “Koping Individu Terhadap Penyakit Tidak Menular Pada
Lanjut Usia”.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan sasaran penyuluhan yakni lansia
dapat memahami menajemen koping dalam menghadapi penyakit tidak menular.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 35 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan mampu:
1) Memahami dan mampu menjelaskan kembali konsep lansia yang meliputi
definisi dan perubahan yang terjadi pada lansia.
2) Memahami dan mampu menjelaskan kembali konsep stres meliputi definis,
penyebab dan tanda gejala stres.
3) Memahami dan mampu menjelaskan kembali manajemen koping lansia terhadap
penyakit tidak menular.
C. Tempat
Kelurahan Oluhuta, Kecamatan Kabila.
D. Waktu
Kegiatan akan berlangsung selama 35 menit dari pukul 09.30 WITA sampai selesai.
E. Sasaran
Lansia yang menderita penyakit tidak menular di Kelurahan Oluhuta.
F. Penyelenggara Penyuluhan
Mahasiswa Profesi Ners Angkatan XVI Universitas Negeri Gorontalo.
G. Pelaksanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
.
1. 5 menit Pendahuluan
- Moderator memberikan salam - Sasaran membalas
kepada sasaran. salam dari moderator.
- Moderator menjelaskan topik - Sasaran menyimak.

3
penyuluhan.
- Moderator memperkenalkan - Sasaran menyimak.
kelompok kepada sasaran.
- Moderator menjelaskan tujuan - Sasaran menyimak.
penyuluhan.
- Moderator menjelaskan waktu - Sasaran menyimak.
pelaksanaan.
2. 25 Menit Penyampaian Materi
Penyampaian - Penyaji menggali sedikit informasi - Sasaran
materi dan pada sasaran mengenai manajemen mengeksplorasi apa
Tanya Jawab koping yang sudah diketahui oleh yang mereka ketahui
sasaran

- Penyaji menjelaskan materi - Sasaran


mengenai : memperhatikan
1. Definisi Lansia penjelasan dan
2. Perubahan Pada Lansia mencermati materi.
3. Definisi Stres
4. Penyebab Stres
5. Tanda dan Gejala Stres
6. Manajemen Koping Lansia
Terhadap Penyakit Tidak
Menular

Tanya Jawab
1. Moderator membuka sesi tanya - Sasaran mengajukan
jawab. pertanyaan.
2. Penyelenggara penyuluhan - Sasaran
menjawab pertanyaan sasaran. memperhatikan
jawaban yang
diberikan.
3. 5 menit Penutup
- Moderator melakukan evaluasi  Sasaran menjawab

4
dengan memberikan beberapa pertanyaan evaluasi
pertanyaan
- Moderator menyimpulkan hasil - Sasaran menyimak
penyuluhan. kesimpulan yang
disampaikan oleh
moderator.
- Pembagian leaflet pada sasaran. - Sasaran menerima
leaflet yang diberikan
oleh fasilitator.
- Mengakhiri dengan salam - Menjawab salam dan
sasaran bersiap untuk
meninggalkan tempat
penyuluhan.

H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
I. Media
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. LCD/Banner
J. Setting Tempat

LCD

Penyuluh

Moderator

5
Keterangan :
: Preseptor Klinik :Responden
: Preseptor Akademik : Fasilitator

K. Pengorganisasian
a. Moderator :
b. Pemateri :
c. Fasilitator :
d. Observer :
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan melakukan
konsultasi materi yang akan disampaikan saat penyuluhan. Sarana prasarana seperti
leaflet disiapkan paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu :
1) Mampu menjelaskan kembali definisi lansia.
2) Mampu menjelaskan kembali perubahan pada lansia
3) Mampu menjelaskan kembali definisi stres
4) Mampu menjelaskan kembali penyebab stres
5) Mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala stres
6) Mampu menjelaskan kembali manajemen koping lansia terhadap penyakit
tidak menular

6
Lampiran Materi

KOPING INDIVIDU TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR


PADA LANJUT USIA

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2019).
2. Perubahan Pada Lansia
Beberapa perubahan yang dialami oleh lansia dapat meliputi perubahan fisik dan
psikologis di antaranya adalah sebagai berikut (Nugroho, 2017).
Perubahan fisik yang di alami lansia adalah sebagai berikut:
a) Perubahan pada kulit yakni kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih
kering dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk seperti kantung dan
lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah
kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
b) Perubahan otot yakni pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek
dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut.
c) Perubahan pada persendian yakni masalah pada persendian terutama pada bagian
tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan.
d) Perubahan pada gigi yakni gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga
kadang-kadang memakai gigi palsu.
e) Perubahan pada mata yakni mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita
presbiop atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya akomodasi karena
menurunnya elastisitas mata.
f) Perubahan pada telinga yakni fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga
tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran. mulai terjadi
penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi
secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.

7
g) Perubahan pada sistem pernafasan yakni nafas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paruparu,
residu volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan
fleksibilitas dan elastisitas dari paru.
h) Perubahan pada sistem syaraf otak yakni umumnya mengalami penurunan
ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
i) Perubahan pada sistem cardiovascular yakni terjadi penurunan elastisitas dari
pembuluh darah jantung dan menurunnya cardiac output.
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia adalah sebagai berikut:
a) Sadar akan kematian
b) Perubahan dalam cara hidup yakni mulai memasuki rumah perawatan.
c) Perubahan ekonomi akibat berhenti dari kerjaan
d) Mengalami penyakit dan ketidakmampuan
B. Konsep Stres
1) Definisi Stres
Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi mengahadapi stressor, yang
dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Dalam arti umum
stres merupakan pola reaksi atau respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang
dipersepsikan mengancam atau tekanan terhadap kesejahteraan orang yang
bersangkutan (Isnawati 2019).
2) Penyebab Stres (Stresor)
Terdapat tiga sumber utama stres, yaitu:
1. Lingkungan, misalnya cuaca, suara bising, kepadatan penduduk, tekanan waktu,
sandar prestasi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dan perubahan dalam
keluarga.
2. Fisik,yaitu perubahan bentuk tubuh, misalnya masa pubertas, hamil, haid,
kecelakaan atau cacat, perubahan berat badan.
3. Pikiran. Pikiran menjelaskan dan menterjemahkan pengalaman perubahan dan
menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna atau
lebel pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita rileks atau
stres.
3) Tanda Dan Gejala Stres
Tanda-tanda fisik seseorang mengalami stres adalah sebagai berikut:
1. Gerakan motorik yang tidak disadari berupa:
8
a. Menggigit kuku
b. Mengepalkan tangan
c. Mengencangkan rahang
d. Mengetuk-ngetuk jari
e. Menggesek-gesek gigi
f. Menarik bahu
g. Mencubit kulit muka
h. Mengetuk-ngetukkan kaki
i. Menyentuh rambut
j. Gemetar
2. Aspek emosi ditandai sebagai berikut:
a. Cemas
b. Depresi
c. Kecewa
d. Marah atau bermusuhan
e. Tidak berdaya
f. Tidak sabar
g. Mudah tersinggung
h. Gelisah
3. Aspek perilaku, ditandai sebagai berikut:
a. Agresif
b. Gangguan pola tidur
c. Mengerjakan beberapa hal sekaligus
d. Ledakan emosional
e. Meninggalkan pekerjaan yang belum selesai
f. Reaksi berlebihan
g. Berbicara terlalu keras atau cepat
C. Konsep Manajemen Koping Lansia Terhadap Penyakit Tidak Menular
Menurut Azano dkk (2018), beberapa manajemen koping yang dapat dilakukan oleh
lansia yang menderita penyakit tidak menular adalah sebagai berikut.
1. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing)
Tata caranya sebagai berikut:
a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat.
b. Tahan napas selama 3 detik
9
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d. Ulangi selama 3 kali
2. Hipnotis lima jari
Tata caranya sebagai berikut:
a. Tempelkan jari jempol dengan jari telunjuk sambil membayangkan dalam
keadaan sehat atau sedang dalam melakukan aktivitas.
b. Tempelkan jari jempol dengan jari tengah sambil membayangkan sedang
bertemu dengan orang yang dicintai seperti anak, cucu , maupun pasangan.
c. Tempelkan jari jempol dengan jari manis sambil membayangkan ketika
diberikan pujian.
d. Tempelkan jari jempol dengan jari kelingking sambil membayangkan sedang
mengunjungi tempat yang indah.
3. Hindari kafein, alkohol dan rokok
Stres dan rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta
kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan rokok disebut-sebut
sebagai substansi yang bisa meningkatkan rasa cemas seseorang.
4. Tertawa dan olahraga
Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap menyehatkan.
Buktinya untuk mengatasi stres dan rasa cemas ini para pakar juga menyarankan agar
kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh mengusir emosi dengan sesuatu
yang positif sifatnya. Tak ubahnya dengan olahraga, 20 hingga 30 menit melakukan
olahraga bisa membantu mengurangi stres dan rasa cemas.
5. Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas lainnya.
Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-senang dan bersantai.
Atau waktu tersebut bisa pula digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan
berimajinasi. Karena kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa cemas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azano, I. C., dkk. 2018. Ansietas Pada Lansia dengan Hipertensi. Padang: Prodi Profesi Ners
Universitas Andalas

Isnawati, I & R.,Yunita. 2019. Buku Ajar Konsep Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa di
Masyarakat. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Nugroho, W. 2017. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta: EGC

Prastika, K. N. 2020. Hubunga Jenis Penyakit Tidak Menular dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Prodi
Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani

Suyanta. 2018. Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit
Kronis. Jurnal Psikologi Vol.39 No. 2 Hal. 208-221

Warganegara, E., & Nur, N. N. 2016. Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak Menular. Jurnal
Majority Hal.88-94.

Wulandari, S., Maunaturrohma, A., & Rahmawati, A. 2018. Hubungan Kepuasan Hidup
Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjt Usia. Skripsi

11

Anda mungkin juga menyukai