Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS JURNAL

PENGARUH RENDAM KAKI AIR JAHE HANGAT TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

OLEH:

SISILIA HIMAM

841720077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GOORNTALO

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Lansia akan mengalami proses penuaan yakni suatu proses alami yang tidak dapat

dihindari yang dapat menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan (Maryam. Dkk, 2008). Penurunan fungsi organ dan perubahan

anatomi tubuh pada lansia antara lain perubahan sistem indra yaitu sistem

pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem integument. Perubahan sistem

musculoskeletal seperti jaringan penghubung, kartilago, otot, dan sendi.

Perubahan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi, perubahan sistem

pencernaandan metabolisme, perubahan sistem saraf dan perubahan pada sistem

reproduksi (Azizah, 2011).

Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia menimbulkan penyakit yang

mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner

(angina pektoris, akut miokard infark), dekompensasio kordis, stroke dan

hipertensi (Azizah, 2011). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang paling

sering terjadi pada lansia yang biasa menjadi faktor utama dari penyakit jantung

koroner. Hipertensi adalah tekanan darah dengan sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Smeltzer, 2013). Faktor yang berperan

terjadinya hipertensi pada usia lanjut adalah peningkatan sensitivitas terhadap

asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah perifer yang diakibatkan


oleh proses menua sehingga akan mengakibatkan tekanan darah meningkat

(Martono, 2006).

Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018, di Indonesia berdasarkan usia

lebih dari 18 tahun yakni 34,11% menderita hipertensi. Untuk daerah Provinsi

Gorontalo angka penderita hipertensi mencapai 29,64% mencakup 5 kabupaten

dan 1 kota madya (Riskesdas 2018).

Dilihat dari tingginya jumlah penderita hipertensi, peran perawat dalam

penanganan hipertensi pada lansia dapat dilakukan dengan salah satu terapi

komplementer yang dapat digunakan untuk intervensi secara mandiri dan bersifat

alami yaitu hidroterapi kaki (rendam kaki air hangat). Merendam kaki (tubuh)

pada larutan hangat memberikan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan

sirkulasi otot. Rendam hangat akan menimbulkan respon sistemik terjadi melalui

mekanisme vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) (Potter & Perry, 2010).

Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan herbal lain salah

satunya jahe. Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin (gingerol) dan

minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada jahe disebabkan oleh

kandungan minyak atsiri (volatil) dan senyawa oleoresin (gingerol). Terapi

rendaman kaki air jahe hangat ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah

karena sangat efektif untuk menurunkan darah. Rasa hangat pada jahe dapat

memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar (Santoso, 2015).

Penelitian oleh Sari & Effendy tahun 2021 menunjukkan bahwa rendaman

air jahe pada kaki efektif terhadap penurunan tekanan darah lansia di Desa
Bangsal Kabupaten Mojokerto. Dengan pemberian terapi rendaman air jahe pada

lansia dapat menyebabkan tekanan darah menurun.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan

pertanyaan penelitian “Pengaruh Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”.

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang Pengaruh Rendam Kaki Air Jahe Hangat

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

1.3 Manfaat

A. Manfaat Praktis

1. Bagi Program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori

dan bahan bacaan tentang Pengaruh Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

2. Bagi Perawat

Diharapkan dapat memberikan alternatif untuk dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi.

3. Bagi Panti

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi panti

dalam melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi pengunaan

Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi
B. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan

tentang pengaruh rendam kaki air jahe hangat terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

2. Diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga memberikan ilmu khusus bagi

keperawatan.
BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. Metode Pencaharian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi

ilmiah tahun 2016-2021 dengan penelusuran menggunakan data based Google

cendekia/scholar. Strategi pencarian literature penelitian yang relevan untuk

analisis jurnal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


Penelusuran melalui kata kunci pada
tanggal 1 September 2021. Pada
database google scholar.

Hasil:
Metode Kata Kunci Hasil Pencarian
Google Schoolar: 264
Google Scholar Rendam kaki air jahe dan hipertensi 264

Screening: Jumlah jurnal yang sesuai


dengan kriteria sampel jurnal: 5

Kata Kunci:
1. Rendam kaki air jahe dan hipertensi

2.2. Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

2.2.1 Lansia

a. Definisi

Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang sudah berusia 60

tahun keatas. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi menua merupakan

proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana

ketika menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada

akhirnya akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh

dan berakhir dengan kematian (Padila, 2017).


Menjadi tua merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan secara

perlahan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

pada usia itu sangat rentang terhadap infeksi, hal tersebut disebabkan seiring

meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh

pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan

berpengaruh pada activity of daily living (Pandji, 2016).

b. Batasan Lansia

Klasifikasi lansia menurut WHO :

1) Usia pertengahan atau Middle Age yaitu berkisar usia 45 sampai 59 tahun.

2) Usia Lanjut atau Elderly yaitu berkisar usia 60 sampai 74 tahun.

3) Usia lanjut tua atau Old yaitu berkisar usia 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua atau Very Old yaitu usia 90 tahun ke atas

c. Masalah fisik yang dialami lansia

Menurut Pandji (2016) bahwa masalah fisik sehari-hari yang dialami lansia

adalah:

1) Mudah jatuh dimana seorang lansia mendadak terduduk di lantai tanpa

kesadaran dan terluka. Jatuh ini dipengaruhi oleh faktor gangguan

berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, serta kekuatan sendi.

Ditunjang lagi oleh lantai lincin, tersandung benda-benda, serta

penglihatan kurang karena cahaya yang tidak memadai.


2) Mudah lelah karena faktor psikologis sperti perasaan bosan, keletihan,

depresi serta gangguan organis termasuk anemia, kurang vitamin,

osteomalasia juga pengaruh obat.

3) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alcohol, serta

penyakit metabolisme, dan dehidrasi.

4) Nyeri dada karena penyakit jantung koroner, aneurisma aortam dan

emboli paru.

5) Sesak napas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan

jantung, kelebihan bobot dan anemia.

6) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis dan psikologis.

7) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung,

kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, dan kelumpuhan.

8) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,osteoporosis,

osteoarthritis, dan batu ginjal.

9) Nyeri sendi pinggul karena gout arthritis, osteoporosis, fraktur, dan saraf

terjepit.

10) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran

cerna dan faktor sosial ekonomi.

11) Sukar menahan buang air kecil karena obat-obatan, radang kandung

kemih, kelainan saraf, dan faktor psikologis.

12) Sukar menahan buang air besar karena obat-obatan,diare, kelaianan usus

besan dan rectum.


13) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, lensa berkurang,

katarak, glaucoma dan infeksi mata.

14) Gangguan pendengaran, ketulian yang menyebabkan kekacauan mental.

15) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang serta depresi.

16) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaucoma, sinusitis dan sakit gigi

17) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena gangguan

sirkulasi darah lokal dan gangguan syaraf umum.

18) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, diabetes, gagal ginjal,

hipertensi, hepatitis kronis dan alergi

2.2.2 Hipertensi

a) Definisi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi

tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita

penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin

tinggi tekanan darah, makin besar resikonya ( Nurarif, 2016).

Menurut dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer

dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir

sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau

rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.


b) Etiologi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M, 2012) :

1. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan

dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

a. Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih

tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b. Jenis kelamin dan usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause

berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

c. Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan

kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan

berkembangnya penyakit hipertensi.

d. Berat badan obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering

dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol


Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang

terkandung dalam keduanya.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,

yaitu :

a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin

terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.

Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler

berhubungan dengan penyempitan

c. satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke

ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan

abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan

infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

d. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara

oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya

hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume


expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal

setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.

e. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal

dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension

disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

f. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

g. Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk

sementara waktu.

h. Kehamilan

i. Luka bakar

j. Peningkatan tekanan vaskuler

k. Merokok, Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang

kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H. & Kusuma

H., 2016) :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari

160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.


Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

c) Klasifikasi

Menurut World Health Organization Noorhidayah (2016) klasifikasi

hipertensi adalah :

NO Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik

(mmHg)
1 Optimal <120 <80

2 Normal 120 - 129 80 – 84

3 High Normal 130 – 139 85 – 89

Hipertensi
4 Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

5 Grade 2 (sedang) 160 - 179 100 – 109

6 Grade 3 (berat) 180 - 209 100 – 119

7 Grade 4 (sangat berat) >210 >210


d) Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Nurarif (2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan

menjadi :

1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2. Gejala yang lazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan

kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa

pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

e) Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah adalah :

a. Riwayat Keluarga. Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah,

ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan

hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

b. Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada

wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c. Jenis Kelamin. Hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada

wanita.

d. Ras/etnik. Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar

negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada

Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2. Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat

meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi

karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh

pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di

dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh

darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah

yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).


b. Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas

fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan

secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara

global (Iswahyuni, S., 2017).

c. Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon

monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi

lebih kental dan jantung dipaksa memompadarah lebih kuat lagi agar

darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,

Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

d. Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,

termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena

kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu

zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein

didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon

adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi


kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam

(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).

e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk

memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan

tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,

Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.

Natrium yangberlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh

sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

f. Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh

M.I, 2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan

kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak

hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi

bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

f) Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1. Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi

pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak


mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran

darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis

dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambataliran darah melalui

pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi

ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-

kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke

unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik

dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui

urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga

terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.

4. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang

tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh


susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan

kematian.

2.2.3 Jahe

1) Definisi

Jahe merupakan tumbuhan rumpun berbatang semu. Asalnya dari Asia

Pasifik yang menyebar dari India sampai Cina. Itulah sebabnya India dan Cina

sering disebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama

sebagai minuman, obat tradisional serta bumbu masak (Jauhary, 2020).

Tanaman jahe merupakan tanaman tahunan. Jahe termasuk dalam suku

temu-temuan atau Zingiberaceae. Nama latin jahe adalah Zingiber officinale

Roscoe (Jauhary, 2020).

2) Manfaat

Jahe sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, salah satunya manfaat

jahe digunakan sebagai obat herbal ataupun obat tradisional yang telah ada

sejak dahulu. WHO menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara

maju menggunakan pengobatan tradisional dan obat-obatan dari bahan alami

(Aidah, S.N., 2020).

Jahe terkenal menghasilkan efek menghangatkan jika dimakan, dan

sifat dasarnya yang berbau tajam merangsang reseptor-reseptor termogenik.

Efek farmakologis paling pentingnya yaitu penggunaannya untuk mencegah

gejala-gejala gastrointestinal pada mabuk perjalanan dan mual pascaoperasi,


serta vertigo dan mual pagi hari pada kehamilan. Konsumsi jahe juga telah

dilaporkan memiliki efek bermanfaat meringankan nyeri dan frekuensi sakit

kepala migrain (Aidah, S.N., 2020).

Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan yaitu mencegah

penggumpalan darah sehingga dapat mencegah tersumbatnya pembuluh darah

yang menjadi penyebab utama penyakit stroke dan serangan jantung. Jahe

juga dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah dengan cara

merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah,

akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar serta memperingan kerja

jantung dalam memompa darah (Aidah, S.N., 2020).

3) Prosedur

a) Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yakni:

- Air

- Baskom yang berukuran besar

- Jahe 1 ruas yang di potong-potong kecil atau di tumbuk kasar

b) Jahe di geprek/ditumbuk ataupun di iris kecil-kecil.

c) Jahe di masukkan ke dalam air hangat

d) Masukkan kedua kaki ke dalam baskom sampai sebatas mata kaki


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Penulis & Tahun Judul Metode Hasil


Surya Mustika Pengaruh PemberianDesain penelitian ini adalah pre- Tekanan darah responden sebelum dilakukan terapi
Sari & Henny Rendaman Air Jahe experimental dengan rancangan one rendaman air jahe hangat pada kaki menunjukkan bahwa
Vidia effendy, Pada Kaki Terhadap group pretest-posttest. Populasi hampir seluruh responden memiliki MAP stadium 2 atau
2021 Penurunan Tekanandalam penelitian ini seluruh lansia di hipertensi sedang sebanyak 22 responden (78,6%). Tekanan
Darah Pada Lansia Desa Bangsal Kabupaten Mojokerto darah responden sesudah dilakukan terapi rendaman air jahe
yang mengalami hipertensi sebanyak hangat pada kaki menunjukkan bahwa sebagian besar
30 lansia. Sampel dalam penelitian responden memiliki MAP stadium 2 atau hipertensi sedang
ini yaitu sebagian lansia di Desa yaitu sebanyak 16 responden (57,1%). Menjelaskan bahwa
Bangsal Kabupaten Mojokerto yang responden yang mengalami perubahan tekanan darah
mengalami hipertensi sebanyak 28 sesudah dilakukan terapi rendaman air jahe hangat pada kaki
lansia. Teknik sampling yang yaitu sebanyak 6 responden mengalami perubahan.
digunakan yaitu probability sampling Hasil uji statistik dengan menggunakan uji statistik Paired T
dengan metode simple random Test menunjukkan sig. 0.031 ≤ α (0.05) maka H0 ditolak dan
sampling. Instrumen yang digunakan H1 diterima yang artinya bahwa rendaman air jahe hangat
dalam pengumpulan data adalah pada kaki efektif terhadap penurunan tekanan darah lansia di
lembar observasi. Teknik analisa Desa Bangsal Kabupaten Mojokerto.
data yang digunakan adalah uji
Paired T Test dengan menggunakan
program SPSS.
Anisa Rizqi Efektivitas Pemberian Penelitian ini dilaksanakan selama Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik
Nurahmandani, Terapi Rendam Kaki Air dua minggu dengan memberikan sebelum diberikan perlakuan yakni tekanan darah sistolik
Elis Hartati, Jahe Hangat Terhadap terapi rendam kaki air jahe hangat 6 terendah 145 mmHg dan tertinggi 163 mmHg. Sedangkan
Mamat Penurunan Tekanan kali. Rancangan penelitian tekanan darah diastolik sebelum pelakuan yakni tekanan
darah diastolik terendah 91 mmHg dan tertinggi 109 mmHg.
Supriyono. Darah Pada Lansia menggunakan penelitian Quasi-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
2016 Dengan Hipertensi Di exsperimental menggunakan One responden tekanan darah sistolik setelah perlakuan terendah
Panti Werdha Pucang group pre-post test design terhadap 133 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi 153 mmHg.
Gading Semarang 17 responden dengan hipertensi. Sedangkan tekanan darah diastolik
Tekanan darah diukur secara setelah pelakuan terendah 81 mmHg dan tertinggi 91 mmHg.
langsung dengan menggunakan Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji dependen t-
Spygnomanometer. Uji statistik yang test didapatkan hasil bahwa tekanan darah setelah dilakukan
rendam kaki air jahe hangat terjadi penurunan tekanan darah
digunakan adalah uji dependen t-test.
sistolik dan distolik yaitu sebesar 17 orang lansia. Hasil
analisa bivariat dengan menggunakan Uji dependen t-test
didapatkan p value sistolik= 0.0001 dan p value diastolik=
0.0001 maka Ha diterima dan Ho ditolak itu artinya terdapat
efektifitas terapi rendam kaki air jahe hangat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di
Panti Werdha Pucang Gading Semarang.
Fakhrudin Rendam Kaki Rebusan Penelitian ini merupakan quasi Hasil penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah
Nasrul Sani & Air Jahe Merah eksperiman dengan rancangan One responden sebelum dan sesudah diberikan rendam kaki
Noor Fitriyani. Berpengaruh terhadap Group Pretest – Posttest Design. rebusan air jahe merah tekanan darah sistolik 149,05 mmHg
2021 Penurunan Tekanan Populasi penelitian adalah lansia menjadi 135,83 mmHg dan diastolik 78,69 mmHg menjadi
Darah Penderita yang memiliki penyakit hipertensi 75,95 mmHg. Hasil analisa uji korelasi menunjukkan ada
Hipertensi primer di Posyandu Ngudi Rahayu pengaruh pemberian rendam kaki rebusan air jahe merah
RT 01/ RW 14, Bolon, Colomadu terhadap tekanan darah penderita hipertensi, ditunjukkan
Karanganyar. Sampel penelitian dengan nilai p-value = 0.0001 (p-value < 0,05).
sebanyak 42 responden yang
ditentukan dengan teknik Purposive
Sampling. Analisa data
menggunanakan uji Wilxocon
karena setelah dilakukan normalitas
data hasilnya tidak normal.
Nurpratiwi, Uti Rendam Kaki Air Hangat Penelitian menggunakan metode Pengalaman partisipan yaitu perasaan yang dirasakan oleh
Rusdian Jahe Dalam Menurunkan kualitatif. Pada penelitian ini partisipan memberikan rasa enak dan nyaman, manfaat dapat
Hidayat &Sri Tekanan Darah Pada sampling yang dipergunakan adalah menurunkan tekanan darah dan mengurangi nyeri, waktu
Bintang Putri. Pasien Hipertensi dengan teknik snowball sampling melakukan pada pagi hari dan waktu yang dilakukan sekitar
2019 digunakan untuk memperbanyak 10-20 menit, prosedur dalam melakukan rendam kaki air
jumlah subjek apabila diperlukan hangat jahe dengan jahe diiris-iris/ditumbuk/digeprek, jenis
informasi yang lebih mendalam. jahe yang sering digunakan yaitu jahe putih dan jahe kuning,
Pengumpulan data diperoleh melalui tidak ada efek samping yang muncul setelah melakukan
teknik wawancara terstruktur. rendam kaki air hangat jahe.
Rolyn F. Efektifias Kombinasi Penelitian ini menggunakan desain Hasil uji statistik menggunakan mann-whitney di peroleh
Djamanmona & Relaksasi Otot Progresif quasi experiment dengan pendekatan perbedaan yang signifikan pada nilai selisih tekanan darah
Devi Ratih. Dan Rendam Kaki Air nonequivalent control group design. antara pre-test dan posttest pada kelompok eksperimen dan
2021 Jahe Hangat Terhadap Populasi penelitian yaitu penderita kelompok kontrol dengangan nilai sistolik p=0,000 dan
Penurunan Tekanan hipertensi sebanyak 32 orang. diastolik p=0,000, sehingga kombinasi relaksasi otot
Darah Pada Pasien Instrument penelitian menggunakan progresif dan rendam kaki dengan air jahe hangat efektif
Hipertensi lembar observasi untuk terhadap penurunan tekana darah pada pasien hipertensi.
mendokumentasikan hasik
intervensin alat berupa tensimeter,
dan termometer air. Hasil uji statistik
menggunakan mann-whitney.
3.2 Pembahasan

Lansia bukan suatu penyakit, melainkan merupakan tahap lanjut dari proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stres lingkungan. Salah satu penyakit yang biasa diderita oleh lansia yaitu

hipertensi. Lansia yang menderita hipertensi dengan rata-rata usia antara 45-65

tahun. Hal disebabkan oleh beberapa factor yaitu kurangnya aktivitas fisik, berat

badan lebih, gangguan dari perubahan hormonal serta factor genetika, serta

kurangnya pengetahuan penderita hipertensi dan keluarga tentang pencegahan,

penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Permatasari, H, dkk. 2018).

Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang mana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, yang dapat

mengakibatkan stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, bahkan kematian

jika tidak dideteksi dini dan tidak diobati dengan tepat. Berdasarkan

penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer dan

hipertensi skunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab dari hipertensi tidak ditemukan. Sedangkan hipertensi sekunder adalah

hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui (Smeltzer 2013).

Peran perawat dalam penanganan hipertensi pada lansia dapat dilakukan

dengan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk intervensi

secara mandiri dan bersifat alami yaitu hidroterapi kaki (rendam kaki air hangat).

Merendam kaki (tubuh) pada larutan hangat memberikan sirkulasi, mengurangi


edema, meningkatkan sirkulasi otot. Rendam hangat akan menimbulkan respon

sistemik terjadi melalui mekanisme vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)

(Potter & Perry, 2010). Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan

herbal lain salah satunya jahe (Santoso, 2015).

Dalam penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Rendaman Air Jahe Pada

Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia” oleh Surya Mustika Sari

& Henny Vidia effendy tahun 2021 menjelaskan bahwa tekanan darah responden

sebelum dilakukan terapi rendaman air jahe hangat pada kaki menunjukkan

bahwa hampir seluruh responden memiliki MAP stadium 2 atau hipertensi sedang

sebanyak 22 responden (78,6%). Tekanan darah responden sesudah dilakukan

terapi rendaman air jahe hangat pada kaki menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki MAP stadium 2 atau hipertensi sedang yaitu sebanyak 16

responden (57,1%). Menjelaskan bahwa responden yang mengalami perubahan

tekanan darah sesudah dilakukan terapi rendaman air jahe hangat pada kaki yaitu

sebanyak 6 responden mengalami perubahan.

Hal ini menurut Depkes RI (2016), terapi rendaman air jahe hangat pada

kaki dapat menurunkan tekanan darah pada lansia karena memberikan efek dalam

meningkatkan sirkulasi darah dan relaksasi otot tubuh, sehingga dapat mengatasi

gangguan tidur, menghilangkan racun dan infeksi, serta melancarkan pembuluh

darah. Rendam kaki air jahe hangat juga memiliki manfaat lain diantaranya

mengurangi pegal-pegal, mengantar agar tidur nyenyak, membuka pori-pori,


memperlebar pembuluh darah, merangsang pengeluaran keringat, dan

mengendurkan otot-otot (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Anisa Rizqi Nurahmandani, Elis Hartati,

Mamat Supriyono tahun 2016 tentang “Efektivitas Pemberian Terapi Rendam

Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan

Hipertensi Di Panti Werdha Pucang Gading Semarang” mendapatkan hasil

menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik sebelum diberikan perlakuan yakni

tekanan darah sistolik terendah 145 mmHg dan tertinggi 163 mmHg. Sedangkan

tekanan darah diastolik sebelum pelakuan yakni tekanan darah diastolik terendah

91 mmHg dan tertinggi 109 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden tekanan darah sistolik setelah perlakuan terendah 133

mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi 153 mmHg. Sedangkan tekanan darah

diastolik setelah pelakuan terendah 81 mmHg dan tertinggi 91 mmHg. Hasil

analisis bivariat dengan menggunakan uji dependen t-test didapatkan hasil bahwa

tekanan darah setelah dilakukan rendam kaki air jahe hangat terjadi penurunan

tekanan darah sistolik dan distolik yaitu sebesar 17 orang lansia.

Jenis jahe yang digunakan ada 3 jenis jahe yaitu jahe gajah, jahe kuning dan

jahe merah. Jahe yang disarankan digunakan adalah jahe merah karena jahe

merah memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jahe lainnya, terutama

jika ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia dalam rimpangnya, sehingga

jahe merah lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat. Jahe merah

memiliki aroma yang tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsiri
pada jahe merah lebih tinggi dibanding dengan jahe lainnya (Setyaningrum &

Saparinto, 2013).

Manfaat jahe merah memberikan rasa pedas dan hangat jahe berasal dari

senyawa gingerol (oleoresin). Rasa hangat jahe dapat merangsang pelepasan

hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga mempercepat dan

memperlancar aliran darah serta meringankan kerja jantung, membantu

pencernaan, mencegah gumpalan darah karena kandungan gingerol yang dapat

menurunkan kadar kolestrol dengan cara mencegah sumbatan pembuluh darah

yang menjadi penyebab utama stroke, mengatasi mual muntah, mencegah

kerusakan sel (Kurniawati, 2010).

Dalam penelitian oleh Nurpratiwi, Uti Rusdian Hidayat & Sri Bintang Putri

tahun 2019 tentang “Rendam Kaki Air Hangat Jahe Dalam Menurunkan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi” mengungkapkan perasaan responden setelah

melakukan rendam kaki air hangat jahe berupa enak dan nyaman. Selain itu juga

sebagian besar responded mengatakan bahwa partisipan melakukan rendam kaki

air hangat jahe pada pagi hari dan waktu yang dilakukan sekitar 10-20 menit. Hal

ini dikarenakan pagi hari suasana dingin dan pagi hari pembuluh darah belum

lancar setelah melakukan rendam kaki air hangat jahe membuat pembuluh darah

menjadi lancar dengan lama waktu perendaman sekitar 10-20 menit sampai airnya

sudah tidak terlalu hangat lagi.

Secara ilmiah, air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh.

Perpindahan panas/hangat kedalam tubuh dan kontraksi ventrikel terjadi.


Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong pembesaran pembuluh darah

dari kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi di pembuluh darah

jantung. Air hangat akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme

jaringan dan meningkatkan permeabilitas. Sama halnya dengan komponen utama

yakni minyak atsiri dan oleoresin pada jahe pembentuk rasa pedas dan panas yang

merangsang pelepasan hormon adrenalin memperlebar pembuluh darah. (Sustrani,

Alam, dan Hadibroto, 2006).

3.3 Implikasi Keperawatan

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak, bila tidak dideteksi secara

dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Penyakit Hipertensi dapat

menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi mencetuskan timbulnya plak

aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi

arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata,

2016). Ada beberapa intervensi keperawatan nonfarmakologi yang dapat

diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita Hipertensi salah

satunya adalah dengan rendam kaki air jahe hangat.

Pemberian rendaman kaki air jahe hangat dapat menurunkan tekanan darah

karena manfaat memberikan rasa pedas dan hangat jahe berasal dari senyawa

gingerol (oleoresin). Rasa hangat jahe dapat merangsang pelepasan hormon

adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga mempercepat dan


memperlancar aliran darah serta meringankan kerja jantung, membantu

pencernaan, mencegah gumpalan darah karena kandungan gingerol yang dapat

menurunkan kadar kolestrol dengan cara mencegah sumbatan pembuluh darah

yang menjadi penyebab utama stroke, mengatasi mual muntah, mencegah

kerusakan sel (Kurniawati, 2010).


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari beberapa jurnal yang dianalisis, pengaruh rendam kaki air jahe hangat

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi terutama pada lansia

yang mengalami/menderita hipertensi. Sehingga dapat direkomendasikan untuk

dilakukan di Panti Sosial Griya Lansia Jannati.

4.2 Saran

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal terkait rendam kaki air jahe hangat

ini dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat dalam hal menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Aidah, S.N. 2020. Ensiklopedi Jahe. Yogyakarta: Karya Bakti Makmur

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press

Azizah, L.M . 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Laporan Nasional Riskesdas


2018. Jakarta: LPB

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana


Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Djamanmona, R.F. & Ratih, D. 2021. Efektivitas Kombinasi Relaksasi Otot Progresif
dan Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi. Nursing Arts 15(1):47-59

Jauhary, H. 2020. Khasiat Tersembunyi dari Jahe. Jakarta: Rapha Publishing

Kemenkes. 2018. Hipertensi Membunuh Diam-Diam Ketahui Tekanan Darah Anda.


Diakses tanggal 31 Agustus 2021 dari http://www.depkes.go.id.

Kurniawati, N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berka Khasiat Bumbu Dapur.Bandung:
Qanita

Martono, A. 2006. Getriatrik (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 3 Cetakan 2.


Jakarta: FKUI

Maryam, R.S., dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:


Mediaction

Nurahmadani, A.R., Hartati, E., & Supriyono, M. 2016. Efektivitas Pmberian Terapi
Rendam Kaki Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Werdha Pucang Gading Semarang. Karya
Ilmiah

Nurpratiwi, dkk. 2021. Rendam Kaki Air Hangat Jahe Dalam Menurunkan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi. Khatulistiwa Nursing Journal 3(1): 8-19
Padila. 2017. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Pandji, D. 2016. Menembus Dunia Lansia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo


Kelompok Gramedia

Permatasari, H, dkk. 2018. Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia (Lansia) Di


Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal Keperawatan Indonesia
21(2):109-116.

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2010. Fundamentl Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika

Sani, F.N. & Fitriyani, N. 2021. Rendam Kaki Rebusan Air Jahe Merah Berpengaruh
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan 14(1): 67-76

Santoso, A.D. 2015. Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi. Pontianak:
Universitas Tanjung Pura. Diakses 2 September 2021.
http://creativecommons.org/lic enses/by-nc-sa/4.0/

Sari, S.M & Effendy, H.V. 2021. Pengaruh Pemberian Rendaman Air Jahe Pada
Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia. Journals of Ners
Community 12(1):34-42

Setyaningrum, H.D., & Saparinto, C. 2013. Jahe. Jakarta: Penebar swadaya

Sustrani, L., Alam, S., & Hadibroto, I. 2006. Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai