HALUSINASI PENDENGARAN
Tugas Pada Stase Keperawatan Jiwa
Program Studi Ilmu Keperawatan Reg A3 Semester 2
Dosen Pembimbing :
Nuriza Agustina, S. Kep., Ners., M. Kes., M.Kep
Oleh :
RINI PUSPITA
NPM 2114901106
Pokok Bahasan : Peran serta keluarga pada klien dengan halusinasi pendengaran
1. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui tentang peran
serta keluarga pada klien dengan halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat :
1) Menjelaskan tentang pengertian halusinasi pendengaran
2) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi pendengaran
3) Menjelaskan tentang penyebab halusinasi pendengaran
3. Menjeaskan tentang peran keluarga dalam meningkatkan halusinasi pendengaran Materi
1) Pengertian halusinasi pendengaran
2) Tanda dan gejala halusinasi pendengaran
3) Penyebab halusinasi pendengaran
4) Peran keluarga dalam mengontrol halusinasi pendengaran
4. Metode
Diskusi / tanya jawab.
5. Media
Leaflet.
6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Kegiatan
Tahap Waktu
. Penyuluhan Peserta
7. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
1) Keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan
2) Keluarga bertanya tentang materi penyuluhan
3) Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
4) Keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tentang halusinasi
pendengaran
MATERI
A. PENGERTIAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas.(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
(Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
Halusinasi pendengaran (audotorik) adalah gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
D. FASE-FASE HALUSINASI
Menurut stuart dan laraia dalam Prabowo, 2014 menunjukan tahapan terjadinya halusinasi
terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas
disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata cepat,dan asyik
sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul peningkatan
tanda-tanda vital.
c. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada halusinasi. Disini
pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain, dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi.
Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang
E. AKIBAT
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana
seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada
diri sendiri maupuan orang lain. Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan
kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Tanda dan gejala :
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
4) Nada suara tinggi
5) Berdebat
6) Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
F. PENANGANAN DI RUMAH
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2. Seluruh anggota keluarga meyayangi dan memberi perhatian pada penderita.
3. Mengikutsertakan penderita dalam setiap kegiatan keluarga.
4. Tidak memberi kesempatan penderita untuk menyendiri, melamun.
5. Keluarga selalu siap jika penderita memerlukan bantuan.
6. Mengurangi hal-hal yang bisa memicu munculnya halusinasi, misalnya kebisingan,
kesibukan, keributan, ketegangan dalam keluarga.
7. Mengenali munculnya halusinasi dengan menanyakan apakah penderita mendengar
atau melihat sesuatu ketika terjadi perubahan perilaku.
8. Menjamin diminumnya obat secara teratur di rumah dan kontrol ke rumah sakit sesuai
petunjuk dokter.
9. Dan ingat segera bawa ke rumah sakit jika penderita sudah menunjukkan gejala-gejala
halusinasi tingkat III atau IV, seperti komunikasi kurang, perhatian dan konsentrasi
menurun, mengikuti isi halusinasi, cemas berat, amuk, agresif, menyerang, perilaku
mencederai diri atau orang lain agar mendapat penanganan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Damayanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, D.B. 20006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Ah, Rizky & Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
DOKUMENTASI
Halusinasi penglihatan
2021/2022
halusinasi ? Mengendalikan halusinasi, dengan cara :
Menghardik
Apa itu Contoh: dengan mengucapkan “
Pergi !!..... saya tidak mau
Halusinasi? Halusinasi pendengaran
mendengar……” (sambil menutup Clorpromazin (CPZ) : warna orange, 3
telinga) Jangan kucilkan klien dan mulailah
X Sehari, gunanya menghilangkan
Bercakap-cakap dengan orang lain
suara-suara. beradaptasi dan sosialisasi dengan
Contoh: “Tolong…..saya mulai dengar
lingkungan
suara-suara, ayo ngobrol dengan Triheksiphenidil (THP) : warna putih, 3
saya……” Modifikasi lingkungan antara lain :
X Sehari, gunanya merilekskan otot-otot
Melakukan aktivitas yang terjadwal 1. Jauhkan benda-benda yang berbahaya ;
Melakukan aktivitas sehari-hari, jangan agar tidak kaku
pisau, api dan barang-barang yang dapat
sampai pasien melamun dan Halloperidol (HDL) : warna merah digunakan untuk melukai diri sendiri dan
menyendiri
jambu, 3 X sehari, gunanya orang lain
Minum obat dengan teratur
5T: menenangkan klien. 2. Menganjurkan anggota keluarga untuk tidak
Tepat obat menguatkan halusinasi.
Tepat dosis Lakukan interaksi sering dan singkat Beri pujian pada setiap usaha/perilaku
Tepat waktu dengan pasien (untuk memutus positip pasien
Tepat pasien halusinasi) Perhatikan dan awasi penderita agar makan
Tepat cara obat secara teratur, tidak menghentikan obat
Mengajak klien berbicara ketika mulai
bicara sendiri tiba-tiba dan control dengan teratur