(SAP)
IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
V. Pengorganisasian
1. Moderator : Riefky Pratama Bintang Putra Prada
2. Penyaji : Nugroho Anis Wijanarko, M. Edi Wulandari
3. Notulen : Putri Anggraika, Noftalina
4. Fasilitator : Ida Nurjanah, Mei Rani Wulandari
IX. Evaluasi
1. Struktur
a. Membuat SAP
b. Kontrak waktu
c. Setting
2. Proses
a. Peserta penkes memperhatikan dan mengerti apa yang disampaikan dalam
penyuluhan
b. Peserta bertanya
3. Hasil
a. Mengetahui pengertian halusinasi
b. Mengetahui jenis halusinasi
c. Mengetahui penyebab halusinasi
d. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
e. Mengetahui dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi
f. Mengetahui Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa
Dengan Halusinasi
Lampiran :
Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa Dengan :
Halusinasi
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal 1pikiran2 dan rangsangan eksternal dunia luar. Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. (direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seorang
pasien yang terjadi dalam keadaan sadar dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik
ataupun histerik (Trimelia, 2011).
B. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek tetapi pada
kenyataannya tidak ada.
b. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-
suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma
tetapi tidak ada.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak
ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.
e. Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau
seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
f. Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang,
atau anggota badannya bergerak.
C. Penyebab Halusinasi
a. Faktor Biologis Keturuan, cacat kengenital, penyalahgunaan obat-obatan, kerusakan
fungsi otak ketidak seimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Psikologis Trauma dimasa anak-anak, kehilangan kasih sayang, kekecewaan,
pengalaman yang menyakitkan, stress berat,dll.
c. Faktor Sosial Budaya Pola asuh, kesenjangan anatra mimpi dan kenyataan, ekonomi, dan
tidak mamapu membina hubungan yang memuaskan
d. Faktor Fisik Kelelahan yang berlebihan, tidak bisa tidur dalam waktu yang sangat lama.
e. Faktor Emosional Cemas berlebiham yamg tidak mampu diatasi
3. Tugas Keluarga
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga
mengenal perkembangan emosional dari anggota keluarganya dan tingkah laku
ataupun aktivitas yang normal atau tidak untuk dilakukan. Hal ini erat hubungannya
dengan pengetahuan keluarga akan gejala-gejala gangguan jiwa.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah
keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarag tidak sesuai dengan
normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus
dilakukan untuk keseimbangan anggota keluarganya dengan segera membawanya
ke petugas kesehatan.
c. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak
dapat membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun mental. Karena penderita
gangguan jiwa tidak bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga membuat iklim yang
kondusif bagi penderita gangguan jiwa di lingkungan rumah agar merasa nyaman
dan merasa tidak diikucilkan dari keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga
kesehtan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehtan
yang ada. Untuk kesembuhan penderita gangguan jiwa, keluarga harus memiliki
banyak informasi mengenai kesehtan jiwa anggota keluarganya dari lembaga
petugas kesehatan yang ada.
Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Damiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
Direja, A. Herman, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria, Nita. 2019. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan (LP Dan SP). Jakarta : Salemba Medika
Kelliat, B.A, 2009. Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi, Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Medika