Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa


Dengan Halusinasi
Sasaran : Pengunjung Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Hari / tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2019, Pukul 08:00 WIB.
Waktu : 30 menit
Tempat : Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dan
mengerti tentang gangguan jiwa dengan halusinasi

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilaksanakan penyuluhan kesehatan maka pasien dan keluarga dapat:
1. Mengetahui pengertian halusinasi
2. Mengetahui jenis halusinasi
3. Mengetahui penyebab halusinasi
4. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
5. Mengetahui dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi
6. Mengetahui Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa
Dengan Halusinasi

III. Materi (Terlampir)

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
V. Pengorganisasian
1. Moderator : Riefky Pratama Bintang Putra Prada
2. Penyaji : Nugroho Anis Wijanarko, M. Edi Wulandari
3. Notulen : Putri Anggraika, Noftalina
4. Fasilitator : Ida Nurjanah, Mei Rani Wulandari

VI. Setting Tempat


Keterangan :
Penyaji
Peserta

VII. Media (pilih yang digunakan saja)


1. Leafleat
2. Flipchart

VIII. Kegiatan Pembelajaran


No
Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan peserta
1. Pembukaan : 2 menit
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan
2. Pelaksanaan : 25 menit Mendengarkan penjelasan dan
berdiskusi
1. Mengetahui pengertian halusinasi
2. Mengetahui jenis halusinasi
3. Mengetahui penyebab halusinasi
4. Mengetahui tanda dan gejala
halusinasi
5. Mengetahui dan menjelaskan cara
mengontrol halusinasi
6. Mengetahui Peran Keluarga Pada
Proses Kesembuhan Penderita
Gangguan Jiwa Dengan
Halusinasi
4. Penutup : 3 menit
1. Evaluasi: mengkaji pemahaman 1. Menjawab pertanyaan
masyarakat dengan memberikan
2. Mengucapkan terimakasih
beberapa pertanyaan secara lisan.
2. Mengucapkan terimakasih atas 3. Membalas salam
peran serta peserta.
3. Mengucapkan salam penutup

IX. Evaluasi
1. Struktur
a. Membuat SAP
b. Kontrak waktu
c. Setting
2. Proses
a. Peserta penkes memperhatikan dan mengerti apa yang disampaikan dalam
penyuluhan
b. Peserta bertanya
3. Hasil
a. Mengetahui pengertian halusinasi
b. Mengetahui jenis halusinasi
c. Mengetahui penyebab halusinasi
d. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
e. Mengetahui dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi
f. Mengetahui Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa
Dengan Halusinasi
Lampiran :
Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa Dengan :
Halusinasi

A. Pengertian Kompres Hangat dan Dingin


Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan

sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan

atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal 1pikiran2 dan rangsangan eksternal dunia luar. Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. (direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seorang
pasien yang terjadi dalam keadaan sadar dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik
ataupun histerik (Trimelia, 2011).

B. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek tetapi pada
kenyataannya tidak ada.
b. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-
suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma
tetapi tidak ada.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak
ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.
e. Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau
seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
f. Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang,
atau anggota badannya bergerak.
C. Penyebab Halusinasi
a. Faktor Biologis Keturuan, cacat kengenital, penyalahgunaan obat-obatan, kerusakan
fungsi otak ketidak seimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Psikologis Trauma dimasa anak-anak, kehilangan kasih sayang, kekecewaan,
pengalaman yang menyakitkan, stress berat,dll.
c. Faktor Sosial Budaya Pola asuh, kesenjangan anatra mimpi dan kenyataan, ekonomi, dan
tidak mamapu membina hubungan yang memuaskan
d. Faktor Fisik Kelelahan yang berlebihan, tidak bisa tidur dalam waktu yang sangat lama.
e. Faktor Emosional Cemas berlebiham yamg tidak mampu diatasi

D. Tanda dan Gejala


a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan), dan takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
g. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan merasa sesuatu tanpa
stimulus yang nyata.

E. Cara Mengontrol Halusinasi


Menurut Budi Anna Keliat (2009) cara mengontrol halusinasi sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien
bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktvitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. oleh
karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih untuk
minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi, untuk mencapai kondisi seperti semula akan
membutuhkan waktu.

F. Peran Keluarga Pada Proses Kesembuhan Penderita Gangguan Jiwa Dengan


Halusinasi
1. Keluarga
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial.
Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat
oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Sedangkan dalam dimensi hubungan
sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya,
walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah (Effendy, 2005).
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan
seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homoestatis
akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya dan kemungkinan
dapat meningkatkan ketahanan para anggota kelurganya dari gangguan-gangguan mental
dan ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Usaha kesehtan mental sebaiknya
dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam kesehatan
mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan iklim yang kondusif bagi
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan mental ( Notosoedirdjo &
Latipun, 2005 ).
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi pendidikan, dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak unuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa nanti.
b. Fungsi sosialisasi anak, tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi perlindungan, keluarga melindungi anak dan anggota keluarga dari tindakan-
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa
aman.
d. Fungsi perasaan, keluarga menjaga secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota lainya dalam berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan lainya
sehingga ada saling pengertian satu sama lain.
e. Fungsi religius, keluarga memperkenalkan dan mengajak anggota keluarga dalam
kehidupan beragama untuk menenamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lainya
yang mengatur kehidupan ini dan akan ada kehidupan lain setelah dunia ini.
f. Fungsi ekonomis, keluarga dalam hal ini mencari sumber-sumber kehidupan dalam
memenuhi fungsi-fungsi keluarga lainnya.
g. Fungsi biologis, keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

3. Tugas Keluarga
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga
mengenal perkembangan emosional dari anggota keluarganya dan tingkah laku
ataupun aktivitas yang normal atau tidak untuk dilakukan. Hal ini erat hubungannya
dengan pengetahuan keluarga akan gejala-gejala gangguan jiwa.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah
keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarag tidak sesuai dengan
normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus
dilakukan untuk keseimbangan anggota keluarganya dengan segera membawanya
ke petugas kesehatan.
c. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak
dapat membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun mental. Karena penderita
gangguan jiwa tidak bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga membuat iklim yang
kondusif bagi penderita gangguan jiwa di lingkungan rumah agar merasa nyaman
dan merasa tidak diikucilkan dari keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga
kesehtan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehtan
yang ada. Untuk kesembuhan penderita gangguan jiwa, keluarga harus memiliki
banyak informasi mengenai kesehtan jiwa anggota keluarganya dari lembaga
petugas kesehatan yang ada.

4. Peran Dukungan Keluarga Pada Pasien Halusinasi


Sistem dukungan adalah segala fasilitas berupa dukungan yang diberikan kepada klien
yang bersumber dari keluarga, teman dan masyarakat disekitarnya (Stuart & Sundeen’s,
1998). Model terapi dukungan merupakan model psikoterapi baru yang mulai digunakan
diberbagai negara seperti rumah sakit, klinik psikiatri atau kehidupan masyarakat. Model
perawatan “supportive therapy” ini berbeda dengan model-model lain karena tidak
bergantung pada konsep dan teori. Teori tersebut menggunakan teori psikodinamis untuk
memahami perubahan pada seseorang (Stuar & Sundeen’s,1998).
Mishell (1984, dikutip dari Hincliff, Montague & Watson, 1996) menjelaskan hubungan
yang kuat antara ketidakpastian dan stres sebagai hasil dari kesulitan dalam
menyesuaikan situasi di rumah sakit. Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang
terdiri dari semua unsur dalam sistem, mempunyai struktur tujuan atau fungsi dan
mempunyai organisasi internal, seperti sistem yang lain. Bila salah satu anggota
keluarga mengalami gangguan, hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain
(Indriaty, 2004).
Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan penyakit kejiwaan,
mempunyai tuntutan pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari pada
keluarga yang normal. Dukungan keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan
pada penderita gangguan jiwa antara lain :
a. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi penderita
b. Mencintai dan menghargai penderita
c. Membantu dan memberi penderita
d. Memberi pujian kepada penderita untuk segala perbuatannya yang baik dari pada
menghukumnya pada waktu berbuat kesalahan
e. Menghadapi ketegangan dan tenang serta menyelesaikan masalah kritis / darurat
secara tuntas dan wajar yang berhubungan dengan keadaan penderita
f. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada penderita
g. Menghargai dan mempercayai pada penderita
h. Mau mengajak berekreasi bersama penderita dengan anggota keluarga lainnya
i. Mengikutkan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan sesama anggota
keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Damiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
Direja, A. Herman, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria, Nita. 2019. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan (LP Dan SP). Jakarta : Salemba Medika
Kelliat, B.A, 2009. Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi, Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Medika

Anda mungkin juga menyukai