Disusun Oleh:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................
A. Pembahasan Laporan Kasus .........................................................
Penulis
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
C. Latar Belakang .............................................................................
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................
B. Pembahasan Laporan Kasus .........................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum janin genap
berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi
persalinan preterm menempati posisi sebagai komplikasi kehamilan yang
paling sering, butuh biaya tinggi, dan membahayakan (Roberto et all, 2013.
Hidayat, 2009. Hannah B, 2013).
Persalinan preterm terutama yang terjadi sebelum usia gestasi 34
minggu menyebabkan 75% dari seluruh mortalitas, dan bayi preterm yang
bertahan hidup dapat mengalami morbiditas serius jangka pendek seperti
sindrom distress pernafasan, displasia bronkopulmoner, perdarahan
intraventrikuler, retinopati akibat pretermitas, dan jangka panjang seperti
gangguan perkembangan dan neurologis. Tingkat kelahiran preterm di
Indonesia persalinan preterm belum dapat dipastikan jumlahnya namun
berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen kesehatan
2007, proporsi Berat Bayi Lahir Rendah mencapai 11,5% meskipun angka
BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan
preterm.(Prasmusinto, 2010).
Persalinan preterm menyebabkan dampak yang besar dan signifikan
terhadap biaya kesehatan, baik langsung maupun tidak. Dampak langsung
meliputi terkurasnya sumber daya kesehatan, finansial, emosional serta
psikologis orang tua. Dampak tidak langsung yang terjadi adalah beban di
masyarakat untuk perawatan jangka panjang terhadap gejala sisa akibat
pretermitas serta hilangnya mata pencaharian orang tua yang terpaksa berhenti
bekerja untuk merawat anaknya. Tingkat morbiditas tersebut dapat dikurangi
dengan pencegahan persalinan preterm, seperti prediksi dini dan akurat,
intervensi untuk menghilangkan faktor risiko serta menunda terjadinya
persalina (Honest H, 2009. Prasmusinto, 2010). Dibandingkan dengan bayi
yang lahir cukup bulan, bayi preterm terutama yang lahir dengan usia
kehamilan <32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi,
karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan
diluar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru,
jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya. Semakin dini kejadian
kelahiran preterm, semakin besar risiko morbiditas dan mortalitas (Hidayat,
2009. Hannah, et al, 2013).
Prematuritas ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi
yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Insiden ini memiliki
angka yang cukup tinggi di Indonesia.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Departemen Kesehatan 2007, proporsi Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) mencapai 11,5%, meskipun angka ini tidak mutlak menggambarkan
prematuritas di Indonesia. Hal ini mengkhawatirkan, karena persalinan,
terutama yang terjadi sebelum usia kehamilan 34 minggu, menyumbang tiga
perempat dari keseluruhan mortalitas pada neonatus. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) juga menyatakan bahwa, angka kematian bayi premature dan
sangat prematur (usia gestasi <32 minggu) lebih tinggi 15 dan 75 kali lipat
dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm. Berbagai faktor berpengaruh
terhadap kejadian preterm. Faktor – faktor yang dapat berpengaruh pada
persalinan preterm ialah ketuban pecah dini (20 – 25%), infeksi (30%), dan
presalinan preterm spontan (20 – 25%).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
“ Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa
Partus Prematurus Imminens Di Ruang VK Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang”
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian Partus Prematurus Imminens
b. Mengetahui Etiologi Partus Prematurus Imminens
c. Mengetahui Anatomi Fisiologi Sistem Resproduksi
d. Mengetahui Patofisiologi Partus Prematurus Imminens
e. Mengetahui Tanda Gejala Partus Prematurus Imminens
f. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Partus Prematurus Imminens
g. Mengetahui Pathway Partus Prematurus Imminens
h. Mengetahui Pengkajian Pada Klien Dengan Partus Prematurus
Imminens
i. Mengetahui Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Partus
Prematurus Imminens
j. Mengetahui Rencana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Partus Prematurus Imminens
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. Sejarah Rumah Sakit
1. Profil Rumah Sakit
2. Visi, Misi, Motto, Tujuan Rumah Sakit
3. Sejarah Rumah Sakit
B. Konsep Teori
1. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai
pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus
prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus
preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu
dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut Rukiyah (2010),
partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37
minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depan sekitar 9 cm dan dinding belakang sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio.
Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi
- Fomiks anterior
- Fomikd posterior
- Fomiks dekstra
- Fomiks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina:
a) Saluran untuk mengeluarjan lendir uterus dan darah menstruasi
b) Alat hubungan seks
c) Jalan lahir pada waktu persalinan
2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih. Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan
cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng
a) Korpus uteri: berbentuk segitiga
b) Serviks uteri: berbentuk silinder
c) Fundus uteri: bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal
tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung
dari usia wanita da paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm, dan >80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
a) Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah
limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan
tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat, dengan demikian perndarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjdi segmen bawah rahim
dan meregang saar persalinan
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara
dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal
dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami
perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk silinder, dan
bersifat mengeluarkan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga
uterus adalah:
- Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii
- Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya menahan
uterus dalam posisi antefleksi.
- Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
- Ligamentum kardinale machenrod
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri. Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus.
- Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod
menuju os.sacrum
- Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
3) Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm
dan diameternya antara 3-8 mm. Fungsi tuba sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan
tempat pertumbuhan an perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
4) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke 14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum
sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormone estrogen
c) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormon terpenting pada wanita.
Pengeluaran hormon ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi
pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graf
belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena
memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda
seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan
interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai
dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
4. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran
darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas
yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada
janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah
imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru
yang menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi
pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang
kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga
kesehatan saat kehamilan.
5. Pathway
Prostalgin meningkat
7. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang
terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan
infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko
infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan. Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi
pada persalinan prematuritas adalah :
a. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
b. Gangguan respirasi
c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
d. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
e. Cerebral palsy
f. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum
aterm).
8. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro,
2010), yaitu:
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
b. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap
7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
c. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
d. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
e. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
f. Selaput amnion seringkali telah pecah,
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk
mendiagnosis PPI ialah sebagai berikut:
a. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
c. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Pemeriksaan kultur urin
2) Pemeriksaan gas dan Ph darah janin
3) Pemeriksaan darah tepi ibu
4) Jumlah leokosit
C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi
fraksi polisakarida somatic nonspesifik kuman pneumococcus yang
disebut fraksi C. CRP dibentuk dihepatosit sebagai reaksi terhadap IL-I,
IL-6, TNF.
b. Pemeriksaan USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin,
kativitas biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan
tuba dan kelainan uterus.
10. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
a. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
1) Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan
tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul
kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
2) Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol
dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih
kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per
oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per
infus: 10-15 µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per
oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan
obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru.
3) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv,
secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance).
Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat
ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah
edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi).
4) Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide
dapat menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat
cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin.
Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun
menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek
samping yang lebih kecil daripada indometasin. Sedangkan nimesulide
saat ini hanya tersedia dalam konteks percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual. Kontraindikasi
relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine terbukti tidak
baik, seperti:
1) Oligohidramnion
2) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
3) Preeklamsia berat
4) Hasil nonstrees test tidak reaktif
5) Hasil contraction stress test positif
6) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
7) Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
8) Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
2) Defisiensi Pengetahuan b.d kurangnya informasi
3) Asnsietas b.d faktor penyakit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, 1. Tentukan kebutuhan belajar pasien
Pengetahuan klien akan mendapatkan pengetahuan mengenai menyusui 2. Tentukan penilaian terhadap tingkat
b.d kurang dengan benar, dengan kriteria hasil: pengetahuan pasien saat ini dan
informasi No Kriteria Hasil A T pemahaman terhadap materi
1 Manfaat ASI 3 5 3. Tentukan kemampuan pasien untuk
2 Intake cairan yang dibutuhkan ibu 3 5 mempelajari informasi khusus
4. Tentukan motivasi pasien untuk
3 Fisiologi laktasi 3 5 mempelajari informasi tertentu
Ket : 5. Informasikan pemeriksaan yang dapat
1. Tidak ada dilakukan untuk mengetahui keadaan
2. Berat janin
3. Sedang 6. Lakukan interaksi dengan pasien dengan
4. Cukup cara tidak menghakimi
5. Baik
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, 1. Kaji status fisiologi pasien yang
aktivitas b.d intoleransi aktivatas klien teratasi, dengan kriteria hasil: menyebabkan kelelahan sesuai
imobilitas No Kriteria Hasil A T dengan konteks usia dan
1 Saturasi oksigen ketika beraktivitas 3 5
perkembangan
2 Frekuensi nadi ketika beraktivitas 3 5 2. Gunakan instrumen yang valid untuk
mengukur kelelahan
3 Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas 3 5 3. Tentukan jenis dan banyaknya
4 Tekanan darah sistolik dan diastolik ketika aktivitas yang dibutuhkan untuk
beraktivitas menjaga ketahanan
Warna kulit
4. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
Ket :
1. Tidak ada
mengetahui sumber energi yang
2. Berat adekuat
3. Sedang 5. Monitor/catat waktu dan lama
4. Cukup istirahat/tidur pasien
5. Baik
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam, 1. Kaji riwayat kehamilan yang
factor kecamasan klien teratasi, dengan kriteria hasil: berhubungan dengan faktor resiko
penyakit No Kriteria Hasil A T kehamilan (premature, posmature,
1 Tidak mampu tidur 3 5 preeklamsi, kehamilan ganda,
2 Sering buang air kec il 3 5 intrauterine, abortus, plasenta previa dll)
2. Kaji pengetahuan klien dalam
3 Wajah pucat 3 5 mengidentifikasi faktor resiko
4 Ketakutan 3. Berikan edukasi kesehatan yang
Ket : membahas faktor resiko dan kebiasaan
1. Tidak ada yang sering dilakukan
2. Berat 4. Motivasi untuk
3. Sedang mengungkapkanperasaan dan ketakutan
4. Cukup terhadap perunahan gaya hidup dan
5. Baik kondisi janin
BAB III
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 21 Desember 2019
Ruang /Kelas : Enim 1.2 (VK) /III
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2019
Jam :19 : 00 WIB
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “H”
Umur : 27 Thn Umur : 33 Thn
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sekip jaya Alamat : Sekip jaya
No.Register : 0001154371
B. Riwayat
1. Keluhan saat masuk Rumah Sakit :
Klien mengatakan bahwa ia mengalami mulas-mulas(kontraksi) , tetapi
klien mengatakan tidak mengalami keluar air-air dari vagina, klien merasa
cemas dengan keadaannya sekarang.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Haid Pertama : Umur 12 tahun
Teratur/tidak teratur : Teratur
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3 kali ganti balutan
Keluhan : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Komplik
Usia Jenis Tempat Bayi Nifas
U asi
Peno
no m Keha Persalina Persalin
Ba long BB/PB Keadaa Lact Keadaa
ur milan n an Ibu
yi JK n asi n
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
2) Breast Care
Ibu belum mengetahui cara perawatan payudara
4) Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah memakai kontrasepsi
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : CM (E : 4, V : 5, M:6)
b. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 80 x / menit
3) Suhu : 36,4 º C
4) RR : 20 x / menit
5) BB sekarang : 47 KG
6) BB seblm hamil : 38 KG
c. Kepala
1) Bentuk : Bulat
2) Rambut : Lurus warna hitamdan bersih
3) Kulit Kepala : Normal
4) Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Mata
1) Kelopak mata : Jernih
2) Konjungtiva : Merah muda
3) Sklera : Putih
4) Pupil : Isokor
5) Lainnya sebutkan : Klien tidak tampak anemis kedaan mata normal tidak ada
keluhan
e. Hidung
1) Reaksi alergi : Tidak ada
2) Sinus : normal
3) Lainnya sebutkan : Tidak ada napas cuping hidung dan hidung tampak bersih
f. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : Normal tidak ada yang karies
2) Kesulitan menelan: Tidak ada
3) Lainnya sebutkan : Mulut tampak bersih dan tidak ada pembesaran tiroid
g. Dada dan axila
1) Inspeksi : tampak simetris
2) Palpasi : tidak ada krepitasi
3) Auskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
h. Pernafasan
1) Jalan nafas : tidak ada sumbatan
2) Suara nafas : vesikuler
3) Alat pernafasan : tidak ada alat tambahan
4) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah pernafasan
i. Sirkulasi jantung
1) Suara jantung : normal
2) Irama : teratur
3) Kelainan : tidak ada
j. Abdomen
1) Inspeksi : tampak membesar
2) Palpasi
a) Leopold I : Teraba lunak & tinggi fundus uteri 32 cm
b) Leopold II : Punggung Kanan dengan djj 140x/m
c) Leopold III : Belum masuk PAP
d) Leopold IV : janin belum bida diukur sejauh mana masuk PAP
3) Auskultasi : DJJ 140 x / m
k. Genitourinary : Tidak ada keputihan
l. Ektremitas
1) Turgor kulit : Elastis
2) Warna kulit : Kuning langsat
3) Pergerakan : Normal
4) Lainnya sebutkan : Ekstremitas tidak ada pembengkakan
6. Pemeriksaan Penunjang
Lab/diagnostik Order Indikasi Normal Hasil Analisis/in
/obat terpretasi
Besi 18-160 35
mcg/l
akral dingin
ANSITES
DS: Factor ibu,janin dan Ketidakefektifan
- Klien mengatakan plasenta proses kehamilan
bahwa klien baru
hamil 35 minggu
- Klien mengatakan Kehamilan <37 minggu
klien mengalami
kontraksi seperti
mau lahiran pada
kehamilan 35 Partus prematurus immines
minggu
DO:
- Pemeriksaan leopod Psikososial
1 pada fundus
teraba lunak, dan
tinggi fundus 32 cm Kurang informasi
- Leopod 2 teraba
bagian punggung
disebleah kanan Ibu mengatakan tidak
ekstremitas di mengetahui perawtan diri
bagian sebelah kiri dan bayi setelah lahir
- Leopod 3 teraba
bagian bulat dan
melenting serta KETIDAKEFEKTIFAN
janin belum masuk PROSES KEHAMILAN
PAP.
- TTV:
TD : 120/80mmHg
RR: 21x/menit
HR: 82x/menit
T: 36,2oc
DS: Faktor ibu,janin dan Resiko gangguan
DS : plasenta hubungan ibu-janin
- Klien mengatakan
mules-mules
(kontraksi) dengan kehamilan<37 minggu
usia kehamilan 35
minggu
- Klien mengatakan partus prematurus immines
cemas karena ini
merupakan
kehamilan rangsangan pada uterus
pertamanya
DO :
- Fundus teraba kontraksi uterus meningkat
lunak dan tinggi
fundus uteri 32 cm
- Djj 140x/menit dilatasai serviks
- Janin belum
masuk pintu atas
panggul nyeri
- Tidak ada dilaktasi
serviks
- Fisik Klien RESIKO GANGGUAN
Tampak Lemah HUBUNGAN IBU- JANIN
- Pemeriksaan vital
sign
TD 120/80 mmhg
HR 82 x/menit
RR 21x/menit
MASALAH KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
P:
P:
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification,
Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.