Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASI


















DISUSUN OLEH :


1. Benediktus Vinsensius Beo D 2011.01.005
2. Emerensiana Juita N 2011.01.009
3. Fx. Sapto Wasiat 2011.01.010
4. Rosa Delima 2011.01.022


PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Judul : Perawatan pasien dengan gangguan halusinasi
Sasaran : Keluarga pengunjung RSJ Menur Surabaya
Tempat : Aula RS.Jiwa Menur
Hari/Tanggal : Senin, 20 Januari 2014
Alokasi Waktu : 45 menit
Media/Sarana : Leaflet
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Pegorganisasian :
Moderator
Penyaji
Observer
Fasilitator
Pembimbing

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga yang berkunjung ke
RSJ Menur Surabaya mampu memahami tentang perawatan pasien
dengan gangguan halusinasi.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian Halusinasi.
2. Mengetahui Pencetus terjadinya halusinasi.
3. Mengetahui klasifikasi halusinasi
4. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
5. Mengetahui Tahapan halusinasi
6. Mengetahui cara perawatan pasien dengan halusinasi


B. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian Halusinasi.
2. Pencetus terjadinya halusinasi.
3. Klasifikasi Halusinasi
4. Tanda dan gejala Halusinasi
5. Tahapan Halusinasi
6. Cara perawatan pasien dengan halusinasi.

1. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 10
menit
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan pokok
materi yang akan
disampaikan
4. Menggali pengetahuan
keluarga pasien tentang
perawatan pasien
dengan gangguan
halusinasi
1. Menjawab
salam
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan
Ceramah
dan
Tanya
Jawab
-
Penyajian 20
menit
Menjelaskan materi:
1. Pengertian Halusinasi
2. Pencetus terjadinya
halusinasi
3. Klasifikasi Halusinasi
4. Tanda dan Gejala
Halusinasi

1. Mendengarkan
dan
memperhatikan

Ceramah
dan
Tanya
Jawab
Proyektor
dan laptop
5. Tahapan Halusinasi
6. Cara Perawatan
Pasien Dengan
Gangguan Halusinasi

Diskusi

10
menit

1. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
dan mengungkapkan
kesulitannya


1. Mengajukan
pertanyaan


Tanya
Jawab
-

Penutup



5 menit


1. Memberikan umpan
balik (cara merespon
materi yang
diberikan)
2. Kesimpulan dan
saran
3. Menutup acara
dengan mengucap
salam


1. Memberikan
jawaban
2. Memberikan
salam




Ceramah




-




2. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
semua peserta hadir dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan
di Aula RS.Jiwa Menur Surabaya, pengorganisasian dilakukan pada hari
sebelumnya serta dilakukan persiapan pengetahuan dengan membaca
literatur yang didapat dari perkuliahan.

2. Evaluasi proses
Peserta antusias terhadap kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan dan
tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai.
3. Evaluasi hasil
Peserta mengetahui dan memahami tentang perawatan pasien dengan
gangguan halusinasi.
4. Antisipasi masalah
a) Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan atau tidak ada pertanyaan,
maka penyaji dapat menstimulasi dengan cara berdialog atau
berdiskusi dengan peserta dalam membahas apa yang sudah
diberikan.
b) Pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh kelompok
penyaji hendaknya dilakukan konfirmasi dengan anggota
pengorganisasian lainnya.

3. Media
Proyektor,laptop dan leaflet

4. Materi
(terlampir)

PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASI

A Definisi
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda
dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang
nyata ada oleh klien.

B Pencetus Terjadinya Halusinasi
Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan
tubuh.
Gangguan jiwa Skizofrenia
Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja,
morphin, kokain, dan ltd
Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin
diatas batas kewajaran
Trauma yang berlebihan.

C Etiologi
a Faktor predisposisi
1 Biologis
2 Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf
syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala
yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
3 Psikologis
4 Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respons psikologis klien, sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
5 Sosiol Budaya
6 Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.

b Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
1 Biologis
2 Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik
otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untuk diinterpretasikan.
3 Stress lingkungan
4 Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.

c Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping
yaitu :
1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan
pengalaman internalnya.
2) Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi
yang membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada
sesuatu atau seseorang ).
3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk
memproses masalah dan mengeluarkan sejumlah energi
dalam mengatasi cemas.

Pada klien dengan halusinasi, biasanya
menggunakan pertahanan diri dengan menggunakan
pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk
mengurangi perasaan emasnya klien menyalahkan orang
lain dengan tujuan menutupi kekurangan yang ada pada
dirinya.

D Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1 Bicara sendiri.
2 Senyum sendiri
3 .Ketawa sendiri.
4 Menggerakkan bibir tanpa suara
5 .Pergerakan mata yang cepat
6 Respon verbal yang lambat
7 Menarik diri dari orang lain.
8 Berusaha untuk menghindari orang lain.
9 Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10 Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11 Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
12 Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13 Sulit berhubungan dengan orang lain.
14 Ekspresi muka tegang.
15 Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16 Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
17 .Tampak tremor dan berkeringat
18 .Perilaku panic
19 .Agitasi dan kataton.
20 Curiga dan bermusuhan.
21 Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22 Ketakutan.
23 Tidak dapat mengurus diri.
24 Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala
yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

E Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
a) Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b) Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan
dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /
atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c) Halusinasi pembau : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis
dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang
kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
d) Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e) Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis dan menjijikkan.
f) Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine.

F Tahapan halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan
Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
Fase I :
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata
yang cepat, diam dan asyik sendiri.

Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

Fase III :
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.


Fase IV :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

Manifestasi Klinis
Fase I
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata yang cepat
d. Respon verbal yang lambat
e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Fase II
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Fase III
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolaknya
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

Fase IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panic
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri atau katatonik
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

G Cara Perawatan
Cara Perawatan pada pasien halusinasi dengan :
1 Menciptakan lingkungan yang nyaman
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien
jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Di ruangan itu
hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.

2 Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan
sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.
Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Keluarga
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta
reaksi obat yang di berikan.

3 Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, keluarga
dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4 Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan
fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Kaliat budi anna: Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. ECG. Jakarta. 1998
Prof. hamid achir yani S, MN, DNSc: Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
ECG. Jakarta. 2008
Townsend Mary C: Buku Saku Keperawatan PadaKkeperawatan PsikiatriEedisi
3. EGC. Jakarta. 1998
http://id.wikipedia.org/wiki/Halusinasi
http://www.scribd.com/doc/169062259/halusinasi
http://diinacrazy92.wordpress.com/2012/03/18/1-konsep-dasar-halusinas/

Anda mungkin juga menyukai