Pembimbing Klinik:
Subakri, S.Kep.,Ns.
Oleh:
Kelompok 1
Oleh:
Kelompok 1
Shafa Fadia Khanza S. 132239025
Dinda Febri Putri A. 132239026
Denata Ramadhani L. 132239027
Zurinda Dwi Nur L. 132239028
Nur Syarifah Addawiyah 132239029
Shinta Desy Rachmawati 132239030
Fidya Aisyah Putri Samodra 132239040
Pembimbing Klinik
Subakri, S.Kep.,Ns.
NIP.
BAB 1
4. Evaluasi Checklist
Terpenuhi
No. Target Keterangan
Ya Tidak
1. Sasaran:
2. Topik/pokok bahasan:
5. Diagnosis keperawatan:
6. Pokok/Isi Materi
7. Evaluasi Struktur
9. Evaluasi Hasil
Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau
celana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat makan, tidak
mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskanmakanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB dan
BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
danBAK (Mardhianti, 2022)..
2.3. Etiologi DPD (Defisit Perawatan Diri)
Terdapat lebih dari satu factor yang dapat menyebabkan masalah perawatan diri pada
seseorang, diantaranya :
A. Faktor Pedisposisi
1) Biologis, dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan pasien tidak mampu melakukan keperawatan diri
dan dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis, adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang tidak
kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi terganggu. Pasien
yang mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang yang menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya
termasuk perawatan diri.
3) Sosial, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri (Saputra, 2022).
B. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan
motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
memungkinkan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status
Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan
Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan lain-lain (Saputra,
2022).
2.4. Dampak dari DPD (Defisit Perawatan Diri)
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan sering diderita seseorang karena tidakterpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut
dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membranmukosa mulut (karies gigi, gigi
berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran
akibat penumpukan kotoran telinga dandapat menimbulkan infeksi pada telinga,
serta ganggua fisik pada kuku yangdapat menjadi penyebab kuman penyakit
(seperti, penyakit saluran pencernaan, diare atau sakit perut).
2) Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhanrasa
nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,aktualisasi dan
gangguan interaksi sosial (dijauhi orang) (Syahni, 2018).
2.5.Komponen Kebersihan Diri Pasien DPD (Defisit Perawatan Diri)
1) Kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Kebersihan mata, telinga, dan hidung
3) Kebersihan gigi dan mulut
4) Kebersihan kuku tangan dan kaki
5) Kebersihan pakaian (Nurmayana, 2019)
2.6. Cara Perawatan Kebersihan Diri Pasien DPD (Defisit Perawatan Diri)
A. Perawatan Pada Kulit
Perawatan kulit yaitu dengan melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk
menghilangkan atau membershkan bau badan, keringat dan sel yang mati, serta
merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman. Mandi menggunakan
sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari (bila perlu lakukan lebih sering bila
bekerja di tempat kotor atau banyak berkeringat). Hindari penggunaan pakaian,
haduk, selimut, sabun mandi, dan sarung secara bersamaan. Hindari penggunaan
pakaian yang lembab atau basah. Mengganti pakaian dengan teratur, minimal 1 kali
sehari atau setelah mandi.
B. Perawatan pada Kuku Tangan dan Kaki
Potong kuku 1 kali seminggu atau saat terlihat panjang, gunakan pemotong
kuku dan setelah dipotong ujungkuku dihaluskan atau dikikir. Bersihkan tangan dan
kaki sehari minimal 2 kali sehari atau setiap kotor. Mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masihtertinggal di tangan. Oleh
karena itu biasakan cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun agar tangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan kita
kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, dan berkebun), setelah buang
air besar atau buang air kecil sebelum makan dan sebelum memegang makanan.
C. Perawatan Rambut
Rambut yang bersih tidak hanya menghindarkan dari aroma yang tidak sedap,
tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok,
atau bahkan kuku rambut. Rambut bermanfaat mencegah infeksi pada daerah
kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit
kepala. Rambut yang bersih juga memantu mengurangi stres dan membantu
jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal.
Keramas secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam
seminggu, atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan keringat, karena
dengan menggunakan shampo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga.
Shampo berfungsi membersihkan rambut juga untuk memberikan beberapa vitamin
bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Rambut dan kulit kepala
mempunyai kecendrungan kering, maka diperlukan penyisiran sehari-hari agar
tidak kusut
D. Perawatan Mulut dan Gigi
Tujuan dari menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan
tidak berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak
pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi betujuan untuk menghilangkan plak yang
dapat menybabkan gigi berlubang dan menyebabkan sakit gigu. Pentingnya
menyikat gigi, agar gigi tetap dalam kondisi baik, sehingga usia dewasa.
Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya 3 kali sehari, dianjurkan setiap
selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri.
Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan sekali.
E. Perawatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air. Bersihkan daerah mata
dari arah luar ke dalam, bersihkan kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak
mata.
F. Perawatan Telinga dan Hidung
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
mengganggu konduksi suara. Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga
membantu temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah
masuknya partikel asing kedalam sistem pernafasan (Potter & Perry, 2009).
Bersihkan telinga secara rutin lakukan dengan hati-hati menggunakan alat yang
bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan sewaktu mandi kemudian dikeringkan
dengan handuk atau kapas bersih (Hidayat, 2008). Tidak diperbolehkan
menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen yang ada
pada telinga (Potter & Perry, 2009).
Bersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu tangan atau tisue yang bersih.
Biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam
dengan tisue lembut.
DAFTAR PUSTAKA
Mardhianti. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny W Dengan Masalah Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Mawar. Keperawatan Jiwa, 1–51.
Mariyani, F., Tumanduk, E., Messakh, S. T., Sukardi, H., Kristen, U., & Wacana, S. (2018).
Hubungan Tingkat Kemampuan Perawat Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien
Depresi Di Bangsal Rumah. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 10–20.
Nurmayana. (2019). Gambaran Tindakan Tentang Kebersihan Diri Pada Siswa Kelas V-Vi di
SD Muhammadiyah 4 Samarinda.
Syahni, lela aruma. (2018). Penerapan Latihan Mandi Dan Berhias Terhadap Peningkatan
Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di
Instalasi Kesehatan Jiwa Terpadu Rsud Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Defisit Perawatan Diri, 8–22.
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x