Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEFISIT PERAWATAN DIRI


RUANG KENARI
RUMAH SAKIT JIWA MENUR

Pembimbing Klinik:
Subakri, S.Kep.,Ns.

Oleh:

Kelompok 1

Shafa Fadia Khanza S. 132239025


Dinda Febri Putri A. 132239026
Denata Ramadhani L. 132239027
Zurinda Dwi Nur L. 132239028
Nur Syarifah Addawiyah 132239029
Shinta Desy Rachmawati 132239030
Fidya Aisyah Putri Samodra 132239040

PRAKTIK PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KENALI DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh:
Kelompok 1
Shafa Fadia Khanza S. 132239025
Dinda Febri Putri A. 132239026
Denata Ramadhani L. 132239027
Zurinda Dwi Nur L. 132239028
Nur Syarifah Addawiyah 132239029
Shinta Desy Rachmawati 132239030
Fidya Aisyah Putri Samodra 132239040

Pembimbing Klinik

Subakri, S.Kep.,Ns.
NIP.
BAB 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Kenali Defisit Perawatan Diri


Sub Pokok Pembahasan : Definisi defisit perawatan diri, tujuan perawatan diri, etiologi,
tanda dan gejala, dampak defisit perawatan diri, komponen
kebersihan diri, dan cara perawatan diri
Sasaran : Pasien di Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya
Hari/Tanggal : Jumat, 05 Januari 2024
Jam/Waktu : 10.00 WIB-Selesai
Tempat : Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya
Penyuluh : Kelompok 1

1.1 Analisis Situasi


Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah utama yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Defisit perawatan diri adalah situasi dimana mengalami hambatan dalam
melakukan perawatan diri melakukan aktivitas seperti mandi, berganti pakaian, makan dan
eliminasi (Ah Yusuf et al., 2017). Pasien dengan gangguan jiwa biasanya memiliki
gangguan sedang hingga gangguan berat pada aktivitas kerja atau non-kerja, serta
gangguan fungsi sosial dan mobilitas dasar sehari-hari (Chen et al., 2022).
Munculnya defisit perawatan diri pada orang dengan gangguan jiwa dapat disebabkan
oleh sejumlah faktor kompleks (Chen et al., 2022). Pertama, gangguan jiwa seringkali
mempengaruhi kognisi dan fungsi mental, sehingga individu mungkin mengalami kesulitan
dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas perawatan diri sehari-hari. Keterbatasan
ini bisa termasuk kesulitan dalam menjaga kebersihan diri, merawat rambut, atau bahkan
memastikan asupan makanan yang sehat. Selain itu, stigma sosial yang terkait dengan
gangguan jiwa dapat menjadi hambatan serius. Individu mungkin merasa malu atau enggan
untuk mencari bantuan atau membicarakan masalah perawatan diri mereka, yang dapat
mengakibatkan penundaan dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan. Stigma ini juga
dapat menyebabkan isolasi sosial, mengurangi dukungan sosial yang dapat membantu
individu mengatasi defisit perawatan diri. Efek samping dari obat-obatan yang digunakan
untuk mengobati gangguan jiwa juga dapat memainkan peran. Beberapa obat mungkin
memiliki dampak pada tingkat energi, motivasi, atau keseimbangan fisik, yang dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk merawat diri dengan efektif (Chen et al., 2022).
Defisit perawatan diri memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik. Individu
dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan karena kurangnya pemeliharaan kebersihan
yang baik. Gangguan fisik yang mungkin timbul yaitu ganguan integritas kulit, gangguan
pada membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta masalah fisik lainnya
(Indriani et al., 2021).
Berbagai gangguan yang muncul menunjukkan bahwa menjaga kebersihan diri dengan
baik adalah kunci untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dapat
memengaruhi kondisi tubuh. Oleh karena itu, teknik pengajaran berupa pemberian edukasi
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada pasien dengan gangguan
jiwa.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan kegiatan sosialiasi di ruang kenari RSJ Menur diharapkan pasien
dapat meningkatkan minat untuk menjaga kebersihan diri.
1.2.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan kegiatan sosialiasis di ruang kenari RSJ Menur mengenai
“Pentingnya perawatan diri”, diharapkan pasien mampu :

a. Mengetahui definisi defisit perawatan diri

b. Mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri

c. Mengetahui komponen kebersihan diri

d. Mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri

e. Mengetahui dampak defisit perawatan diri

f. Mengetahui cara menjaga kebersihan diri


1.3 Isi Materi
1. Definisi defisit perawatan diri
2. Tujuan perawatan diri
3. Etiologi
4. Tanda dan gejala
5. Dampak defisit perawatan diri
6. Komponen kebersihan diri
7. Cara perawatan diri
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah ceramah atau
diskusi interaktif.
1.5 Media
Media yang digunakan adalah PPT (Powerpoint)
1.6 Sasaran
Pasien yang ada di Ruang Kenari di RSJ Menur Surabaya
1.4 Metode Pembelajaran
Waktu Tahap Kegiatan Penyuluhan KegiatanAudience
5 Menit Pembukaan 1. Moderator membuka 1. Menjawab salam
acara dengan 2. Memperhatikan
mengucapkan salam penyuluh
kepada pasien 3. Mendengarkan
2. Memperkenalkan penyuluh
kelompok kepada menyampaikan topik
pasien dan tujuan
3. Menyampaikan topik, 4. Menyetujui
maksud dan tujuan kesepakatan waktu
memberikan pendidikan pelaksanaan
kesehatan kepada pasien pendidikan kesehatan
4. Kontrak waktu untuk
kesepakatan pelaksanaan
pendidikan kesehatan
dengan
pasien
20 Menit Penyajian 1. Menggali kemampuan 1. Menyampaikan
pasien tentang materi pengetahuannya
yang akan disampaikan tentang materi
2. Memberikan penjelasan penyuluhan
dengan menggunakan 2. Mendengarkan
media PPT penyuluh menyampai
3. Memberikan kan materi
Kesempatan kepada 3. Bertanya tentang
pasien untuk bertanya materi yang telah
diberikan
5 Menit Penutupan 1. Menyimpulkan dan 1. Pasien mendengarkan
mengklarifikasi materi 2. Mendengarkan
penyuluhan yang telah penyuluh menutup
disampaikan kepada acara dan menjawab
pasien salam
2. Moderator menutup
acara dan mengucapkan
salam serta terimakasih
kepada pasien
1.8 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Seluruh anggota kelompok 5 melakukan diskusi dan koordinasi terkait
penyusunan SAP dan PPT dengan baik.
b. Seluruh anggota kelompok 5 ikut serta dalam memberikan materi selama
penyuluhan berlangsung menggunakan media PPT dengan topik tentang defisit
perawatan diri.
2. Evaluasi Kerja Kelompok
a. Seluruh anggota kelompok 5 aktif memberikan pendapat dalam diskusi
kelompok terkait konten dan penyusunan SAP dan PPT edukasi
c. Selama diskusi, anggota kelompok saling menambahkan dan melengkapi jika
ada bahasan yang kurang lengkap serta bertanya apabila ada yang belum
dipahami
3. Evaluasi Hasil
a. Seluruh anggota kelompok 5 menyampaikan materi edukasi tentang defisit
perawatan diri kepada pasien di Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya.

b. Tersampaikan dengan baik edukasi mengenai defisit perawatan diri.

c. Terdapat feedback yang baik dari peserta setelah diberikan penyuluhan.

4. Evaluasi Checklist
Terpenuhi
No. Target Keterangan
Ya Tidak

1. Sasaran:

Sasaran sesuai dengan topik dan


menggambarkan jumlah sasaran.

2. Topik/pokok bahasan:

Edukasi defisit perawatan diri pada pasien


anak di Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya.

3. Tempat penyuluhan ditentukan:

Sesuai dengan tempat yang dibahas yaitu


ruang makan Ruang Kenari RSJ Menur
Surabaya.

Sesuai dengan media dan metode yang akan


digunakan yaitu PPT (Power Point)

4. Waktu penyuluhan yang ditentukan:

Sesuai dengan kebutuhan belajar/topik.

Sesuai dengan kondisi sasaran.

5. Diagnosis keperawatan:

Sesuai dengan sasaran.

Sesuai dengan topik yang diangkat.

6. Pokok/Isi Materi

a. Sesuai dengan topik.


b. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
c. Sesuai dengan keadaan sasaran.

7. Evaluasi Struktur

a. Seluruh anggota kelompok 5 di Ruang


Kenari RSJ Menur Surabaya melakukan
koordinasi sesuai pembagian jobdesk
terkait konten dan penyusunan SAP dan
PPT sebelum pelaksanaan PKRS.

b. Penyuluhan dilakukan secara luring


sesuai tempat dan media yang sudah
ditentukan

8. Evaluasi Proses Diskusi

a. Pelaksanaan PKRS dilakukan oleh semua


anggota kelompok 5 sesuai tempat dan
media yang sudah ditentukan.

b. Seluruh anggota kelompok 5 di Ruang


Kenari RSJ Menur Surabaya aktif dalam
diskusi.

c. Seluruh anggota aktif dalam pembuatan


SAP dan PPT sesuai jobdesk. Anggota
juga saling membantu dan memberikan
ide-ide kreatif dan deadline penyusunan.

9. Evaluasi Hasil

a. Semua anggota kelompok mengikuti


kegiatan PKRS sesuai waktu yang
dijadwalkan.

b. Informasi mengenai “Edukasi Defisit


Perawatan Diri” tersampaikan kepada
sasaran.
10. Referensi/ Bahan Rujukan /Literatur

Ditulis sesuai kaidah

Berhubungan dengan topik/materi up to


date/masih berlaku.
BAB 2
PEMBAGIAN JOBDESK

JOB DESK NAMA MAHASISWA NIM

Penyusun SAP Denata Ramadhani L. 132239027


Shafa Fadia Khanza S. 132239025
Shinta Desy Rachmawati 132239030
Fidya Aisyah Putri Samodra 132239040

Penyusun Materi Nur Syarifah Addawiyah 132239029


Zurinda Dwi Nur L. 132239028

Penyusun PPT Dinda Febri Putri A. 132239026


BAB 3
LAMPIRAN MATERI

4.1 Definisi DPD (Defisit Perawatan Diri)


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi
kebutuhan guna memepertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Kemandirian perawatan diri adalah kemampuan diri untuk
mengurus atau menolong diri sendiri dalam kehidupan seharihari sehingga tidak
tergantung dengan orang lain. Menurut Craven (2007), salah satu perawatan diri yang
penting adalah personal hygiene, dimana ini merupakan kemampuan seseorang dalam
melakukan perawatan diri yang terdiri dari makan, mandi, eliminasi, dan kebersihan
pakaian tanpa dibantu orang lain. Jika seseorang memiliki gangguan dalam melakukan
perawatan diri maka akan beresiko untuk mengalami defisit perawatan diri. Deficit
perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ataupun
gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Mariyani et
al., 2018)
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015).
4.2. Manifestasi Klinis DPD (Defisit Perawatan Diri)
Data subjektif, klien mengatakan:
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mauberhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

Data objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar.
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau
celana.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kea lat makan, tidak
mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskanmakanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB dan
BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
danBAK (Mardhianti, 2022)..
2.3. Etiologi DPD (Defisit Perawatan Diri)
Terdapat lebih dari satu factor yang dapat menyebabkan masalah perawatan diri pada
seseorang, diantaranya :
A. Faktor Pedisposisi
1) Biologis, dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan pasien tidak mampu melakukan keperawatan diri
dan dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis, adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang tidak
kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi terganggu. Pasien
yang mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang yang menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya
termasuk perawatan diri.
3) Sosial, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri (Saputra, 2022).
B. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu penurunan
motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
memungkinkan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status
Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan
Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan lain-lain (Saputra,
2022).
2.4. Dampak dari DPD (Defisit Perawatan Diri)
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan sering diderita seseorang karena tidakterpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut
dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membranmukosa mulut (karies gigi, gigi
berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran
akibat penumpukan kotoran telinga dandapat menimbulkan infeksi pada telinga,
serta ganggua fisik pada kuku yangdapat menjadi penyebab kuman penyakit
(seperti, penyakit saluran pencernaan, diare atau sakit perut).
2) Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhanrasa
nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,aktualisasi dan
gangguan interaksi sosial (dijauhi orang) (Syahni, 2018).
2.5.Komponen Kebersihan Diri Pasien DPD (Defisit Perawatan Diri)
1) Kebersihan rambut dan kulit kepala
2) Kebersihan mata, telinga, dan hidung
3) Kebersihan gigi dan mulut
4) Kebersihan kuku tangan dan kaki
5) Kebersihan pakaian (Nurmayana, 2019)
2.6. Cara Perawatan Kebersihan Diri Pasien DPD (Defisit Perawatan Diri)
A. Perawatan Pada Kulit
Perawatan kulit yaitu dengan melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk
menghilangkan atau membershkan bau badan, keringat dan sel yang mati, serta
merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman. Mandi menggunakan
sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari (bila perlu lakukan lebih sering bila
bekerja di tempat kotor atau banyak berkeringat). Hindari penggunaan pakaian,
haduk, selimut, sabun mandi, dan sarung secara bersamaan. Hindari penggunaan
pakaian yang lembab atau basah. Mengganti pakaian dengan teratur, minimal 1 kali
sehari atau setelah mandi.
B. Perawatan pada Kuku Tangan dan Kaki
Potong kuku 1 kali seminggu atau saat terlihat panjang, gunakan pemotong
kuku dan setelah dipotong ujungkuku dihaluskan atau dikikir. Bersihkan tangan dan
kaki sehari minimal 2 kali sehari atau setiap kotor. Mencuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masihtertinggal di tangan. Oleh
karena itu biasakan cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun agar tangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan kita
kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, dan berkebun), setelah buang
air besar atau buang air kecil sebelum makan dan sebelum memegang makanan.
C. Perawatan Rambut
Rambut yang bersih tidak hanya menghindarkan dari aroma yang tidak sedap,
tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok,
atau bahkan kuku rambut. Rambut bermanfaat mencegah infeksi pada daerah
kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit
kepala. Rambut yang bersih juga memantu mengurangi stres dan membantu
jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal.
Keramas secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam
seminggu, atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan keringat, karena
dengan menggunakan shampo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga.
Shampo berfungsi membersihkan rambut juga untuk memberikan beberapa vitamin
bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Rambut dan kulit kepala
mempunyai kecendrungan kering, maka diperlukan penyisiran sehari-hari agar
tidak kusut
D. Perawatan Mulut dan Gigi
Tujuan dari menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan
tidak berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak
pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi betujuan untuk menghilangkan plak yang
dapat menybabkan gigi berlubang dan menyebabkan sakit gigu. Pentingnya
menyikat gigi, agar gigi tetap dalam kondisi baik, sehingga usia dewasa.
Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya 3 kali sehari, dianjurkan setiap
selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri.
Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan sekali.
E. Perawatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air. Bersihkan daerah mata
dari arah luar ke dalam, bersihkan kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak
mata.
F. Perawatan Telinga dan Hidung
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
mengganggu konduksi suara. Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga
membantu temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah
masuknya partikel asing kedalam sistem pernafasan (Potter & Perry, 2009).
Bersihkan telinga secara rutin lakukan dengan hati-hati menggunakan alat yang
bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan sewaktu mandi kemudian dikeringkan
dengan handuk atau kapas bersih (Hidayat, 2008). Tidak diperbolehkan
menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen yang ada
pada telinga (Potter & Perry, 2009).
Bersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu tangan atau tisue yang bersih.
Biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam
dengan tisue lembut.
DAFTAR PUSTAKA
Mardhianti. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny W Dengan Masalah Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Mawar. Keperawatan Jiwa, 1–51.

Mariyani, F., Tumanduk, E., Messakh, S. T., Sukardi, H., Kristen, U., & Wacana, S. (2018).
Hubungan Tingkat Kemampuan Perawat Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien
Depresi Di Bangsal Rumah. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 10–20.

Nurmayana. (2019). Gambaran Tindakan Tentang Kebersihan Diri Pada Siswa Kelas V-Vi di
SD Muhammadiyah 4 Samarinda.

Saputra, A. D. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada


Pasien Dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
Tahun 2022. 8.5.2017.

Syahni, lela aruma. (2018). Penerapan Latihan Mandi Dan Berhias Terhadap Peningkatan
Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di
Instalasi Kesehatan Jiwa Terpadu Rsud Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Defisit Perawatan Diri, 8–22.

Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

Anda mungkin juga menyukai