Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PENYEMBUHAN GANGGUAN JIWA DENGAN


MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. PUTRIANA SAGITHA ( P00620221071 )
2. ARDITA IGA MAULINI ( P00620221005 )
3. ASTRIANTI ( P00620221006 )
4. RADHIATUL UMSONIA ( P00620221033 )
5. WULANDARI ( P00620221039 )
6. NUR APRIANI ( P00620221067 )
7. NOVA ARYANI ( P00620221033 )
8. ASRYATULLAH ( P00620221045 )
9. ADITYA PRATAMA ( P00620221001 )
10. TAUFAN ( P00620221038 )

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MATARAM


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2024

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Penyembuhan Gangguan Jiwa Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri

Pokok Bahasan : Defisit Perawatan Diri


Sub Pokok Bahasan : Peran Keluarga Pada Proses
Hari/ Tanggal : Rabu, 31 Januari 2024
Waktu Pelaksanaan : 09:00 - 09:30 WIB
Tempat Pelaksanaan : Di RSJ Mutiara Sukma
Sasaran : Pasien

I. Latar Belakang
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi
akaibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun.Personal
hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. (Afnuhazi,
2015).
Penderita gangguan jiwa akan jelas mengalami penurunan keinginan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari, kemampuan bekerja, melakukan hubungan sosial,
dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Menurunnya keinginan melakukan
kegiatan dan kebersihan dirinya secara mandiri itu disebabkan oleh kurangnya
motivasi sehingga penderita gangguan jiwa tidak mau melakukan kegiatan, termasuk
perawatan dirinya sendiri (Rusdi & Dermawan, 2013).
Sebagaimana, sudah dapat diketahui bahwa pasien dengan gangguan jiwa
kebanyakan mengalami defisit perawatan diri yang merupakan manifestasi klinis dari
menurunnya keinginan melakukan kegiatan dan kebersihan dirinya secara mandiri itu
disebabkan oleh kurangnya motivasi. Upaya dalam menangani pasien defisit
perawatan diri ini adalah dengan memberikan terapi aktivitas kelompok dan

2
mengimplementasikan strategi pelaksanaan terhadap pasien.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 40 menit tentang peran keluarga
pada proses penyembuhan gangguan jiwa dengan masalah defisit perawatan diri
diharapkan sasaran penyuluhan dapat memahami peran keluarga dan memberi
dukungan bagi anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri dalam
proses perawatannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan mampu :
1) Memahami defisini defisit perawatan diri
2) Memahami penyebab defisit perawatan diri
3) Memahami jenis-jenis defisit perawatan diri
4) Memahami tanda dan gejala defisit perawatan diri
5) Memahami peran keluarga dalam merawat klien dengan
masalah defisit perawatan diri
3. Materi
Terlampir
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
5. Media
Leaflet
6. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
Pembimbing 1 : Hj. Dewi Susanti, S.Kep., Ns
Pembimbing 2 : Rikayaturrahimi, S.Kep., Ns
Penyaji 1 : Ardita iga maulini
Penyaji 2 : Asryatullah
Fasilitator : 1. Radhiatul umsonia
2.Putriana sagitha
3.Nur Apriani
Observer : 1. Wulandari

3
2.Astrianti
Dokumentasi : 1. Taufan
2.Aditya Pratama

4
7. Pengaturan Tempat

Keterangan:

: Leaflet

: Penyaji

: Moderator

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

5
8. Pelaksanaan Kegiatan
No Menit Penyuluhan pembukaan Respon Peserta Pelaksanaan
Penyuluhan
1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab Salam Moderator
1. Mengucapkan salam. 2. mendengarkan
2. Memperkenalkan diri. dan
3. Kontrak waktu.
3. memperhatiukan
4. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan dan menyebutkan
materi penyuluhan yang akan
Diberikan
2 20 menit Pemaparan Materi Penyuluhan : Mendengarkan dan Penyajian I dan
menyimak materi penyajian II
1. Pengertian defisit perawatan diri
yang disampaikan
2. Penyebab defisit perawatan diri
3. Jenis-jenis defisit perawatan diri
4. Tanda dan gejala defisit perawatan
diri.
5. Menjelaskan peran keluarga dalam
merawat klien dengan masalah
defisit perawatan diri.
3 10 menit Diskusi/ TanyaJawab : Peserta bertanya Moderator,
mengenai hal-hal Observer dan
1. Memberikan kesempatan pada yang belum jelas dan penyajian
peserta untuk mengajukan kurang dimengerti
pertanyaan kemudian didiskusikan mengenai defisit
bersama dan menjawab perawatan diri
pertanyaan.
2. Mengajukan pertanyaan
kepada peserta.
4 5 menit Terminasi : 1. mendengarkan Moderator dan
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan. dan Fasilitator
2. memperhatiukan
2. Mengucapkan terima
3. menjhawab salam
3. Membagi leaflet

4. Mengakhiri penyuluhandengan
salam.

6
9. Evaluasi
a. Struktur
• Peserta diharapkan hadir 10 orang.
• Setting tempat yang aman dan nyaman.
b. Proses
• Peserta mampu memberikan tanggapan.
• Peserta mendengarkan,dan memperhatikan saat materi edukasi dipaparkan.
• Peserta mengajukan beberapa pertanyaan.
1) Apakah defisit perawatan diri termasuk dalam gangguan jiwa? Jawaban:
Iya tentu saja, karena defisit perawatan diri adalah salah satu bentuk
gangguan jiwa dan dialami oleh seluruh klien gangguan jiwa yang
ditemukan.
2) mengapa kita harus merawat diri secara fisik mental dan spiritual?
Jawaban : Karena Merawat diri membantu kita untuk menjalani
banyaknya aktivitas kita dan menghindari kelelahan fisik dan
emosional. Hal ini membantu kita untuk tetap sehat, produktif, serta
memiliki kualitas hidup
yang baik.
3) Kenapa makan termasuk dalam defisit perawatan diri
Jawaban : Karena pada pasien gangguan jiwa sering kali makan
dan minum sembarangan, berceceran , tidak mampu menyiapkan
makanan dan memindahkan makanan ke alat makan,membawa makanan
dari piring ke mulut, tidak mengunyah, menelan makanan secara aman
dan juga tidak menyelesaikan makan, maka dari itu cara makan masuk
dalam defisit perawatan diri.
c. Hasil
• Jumlah peserta hadir 10 orang.
• Peserta memahami apa itu defisit perawatan diri.
• Peserta memahami apa saja jenis-jenis perawatan diri,apa saja tanda
dan gejala defisit perawatan diri.
• Peserta memahami peran keluarga

7
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri.secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012).

Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan


aktivitas perawatan diri (PPNI, 2017) Kurangnya perawatan diri pada pasien
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar atau Buang Air Kecil) (Mukhripah,
2008).
B. Penyebab
Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.

d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

8
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut PPNI (2017) penyebab yang mendukung terjadinya defisit
perawatan diri diantaranya yaitu:
1) Gangguan muskuloskeletal

2) Gangguan neuromuskuler

3) Kelemahan

4) Gamgguan psikologis dan/atau psikotik

5) Penurunan motivasi/minat
C. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014),perawatan
diri terdiri dari:

1. Defisit perawatan diri; (mandi) Hamabatan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Defisit perawatan diri: (berpakaian) Hambatan kemampuan untuk melakukan


atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.

3. Defisit perawatan diri: (makan) Hambatan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikan aktivitas seharian.

4. Defisit perawatan diri: (eliminasi) Hambatan kemampuan untuk melakukan


atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
D. Tanda dan Gejala

1. Data Subjektif, terdiri dari :


a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di
RS tidak tersedia alat mandi.
b) Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

9
c) Klien mengatakan ingin disuapin makanan.
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK/BAB.
2. Data Objektik, terdiri dari :
a) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panajng dan kotor.
b) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai tidak bercukur (laki-laki),
atau tidak berdandan (perempuan)
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK.
E. Peran Keluarga
Keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien.
Keluarga merupakan tempat perawatan utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi klien. Tujuan perawatan ialah
meningkatkan kemandirian pasien, pengoptimalan peran dalam masyarakat dan
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.

Peran keluarga adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi keluarga didalam
kelompok sosialnya (Suliswati, 2005).
Menurut Friedman (1998) peran didasarkan pada harapan, peran juga
menjelaskan apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar
memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain. Keluarga memiliki
tugas utama yaitu memelihara pertumbuhan psikososial anggota di keluarga dan
kesejahteraan selama hidupnya secara umum, keluarga merupakan sekumpulan
individu yang memiliki interaksi, memberikan dukungan dan saling mempengaruhi
satu dan lainnya untuk memenuhi fungsi dasar.

10
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a) Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti bantu dan memperhatikan kebutuhan
makan, minum, kebersihan diri dan penampilan serta latih dan libatkan klien
dalam kegiatan sehari-hari (cuci pakaian, setrika, menyapu dan lain-lain).
b) Bantu komunikasi dengan teratur seperti bicara jelas dan singkat,
kontak/bicara secara teratur, pertahankan tatap mata secara teratur, lakukan
sentuhan yang akrab, sabar, lembut, tidak terburu-buru, hindari kecemasan pada
klien.
c) Libatkan dalam kelompok dengan cara beri kesempatan untuk menonton TV,
mendengarkan musik, membaca buku dan lain-lain serta pertemuan keluarga
yang teratur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Damaiyanti, Mukhripah 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan,
Bandung : PT. Refika Aditama.
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Fitria, Nita. (2012). Defisit perawatan diri & Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik. Jakarta
: EGC. Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015- 2017 Edisi 10 editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

12
Dokumentasi

13
Leaflet

14
Flipchart

15
Absensi

15
16

Anda mungkin juga menyukai