Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan
orang lain disekitarnnya. Salah satu kebutuhanya adalah kebutuhan sosial
untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang
dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain,
pemghargaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan
tidak selama memberi hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan
individu untuk berinteraksi dengan orang lain (Riyadi, 2009).
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentang respon adaptif yang
merupakan sehat jiwa, masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu
gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014). Gangguan jiwa merupakan
gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi
(affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Umumnya ditandai
adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan
persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).
Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013)
menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh
perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar
(2013) prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per
mil. Di Bengkulu (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera
seseorang dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar), dimana klien memberi persepsi tentang
lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep, 2013). Mula-mula klien

1
merasakan halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam
proses penyakit tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi
(Videbeck, 2008). Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan
mengalami marah tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan
kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat harus mempunyai cukup
pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi
ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada
asuhan klien.
Penatalaksanaan klien dengan Halusinasi dapat dilakukan dengan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi : halusinasi
pendengaran. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi
modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien
(7-10 orang per-kelompok), dalam gejala yang sama, jenis kelamin sama,
usia yang hampir sama, dan dalam waktu yang bersamaan.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien di temui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tertentu dengan tenaga yang
memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri
(self awareness). Peningkatan hubungan interpesonal, membuat perubahan
atau ketiganya.
Kelompok adalah suatu sistem sosila yang khas yang dapat
didefinisikan dan pelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang
saling berinteraksi, interelasi, interdepedensi dan saling membagikan
norma sosial yang sama (Stuard & sundeen,1998).
Jumlah pasien pasien di ruang Camar RSJKO Soeprapto
Bengkuluyang mengalami Halusinasi sebanyak 13 orang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemapuan menyelsaikan masalah yang di
akibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan klien dapat merespon
terhadap stimulus panca indra yang di berikan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengenal halusinasi.

2
b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
d. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.
e. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan meminum obat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Waktu dan tempat


1. SESI I
Hari/tanggal : Kamis, 10 Februari 2022
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang Gunung Bungkuk
2. SESI II
Hari/tanggal : Jumat, 11 Februari 2022
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang Gunung Bungkuk
3. SESI III
Hari/tanggal : Sabtu, 12 Februari 2022
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang Gunung Bungkuk
4. SESI IV
Hari/tanggal : Minggu, 13 Februari 2022
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang Gunung Bungkuk
5. SESI V
Hari/tanggal : Senin,14 Februari 2022
Jam : 09.00 s/d Selesai
Tempat : di Ruang Gunung Bungkuk
B. Metode Pelaksanaan
1. Bermain peran/simulasi
2. Diskusi/ tanya jawab
C. Media
1. Name Tag
2. Papan tulis & spidol

4
D. Skema Ruangan

Keterangan :

N GAMBAR KETERANGAN
O
1 Leader
2 Co. Leader
3 Pembimbing dan CI
4 Observasi
5 Perawat
6 Pasien
7 Operator

E. Pembagian Tugas
1. Leader Bertugas :
a. Menyiapkan propsoal TAK.
b. Menyampaikan Tujuan dan peraturan kegiatan Terapi Aktivitas
Kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
meperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan
tertib.
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

5
2. Co-leader bertugas :
a. Mendapingi leader.
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
pasien.
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari rencana yang
di buat.
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking dalam
proses terapi.
3. Fasilitaor Bertugas :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Mempasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif untuk mengikuti jalanya terapi.
4. Obervasi bertugas
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan.
b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatan berlangsung,
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.
5. Pasien
a. Kriteria Pasien
1) Pasien halusinasi
2) Pasien dapat di ajak kerjasama ( cooperaraptive).
b. Susunan Pelaksanaan
F. Pembagian Sesi
1. Sesi I
a. Leader : Ririn Anggraeni Lestari
b. Fasilitator : Nadia Tri Wahyuningsih
Yuike Desri Yanti
Sindita Septianda
c. Observasi : Winda Evita Rahmi

6
2. Sesi II
a. Leader : Ririn Anggraeni Lestari
b. Fasilitator : Nadia Tri Wahyuningsih
Yuike Desri Yanti
Sindita Septianda
c. Observasi : Winda Evita Rahmi
3. Sesi III
a. Leader : Ririn Anggraeni Lestari
b. Fasilitator : Nadia Tri Wahyuningsih
Yuike Desri Yanti
Sindita Septianda
c. Observasi : Winda Evita Rahmi
4. SESI IV
a. Leader : Ririn Anggraeni Lestari
b. Fasilitator : Nadia Tri Wahyuningsih
Yuike Desri Yanti
Sindita Septianda
c. Observasi : Winda Evita Rahmi
5. SESI V
a. Leader : Ririn Anggraeni Lestari
b. Fasilitator : Nadia Tri Wahyuningsih
Yuike Desri Yanti
Sindita Septianda
c. Observasi : Winda Evita Rahmi
G. Pasien Peserta TAK sebagai Berikut :
1. Tn. Y
2. Ny. H
3. Ny. P
4. Ny. D
5. Ny. Y

7
SESI I

MENGENAL HALUSINASI

A. Tujuan
1. Klien dapat mengenal Halusinasi
2. Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjasinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaanya pada saat terjadinya halusinasi
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat
1. Name tag
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien
b. Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik
c. Memperkenalkan terapis
d. Memperkenalkan pasien
e. Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini
f. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan main :

8
a) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus
mintak izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan kurang lebih 45 menit.
c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta.
b. Terapis meminta masing-masing pasien mengenalkan diri secara
berurutan searah jarum jam dimulai terapis,meliputi menyebutkan:
nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
c. Setiap kali seorang pasien selesai menyelesaikan diri, terapis
mengajak pasien untuk bertepuk tangan.
d. Terapis menjelaskan materi halusinasi kepada klien.
e. Pasien di mintak membagikan pengalaman tentang halusinasi yang
dialami dengan menceritakan isi, waktu terjadi, frekuensi dan
perasaan yang timbul saat halusinasi.
f. Tunjuk pasien untuk bercerita secara bergiliran searah jarum jam.
g. Terapis memberi pujian setiap pasien selesai menceritakan
halusinasinya.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK
2) 75 % pasien mengikuti sesuai perintah
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain.
d. Kontrak yang akan datang
Hari/tanggal : Kamis, 10 Februari 2022
Pukul :09.00 wib
Materi : sesi II mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi.

9
SESI II

MENGONTOL HALUSINASI DENGAN MENGHARDIK

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi.
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Name tag
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Stimulasi
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien.
b. Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik
c. Memperkenalkan terapis.
d. Memperkenalkan pasien.
e. Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini.
f. Kontrak :

10
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan main.
3) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus
mintak izin kepada terapis.
4) Lama kegiatan kurang lebih 20 menit.
5) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta.
b. Terapis menjelaskan pentingnya menghardik saat terjadi halusinasi.
c. Terapis memperagakan cara menghardik jika ada tanda-tanda
halusinasi muncul Contoh : tutup mata dan telinga lalu katakana
“pergi-pergi kamu tidak nyata, kamu itu suara palsu”.
d. Terapis memberikan penjelasan cara langka-langka kegiatan.
e. Terapis memutar lagu , pasien mendengarkan dan saat musik di
hentikan peserta harus menyebutkan nama hewan, benda atau
buah-buahan sesuai instruksi dari terapis, jika peserta tidak dapat
menyebutkannya maka peserta di mintak untuk memperagakan
cara menghardik halusinasi.
f. Ulangi sampai semua mendapat giliran.
g. Terapis meberi pujian setiap pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK.
2) 75 % pasien mengikuti sesuai perintah.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain
dan menghardik halusinasi yang dialami.
c. Kontrak yang akan datang
Pasien di kontrak untuk melaksanakan kontrak berikutnya.
5. Pelaksanaan
1. Klien terlihat aktif

11
2. Klien mengikuti sesuai arahan.

SESI III

MENGONTOL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP DENGAN


ORANG LAIN

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Klien mampu menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai
mengalami halusinasi.
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Name tag
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Latihan
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien.
b. Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik.
c. Memperkenalkan terapis.
d. Memperkenalkan pasien.
e. Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini.
f. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.

12
2) Terapis menjelaskan aturan main.
3) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus
mintak izin kepada terapis.
4) Lama kegiatan kurang lebih 30 menit.
5) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang
lain untuk mengatasi halusinasi.
b. Terapis meminta klien situasi yang sering dialami sehingga
mengalami halusinasi secara bergantian.
c. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain jika
ada tanda halusinasi muncul.
d. Terapis meminta pasien untuk berpasang-pasangan dengan pasien
lainnya.
e. Terapis meminta pasien untuk memperagakan cara bercakap-cakap
dengan pasangannya secara bergantian.
f. Lakukan dimulai dengan pasien yang duduk disebelah kanan lalu
bergiliran.
g. Terapis memberi pujian setiap pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK.
2) 75 % pasien mengikuti sesuai perintah.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain
dan menghardik halusinasi yang dialami dengan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
Pasien di kontrak untuk melaksanakan kontrak berikutnya.
5. Pelaksanaan
a. Klien terlihat aktif.
b. Klien mengkuti sesuai arahan.

13
SESI IV

MENGONTOL HALUSINASI DENGAN AKTIVITAS TERJADWAL

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk
mencegah munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Name tag
2. Speaker & Mic
3. Papan Tulis & Spidol
4. Kertas formulir ADL pasien
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Latihan
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien.
b. Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik.
c. Memperkenalkan terapis.
d. Memperkenalkan pasien.
e. Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini.
f. Kontrak :

14
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan main :
a) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus
mintak izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan kurang lebih 30 menit.
c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya melakukan kegiatan sehari-hari
secara teratur agar mencegah halusinasi muncul.
h. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari.
i. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian, terapis
menulis formulir yang sama di whiteboard.
j. Terapis membimbing satu per satu klien membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam.
k. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang disusun.
l. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK.
2) 75 % pasien mengikuti sesuai perintah.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan pasien kontak/interaksi dengan orang lain
dan menghardik halusinasi yang dialami serta bercakap-cakap
dengan orang lain juga melakukan aktifitas terjadwal.
c. Kontrak yang akan datang
Pasien di kontrak untuk melaksanakan kontrak berikutnya.
5. Pelaksanaan
a. Klien terlihat aktif.
b. Klien mengkuti sesuai arahan.

15
SESSI V

MENGONTOL HALUSINASI DENGAN CARA MINUM OBAT YANG


BENAR

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami jenis-jenis obat yang harus diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar minum obat.
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.
B. Setting
1. Perawat dan Klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Name tag
2. Papan tulis & Spidol
D. Metode
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Latihan
E. Langka kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi yaitu pasien halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan pasien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik : Salam Terapis kepada pasien.
b. Memperkenalkan perceptor akademik dan perceptor klinik.
c. Memperkenalkan terapis.
d. Memperkenalkan pasien.
e. Validasi : menayakan perasaan pasien saat ini.

16
f. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan main :
a) Jika ada pasien yang akan meninggalkan kelompok harus
mintak izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan kurang lebih 30 menit.
c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan
kepada masing-masing klien.
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur
sesuai anjuran.
c. Terapis menjelaskan prinsip 5 benar obat.
d. Terapis menghidupkan lagu dan pasien diminta untuk berjalan
perlahan sampai garis finish, saat lagu berhenti pasien tidak
boleh bergerak. Apabila pasien bergerak & belum sampai garis
finish pasien disuruh menyebutkan 5 benar minum obat.
e. Lakukan 2 sesidan yang menang/mencapaigaris finish pertama
kali akan mendapat hadiah.
f. Terapis memberi pujian setiap pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan setelah mengikuti TAK.
2) 75 % pasien mengikuti sesuai perintah.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana Tindak Lanjut
Pasien melakukan yang telah diajarkan setiap hari atau saat
halusinasi akan muncul.
c. Kontrak yang akan datang
Pasien tidak dikontrak karena sesi telah selesai.
d. Pelaksanaan
1) Klien terlihat aktif dan klien mengkuti sesuai arahan.

17
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
HALUSINASI

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
a. Klien sering melamun, bicara sendiri
b. Sosialisasi dengan lingkungan sekitar kurang
c. Klien mengatakan ada yang mengajak ngomong terus, selalu
menyuruh-nyuruh melakukan pekerjaan, sumber suara dari kuping
bisikan itu terdengar. Kadang ada orang cebol yang menyuruh, kadang
tanpa wujud.
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

”Selamat pagi pak, Saya Mahasiswa keperawatan Poltekkes KemenkesBengkulu


yang akan merawat Bpk. nama saya Agib Alvando, senang dipanggil Agib. Nama
Bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa”

”Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apa keluhan Bpk saat ini”

18
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Bpk dengar? Di mana kita duduk? Di teras? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”

KERJA:

”Apakah Bpk mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling


sering Bpk dengar suara tersebut? Berapa kali sehari Bpk alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang Bpk rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang Bpk lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?

” Bpk, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Bpk bilang,
pergi!! saya tidak mau dengar,… Saya tidak mau dengar. Kamu palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Bpk peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus Bpk sudah bisa”

TERMINASI:

”Bagaimana perasaan Bpk setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara


itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?

19
Jam berapa Bpk?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih? Dimana tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:

“Selamat pagi Bpk.. Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan
suara-suaranya, Bagus! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bpk mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan Bpk Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Bpk, Bpk katakan:
Bpk, ayo ngobrol dengan saya. Sayasedang dengar suara-suara.

Begitu Bpk. Coba Bpk lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bpk!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bpk setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
Bpk pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini
kalau Bpk mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian Bpk. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya
akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan

20
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi BpkBagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau
di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja:

“Apa saja yang biasa Bpk lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali Bpk bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Bpk lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bpk setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian Bpk Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 16.00?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

21
SP 4. Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncu ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang Bpk minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit. Di sini saja ya Bpk?”

Kerja:
“Bpk adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Bpk
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
Bpk minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jamBpk(HP) 3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, Bpk akan kambuhBpk dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Bpk bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. Bpk juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Bpk harus memastikan bahwa itu
obat yang benar-benar punya Bpk. Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Bpk juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal

22
kegiatan Bpk Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00. sampai jumpa.”

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a.Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah
sakit maupun di rumah.
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan
program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga
tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga
mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi
baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.

23
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan
pasien.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada pasien, pasien
dapat mengikuti instruksi dari perawata, mulai dari mendengarkan
penjelasan dari perawat mengenai halusinasi dan juga mengikuti latihan-
latihan yang diberikan oleh perawat. Pasien juga dapat memahami apa itu
halusinasi, tanda-tanda halusinasi, bagaimana cara menghilangkan
halusinasi, dll.
B. Saran
Bagi Penulis agar dalam penerapan terapi aktivitas kelompok pada
pasien dengan halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga
kepada keluarga dan orang terdekat pasien sebagai wujud strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang komprehensif.

25

Anda mungkin juga menyukai