Disusun Oleh :
Kelompok 4B
JURUSAN KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, tepat pada
waktunya. Makalah ini disajikan dengan pola dan bahasa yang sistematis dan sederhana
sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berperan
aktif dalam menyelesaikan tugas makalah ini, yang
Kelompok 4B
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komponen-Komponen Penelitian ......................................................................2
2.2 Permasalahan.......................................................................................................2
2.7 Data....................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
penyajian dan analisa data yang dilakukan secara sistematis, teliti dan mendalam dalam
rangka mendapatkan jalan keluar atau pun jawaban terhadap suatu masalah yang ditemukan.
Cara penyelesaian ataupun jawaban yang diajukan oleh suatu
penelitian adalah atas dasar pengkajian yang seksama terhadap suatu pokok
pengolahan, penyajian dan analisa data dari berbagai permasalahan yang ada Karena inti
pokok dari penelitian adalah mencarikan cara penyelesaian ataupun
jawaban dari berbagai permasalahan yang dihadapi yang sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan , maka cara merumuskan penyelesaian dan jawaban dalam
penelitian memegang peranan sangat penting.
berikut :
1. Apa sajakah komponen-komponen dalam penelitian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen-komponen penelitian.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Permasalahan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu
setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti
dinyatakan oleh Emory bahwa baik
penelitian murni atau terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk
penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi, setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Masalah penelitian
merupakan jantung setiap upaya penelitian.
1.Hakikat Permasalahan
Masalah atau problem dapat diartikan sebagai jarak antara apa yang diharapkan (das Sollen)
dengan apa yang terwujud atau tercapai (das Sein). Masalah menunjukkan adanya ketidak
sesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang terwujud atau tercapai.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya terjadi dengan apa
yang benar-benar terjadi antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan,
antara rencana dengan pelaksanaan. Stooner
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan dan kompetensi. Sumber masalah penelitian menurut Turney
dan Noble adalah sebagai berikut :
5
a. Pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi dapat berupa pengalaman masa lampau dan kekinian. Upaya
mewujudkan pengalaman pribadi menjadi permasalahan
penelitian dapat dilakukan dengan : mengidentifikasi pengalaman pribadi untuk fokus
penelitian, mengidentifikasi sebab-sebab munculnya masalah tersebut, membuat keputusan
pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut serta merumuskan masalah
penelitian.
Di mana pun, dari mana pun, dan kapan pun calon peneliti berpeluang memperoleh informasi
penting dan menarik untuk dijadikan topik penelitian. Berdasarkan informasi yang diperoleh
secara kebetulan , calon peneliti dapat merumuskan masalah penelitian dengan latar belakang
dan tujuan, serta hasil akhir yang diharapkan. Untuk mewujudkan informasi tersebut
menjadi
permasalahan penelitian, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : mengembangkan
kepekaan selaku peneliti dalam merespons fenomena yang relevan, mendefinisikan
keterangan yang diperoleh secara spesifik, mengidentifikasi penyebab munculnya masalah,
membuat keputusan pribadi selaku calon peneliti untuk memecahkan masalah tersebut serta
merumuskan masalah penelitian.
Banyakpenelitimengembangkan ataumerumuskanpertanyaan
penelitian mereka sebagai bagian aktivitas pekerjaan atau diskusi dengan rekan sekerja.
Pada banyak kasus, diskusi formal dan informal yang dilakukan oleh
peneliti dengan rekan atau kelompok ahli lain sangat membantu upaya penajaman
terhadap masalah, baik teoritis maupun praktis . Melalui diskusi akademik, masalah
penelitian dipertajam dan dirumuskan. Untuk tujuan ini peneliti dapat menempuh langkah-
langkah seperti : mendifinisikan masalah bersama rekan sekerja, mengidentifikasi penyebab
munculnya masalah, membuat keputusan untuk mengadakan penelitian serta merumuskan
pertanyaan penelitian.
6
1. Rumusan masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah adalah kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan maka rumusan masalah adalah
pertanyaan yang akan ditemukan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun, demikian
terdapat ikatan erat antara masalah dengan rumusan masalah karena setiap rumusan
masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Apabila
permasalahan yang akan diteliti telah ditetapkan, langkah berikutnya adalah merumuskan
masalah. Tuckman (dalam Sudarwan Danim dan Darwis) mengemukakan beberapa kriteria
dalam merumuskan masalah, yaitu :
baik hanya pada satu variabel atau lebih ( variabel yang berdiri sendiri). Jadi,
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan
variable itu dengan variable lain. Contoh : Seberapa baik kinerja kabinet
bersatu ?
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh : Adakah
perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara
pegawai swasta nasional dan perusahaan asing?
c. Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau
lebih.
7
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Menurut Mark dalam (Prof.Dr.Sugiono )
membedakan adanya 3 macam teori antara lain :
a. Teori yang deduktif : memberikan keterangan yang dimulai dari suatu
bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam kaitannya dengan
kegiatan penelitian, maka fungsi utama teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam
ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Merupakan pemandu untuk
menemukan fakta guna merumuskan hipotesis, serta digunakan sebagai kontrol yang
membahas penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya
pemecahan masalah.7 Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis, sebagai
dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian serta memperkaya ide-ide
baru, Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama. Dalam
penelitian ilmiah, teori ilmiah tidak terpisahkan dari fakta. Hubungan antara keduanya
adalah :
8
Adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Kerlinger ( 2012) variabel adalah konstruk atau sifat yang akan
dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya, konteks
hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi. Macam-macam Variabel Penelitian
yaitu :
a. Berdasarkan skala pengukuranya
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel- variabel
tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks ini variabel dibedakan
menjadi :
9
dependen ( terikat ). Contoh : Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil
belajar siswa. Variabel bebas nya adalah : Pengaruh motivasi belajar.
bukan variabel antara. Contoh : Umur sebagai factor perancu terhadap hubungan
merokok dan resiko kematian.
10
d.B erdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi
Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan ada pula variabel di mana
peneliti tidak dapat melakukan intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan
menjadi:
1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi atau diintervensi oleh
peneliti, contoh : metoda mengajar, teknik pelatihan, serta strategi pembiasaan.
2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat diintervensi atau dimanipulasi
oleh peneliti, contoh : jenis kelamin, umur, sertas tatus
perkawinan.
2.5 Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti
“kurang dari” dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan suatu
pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara
empiris. Hipotesis adalah kerangka berfikir dari sintesa atau kesimpulan sementara.9
Hipotesis juga merupakan jawaban yang masih sementara dan bersifat teoritis, atau juga
merupakan alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri karena menghubungkan dari
teori yang relevan dengan kenyataan atau fakta yang ada. 10 Bentuk-bentuk hipotesis ada 3
macam yaitu : hipotesis deskriptif ( variabel mandiri ), hipotesis komparatif
( perbandingan ) dan hipotesis assosiatif ( hubungan ). Dalam penelitian kuantitatif,
keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting dalam
penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan
hipotesis penelitiannya. Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut.
11
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang harus diikuti
dan jenis data apa saja yang harus dikumpulkan.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penelitian.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam merumuskan hipotesis,
yaitu :
a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
pernyataan).
c. Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas.
d. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya.
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan sintesis dari hasil
kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik , merupakan lawan dari hipotesis kerja dan
sering disingkat Ho. Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan
Ho untuk satu permasalahan penelitian.
12
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi:
dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi.
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel
diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang
bias. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria
eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam
menentukan kriteria ekslusi antara lain: subjek membatalkan kesediannya untuk menjadi
responden penelitian, dan subjek
berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.
yang dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan
undian.
14
b)Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling) : Prosedur ini berupa penarikan
sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar
populasi.
peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti
hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang
ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan
15
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan
dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan
sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui.
bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi
peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini
disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng- hemat waktu, biaya, dan
tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti
sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah
sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu
semakin besar jumlah sampel semakin menggambarkan keadaan populasi.14 Selain
berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji dari
karakteristik
populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang
pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan pertimbangan adanya
berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal
dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi.15
2.7 Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi. Data dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat, sumber, dan juga skala
pengukurannya.16
a. B erdasarkan sifatnya
1). Data kuantitatif : Data yang berupa angka-angka.
16
1. Data nominal
Ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek
mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri
data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal
merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke
dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak
boleh tumpang tindih dan bersisa.
2. Data ordinal
Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka
yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja.
3. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal
dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada
pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari
ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval
17
tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari
hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval.
4. Data ratio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain,
yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang
diukur dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data ratio, yang diperoleh melalui
mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak
dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol
di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat perkalian ataupun
pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek
yang diukur.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
19
DAFTAR PUSTAKA
20