Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“KONSEP DASAR PENELITIAN”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Pengembangan Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika

Dosen Pengampu : Deo Demonta Panggabean, M.Pd

Oleh:

Dewi Melia Gultom (4193321017)


Elva Sellya R. Tarigan (4193321007)

Eva Rolita Harianja (4193321020)

Ruth Ramayani Pasaribu (4193121044)

PROGRAM SARJANA (S1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan kondisi
sehat pada masa pandemi saat ini. Sehingga penulis dapat mampu menyelesaikan tugas
makalah “Konsep Dasar Penelitian”.
Makalah ini di tulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “
Pengembangan Riset Interdisiplin Pendidikan Fisika” dengan dosen pengampunya
adalah Bapak Deo Demonta Panggabean, M.Pd yang sudah banyak memberikan
bimbingan atas tugas ini. Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktu pengumpulannya.
Dan kami kira makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian tugas ini. Dengan harapan dapat diterima oleh ibu dan dapat
dijadikan sebagai acauan dalam proses pembelajaran. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.

Medan, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
ISI..............................................................................................................................................2
2.1 Topic................................................................................................................................2
2.2 Masalah Dan Judul.........................................................................................................3
2.3 Aturan Etis Penelitian....................................................................................................6
2.4 Variabel Dan Hipotesis.............................................................................................8
2.5 Sampling........................................................................................................................15
2.6 Treatment......................................................................................................................18
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena
itu, sebelum pembahasan tentang hakikat penelitian perlu dijelaskan terlebih dahulu
hakikat metode ilmiah (scientific methods). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk
menjelaskan, memprediksikan, atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada
asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat
mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan
dengan perolehan pengetahuan dan pengembagan serta pengujian teori-teori.
Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman, otoritas,
penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak diragukan,
paling efisien, dan paling terpercaya.
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai diterima
dan ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara informal,
seperti mengambil rute yang paling efisien dari rumah untuk bekerja atau ke sekolah, atau
waktu yang terbaik untuk pergi ke bank. Penerapan yang lebih formal dari metode ilmiah
untuk pemecahan berbagai masalah adalah semua yang dilakukan oleh penelitian.

1.2 Tujuan
 Apa Itu Topik?
 Bagaimana Konsep Masalah Dan Judul?
 Bagaimana Aturan Etis Penelitian?
 Bagaimana Konsep Variabel Dan Hipotesis
 Apa Itu Sampling?
 Apa Itu Treatment?

1.3 Manfaat
 Untuk mengetahui pengertian Topik
 Untuk mengetahui aturan etis penelitian
 Untuk mengetahui konsep variabel dan hipotesis
 Untuk mengetahui pengertian sampling
 Untuk mengetahui pengertian treatment

1
BAB II

ISI
2.1 Topic
A. Pengertian Topik Penelitian
Topik penelitian adalah pokok dari rencana riset terkait dengan pembicaraan dalam penulisan
artikel ilmiah, oleh karena itulah sebelum seseorang melakukan penelitian penting untuk
menentukan bagian topik apa yang diangkat, hal ini lantaran dasar penentuan suatu topik
penelitian akan memperlancar kegiatan penelitian dilakukan.

B. Pengertian Topik Penelitian Menurut Para Ahli


Definisi topik penelitian menurut para ahli, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Howe Opik, Pengertian topik penelitian adalah landasan dasar yang harus dimiliki
sebelum langkah penelitian dilakukan, hal ini menyangkut pada proses syarat terbentuknya
wacana percakapan yang baik dan secara sistematis dilakukan untuk meningkatkan
kreadibiltas penelitian yang dilakukan.

C. Unsur Menentukan Topik Penelitian


Dalam menentukan topik penelitian, peneliti perlu memperhatikan berbagai
pertimbangan. Oleh karena itulah unsur unsur dalam pemilihan topik adalah;

1. Bermanfaat bagi masyarakat


2. Dapat diteliti atau rasional
3. Sesuai dengan keahlian yang dikuasal peneliti
4. Dapat dijangkau (tempat, waktu, tenaga, dan dana)
5. Memiliki data-data pendukung atau penelitian yang relevan
6. Menarik bagi peneliti
7. Memiliki variabel yang jelas

D. Tips Menemukan Topik Penelitian


Bagaimana cara menentukan topik penelitian yang baik. Setidaknya perlu beberapa
prosesnya. Yaitu;

2. Diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman


Seseorang yang pernah mengalami pengalaman tertentu terkadang mendapat inspirasi untuk
menjadikan pengalaman tersebut sebagai topik penelitian. Misalnya saja ketika kita bepergian
dengan orang tua di tempat wisata, kita banyak sekali melihat ibu-ibu membawa anak dan
meminta uang kepada pengunjung.

Peristiwa tersebut dapat Anda dijadikan ide topik penelitian mengenai fenomena eksploitasi
anak untuk memperoleh pendapatan.

3. Laporan hasil penelitian lain

2
Penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain terkadang dirasa kurang sesuai. Kondisi mi
disebabkan masyarakat terus berkembang sehingga memengaruhi variabel penelitian yang
ikut berubah. Selain itu, topik penelitian dapat tercipta akibat pengaruh laporan penelitian
yang dianggap masih memerlukan perbaikan sehingga memunculkan inspirasi untuk
dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut secara mendalam.

4. Sumber pengetahuan lain


Perkembangan dan pengetahuan lain dapat memberi sumbangan dalam menemukan topik
penelitian sosial, misalnya saja adalah perkembangan bioteknologi mendorong seseorang
ingin meneliti konsekuensi sosial dan kemunculan bioteknologi dalam masyarakat.

Kesempatan untuk mendapatkan topik yang berasal dan pengetahuan baru terbuka lebar
mengingat perkembangan dalam pengetahuan selalu memiliki konsekuensi sosial.

5. Diskusi ilmiah
Topik penelitian dapat diperoleh melalui kegiatan diskusi ilmiah. Diskusi dapat dilakukan
antara peneliti dengan peneliti lainnya, orang yang ahli di bidangnya, tokoh masyarakat, dan
objek yang akan diteliti.

Adapun dalam lingkup kecil seseorang dapat menentukan topik penelitian sosial melalui
diskusi antarteman di kelas bersama Bapak atau Ibu Guru. Oleh karena itulah diskusi
kelompok di kelas dapat menjadi salah satu sarana menentukan topik penelitian sosial

2.2 Masalah Dan Judul


A.Masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun
terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,
walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit dalam
proses penelitian (Tuckman, 198). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah
yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50 % telah selesai. Oleh
karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat
dilakukan.

1. Sumber Masalah

3
Masalah dapat diartikan sebagi penyimpangan antara seharusnya dengan apa yang benar –
benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana
dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah – masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.

a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan

Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh
orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Demonstrasi yang dilakukan
oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat
menimbulkan masalah.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan
antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu
pernyataan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.

Bentuk – betuk rumusan masalah penelitian adalah:

a. Rumusan masalah deskriptif, suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan


pernyataan terhadap keadaan variabel mandir, baik hanya satu variabel atau lebih.
b. Rumusan masalah komparatif, rumusan masalah penelitian yang membandinhgkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau
pada waktu yang berbeda.
c. Rumusan masalah asosiatif, rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga hubungan yaitu: hubungan
simetris, hubungan kausal dan hubungan timbal balik.
d. Terdapat penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan

Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana
tersebut, maka tentu ada masalah.

i.pengaduan

4
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada
pihal tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul
masalah dalam organisasi itu.

ii. Ada kompetisi

Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat
memanfaatkan untuk kerja sama. Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus
ditunjukkan dengan data.

B. Judul

1. Pengertian Judul Penelitian


Judul penelitian adalah pernyataan yang mengandung keseluruhan isi dari suatu
penelitian terkait objek penelitian yang ingin diteliti, lokasi, tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai. Tujuan awal dari sebuah judul adalah untuk menarik perhatian pembaca dan untuk
menarik perhatian pada masalah penelitian yang sedang diselidiki.

Oleh sebab itu, parameter yang kita gunakan untuk membantu kita merumuskan judul
makalah penelitian meliputi, adanya tujuan penelitian, nada naratif makalah (biasanya
ditentukan oleh jenis penelitian), metode penelitian yang digunakan.

2. Pengertian Judul Penelitian Menurut Para Ahli

Adapun definisi judul penelitian menurut para ahli, antara lain: Soekidjo
Notoadmodjo (1993), Judul penelitian adalah cerminan dari tujuan penelitian. Dimana
tujuan penelitian dirumuskan dari rumusan masalah penelitian. Atau dengan kata lain,
tujuan penelitian merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, sehingga judul
penelitian juga harus mencerminkan masalah penelitian.

3. Sifat Judul Penelitian


Judul yang efektif dalam makalah penelitian akademik memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya yaitu:

1. Menunjukkan secara akurat subjek dan ruang lingkup penelitian


2. Menghindari penggunaan singkatan
3. Menggunakan kata-kata yang dapat memunculkan kesan positif dan menarik minat
pembaca
4. Menggunakan nomenklatur saat ini dari bidang studi
5. Mengidentifikasi variabel kunci, baik dependen maupun independen
6. Menunjukkan hubungan antara variabel yang mendukung hipotesis utama
7. Dibatasi hingga 10 hingga 15 kata substantif
8. Jangan memasukkan “studi”, “analisis” atau konstruksi serupa
9. Judul biasanya berbentuk frase, tetapi bisa juga berupa pertanyaan
10. Menggunakan tata bahasa dan kapitalisasi yang benar, yaitu semua kata pertama dan
kata terakhir dikapitalisasi, termasuk kata pertama subjudul. Selain itu, semua kata

5
benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan yang muncul di antara
kata pertama dan terakhir dari judul juga menggunakan huruf kapital
11. Dalam makalah akademis, jarang ada judul yang diikuti dengan tanda seru. Namun,
judul atau subjudul bisa berupa pertanyaan

4. Unsur Judul Penelitian


Judul penelitian memiliki beberapa unsur yang perlu kita ketahui, antara lain:

1. Sifat dan jenis penelitian


2. Objek penelitian
3. Subjek penelitian
4. Lokasi atau daerah penelitian
5. Tahun atau waktu terjadinya peristiwa

2.3 Aturan Etis Penelitian


Secara luas mengenai aturan etis penelitian, ini 9 hal yang wajib diketahui oleh peneliti:
1 Peneliti Membaktikan Diri Pada Pencarian Kebenaran Ilmiah.
Peneliti memiliki kode etik dimana kamu wajib menjelaskan fenomena sebagaimana
mestinya atau apa adanya. Pada peraturan yang dikeluarkan oleh LIPI tahun 2013 mereka
yang melakukan penelitian dilarang memanipulasi data dengan tujuan apapun. Peneliti harus
memiliki ketetapan hati dan bebas dari keberpihakan opisisi manapun  yang akhirnya
mempengaruhi hasil penelitian.
2 Peneliti Melakukan Kegiatannya Dalam Cakupan Dan Batasan Sesuai Dengan Hukum.
Peneliti harus mampu bertindak dengan mendahulukan kepentingan semua pihak yang terkait
dengan penelitiannya termasuk di dalamnya adalah keselamatan dengan tetap berasaskan
tujuan mulia berupa penegakan HAM dan kebebasannya. Berpegang pada aturan bahwa
peneliti bertanggung jawab untuk meneliti sesuai dengan metodologi penelitian yang ada,
melaksanakan penelitian mengikuti metode yang lebih baku dengan tetap menjaga kebenaran
hasil penelitiannya.

2 Pengelolahan Sumber Daya Keilmuan Dengan Penuh Rasa Tanggung Jawab

Peneliti melakukan penelitian dengan manfaat membawa kebaikan sesama dimana tetap
mengedepankan keefisienan dalam menggunakan sumber daya lain, menjaga alat-alat
ilmiah dan alat bantu lain dalam penelitian, menjaga lingkungan dan sekitar dalam
menjalankan penelitiannya agar tidak merusak.Peneliti memiliki tanggung jawab dalam
menyajikan data hasil penelitiannya dengan memberikan akses dan izin kepada peneliti
lain untuk melihat baik segi kelebihan dan kekurangan dalam penelitian sehingga dapat
dikembangkan kembali.

3 Peneliti Mengelola Penelitiannya Secara Jujur, Dan Adil Terhadap Lingkungan


Penelitiannya

6
Peneliti harus memiliki sikap yang jujur dan adil adalah suatu nilai pribadi yang harus
dimiliki oleh peneliti. Nilai ini dapat diwujudkan dengan memberikan akses pada pihak
lain untuk memverifikasi hasil serta melakukan penelitian lanjutan, menghargai sesama
baik itu pada informan maupun sesama peneliti tanpa menggunakan prasangka.

4 Peneliti menghormati Segala Bentuk Objek Dalam Penelitian Baik Hayati Maupun Non-
Hayati. Peneliti harus menghormati segala bentuk obyek penelitian baik itu benda mati
atau makhluk hidup. Dalam hal ini semua obyek penelitian harus diperlakukan secara
baik dan bermoral baik itu manusia, tumbuhan, hewan ataupun benda mati. Alasannya
agar obyek itu baik secara psikis maupun fisik. Segala pengerusakan untuk obyek
penelitian dianggap sebagai pelanggaran etik.
6. Peneliti Membuka Diri Terhadap Tanggapan, Kritik, Dan Saran Baik Dari Peneliti Lain
Maupun Dari Pihak Luar

7. Peneliti harus memiliki sifat yang terbuka dimana segala kritik dan masukan dapat
diterima secara lapang dada. Hal ini memberikan umpan balik yang baik dalam
keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan. Keterbukaan ini bisa dilakukan
dengan melakukan forum diskusi, seminar atau pertukaran informasi dimana dilakukan
dalam kondisi bebas dari persaingan pihak-pihak tertentu, kecemburuan pribadi atau silang
pendapat yang tidak sehat.

8. Peneliti Mengelola, Menjalankan, Dan Melaporkan Hasil Secara Bertanggung Jawab,


Cermat, Dan Seksama
Peneliti wajib mencantumkan sumbangan-sumbangan gagasan yang mempengaruhi
hasil penelitiannya. Pada dasarnya pengetahuan bersifat kolektif, dan komulatif dimana
dibangun dari sumbang asih para akademisi. Tanggung jawab ini dipegang oleh peneliti
untuk memastikan hak karangan akademisi lain mendapatkan keuntungan yang melekat di
dalamnya seperti konsep, rancangan, analisis dan tafsiran data.
9. Peneliti Dilarang Melakukan Duplikasi atau Plagiat

Plagiat disini berarti pencurian hasil pemikiran, data atau penemuan baik yang sudah
dipublikasi atau yang belum dipublikasikan. Plagiarisme dapat diartikan sebagai
pengambil alihan gagasan dan kata-kata dari seseorang baik dengan sengaja atau tidak.
Plagiat ini juga termasuk milik peneliti sendiri dari penelitian sebelumnya yang tidak
dikutip secara baku.

10. Peneliti Memberikan Pengakuan Berupa Kutipan Dalam Penelitiannya

Peneliti wajib melakukan kutipan jika penelitiannya mengandung nilai-nilai atau


gagasan dari pihak atau peneliti lain baik itu dalam sumbang asih langsung atau tidak
langsung. Nilai etik ini menyangkut moral-moral kejujuran yang menolak merekayasa atau
memanipulasi data yang bisa merusak kepercayaan dalam ilmu pengetahuan. Nilai ini juga
merupakan unsur penting dari sikap ,enghormati dan menghargai karya lainnya yang
mengambil peran dalam penelitian.

7
2.4 Variabel Dan Hipotesis

Variabel

A. Pengertian Variabel

Variabel pada hakikinya merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai; sedangkan
konsep yang mempunyai satu nilai disebut dengan “constant”. Kerlinger (1973) menyatakan:
“Variable is a symbol to which numerals or values are assigned,” sedangkan Bohnstedts
(1982) menyatakan pula bahwa variabel adalah karakteristik dari orang, objek, atau kejadian
yang berbeda dalam nilainilai yang dijumpai pada orang, objek, atau kejadian itu.

Dalam kehidupan masyarakat yang bergerak maju, manusia berbeda menurut kodratnya
dan kompleksitas kehidupan di lingkungannya. Ada lakilaki dan ada perempuan. Di antara
kelompok lakilaki, ada yang berpendidikan tinggi, menengah, dan ada pula yang
berpendidikan rendah. Walaupun mereka bersekolah sekalipun, income mereka antara satu
dan yang lain juga berbeda. Di antara mereka itu ada yang mendapatkan pekerjaan yang baik
sesuai dengan pendidikan yang pernah diikutinya, namun banyak pula yang menganggur.
Keadaan yang sama juga terdapat pada perempuan. Tidak semuanya beruntung dalam
memperoleh kesempatan pendidikan, pekerjaan, maupun penghasilan.

Dari contoh di atas selalu ada kemungkinan manusia untuk berbeda antara satu dan
yang lain. Ada yang mempunyai pendidikan rendah, ada yang sedang, dan ada pula yang
berpendidikan tinggi. Ada yang mempunyai status sosial tinggi, ada yang rendah, dan ada
yang sedang. Sifatsifat itu disebut dengan atribut. Atribut lakilaki dan perempuan
dikelompokkan menjadi seks/jenis kelamin. Atribut tinggi, sedang, dan kurang dalam
penerimaan dijadikan pendapatan/income. Tua dan muda menjadi umur. Seks, pendapatan
dan umur dalam contoh di atas merupakan beberapa contoh variabel.

B. Jenis – Jenis Variabel

Kedudukan variabel dalam suatu penelitian dan hubungan antara variabel sangat
menentukan kerangka penelitian yang digunakan. Apakah variabel X menentukan variabel Y,

8
atau variabel X didahului variabel R, ataukah ada variabel lain sebagai pengganggu variabel
X dan R. Untuk memahami hal itu secara lebih perinci berikut ini dikemukakan jenis,
kedudukan, atau fungsi masingmasing variabel dalam suatu penelitian.

1. Klasifikasi Variabel Berdasarkan Data

Secara umum klasifikasi variabel berdasarkan data dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu:

a) Variabel Deskrit (Descrete Variable)

Merupakan variabel kategorikal (categorical variable), yaitu variabel yang


pemilahannya dilakukan secara kategorikal dengan memperhatikan perbedaan kualitatif.
Variabel ini tidak mempunyai angka pecahan. Jumlah ketegori variabel bisa dua dan dapat
pula lebih.

b) Variabel Kontinu (Continuous Variable)

Variabel kontinu sering juga disebut dengan variabel kuantitatif (Quantitative variable),
yaitu variabel yang sinambung, yang memiliki nilai berhubungan atau ada dalam beberapa
tingkatan (degree) yang sinambung dari “kurang kepada lebih” serta dapat menerapkan
angka (numeral) terhadap individu atau objek yang berbeda untuk menunjukkan berapa
banyak variabel yang mereka miliki. Variabel ini sekurangkurangnya mempunyai nilai tata
jenjang, serta dapat dinyatakan dalam pecahan.

2. Klasifikasi Variabel Berdasarkan Posisi dan Fungsinya dalam Penelitian

Kalau dilihat dari segi posisi dan fungsi; hubungan atau pengaruh masingmasing
variabel dalam konteks suatu penelitian, maka variabel penelitian dapat dibedakan atas:

a) Variabel bebas dan Variabel terikat

Dalam penelitian sederhana sekalipun, peneliti harus mampu melihat secara tajam
apakah variabel atau aspek yang dipilih telah benarbenar menurut fungsinya dan telah
diujicobakan dalam kerangka penelitian yang benar menurut rancangan yang cocok
dengan masalah yang akan diteliti. Apakah hubungan itu simetris, timbal balik
(reciprocal), ataukah asimetris. Ketiga bentuk hubungan itu memberi arah pendekatan
penelitian dan rancangan penelitian yang akan digunakan. Untuk mengetahui apakah
ada hubungan dua variabel, sebaiknya dilakukan dengan memperkenalkan variabel
ketiga yang disebut dengan faktor uji (test factor).

9
Di antara variabel bebas itu dapat pula dibedakan variabel bebas utama (primary
independent variable) dan variabel bebas skunder (secondary independent variable).
Variabel bebas sekunder/kedua, sering pula disebut dengan variabel moderator, yang
membantu memengaruhi variabel terikat. Variabel moderator ini sering juga disebut
sebagai variabel bebas tipe khusus, yang dipilih peneliti untuk menggambarkan
hubungan antara variabel bebas utama dan variabel terikat. Variabel ini dapat diukur,
dimanipulasi, atau diseleksi untuk menentukan apakah hubungan berubah atau tidak
terhadap fenomena yang diamati.

b) Variabel control

Tidak semua variabel dapat kita teliti dalam waktu yang bersamaan, baik dilihat dari
sudut pandang kemampuan peneliti maupun dari biaya, waktu yang tersedia, ataupun
karena sifatnya masalah itu sendiri yang belum wajar untuk diteliti. Karena itu peneliti
perlu membatasi diri dalam memilih masalah yang tepat dan menetralkan pengaruh
variabel yang lain semaksimal mungkin. Sehubungan dengan itu peneliti dapat
melakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan memilih variabel kontrol atau
melakukan teknik analisis yang lebih kompleks. Variabel kontrol adalah variabel yang
tidak dapat dimanipulasi dan digunakan sebagai salah satu cara untuk mengontrol,
meminimalkan, atau menetralkan pengaruh aspek tersebut.

c) Variabel antara

Dalam posisinya variabel antara terletak dalam rentang variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi tidak sama dengan variabel extraneous. Variabel antara terjadi dan
berlangsung sebagai akibat adanya variabel bebas dan merupakan sebab utama
terjadinya perubahan pada variabel terikat, namun kadangkadang hubungan atau
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat bisa secara langsung kalau akibat
variabel bebas yang dipilih tidak membutuhkan kegiatan perantara dalam memengaruhi
variabel terikat

10
d) Variabel extraneous

Seandainya peneliti ingin menemukan hubungan dua variabel yang bebas dari berbagai
variabel dalam penelitian yang akan dilakukannya, maka langkah pertama yang perlu
diperhatikan secara konseptual adalah apakah hubungan kedua aspek yang diteliti itu
simetris atau asimetris

e) Variabel antecedent

Secara teoretis maksud diperkenalkannya variabel anteceden dalam penelitian sama


dengan variabel antara, yaitu untuk melacak hasil yang lebih baik dan tepat dalam
rangkaian hubungan sebab akibat di antara variabel yang diteliti. Letak perbedaannya
(Rosenberg, 1968) adalah variabel antara berada di antara variabel bebas dan variabel
terikat dalam suatu urutan sebab akibat, sedangkan variabel anteceden mendahului
variabel bebas

f) Variabel penekan

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti mungkin salah arah dengan menduga adanya
hubungan antara dua variabel yang sebenarnya hubungan itu terjadi karena variabel
extraneous atau tidak adanya hubungan (korelasi nol) antara dua variabel pokok
disebabkan variabel ketiga. Peneliti dapat menghilangkan hubungan yang salah arah itu
karena ditekan oleh variabel lain dengan memasukkan factor uji dalam penelitiannya,

11
yaitu variabel yang melemahkan hubungan atau menyembunyikan hubungan yang
sesungguhnya (inherent link).

g) Variabel pengganggu

Kalau variabel penekan mungkin akan menyebabkan lemah atau hilangnya pengaruh,
maka variabel pengganggu dapat menimbulkan terwujudnya kesimpulan yang salah
arah. Variabel ini dapat mengungkapkan bahwa penafsiran yang benar kebalikan dari
apa yang disarankan. Untuk memahami konsep itu secara perinci dan mendalam ikuti
contoh yang dikemukakan berikut ini (data hipotetis).

C. Variabel dan Model Penelitian

Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu, banyak tipe dan jenis penelitian
yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan, memahami, menerangkan, meng awasi,
maupun memprediksi suatu kejadian atau masalah. Pemilihan tipe atau jenis penelitian
yang akan digunakan banyak ditentukan oleh masalah yang akan diteliti, tujuan yang
ingin dicapai, kemampuan peneliti, serta fasilitas penunjang pencapaian tujuan tersebut.
Model penelitian hanya dapat dirancang setelah aspek-aspek yang akan diteliti
ditentukan terlebih dahulu.

Hipotesis
A. Pengertian Hipotesis
Apabila ditinjau secara etimologi, hipotesis adalah perpaduan dua kata, hypo dan
thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis adalah pendapat atau tesis. Oleh karena itu, secara
harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu pernyataan yang belum merupakan suatu
tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu pendapat yang belum final, karena masih harus
dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah suatu dugaan sementara, suatu tesis sementara
yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah.

Hipotesis dapat juga dikatakan kesimpulan sementara, merupakan suatu konstruk


(construct) yang masih perlu dibuktikan, suatu kesimpulan yang belum teruji kebenarannya.
Namun perlu digarisbawahi bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah dugaan
sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Dari
sisi lain dapat pula dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam penelitian.

12
Untuk dapat mengungkapkan hipotesis dengan benar, peneliti harus memahami
terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin terjadi, atau tipe hubungan di
antara variabel yang diteliti. Sekurangkurangnya ada tiga tipe hubungan dalam penelitian.
Hubungan pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu hubungan yang
bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan pengaruh, yaitu hubungan yang
bersifat symetris; dan tipe hubungan ketiga adalah reciprocal. Mengingat adanya berbagai
hubungan maka pemahaman secara konseptual teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji
secara jelas, sebelum dinyatakan dalam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya
digambarkan dengan anak panah

B. Teori dan Hipotesis


Teori merupakan pegangan pokok dalam menentukan setiap unsur penelitian, mulai
dari penentuan masalah hingga penyusunan laporan penelitian. Dalam menentukan masalah,
peneliti terlebih dahulu berpaling pada teori yang ada, membaca kembali temuan penelitian
dan kelemahan yang ada, memperhatikan realitas dalam masyarakat dan kemudian
merumuskan dalam bentuk masalah baru yang perlu dikaji secara ilmiah melalui penelitian.

Hubungan teori dan hipotesis adalah:

C. Kriteria Penyusunan Hipotesis

Hipotesis yang benar akan memberikan arah yang tepat dalam penelitian, sebaliknya
penyusunan hipotesis yang tidak benar dapat menimbulkan “bias” pada hasil penelitian.
Ada dua kesalahan yang sering ditemukan dalam pembuktian suatu hipotesis dalam
penelitian, yaitu:

a. Kesalahan tipe pertama (type one error) adalah terterima hipotesis yang sebenarnya
harus ditolak; sedangkan

13
b. Kesalahan tipe dua (type two error) adalah menolak hipotesis yang seharusnya
diterima.

Kedua tipe kesalahan tersebut banyak terkait dengan teknik pembuktian hipotesis.
Sehubungan dengan itu, perlu dilacak sejak dini kebenaran hipotesis dan penggunaan teknik
analisis yang tepat dengan memperkenalkan faktor uji (test factor) kalau diperlukan untuk
meniadakan hubungan antarvariabel yang lancung (spurious).

Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam perumusan dan penyusunan hipotesis secara
benar:

a. Hipotesis hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.


b. Variabel dalam hipotesis harus jelas secara konseptual
c. Dapat diuji secara empiris
d. Hipotesis hendaklah spesifik
e. Hipotesis yang disusun hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang tersedia.
f. Hipotesis hendaklah bersumber dari atau dihubungkan dengan teori
g. Hipotesis adalah bebas nilai – nilai
h. Hipotesis hendaklah dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sederhana, dan
operasional.
D. Jenis Hipotesis

Dalam berbagai literatur ilmiah tentang penelitian, demikian dalam laporan penelitian,
sering dijumpai aneka ragam perumusan hipotesis yang disajikan oleh para penulis dan
peneliti. Sebagai contoh bagi para pembaca, berikut ini disajikan beberapa hipotesis:

a. Jika tingkat sosial ekonomi masyarakat bertambah baik, maka tingkat mortalitas akan
bertambah rendah.
b. Jika kualitas guru bertambah baik, maka prestasi belajar siswa bertambah tinggi,
c. Jika lingkungan tidak bersih, maka wabah penyakit bertambah banyak
d. Siswa kelas satu SD lebih suka sekolah dari siswa kelas dua, tetapi kurang dari siswa
kelas tiga
e. Siswa kelas dua lebih suka sekolah daripada mereka menonton televisi
f. Siswa dengan kemampuan akademis kurang akan lebih negatif tentang diri mereka,
jika ditempatkan di kelas khusus (special) daripada mereka ditempatkan di kelas
biasa.

14
Dari contoh yang telah dikemukakan, pada hakikatnya hanya ada dua jenis hipotesis.
Yang pertama menyatakan: “Jika ada suatu faktor dalam suatu kejadian atau situasi, maka
akan menimbulkan akibat atau pengaruh.” Pernyataan hipotesis seperti itu akan memudahkan
dan mengarahkan peneliti menetapkan variabel bebas dan variabel terikat yang akan diukur.

4.1 Landasan Teori


Apabila penelitian telah dilakukan, maka teori yang ditemukan apakah berupa meta-
theory, grandtheory, middle range theory, small teory atau expert theory akan menjadi
landasan dalam penelitian. Penentuan konsep, variabel atau masalah penelitian harus
didukung oleh teori yang ada. Agar penelitian dapat terarah, maka harus disusun teori mana
yang mau dijadikan landasan dalam membuat teori. Misalnya jika kita ingin bicara tentang
reward, maka harus diketahui terlebih dahulu siapa yang berbicara tentang reward ini, apa
pandangan mereka, dan apakah pandangan pakar/ahli ini sama. Perlu dikategorikan
pandangan pakar ini agar teori yang dibangunnya dapat dipahami berada pada posisi mana
dan untuk menjelaskan tentang apa.

Setelah dikenali misalnya, maka dapatlah diperoleh pemahaman bahwa yang


berbicara tentang reward ini adalah T. Hani Handoko dalam bukunya manajemen. Ia
menjelaskan bahwa reward terdiri dari tangible dan intangible rewards. Tangible reward
terdiri dari gaji, honor, tunjangan, bonus, sedangkan intangible reward terdiri dari pujian,
sanjungan, visit home, kesempatan ditunjuk memimpin suatu acara (event).

Dari sini dapat diketahui bahwa peran teori dalam kerangka teori dalam penelitian
adalah untuk menjelaskan luas/dalamnya aaspek yang dikaji oleh peneliti, sehingga
perspektif peneliti dalam melakukan penelitian menjadi luas. Apabila pada tahapan ini
peneliti tidak memiliki kesulitan lagi untuk menggunakan teori yang ada, maka teori yang ada
itu, perlu diperdebatkan secara teoritis, lalu kita menunjuk teori yang dipakai yang mana.
Apabila teori yang digunakan ini sudah dianggap cukup/lengkap, maka tahap selanjutnya
perlu dinarasikan ke dalam susunan penelitian yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya proses
penggunaan teori dan penyusunan kerangka teori dapat dilihat pada alur berikut ini.

15
2.5 Sampling
A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang karakteristiknya mungkin diselidiki/diteliti.


Anggota atau unit populasi disebut elemen populasi. Contoh elemen populasi adalah: anak
balita, ibu hamil, hasil produksi perkebunan, dan tablet yang diproduksi oleh suatu
perusahaan farmasi.

Dalam suatu penelitian mungkin hanya terdapat satu macam unit analisis, namun bisa
juga lebih. Populasi dapat dibedakan lagi menjadi populasi studi dan populasi sasaran atau
target. Populasi studi atau populasi sampel adalah kumpulan dari satuan atau unit tempat kita
mengambil sampel. Populasi target atau sasaran adalah kumpulan dari satuan atau unit yang
ingin kita buat inferensi atau generalisasi-nya dalam suatu penelitian atau sering disebut juga
sebagai sasaran penelitian.

B. Pengertian Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Unit sampel bisa
sama dengan unit populasi tetapi bisa juga berbeda. Sebagai contoh unit analisis atau populasi
suatu penelitian adalah anak berumur di bawah tiga tahun atau batita, hal yang akan diteliti
adalah kebiasaan makan maka unit sampel adalah ibu atau pengasuh yang memiliki anak usia
di bawah tiga tahun sebab tidak mungkin pertanyaan tentang makanan anak batita dapat
ditanyakan langsung pada anak batita tersebut. Unit sampel adalah unit terkecil pada populasi
yang akan diambil sebagai sampel.

C. Cara Pengambilan Sampling

16
Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada populasi
yang akan diambil sampelnya. Sebagai contoh, jumlah ibu hamil di suatu daerah, jumlah
balita di suatu posyandu, dan daftar nomor telepon. Kerangka sampel harus “up to date”.
Untuk menjaga sifat “up to date” ada baiknya kerangka sampel dibuat sendiri oleh peneliti
sebelum melakukan sampling sehingga tidak akan mengalami kesulitan pada saat penelitian
dilaksanakan. Rancangan sampel adalah rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel
dan penentuan besar sampel.

Rancangan sampel akan membantu peneliti dalam memperoleh sampel yang memiiki
sifat representatif terhadap populasinya. Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang
digunakan harus sesuai dengan tujuan penelitian. Jika tujuan penelitian untuk membuktikan
hipotesis serta melakukan generalisasi, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah pengambilan sampel secara random. Namun jika tujuan penelitian bukan untuk
menguji hipotesis dan tidak melakukan generalisasi maka dapat digunakan teknik
pengambilan sampel non-random.

Random adalah cara mengambil sampel yang memungkinkan semua unit populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian. Teknik
pengambilan sampel terdiri dari dua jenis, yaitu pengambilan sampel secara acak
(probability/random sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (non probability/
non random sampling).

1. Pengambilan Sampel secara Acak

Dalam pengambilan sampel secara acak (probability/random sampling), semua unsur


atau elemen yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel mewakili populasinya. Agar sampel dapat mewakili populasi, sampel tersebut
harus diambil secara acak (random). Teknik pengambilan sampel acak terdiri atas: acak
sederhana (simple random sampling), acak sistematis (systematic random sampling), acak
strata (stratified random sampling), sampel kluster (cluster sampling), dan sampel
bertingkat atau bertahap (multistage sampling).

a. Acak sederhana (simple random sampling, SRS)

Teknik ini dapat digunakan jika populasi tidak terlalu bervariasi (homogen) dan
secara geografis tidak terlalu menyebar, serta syarat utamanya harus tersedia daftar
populasi (sampling frame). Cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) dengan

17
diundi atau dilotere, (2) menggunakan tabel bilangan random, dan (3) menggunakan
perangkat lunak komputer (jika tersedia kerangka sampel).

b. Acak sistematik (systematic random sampling)

Pada teknik ini sampel yang diambil secara acak hanya elemen pertama saja,
selanjutnya dipilih secara sistematik sesuai langkah yang sudah ditetapkan. Syarat
pengambilan sampel secara sistematik adalah tersedianya kerangka sampel, populasi
memiliki pola beraturan seperti blok-blok rumah, nomor urut pasien, dan populasi sedikit
homogen

c. Sampel strata (stratified random sampling)

Dalam realita sehari-hari pada umumnya populasi bersifat heterogen. Oleh sebab itu
agar seluruh sifat dapat terwakili, terlebih dahulu populasi dibagi menjadi beberapa strata,
sebagai contoh, pendidikan: (tinggi-sedang-rendah); status ekonomi: (kaya-sedang-
miskin).

d. Sampel klaster (cluster sampling)

Kenyataan di lapangan acap kali kerangka sampel (sampling frame) sulit didapatkan
sehingga peneliti harus membuatnya sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Secara
teknis hal itu tidaklah terlalu sulit, tetapi membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit
sehingga proses pengumpulan data menjadi tidak efisien.

e. Sampel bertingkat atau bertahap (multistage sampling)

Pengambilan sampel bertingkat dilakukan jika secara geografis populasi sangat


menyebar dan meliputi wilayah yang sangat luas

2. Metoda Pengambilan Sampel secara Tidak Acak


a. Sampel dengan kondisi tertentu (purposive sampling)

Purposive sampling juga sering dikaitkan dengan tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti semata yang menganggap bahwa unsur-unsur
yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Teknik ini digunakan jika
seorang peneliti telah mengenal betul populasi yang akan diteliti. Dengan demikian,
sampel tersebut akan representatif terhadap populasi yang sedang diteliti.

18
b. Sampel insidental atau aksidental

Sampel insidental atau aksidental (insidental sampling atau accidental sampling) adalah
pengambilan sampel dilakukan atas dasar seadanya tanpa direncanakan terlebih dahulu
dan penggambaran hasil dari pengumpulan data tidak didasarkan pada suatu metoda ng
baku. Misalnya, terjadi suatu keadaan luar biasa (KLB), data yang sudah terkumpul
disajikan secara deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi.

c. Sampel berjatah

Sampel berjatah (quota sampling) adalah pengambilan sampel yang dilakukan atas
dasar pertimbangan peneliti semata, jumlah sampel telah dijatah. Sampel yang akan
diambil ditentukan oleh pengumpul data dan sebelumnya telah ditentukan jumlah yang
akan diambil. Jika jumlah tersebut sudah tercapai maka pengumpulan data dihentikan dan
hasilnya disajikan. Teknik pengambilan sampel ini lebih baik jika peneliti benar-benar
mengenal daerah maupun situasi daerah yang akan diteliti.

2.6 Treatment
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian yang mencakup dua dua proses secara umum yaitu proses perencanaan penelitian
dan proses pelaksanaan penelitian atau proses operasinoal penelitian. Proses perencanaan
penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan
perumusan hipotesis, serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses
selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian. Menurut Mc Millan dalam Ibnu
Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian
eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang
sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.

Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu


control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random
pre test post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test
kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3
kelompok kontrol, dan desain waktu.  Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain
eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments
by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within
treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian

19
eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes
kelompok kontrol.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dapat kita pahami konsep dasar
penelitian secara umum. Sebagaimana disampaikan pada pendahuluan bahwa
pembahasan singkat ini hanya sebagai pengantar yang mencakup secara garis
besartentang makna penelitian, jenis, manfaat, karakterisitik, dsb. Maka perlu
kiranya ada pembahasan lanjutan terkait pendekatan dan model penelitian. Agar
nantinya para peneliti terutama dalam bidang pendidikan mendapatkan informasi yang
lebih detail sebagai bahan rujukan nantinya.

20
3.2 Saran
Saran kami, untuk makalah selanjutnya, diharapkan agar menambah sumber agar
makin kaya ilmu sehingga informasi yang diberikan makin beragamm dan lebih
bermanfaat bagi pembaca terkhusus untuk mahasiswa sebagai sumber referensi bacaan
mengenai materi yang terkait dalam mata kuliah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Rachmat, Mochamad., Surahman., dkk. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan

Samsu. 2017. METODE PENELITIAN: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development). Jambi: Pusat Studi
Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA)
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA
Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: K E N C A N A

21
22

Anda mungkin juga menyukai