Oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Treatment
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian yang mencakup dua dua proses secara umum yaitu proses
perencanaan penelitian dan proses pelaksanaan penelitian atau proses operasinoal penelitian.
Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah,
sampai dengan perumusan hipotesis, serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada.
Proses selebihnya merupakan tahap operasional dari penelitian. Menurut Mc Millan dalam
Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian
eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen dirancang
sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.
Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8
yaitu control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek,
random pre test post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post
test kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan
3 kelompok kontrol, dan desain waktu. Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain
eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns,
treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups
within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian
eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes
kelompok kontrol.
2.2 Instrumentasi
Pengertian Instrumentasi
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti
alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada instrumen musik misalnya, namun secara umum
instrumentasi mempunyai 3 fungsi utama:
• sebagai alat pengukuran
• sebagai alat analisa, dan
• sebagai alat kendali.
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi
pengukuran suhu, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisa banyak dijumpai di bidang
kimia dan kedokteran, misalnya, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak
ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisa dan
kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis
tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan mengunakan komputer (sirkuit
elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan bidang
elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari
bagian-bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis
besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah
pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH
(keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan
listrik, tahanan listrik), viskositas, density, dll.
Dalam perkuliahan ini akan lebih difokuskan pada Instrumentasi yang ada di Industri dimana
utamanya sebagai pengendali suatu mesin atau yang lainnya. Komponennya berupa sensor-
sensor yang disesuaikan dengan yang akan diukur atau dikendalikan.
Pengertian Reabilitas
Reliabilitas adalah ukuran stabilitas atau konsistensi nilai tes. Kita juga dapat menganggapnya
sebagai kemampuan untuk mengulang hasil tes atau temuan penelitian. Perlu juga kita ketahui ada
istilah koefisien reliabilitas, yaitu ukuran seberapa baik tes mengukur pencapaian.
Uji reliabilitas adalah proporsi varians dalam skor yang diamati (yaitu skor pada tes) yang
dikaitkan dengan skor sebenarnya (skor “nyata” teoretis yang akan diperoleh seseorang jika ada tes
sempurna). Istilah “koefisien reliabilitas” sebenarnya mengacu pada beberapa koefisien yang
berbeda:
Beberapa metode yang ada untuk menghitung koefisien termasuk tes-ulang, bentuk paralel dan
bentuk-alternatif. Yang biasanya terdiri atas;
1. Cronbach’s alpha, konsep ini merupakan koefisien konsistensi internal yang paling banyak
digunakan. Korelasi sederhana antara dua skor dari orang yang sama adalah salah satu cara
paling sederhana untuk memperkirakan koefisien reliabilitas. Jika skor diambil pada waktu
yang berbeda, maka ini adalah salah satu cara untuk memperkirakan reliabilitas tes-tes ulang;
Berbagai bentuk tes yang diberikan pada hari yang sama dapat memperkirakan reliabilitas
bentuk paralel.
2. Korelasi Pearson – dapat digunakan untuk memperkirakan koefisien reliabilitas teoritis antara
tes paralel.
3. Formula Spearman Brown – ukuran reliabilitas untuk tes split-half.
4. Cohen’s Kappa – mengukur keandalan antar penilai.
Ada hubungan antara validitas dan reliabilitas dalam suatu pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran yang andal (reliable) tidak selalu valid: hasilnya mungkin dapat direproduksi, tetapi
belum tentu benar.
2. Pengukuran yang valid umumnya dapat diandalkan (reliable): jika suatu pengujian
menghasilkan hasil yang akurat, maka harus dapat direproduksi.
Perbedaan Validitas dan Reabilitas
Perbedaan antara validitas dan reliabilitas dalam beberapa aspek, yaitu:
Contoh 2:
Seorang dokter menggunakan kuesioner gejala untuk mendiagnosis pasien dengan kondisi medis
jangka panjang. Beberapa dokter yang berbeda menggunakan kuesioner yang sama dengan pasien
yang sama tetapi memberikan diagnosa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner
memiliki reliabilitas yang rendah sebagai tolak ukur kondisi tersebut.
Jika kuesioner gejala menghasilkan diagnosis yang andal ketika dijawab pada waktu yang
berbeda dan dengan dokter yang berbeda, ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut memiliki
validitas tinggi sebagai tolak ukur kondisi medis. Namun, reliabilitas saja tidak cukup untuk
memastikan validitas. Sekalipun suatu tes dapat diandalkan, arti tes tersebut mungkin tidak secara
akurat mencerminkan situasi sebenarnya.
2.4 Instrument
Secara umum yang dimaksud dengan instrument adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data
mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian instrument diartikan sebagai alat untuk
mengumpulkan data mengenai variable-variable penelitian untuk kebutuhan penelitian,
sedangkan dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar-mengajar dan keberhasilan pencapaian
suatu program tertentu (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).
A. Instrumen Evaluasi
Pada daarnya instrument dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Yang termasuk kelompok
tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemampuan akademik,
sedangkan yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala sikap, skala penilaian,
observasi, wawancara, angket dokumentasi dan sebagainya.
Tes
a. Pengertian
Secara umum tes diartika sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan
atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat kontendan meteri tertentu. Menurut
Sudijono (1996) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif,
sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat dipergunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan
menurut Norman (1976) tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif,
sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
(Djaali & Pudji Mulyono, 2007).
b. Fungsi Tes
Menurut Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes antara lain:
1) Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini ters berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2) Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes
akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau
dicapai.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali & Pudji Mulyono (2007: 7) fungsi tes dibagi
menjadi tiga, antara lain:
Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukru tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicaai siswa setelah menempuh proses belajar
mengajar dalam waktu tertentu. Dalam kaitan ini tes digunakan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat
dicapai, dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu
dilakukakan untuk mencapainya.
Hampir semua ahli teori pembelajaran menekankan pentingnya umpan balik yang berupa nilai
untuk meningkatkan intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes
yang diperoleh siswa betul-betul objekti dan sahih, baik secara internal maupun secara
eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melalui tes.
Dalam rangka meningkatkan kuaitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas, yaitu
tes penempatan, diagnostik dan formatif.
4) Menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan
Tes ini berfungsi untuk menentukan nilai yang menjadi lambing keberhasilan siswa setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam waktu tertentu
c. Jenis tes
Ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu:
1) Tes penempatan
Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikutin
kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
2) Tes Diagnostik
Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa,
menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatassi
kesulitan belajat tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan
diagnostic. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi
terhadap peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan
tertentu.
3) Tes Formatif
Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi
usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kulaitas pembelajaran dikelas
ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek
belajar sekaligus peserta didik.
4) Tes Sumatif
Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan atau ranking masing-masing siswa
dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program
pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada
pihak lain seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif
dilaksanakan pada setiap akhir semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes
akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).
Teknik analisis data kuantitatif deskriptif dilakukan ketika kita melihat performa data di masa
lalu untuk memperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data kuantitatif ini digunakan ketika
kita berhadapan dengan data dalam volume yang sangat besar seperti data sensus penduduk.
Analisis Inferensial
Teknik analisis data kuantitatif inferensial menggunakan rumus statistik. Hasil yang diperoleh
dari perhitungan tersebut digunakan sebagai dasar untuk membuat kesimpulan yang berlaku
secara umum (generalisasi).
Pemilihan Analisis Statistik
Pemilihan analisis statistik bergantung pada dua hal utama, yakni tujuan penelitian dan sifat
data yang tersedia.
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan masalah yang hendak diteliti apakah
membandingkan, mengkategorikan/mengelompokkan, menguji adanya hubungan, dan lain
sebagainya.
Sifat data berkaitan erat dengan skala yang digunakan, sifat dari distribusi atau sebaran data,
cara pengambilan data, maupun keberadaan data pencilan (ekstrim). Berdasarkan hal-hal
itulah analisis statistik dapat dipilih dan dilaksanakan, sehingga diperoleh kesimpulan yang
valid.
Selain itu terdapat juga beberapa faktor dalam pemilihan analisis statistik seperti, jenis
penelitian (deskriptif/inferensial), jenis variabel (terikat/bebas), tingkat pengukuran variabel
(nominal, ordinal, interval), banyaknya variabel (satu/lebih dari satu), perbandingan
(komparasi), interaksi, kesesuaian, dan sebagainya.
Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi data terukur dan
dapat diverifikasi seperti pendapatan, pangsa pasar, dan upah untuk memahami perilaku dan
kinerja bisnis. Analisis kuantitatif merupakan pengumpulan data penelitian kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa tes/kuesioner.
Pendekatan kuantitatif menekankan kepada hasil dari rata-rata keragaman yang ada.
Pendekatan kuantitatif dipandang sebagai suatu bersifat eksploratoris dan induktif. Kuantitatif
fokus pada keandalan/reliabilitas adalah kunci (Sekaran & Bougie, 2016).
Metode analisis data kuantitatif mempunyai berbagai macam jenis analisis seperti teknik
korelasional, analisis deskriptif, regresi, komparasi dan lain sebagainya. Kuantitatif memiliki
subjek penelitian yang biasa disebut dengan responden, sedangkan kualitatif memiliki subjek
penelitian yang biasa disebut dengan nara sumber. Teknik analisis data kuantitatif lebih
berfokus pada pengujian suatu teori, pengukuran, dan hipotesis melalui matematika dan analisis
statistik. Metode pengumpulan data kuantitatif biasanya dilakukan dengan survey, eksperimen
dan observasi dan lain sebagainya. Contoh pendekatan kuantitatif seperti melakukan survey
terhadap 100 responden karyawan di PT. Mei Jaya.
Dalam analisis kuantitatif peneliti bisa mengajukan pertanyaan seperti “dalam skala 1-5,
seberapa puaskah anda dengan kualitas system informasi akuntansi di perusahaan Anda?.
Dalam analisis kuantitatif peneliti dapat melakukan analisis statistik pada data dan menarik
kesimpulan seperti “rata-rata karyawan menilai kualitas sistem informasi akuntansi pada
perusahaan berada diantara 4,5” (Ghozali, 2016).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA