Anda di halaman 1dari 29

BAB I

ANALISIS KURIKULUM DAN RISET TERDAHULU PADA TOPIK KINEMATIKA


PARTIKEL
1.1 Konsep Esensial Gerak Lurus
Adapun konsep-konsep esensial materi ajar, peta konsep, bagan materi, tinjauan aspekaspek
kognitif, afektif dan psikomotorik yang terkandung dalam materi ajar. Setelah
langkahlangkah tersebut di atas dilakukan, maka berdasarkan pemahaman yang
komprehensif dan mendalam akhirnya dibuat uraian atau paparan lengkap dari materi ajar
tersebut.

A. Konsep-konsep Esensial Materi Ajar

Konsep-konsep esensial materi ajar gerak lurus adalah :


 Jarak
 Posisi
 Selang waktu
 Jarak tempuh (panjang lintasan)
 Perubahan posisi (perpindahan)
 Kelajuan
 Kecepatan Percepatan

B. Peta Konsep Materi Ajar


Hubungan antara konsep-konsep esensial materi ajar gerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan tersebut diatas dapat dipahami dan dijelaskan misalnya
dari peta konsep di bawah ini. (Penulis yakin, setiap orang dapat membuat peta konsep
menurut caranya sendiri)

C. Aspek-aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Materi Ajar


Konsep esensial Kognitif Afektif Psikomotorik
Jarak v v v
Posisi v v v
Selang waktu v v v
Jarak tempuh
(panjang lintasan) v v v
Perubahan posisi
(perpindahan) v v v

Kelajuan v v v
Kecepatan v v v
Percepatan v v v
D.
Pendalaman Materi ajar
Berikut ini adalah sekedar penyegaran untuk lebih memahami dan mendalami
materi ajar secara komprehensif. Uraian ini tidak ditujukan untuk mengulang setiap
detail materi ajar, tetapi lebih menekankan kepada struktur keilmuan materi ajar dan
pola pikir untuk memahaminya. Mudah-mudahan hal ini dapat memberikan motivasi
untuk berimprovisasi dalam pembelajaran, sehingga materi ajar dapat disajikan secara
lebih menarik dan guru dapat lebih memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran.

Gambar atau diagram diatas, dimakasudkan untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

 Ditinjau dari sudut pandang mekanika, hanyan ada dua kemungkinan keadaan
benda yaitu diam atau bergerak.
 Untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa benda diam, harus
dilakukan penyelidikan mengenai komposisi gaya, resultan gaya, komposisi
momen gaya, dan resultan momen gaya yang yang bekerja pada benda itu.
 Bagian atau cabang mekanika yang mempelajari keadaan diam benda dengan
meninjau komposisi gaya, resultan gaya, komposisi momen gaya, dan resultan
momen gaya yang yang bekerja pada benda itu disebut sebagai statika.
 Untuk menjawab pertanyaan bagaimana benda bergerak atau bagaimana keadaan
gerak benda, harus dilakukan penyelidikan, mengenai jarak dan posisi benda
setiap waktu.
 Bagian atau cabang mekanika yang mempelajari gerak benda tanpa meninjau
penyebabnya disebut sebagai kinematika.
 Untuk menjawab pertanyaan mengapa benda bergerak, harus dilakukan
penyelidikan mengenai gaya, momen gaya, moemnetumdan energi yang bekerja
pada benda atau dimiliki benda itu.
 Bagian atau cabang mekanika yang mempelajari gerak benda dengan meninjau
penyebabnya disebut sebagai dinamika. Mekanika meliputi statika, kinematika
dan dinamika.

1.2 MISKONSEPSI DAN PENURUNAN RUMUS PADA TOPIK GERAK LURUS

Konsep
Miskonsepsi siswa
Kinematika
Gerak Lurus
Siswa beranggapan bahwa jarak dan perpindahan sama,
Jarak dan namun ada sebagian siswa yang mengatakan jarak dan
Perpindahan perpindahan berbeda tetapi mereka tidak tahu apa perbedaan
dari jarak dan perpindahan tersebut.
a.Siswa juga tidak dapat membedakan antara besaran
kelajuan dan kecepatan.
Kelajuan dan b. Soal nomor 4, siswa beranggapan nilai yang bergerak
Kecepatan pada speedometer merupakan nilai kecepatan, alasan
siswa bahwa kecepatan ialah jarak/waktu dan satuannya
m/s atau km/jam.
a. siswa belum mengetahui grafik hubungan kecepatan v
Gerak Lurus
terhadap fungsi waktu t pada konsep gerak lurus
Beraturan beraturan.
(GLB) b. Siswa beranggapan bahwa grafik yang lurus maka
kelajuannya tetap.
a. Siswa beranggapan bahwa konsep rumus gerak lurus
Gerak Lurus berubah beraturan (GLBB) sama dengan konsep rumus
Berubah gerak lurus beraturan (GLB).
b. Siswa tidak memperhatikan adanya kecepatan awal pada
Beraturan gerak lurus berubah beraturan dan menganggap bahwa
(GLBB) pada gerak lurus berubah beraturan hanya memiliki
percepatan dan tidak memperhatikan adanya percepatan
negatif atau perlambatan.
Gerak Jatuh siswa beranggapan bahwa konsep gerak jatuh bebas
dipengaruhi oleh kecepatan awal tertentu dan kecepatannya
Bebas (GJB)
selalu konstan dari awal hingga akhir.
siswa beranggapan bahwa pada saat benda mencapai
Gerak Vertikal ketinggian maksimum kecepatan benda bertambah karena
benda akan jatuh lagi ke lantai.

Penyebab Miskonsepsi
Penyebab miskonsepsi pada siswa ialah sebagai berikut :
(1) Siswa, ketika siswa mencerna dan mendapat simpulan pengetahuan tanpa pembenaran
konsep yang benar dari guru.
(2) Guru/Pengajar, guru yang tidak menguasai konsep cenderung mengajarkan konsep
yang salah.
(3) Buku Teks, komunikasi bahasa yang sulit dipahami dalam buku cenderung
menimbulkan salah tafsir dari pembaca, bagi pembaca khususnya siswa yang sedang
belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi karena mereka menangkap sebagian
atau bahkan tidak mengerti sama sekali.
(4) Konteks, Konteks terdiri dari pengalaman siswa, bahasa sehari-hari yang berbeda,
teman lain atau teman diskusi yang salah, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru,
yang kesemuanya itu dapat menyebabkan miskonsepsi.

Remediasi sebagai Solusi untuk Mengatasi Miskonsepi


(Astuti. M, 2014)mengatakan bahwa Pembelajaran remedial berjalan efektif jika
pembelajaran remedial dilakukan dengan media atau model yang berbeda dari
pembelajaran sebelumnya, sehingga membantu siswa memenuhi ketuntasan KKM.
(Yolanda. Y, 2016) menjelaskan secara garis besar langkah yang digunakankan untuk
membantu mengatasi miskonsepsi adalah remediasi yakni ;
1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa;
2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut dan
3. Mencari perlakuan yang dengan cara meremediasi kembali materi.Pembelajaran
remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi yakni
kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai
kompetensi.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial yakni


(1) Pembelajaran remedial hendaknya mampu mengukur dan menjadi solusi bagi kesulitan
siswa, kesalahan siswa, miskonsepsi siswa dalam memahami materi yang telah diuji.
(2) Pembelajaran remedial harus bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa secara
individu maupun kelompok peserta didik.
(3) Metode Pembelajaran dan Penilaiansesuai dengan keragaman peserta didik sehingga
siswa efektivitasnya bisa terwujud.
(4) Pelaksanaan Pembelajaran Remedial pada hakikatnya adalah pembelajaran khusus bagi
peserta didik yang belum mencapai kriteria minimum ketuntasan hasil belajar yang
meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar siswa apakah
berat, sedang dan ringan, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran
remedial antara lain: tes prasyarat dengan soal yang sama, dan soal terbaru tanpa
mengubah indikator soal, mendiagnosis langsung kesulitan,kesalahan, miskonsepsi
terjadi pada siswa. Ketiga, evaluasi dalam mengukur tingkat pemahaman siswa.

Penurunan Rumus Kinematika Partikel Gerak Lurus


A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Dengan rumus dasar dari definisi kelajuan, yaitu perbandingan besar kecepatan dengan
waktu tempuh
Dengan menggunakan kecepatan awal pada posisi x0 dan waktu awal t0 = 0 maka,
∆x= x- x 0 dan ∆t = t -t 0= t-0= t

Karena ∆t = t maka persamaan kecepatan di atas menjadi,

∆x = v t
x- x 0
x= x 0 + v t

B. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


a. Hubungan antara kecepatan, percepatan, dan waktu
Dengan menggunakan definisi percepatan sebagai hasil bagi antara perubahan
kecepatan dengan selang waktu maka kita dapatkan persamaan percepatan sebagai
berikut :

∆ v v −v 0
a= =
∆ t t−t 0

Dan dengan kecepatan awal v0 pada saat t0 = 0 persamaan percepatan tersebut menjadi:

v−v 0
a=
t−0
v−v 0
a=
t−0

V= v 0−t

 Hubungan antara perpindahan, percepatan, dan waktu

Bila kecepatan pada saat t adalah


v= v 0+ at
Dan perpindahan adalah kecepatan rata- rata dikali dengan

S= v t
Waktu dengan kecepatan rata- rata sendiri adalah

v0 + v
v=v
2
kita akan memperoleh sebuah persamaan:

v0+ v
v=
2
v 0 +v + at
v=
2
1
v=v 0 + at
2
Dengan mensubstitusikan persamaan tersebut ke dalam definisi perpindahan maka didapatkan:
S= v t

( 1
S= v 0 t + at t
2 )
1 2
S= v 0 t + at
2

 Hubungan antara perpindahan, kecepatan, danS percepatan


Definisi waktu dari percepatan adalah

v v−v 0
= =
a a
dan jika disubstitusika ke persamaan perpindahan diperoleh

1 2
s= v 0 t + at
2

( ) ( )
2
v −v 0 1 v −v 0
s= v 0 + a
a 2 a

v 0 v v 20 v 2 v 0 v v 20
s= v 0 + − +
a a 2a a a

2.3 KONSEP ESENSIAL GERAK PARTIKEL

Gerak partikel dapat didefiniskan sebagai perubahan letak suatu partikel yang terus-
menerus pada suatu lintasan tertentu. Letak sebuah partikel dengan mudah dapat
ditentukan berdasarkan proyeksinya pada ketiga sumbu suatu sistem koordinat tegak lurus.
Apabila partikel itu bergerak dalam ruang menurutkan sembarang lintasan, maka
proyeksinya bergerak dalam garis lurus sepanjang ketiga sumbu tersebut. Gerak yang
sesungguhnya dapat di gambarkan berdasarkan gerak ketiga proyeksi ini. Perpindahan
Pada Gerak Partikel
Pada gerak satu dimensi, biasanya kita menggunakan sumbu x sebagai garis lintasan
dimana gerak tersebut terjadi. Maka perubahan letak (posisi) partikel/benda pada setia
saatnya dinyatakan dengan koordinat x. Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan
letak/posisi partikel/benda. Maka perpindahan adalah seberapa jauh jarak benda tersebut
dari titik awalnya. Misalnya saja seseorang berjalan sejauh 70 m ke arah timur lalu
kemudian berbalik (ke arah barat) dan berjalan menempuh jarak 30 m (gambar dibawah).
Maka jarak total yang ditempuh orang tersebut adalah 100 m, tetapi perpindahannya hanya
40 m karena orang tersebut pada saat terakhir berjarak 40 m dari titik awal
pergerakkannya.

 Arah Perpindahan Gerak Partikel


Perpindahan merupakan besaran vektor yang bisa bernilai positif ataupun negatif
sesuai dengan arah yang ditunjukkannya. Misalnya saja gerak sebuah benda selama selang
waktu tertentu. Pada saat awal (t1) benda berada pada sumbu x di titik x 1 dan beberapa
waktu kemudian, pada waktu t2 benda berada pada titik x2 (gambar a).

Maka perpindahan benda tersebut adalah :


Δx = x2 – x1 = 30m -10m = 20m
Dimana Δx merupakan perpindahan pada x yang sama dengan posisi akhir benda
dikurangi dengan posisi awal benda. Sedangkan pada kondisi yang berbeda (gambar b),
sebuah benda bergerak ke kiri. Dimana benda mula-mula berada pada posisi x 1 lalu
bergerak ke kiri dan berhenti pada posisi x2. Maka perpindahannya adalah :
Δx = x2 – x1 = 10m -30m = -20m
Dalam hal ini perpindahan yang diperoleh bernilai negatif, karena vektor
perpindahan menunjukkan ke arah kiri. Sehingga gerak partikel dengan arah vektor ke
kanan bernilai positif dan gerak partikel dengan arah vektor kekiri bernilai negatif.
BAB II
ANALISIS KURIKULUM DAN RISET TERDAHULU PADA TOPIK DINAMIKA
PARTIKEL

2.1 Konsep Esensial Hukum Newton Tentang Gerak

Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik.
Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak
yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda
selama hampir 3 abad.
 Konsep – konsep Esensial Materi Ajar

Konsep – konsep esensial materi ajar hukum newton tentang gerak adalah sebagai berikut :

 Hukum I Newton
Berbunyi: “Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan,
kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya”
Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari semua gaya yang
bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut konstan. Dirumuskan secara
matematis menjadi:

∑ = → =

Artinya:

 Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya yang tidak
nol bekerja padanya.
 Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya kecuali ada
resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari hukum inersia yang sudah
pernah dideskripsikan oleh Galileo. Dalam bukunya Newton memberikan penghargaan pada
Galileo untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat bahwa setiap benda memilik tempat asal di
alam semesta: benda berat seperti batu akan berada di atas tanah dan benda ringan seperti
asap berada di langit. Bintang-bintang akan tetap berada di surga. Ia mengira bahwa sebuah
benda sedang berada pada kondisi alamiahnya jika tidak bergerak, dan untuk satu benda
bergerak
pada garis lurus dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut yang
terus mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti bergerak. Tetapi Galileo
menyadari bahwa gaya diperlukan untuk mengubah kecepatan benda tersebut (percepatan),
tetapi untuk mempertahankan kecepatan tidak diperlukan gaya. Sama dengan hukum pertama
Newton: Tanpa gaya berarti tidak ada percepatan, maka benda berada pada kecepatan
konstan.

Sehubungan dengan itu, hukum pertama Newton seringkali dinamakan hukum


kelembaman. Sebelum Galileo, pada umumnya dipikirkan bahwa gaya, seperti dorongan atau
tarikan, diperlukan untuk mempertahankan benda agar terus bergerak dengan kecepatan
konstan. Dalam pengalaman sehari-hari, jika sebuah buku didorong di atas meja kemudian
dibiarkan, buku akan meluncur untuk beberapa saat kemudian berhenti. Galileo, dan
kemudian Newton, mengakui bahwa dalam keadaan semacam itu buku itu tidak bebas dari
gayaeksternal karena ada gaya gesekan. Jika kita memperhalus permukaan meja, buku
meluncur lebih jauh, dan berkurangnya kecepatan suatu waktu tertentu lebih kecil. Jika kita
topang buku itu pada bantalan udara yang tipis (hal ini mungkin pada meja udara), buku akan
meluncur untuk waktu dan jarak yang jauh dengan hampir tanpa perubahan nyata dalam
kecepatannya

Galileo mempelajari gerakan dengan melakukan eksperiman dimana ia


menggelindingkan bola naik dan turun bidang-bidang miring. Ia menemukan, misalnya,
bahwa jika sebuah bola digelindingkan menuruni bidang miring, kelajuannya bertambah
dengan jumlah yang sama dalam selang waktu yang sama. Bola menggelinding menuruni
sebuah bidang miring dan naik bidang lain. Bola menggelinding naik bidang miring kedua
sampai hampir ketinggian yang sama ketika ia mulai, tanpa peduli kemiringan masing -
masing bidang miring. Karena kemiringan bidang miring kedua dikurangi, bola
menggelinding semakin jauh. Galileo menerangkan bahwa, jika ia dapat mengeliminasi
pengaruh gesekan, sebuah bola yang menggelinding pada bidang horizontal akan
menggelinding selamanya tanpa perubahan kelajuan. Newton menyatakan hasil ini sebagai
sebagai hukumnya yang pertama

 Hukum II Newton
Berbunyi: “ Sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan
mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus
terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M atau ∑ = F.m
Dengan F adalah total gaya yang bekerja, m adalah massa benda, dan a adalah
percepatan benda. Maka total gaya yang bekerja pada suatu benda menghasilkan percepatan
yang berbanding lurus. Massa yang bertambah atau berkurang dari suatu sistem akan
mengakibatkan perubahan dalam momentum. Perubahan momentum ini bukanlah akibat dari
gaya. Untuk menghitung sistem dengan massa yang bisa berubah-ubah, diperlukan
persamaan yang berbeda.

Sesuai dengan hukum pertama, turunan momentum terhadap waktu tidak nol ketika
terjadi perubahan arah, walaupun tidak terjadi perubahan besaran. Contohnya adalah gerak
melingkar beraturan. Hubungan ini juga secara tidak langsung menyatakan kekekalan
momentum: Ketika resultan gaya yang bekerja pada benda nol, momentum benda tersebut
konstan. Setiap perubahan gaya berbanding lurus dengan perubahan momentum tiap satuan
waktu.

Hukum kedua ini perlu perubahan jika relativitas khusus diperhitungkan, karena dalam
kecepatan sangat tinggi hasil kali massa dengan kecepatan tidak mendekati momentum
sebenarnya.

 Hukum III Newton


Berbunyi : “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah: atau gaya
dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan arah”
Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain mengalami tekanan atau tarikan yang
sama dari benda yang ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan sebuah batu dengan jari anda,
jari anda juga ditekan oleh batu. Jika seekor kuda menarik sebuah batu dengan menggunakan
tali, maka kuda tersebut juga "tertarik" ke arah batu: untuk tali yang digunakan, juga akan
menarik sang kuda ke arah batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda.

Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksi antara benda-
benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu benda. Jika benda A
mengerjakan gaya pada benda B, benda B secara bersamaan akan mengerjakan gaya dengan
besar yang sama pada benda A dan kedua gaya segaris.

Seperti yang ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater) memberikan gaya
satu sama lain dengan besar yang sama, tetapi arah yang berlawanan. Walaupun gaya yang
diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak sama. Peluncur yang massanya lebih kecil akan
mendapat percepatan yang lebih besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja
pada hukum ketiga ini adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan
sama- sama memberikan gaya gesek.

Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda, dan tidak
pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki dua ujung. Setiap
ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan. Atau sebuah ujung gaya adalah
cerminan dari ujung lainnya.

Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu dimensi, yang bisa
dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B memberikan gaya terhadap satu
sama lain:

∑ FaE - ∑ FEa

Dengan ;

∑ FaE adalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan


∑ FEaadalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.

Newton menggunakan hukum ketiga untuk menurunkan hukum kekekalan


momentum, namun dengan pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum adalah ide
yang lebih mendasar (diturunkan melalui teorema Noether dari relativitas Galileo
dibandingkan hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang membuat hukum ketiga
newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya ketika medan gaya memiliki momentum, dan
dalam mekanika kuantum.
2.2 Miskonsepsi Hukum Newton Tentang Gerak

Konsep Hukum Newton Miskonsepsi Siswa


Tentang Gerak
Hukum I Newton Jika air keluar dari wadah (selang), air mengalir
mengikuti bentuk wadahnya sehingga air akan
memancar lurus. Siswa berpendapat bahwa ada
gaya yang pada air sehingga laju air
diterapkan
dapat berubah
Gaya yang bekerja pada  Gaya gesekan pada benda masih ada walaupun
benda (gaya gesekan, gaya benda pada kecepatan maksimum
berat, gaya tarik, gaya  Benda yang bergerak akan berhenti jika tidak ada
dorong) pada Hukum gaya.
II Newton
Aksi reaksi pada benda Gaya aksi - reaksi bekerja pada benda yang
sama
(Hukum III Newton)
dan searah

Penyebab Miskonsepsi:

Penyebab miskonsepsi pada siswa ialah sebagai berikut :

(1) Siswa, ketika siswa mencerna dan mendapat simpulan pengetahuan tanpa pembenaran
konsep yang benar dari guru.
(2) Guru/Pengajar, guru yang tidak menguasai konsep cenderung mengajarkan konsep
yang salah.
(3) Buku Teks, komunikasi bahasa yang sulit dipahami dalam buku cenderung
menimbulkan salah tafsir dari pembaca, bagi pembaca khususnya siswa yang sedang
belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi karena mereka menangkap sebagian atau
bahkan tidak mengerti sama sekali.
(4) Konteks, Konteks terdiri dari pengalaman siswa, bahasa sehari-hari yang berbeda,
teman lain atau teman diskusi yang salah, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru,
yang kesemuanya itu dapat menyebabkan miskonsepsi.

Remediasi sebagai Solusi untuk Mengatasi Miskonsepi (Astuti. M, 2014) mengatakan


bahwa pembelajaran remedial berjalan efektif jika pembelajaran remedial dilakukan dengan
media atau model yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya, sehingga membantu siswa
memenuhi ketuntasan KKM (Yolanda. Y, 2016) menjelaskan secara garis besar langkah yang
digunakankan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah remediasi yakni :

(1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa


(2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut dan
(3) Mencari perlakuan yang dengan cara meremediasi kembali materi.Pembelajaran
remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya.

Hambatan yang terjadi yakni kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau
lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran remedial yakni :

(1) Pembelajaran remedial hendaknya mampu mengukur dan menjadi solusi bagi kesulitan
siswa, kesalahan siswa, miskonsepsi siswa dalam memahami materi yang telah diuji.
(2) Pembelajaran remedial harus bisa meningkatkan pemahaman konsep siswa secara
individu maupun kelompok peserta didik.
(3) Metode Pembelajaran dan Penilaiansesuai dengan keragaman peserta didik sehingga
siswa efektivitasnya bisa terwujud.
(4) Pelaksanaan Pembelajaran Remedial pada hakikatnya adalah pembelajaran khusus bagi
peserta didik yang belum mencapai kriteria minimum ketuntasan hasil belajar yang
meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar siswa
apakah berat, sedang dan ringan, dan kedua memberikan perlakuan (treatment)
pembelajaran 7 remedial antara lain: tes prasyarat dengan soal yang sama, dan soal
terbaru tanpa mengubah indikator soal, mendiagnosis langsung kesulitan,kesalahan,
miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Ketiga, evaluasi dalam mengukur tingkat
pemahaman siswa.

2.3 Penurunan Rumus


 Hukum I Newton
d
Percepatan a = 0 apabila, ∑ F=0→ d =0
Rumus Hukum Kelembaman: ∑F = 0 atau Resultan Gaya (kg m/s2)

 Hukum II Newton

d
F= Dimana P = momentum
d

m.v

d
F= ( m. v )
d
d
=F+m v >>>>>> (m ¿ ¿ + m2 v m2
d
d d
=v m dimana, v <<< c
d d
d
=F m
d
= F.m.a
Hukum III Newton

Rumus hukum ada 3 jenis :

1. Rumus gaya gesek: Fg = u x N, dengan Fg = gaya gesek (N), u = koefisien gesekan, dan N =
Gaya normal (N)
2. Rumus gaya berat: w = m x g, dengan w = Gaya berat (N), m = massa benda (kg), dan g =
gravitasi Bumi (m/s2)
3. Rumus berat sejenis: s = p x g, dengan s = berat jenis (N/m3), p = massa jenis (kg/m3), dan g =
berat benda (N).

Cara Unik :
Pembuktiannya dengan cerita, misalkan ada seorang dipukuli hingga setengah (½)mati dan tentu sisa
hidupnya adalah setengah (½)hidup. Kita juga mengetahui dua variabel atau kontansta yang saling
berlawanan apabila dijumlahkan akan menghasilkan angka 0 (nol).
Jadi, dapat ditulis
½ hidup + ½ mati = 0, kemudian dimodifikasi menjadi,
½ hidup = – ½ mati, lalu angka setengah (½) pada tiap sisi dapat saling menghabiskan. Jadi akhirnya,
hidup = – mati, bandingkan dengan Hukum III Newton aksi = – reaksi.
Sama dan terbukti bukan. Fisika dapat menjadi sesuatu yang unik dan menyenangkan apabila kita dapat
menghubungkannya dengan kehidupan itu sendiri.
BAB III
ANALISIS KURIKULUM DAN RISET TERDAHULU PADA TOPIK
USAHA & ENERGI

3.1 KONSEP ESENSIAL USAHA ENERGI

Konsep-konsep esensial materi ajar, peta konsep, bagan materi, tinjauan aspek-aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik yang terkandung dalam materi ajar. Setelah langkahlangkah tersebut di atas
dilakukan, maka berdasarkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam akhirnya dibuat uraian
atau paparan lengkap dari materi ajar tersebut.
 Konsep Esensial Materi Ajar
Konsep-konsep Esensial materi ajar Usaha energi adalah :
Usaha, energi kinetik, energi potensial, gaya, energi mekanik, bentuk energi lain, dan daya. Hubungan
gaya, energi, usaha. Hubungan usaha dan perubahan energi kinetik. Hubungan energi, usaha, dan daya.
Medan konservatif, energi potensial dan hokum kekekalan energi mekanik. Serta penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
 Peta Konsep Materi Ajar
 Aspek-aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Materi Ajar

Konsep esensial Kognitif Afektif Psikomotorik


Usaha v v v
Energi Kinetik v v v
Energi Potensial v v v
Gaya
Energi Mekanik v v v
Bentuk Energi lain v v v
Daya v v v

 Pendalaman Materi Ajar

1. Usaha
“Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya adalah hasil kali antara komponen gaya
yang searah dengan perpindahan dengan besar perpindahannya”. Misalkan suatu
gaya F yang bekerja pada suatu benda dengan arah membentuk sudut dengan arah
gerak benda menyebabkan benda berpindah sejauh s seperti pada gambar berikut:

2. Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha
 Usaha dan Energi Kinetik
Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya pada suatu benda dapat mengakibatkan benda
berpindah. Tetapi usaha juga terkait dengan perubahan kecepatan suatu benda. Usaha ini
memberikan tambahan energi pada suatu benda yang disebut Energi Kinetik yaitu energi
yang dimiliki oleh suatu benda karena gerakannya. Energi kinetik suatu benda dinyatakan
dalam persamaan:
 Usaha dan Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena ketinggian
(kedudukannya) terhadap suatu bidang tertentu.

Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda bermassa m yang bergerak ke bawah


sepanjang sumbu y. Kita akan menentukan usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda jika
benda tersebut jatuh dari ketinggian h1 ke h2 (h = h1 – h2). Berat benda w dan
perpindahannnya searah, sehingga usaha yang dilakukan oleh beratnya bernilai positif dan
besarnya:

Wgrav = F.s

Usaha = perubahan energi potensial

Dengan demikian pada ketinggian h benda memiliki energi potensial gravitasi, yaitu
kemampuan untuk melakukan usaha sebesar w =m.g. Jadi energi potensial gravitasi dapat
dirumuskan:

Ep =m.g.h

 Hukum Kekekalan Energi Mekanik


Energi mekanik adalah hasil penjumlahan energi kinetik dan energi potensial
yang dimiliki oleh suatu benda pada posisi tertentu. Persamaan energi mekanik dapat
diturunkan sebagai berikut:
Berdasarkan Teorema usaha-energi bahwa usaha total yang dikerjakan sama dengan
perubahan energi kinetik benda.

Wtot=∑ Ek
2.2 Miskonsepsi Tentang Konsep Usaha Energi

NO. SUB Kesalahan Jawaban Siswa


MATERI Pretest Posttest
1. Besar -Salah menggambarkan situasi -Salah menggambarkan situasi awal soal
usaha totalawal soal (100%) (32,34%)
yang -Salah menuliskan data yang
bekerja diketahui (20,58%)
pada benda -Salah menuliskan apa yang
di atas
ditanyakan (5,88%0 -Salah menuliskan data yang diketahui
bidang -Tidak menggunakan prinsip (14,07%)
datar penyelesaian soal (100%) -Salah menuliskan apa yang ditanyakan
-Tidak mempresentasikan (29,41%)
diagram benda bebas (100%) -Salah mengkonversikan satuan (29,41%)
-Salah memasukkan data ke -Salah menggunakan prinsip penyelesaian soal
dalam rumus dan melakukan (100%)
operasi hitung (100%) -Salah merepresentasika diagram benda bebas
(38,23%)
-Salah menggunakan rumus matematik (2,94%)
-Salah memasukkan data ke dalam rumus dan
melakukan operasi hitung (8,82%)
2. Besar Salah menggambarkan situasi Salah menggambarkan situasi awal soal
Usaha tota awal soal (100%) (20,58%)
yang Salah menuliskan data yang
bekerja diketahui (20,58%)
pada benda Salah menuliskan apa yang
Salah menuliskan yang diketahui
diatas ditanyakan
bidang (38,23%) (14,70%)
miring Salah mengkonversikan satuan Salah menuliskan apa yang ditanyakan
(55,87%) (14,70%)
Tidak menggunakan prinsip Salah mengkonversikan
penyelesaian soal (100%) satuan (11,76%)
Tidak merepresentasikan Salah menggunakan prinsip penyelesaian soal
diagram benda bebas (100%) (26,47%)
Salah menggunakan rumus Salah merepresentasikan diagram benda bebas
matematik (100%) di atas bidang miring
Salah memasukkan data ke (49,99%)
dalam rumus dan melakukan F
N
operasi hitung (100%)

Salah menggunakan rumus matematik


(14,70%)
Salah memasukkan data ke dalam rumus dan
melakukan operasi hitung (17,64%)
3 Kekekalan Tidak menggambarkan Salah menggambarkan
energy menggambarkan situasi awal (44,11%)
mekanik situasi awal soal (100%)
Salah menuliskan data yang
diketahui (29,41%)
Salah menuliskan apa yang
ditanyakan
(52,93%) Salah menuliskan data yang diketahui (5,88%)
Salah mengkonversikan Salah menuliskan apa yang ditanyakan
satuan (41,17%) (2,94%)
Tidak menggunakan prinsip Salah mengkonversikan
penyelesaian soal ( 100%) satuan (5,88%)
Tidak merepresentasikan Salah menggunakan prinsip penyelesaian soal
diagram gambar kedudukan (35,29%)
benda (100%) Salah mereprsentasikan diagram gambar
Salah menggunakan rumus kedudukan benda (35,29%)
amtematik (49,99%)
Salah memasukkan da take
dalam rumus dan melakukan 500 m
operasi hitung (100%) 375 m

Salah menggunakan rumus matematik (5,88%)


Salah memasukkan data ke dalam rumus dan
melakukan operasi hitung (26,46%)

Untuk submateri besar usaha total pada benda di atas bidang miring, sebelum
diremediasi semua siswa salah dalam menyelesaikan soal tentang usaha pada benda di atas
bidang miring, yaitu sebanyak 34 (100%) siswa. Semua siswa setelah menulis data dan apa
yang ditanyakan soal siswa segera menggunakan rumus matematik. Padahal untuk kasus
soal ini sangat diperlukan penggunaan representasi fisis berupa analisis diagram benda bebas
dan pemahaman prinsip penyelesaian soal, akibatnya semua siswa salah dalam
menggunakan rumus ditambah dengan kesalahan ketika memasukkan data dan penggunaan
tanda di dalam rumus. Setelah diremediasi jumlah siswa yang salah menyelesaikan soal
tentang usaha pada benda di atas bidang miring adalah 15 (17,64%) siswa.
Untuk submateri kekekalan energi mekanik, sebelum diremediasi semua siswa salah
dalam menyelesaikan soal tentang kekekalan energi mekanik untuk tahapan akhir
penyelesaian yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Dapat diketahui juga bahwa tidak ada
siswa yang menggunakan representasi fisis berupa gambar situasi awal serta diagram
gambar perubahan kedudukan benda dan tambahan representasi verbal berupa prinsip
penyelesaian. Setelah diremediasi jumlah siswa yang salah menyelesaikan soal untuk
tahapan akhir penyelesaian yang tidak sesuai dengan kunci jawaban yang ada.

Penyebab Miskonsepsi

Penyebab miskonsepsi pada siswa ialah sebagai berikut :

• Siswa, ketika siswa mencerna dan mendapat simpulan pengetahuan tanpa pembenaran
konsep yang benar dari guru
• Guru/Pengajar, guru yang tidak menguasai konsep cenderung mengajarkan konsep
yang salah.
• Buku Teks, komunikasi bahasa yang sulit dipahami dalam buku cenderung
menimbulkan salah tafsir dari pembaca, bagi pembaca khususnya siswa yang sedang
belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi karena mereka menangkap sebagian
atau bahkan tidak mengerti sama sekali.
• Konteks, Konteks terdiri dari pengalaman siswa, bahasa sehari-hari yang berbeda,
teman lain atau teman diskusi yang salah, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru,
yang kesemuanya itu dapat menyebabkan miskonsepsi.

2.3 Penurunan Rumus Konsep Materi Usaha Energi


 Usaha

“Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya adalah hasil kali antara komponen gaya
yang searah dengan perpindahan dengan besar perpindahannya”. Misalkan suatu gaya F
yang bekerja pada suatu benda dengan arah membentuk sudut dengan arah gerak benda
menyebabkan benda berpindah sejauh s seperti pada gambar berikut:
Komponen gaya F yang searah perpindahan adalah: Fx = F. Cos 𝜃, maka usahanya
adalah: W =Fx. s

W = (F. Cos 𝜽) .s

Atau W =F.s cos 𝜽

dengan : W (work) = usaha (joule)

F = gaya (N)

S = perpindahan (meter)

ɵ = sudut antara arah gaya dengan arah perpindahan


Jika gaya yang menarik benda bekerja dalam arah mendatar seperti gambar

berikut : Maka usahanya: W =F.s.cos ɵ W=F.s

Sedangkan jika bekerja dua gaya atau lebih, misalnya pada benda yang ditarik
dengan gaya F dalam arah mendatar pada bidang datar yang kasar dan benda berpindah
sejauh s. Karena pada benda bekerja gaya gesekan, maka usaha yang dilakukan masing-
masing gaya: W =∑F.s

 Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha
 Usaha dan Energi Kinetik
Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya pada suatu benda dapat mengakibatkan
benda berpindah. Tetapi usaha juga terkait dengan perubahan kecepatan suatu benda.
Usaha ini memberikan tambahan energi pada suatu benda yang disebut Energi Kinetik
yaitu energi yang dimiliki oleh suatu benda karena gerakannya. Energi kinetik suatu
benda dinyatakan dalam persamaan:

1 2
Ek = m. v
2

 Usaha dan Energi Potensial Gravitasi


Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena ketinggian
(kedudukannya) terhadap suatu bidang tertentu.

Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda bermassa m yang bergerak ke bawah


sepanjang sumbu y. Kita akan menentukan usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda
jika benda tersebut jatuh dari ketinggian h1 ke h2 (h = h1 – h2). Berat benda w dan
perpindahannnya searah, sehingga usaha yang dilakukan oleh beratnya bernilai positif
dan besarnya:

Wgrav = F.s
Wgrav = w.(h1 –h2)
Wgrav = m.g.( h1 –h2)
Wgrav = m.g.h1 – m.g h2
Wgrav = Ep = Ep1 – Ep2
Usaha = perubahan energi potensial

Dengan demikian pada ketinggian h benda memiliki energi potensial gravitasi, yaitu
kemampuan untuk melakukan usaha sebesar w =m.g. Jadi energi potensial gravitasi dapat
dirumuskan:

Ep =m.g.h

Apabila benda tsb ditarik ke atas oleh gaya F dari ketinggian awal h1 sampai
mencapai ketinggian h2, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F adalah:

W = Ep

W = Ep2 –Ep1
W = m.g. h2 - m.g. h1

 Hukum Kekekalan Energi Mekanik


Energi mekanik adalah hasil penjumlahan energi kinetik dan energi potensial yang
dimiliki oleh suatu benda pada posisi tertentu. Persamaan energi mekanik dapat diturunkan
sebagai berikut:

Berdasarkan Teorema usaha-energi bahwa usaha total yang dikerjakan sama dengan
perubahan energi kinetik benda.

Jadi:

Wtot=∑ Ek

Wtot=Ek2 – Ek1

Karena usaha ini adalah juga usaha usaha yang dilakukan oleh gaya
gravitasi, maka:

Wtot=Ep1 – Ep2

Sehingga dapat kita tuliskan:

Ek2 – Ek1 = Ep1 – Ep2

Ek2+ Ep2 = Ek1 + Ep1 atau:

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2


Ek 1+ E p 1=Ek 2+ E p2

1 2 1 2
mv 1 +mgh 1= mv 2 +mgh 2
2 2
EM 1=EM 2

Anda mungkin juga menyukai