Disusun oleh:
Dita Shanda Putri 1913022005
1. Pre-eksperimental design
Pre-eksperimental design (non-design) adalah desain metode penelitian yang
belum maksimal. Desain metode penelitian eksperimen ini belum maksimal
karena masih ada variabel luar yang bisa mempengaruhi atas terbentuknya
variabel dependen.
Ciri utama true experimental design adalah sampel yang dipakai untuk
kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol diambil secara acak dari
populasi tertentu.
3. Factorial design
Factorial design adalah desain metode penelitian eksperimen yang
merupakan hasil modifikasi dari desain sebelumnya, yakni true experimental
design yang mengamati adanya kemungkinan variabel moderator.
Meski begitu, desain metode penelitian ini lebih baik dari pre-experimental
design. Peneliti bisa menggunakan quasi experimental design ketika
pelaksanaan penelitiannya sulit memperoleh kelompok kontrol yang bisa
dilibatkan dalam penelitian eksperimen.
1. Tahapan persiapan
Tahap persiapan sebagai langkah awal penelitian eksperimen ini mencakup
perancangan eksperimen, mulai dari desain metode penelitian yang akan
digunakan, variabel, tata cara dan lainnya. Selain itu, tahap persiapan ini
juga menentukan studi pustaka dan pembuatan instrumen penelitian.
EDP adalah proses merancang suatu sistem, komponen atau proses untuk
memenuhi keinginan yang dibutuhkan (ABET dalam Schubert, Jacobitz dan Kim,
2012). Menurut Mangold dan Robinson (2013), menyatakan bahwa EDP juga
merupakan proses pengambilan keputusan, biasanya berulang, dimana konsep
sains, matematika, dan rekayasa dasar diterapkan untuk mengembangkan solusi
optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Diantara elemen
fundamental dari proses perancangan adalah pengembangan tujuan dan kriteria,
sintesis, analisis, konstruksi, pengujian, dan evaluasi. EDP merupakan model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan mengenalkannya pada
disiplin rekayasa (Mangold dan Robinson, 2013). EDP memiliki dasar struktur
analisis-sintesis-evaluasi (Cross dalam Hynes, 2012). Struktur ini menuntun siswa
sebagai desainer melalui proses menganalisis masalah, mensintesis sumber dan
informasi ke dalam solusi, dan mengevaluasi solusi. EDP merupakan salah satu
ide baru yang ditemukan untuk membimbing perkembangan pembelajaran di
sekolah (National Research Council dalam Berland, Steingut dan Ko,
2014).Tahapan EDP diilustrasikan pada Gambar 2.1 berikut ini:
(Jolly, 2015)
Gambar 2.1 Tahapan Engineering Design Process
EDP ini merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki tahapan sebagai
berikut:
a. mengidentifikasi masalah
b. menentukan solusi untuk permasalahan yang ditemukan
c. merancang solusi ke dalam bentuk desain atau model
d. membuat dan menguji efektivitas dalam menyelesaikan masalah
e. mendesain ulang rancangan dan model solusi terbaru jika solusi
sebelumnya dinilai tidak efektif
Van Meeteren dan Zan (2010) mengemukakan bahwa proses perancangan sudah
ada dalam program anak usia dini yang berkualitas tinggi, terutama yang bersifat
konstruktivis di alam. Meskipun hal ini mungkin terjadi pada persentase sekolah
yang rendah, hal itu masih belum dilaksanakan dalam skala besar. Alasan
mengapa hal ini dapat terjadi karena terbatasnya waktu untuk memenuhi standar
negara, sumber daya terbatas untuk di sekolah, atau kriteria penilaian untuk
pendidikan rekayasa.
EDP salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah,
dengan karakteristik (1) sangat iteratif, (2) terbuka, karena ada banyak
kemungkinan solusi, (3) konteks yang berarti untuk belajar ilmiah, matematika,
dan konsep teknologi, dan (4) stimulus terhadap sistem berpikir, pemodelan, dan
analisis (Van Meeteren, 2010). Dengan semua karakteristik tersebut, EDP adalah
strategi pedagogis yang potensial. Analisis adalah salah satu gagasan kunci yang
baru bagi pendidikan. Begitu siswa memilih solusi potensial, mereka menganalisa
dan mengevaluasi solusinya untuk mengetahui apakah itu solusi optimal. Langkah
ini dalam prosesnya melampaui hanya mencoba mendapatkan jawaban "benar",
namun membantu siswa menyadari bahwa ada lebih dari satu jawaban yang benar.
Jenis pembelajaran ini biasanya tidak diperkenalkan pada pendidikan anak usia
dini. Apabila tanpa dimasukkannya proses analisis ke masalah, memecahkan
siswa sering gagal dalam metode trial and error. Langkah analisis EDP juga
memungkinkan siswa untuk mulai membuat keterkaitan antara prototipenya,
solusi akhir dan hasil pengujian prototipe atau solusinya (Berland, dkk., 2014).
Salah satu nilai positif dari EDP adalah pengembangan pemikiran kritis dan
keterampilan metakognitif dunia nyata, keterampilan yang bersifat adaptif dan
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Namun, pengembangan keterampilan ini
biasanya diserahkan kepada humaniora. EDP cocok untuk jenis studi yang bersifat
iteratif (proses yang berulang) dan menganalisis beragam solusi potensial. Selain
itu, penting untuk ditunjukkan bahwa EDP saat diciptakan sebagai proses
perancangan, dapat digunakan di luar desain (Mangold dan Robinson, 2013).
Kurikulum yang dikembangkan di sini menggunakan EDP untuk mengatasi
banyak situasi dan masalah yang tidak terbatas pada desain produk atau sistem.
EDP dipilih sebagai metode untuk mengajarkan manfaat rekayasa "pemikiran
desain" bukan semata-mata subjek desain. "Pemikiran desain" dicirikan oleh
seperangkat keterampilan yang mencakup menghadapi ketidakpastian,
menggunakan perkiraan, simulasi, dan eksperimen untuk membuat keputusan
yang efektif (Mangold dan Robinson, 2013). Pada EDP menunjukkan bahwa ada
dua model preskriptif yang dapat dicirikan berdasarkan tingkat abstraksi yang
dipertimbangkan dan aliran fokus kognitif dari masalah ke produk. Perbedaan ini
tercermin pada literatur pendidikan.
https://drive.google.com/file/d/12JW6u0dUo6xAfWtLsnzPRpF0tQXLn4wN/view?
usp=sharing
DAFTAR PUSTAKA
Salmaa. 2021. Penelitian Eksperimen: Pengertian, Karakterisrik, dan Langkah
Langkahnya. Diakses dari https://penerbitdeepublish.com/penelitian-
eksperimen/ pada tanggal 21 Februari 2021 pukul 19.30 WIB.