Anda di halaman 1dari 8

A.

Metode Penelitian Eksperimen


1. Pengertian Metode Penelitian Eksperimen

Kerlinger (2006: 315) menambahkan definisi eksperimen sebagai


suatu  penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu
atau lebih  variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel-
variabel terikat  untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan
manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Lebih lanjut dijelaskan, variabel
yang dimanipulasi disebut variabel bebas dan variabel yang akan dilihat
pengaruhnya disebut variabel terikat. 

2. Contoh metode penelitian eksperimen


 Contoh riset eksperimental dengan control group

Pemerintah akan menerapkan kebijakan tentang pengurangan


konsumsi rokok. Sekelompok perokok yang mengonsumsi lebih dari lima
batang perhari dikumpulkan. Kemudian mereka dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding.
Eksperimen yang dilakukan adalah dengan mempertontonkan gambar atau
foto-foto tentang penyakit akibat merokok.

Hipotesis yang dirumuskan menyatakan bahwa memperlihatkan foto-


foto atau gambar penyakit akibat merokok kepada perokok dapat mengurangi
jumlah konsumsi rokok mereka per hari.

B. Bentuk Desain Eksperimen


1. Pre-experimental design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum


merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan
ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada
dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam
antara lain :

a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok


diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai
variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan
beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-


Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk


penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok
kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul)


karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal
(kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama
dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak)
dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan
sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi atas :

a. Posstest-Only Control Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing


dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan
kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.

b. Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara


acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c. The Solomon Four-Group Design.

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok


dipilih secara random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok
tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari kelompok
nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok
ini diberi posttest.

3. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true


experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering


tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen
dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain
tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan
kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Experimental.

C. Metode Penelitian Non Eksperimen

1. Penelitian kasus

Penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan kasus tertentu.

Contoh penelitian kasus:

Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi prestasi belajar


penjas pada tingkat SMP di Bengkulu.

2. Penelitian Causal Komparatif


Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat dan mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat.
Contoh penelitian komparatif.
Perbedaan prestasi belajar mahasiswa penjas yang berasal dari SKO dan
SMA.
3. Penelitian Korelasi
Penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel
penelitian.
Contoh penelitian korelasi:
Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar pendidikan
jasmani.
Hubungan antara usia dan prestasi atlet lari 100 meter.
4. Penelitian Historis
Penelitian yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau.
Contoh penelitian historis:
Penelusuran olahraga sepak takraw di Bengkulu tahun 1950-1980.
Dampak gempa bumi di Bengkulu tahun 2000 terhadap perkembangan
olahraga voli pantai.
5. Penelitian Filosofis
Penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah melalui
perenungan/pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar tentang
hakikat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, dengan menggunakan
pola berpikir filsafat.
Contoh Penelitian Filosofis
Tinjauan filosofis tentang komponen pendidikan jasmani di Indonesia
(tujuan, kurikulum, peserta didik, metode, dan evaluasi pendidikan).
Filsafat Pendididikan Jasmani : Dasar-Dasar Pembelajaran
Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar.

D. PENELITIAN Research dan Development

1. Pengertian Penelitian R dan D?

Sugiyono (2009: 297) menyampaikan bahwa Research and


Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan metode tersebut. Sementara dalam
bidang pendidikan Borg and Gall (1985) dalam Sugiyono (2009: 4)
menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan (Research and
Development/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran. Dari kedua pendapat ahli tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Research and Development adalah metode
penelitian bertujuan untuk menghasilkan produk-produk tertentu serta menguji
validitas dan keefektifan produk tersebut dalam penerapannya.

2. Contoh Permasalahan yang Bisa diangkat menjadi Penelitian R dan D?


 Apakah pengembangan multimedia interaktif dalam mata pelajaran
IPS di Sekolah Dasar X dapat meningkatkan hasil belajar berupa
pemahaman konsep siswa kelas V?
 Apakah penampilan multimedia interaktif dalam mata pelajaran
IPS di Sekolah Dasar X efektif untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa?

3. Contoh judul penelitian R dan D?

 Pengembangan buku ajar menulis nonsastra berdasarkan strategi


RAFT (Role Audience Format Topic) untuk kelas VIII MTSN 1
Bandung
 Pengembangan Media Audio Visual untuk. Menunjang Pembelajaran
Membaca Indah Tembang Dolanan pada Siswa Kelas II MIN 10
Rajabesi
 Pengembangan buku ajar berbasis lokal materi keanekaragaman
burung di kota surakarta sebagai sumber belajar alternatif biologi
untuk siswa SMA kelas X
 Pengembangan buku ajar matematika SMU untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan komumikasi matematis siswa
 Pengembangan buku petunjuk praktikum kimia berbasis green
chemistry materi laju reaksi untuk SMA kelas XI
 Pengembangan Buku Praktikum IPA Materi Gaya Magnet Untuk.
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN Gunung sari
 Pengembangan buku panduan praktikum teknik laboratorium II untuk
meningkatkan keterampilan bereksperimen.

4. Desain Penelitian R dan D?

1.     Potensi dan Masalah


Penelitian selalu bermula dari adanya potensi atau masalah. Potensi
merupakan segala sesuatu yang jika didayagunakan akan mempunyai nilai
tambah. Masalah juga dapat diubah menjadi sebagai potensi, apabila
peneliti bisa mendayagunakan masalah tersebut. Masalah akan terjadi bila
ada penyimpangan, antara yang diharapkan dengan yang keadaan terjadi.
Masalah ini bisa diatasi melalui R & D yaitu dengan cara menelitinya,
sehingga bisa ditemukan suatu model, sistem atau pola penanganan
terpadu yang efektif yang bisa dipakai untuk mengatasi masalah tersebut.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam suatu penelitian haruslah
ditunjukkan dengan data yang empirik. Data tentang potensi dan masalah
tidak harus dicari sendiri, akan tetapi bisa juga berdasarkan laporan
penelitian orang lain maupun dari dokumentasi laporan kegiatan yang
berasal dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.
2.     Mengumpulkan Informasi
Sesudah potensi dan masalah bisa ditunjukkan secara faktual dan
up to date, langkah berikutnya adalah mengumpulkan berbagai informasi
dan studi literatur yang bisa dipakai sebagai bahan guna merencanakan
membuat produk tertentu yang diharapkan bisa mengatasi masalah
tersebut. Studi ini ditujukan guna menemukan konsep - konsep maupun
landasan -landasan teoretis yang bisa memperkuat suatu produk,
khususnya yang berhubungan dengan produk pendidikan, misal produk
yang berbentuk program, model, sistem, software, pendekatan, dan
sebagainya. Di lain pihak melalui studi literatur ini akan mengkaji ruang
lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi - kondisi pendukung
supaya produk bisa dipakai atau diimplementasikan secara optimal, serta
keterbatasan dan keunggulan nya. Studi literatur juga dibutuhkan guna
mengetahui langkah -langkah yang paling tepat dalam mengembangkan
produk tersebut.

3.     Desain Produk


Produk yang dihasilkan dari suatu penelitian R & D ini ada banyak
sekali jenisnynya. Untuk menghasilkan sistem kerja baru, maka haruslah
dibuat rancangan kerja baru berdasarkan penilaian terhadap system kerja
lama, sehingga bisa ditemukan kelemahan- kelemahan terhadap sistem
tersebut. Disamping itu, perlu dilakukan penelitian terhadap unit lain yang
dipandang sistem kerjanya baik. Selain itu, harus dilakukan pengkajian
terhadap referensi mutakhir yang berkaitan dengan sistem kerja yang
modern beserta indikator sistem kerja yang bagus. Hasil akhir dari
kegiatan ini biasanya berupa desain produk baru yang telah lengkap
dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik, karena
efektivitasnya masih belum terbukti, dan baru bisa diketahui setelah
melewati pengujian - pengujian. Desain produk haruslah diwujudkan
kedalam bentuk gambar atau bagan, sehingga bisa dipakai sebagai
pegangan guna menilai dan membuatnya, serta akan memudahkan pihak
lain untuk lebih memahaminya.

4.    Validasi Desain


Validasi desain adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk
menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara
rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara
rasional, karena validasi pada tahap ini masih bersifat penilaian
berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan pada fakta lapangan.
Validasi produk bisa dijalankan dengan cara menghadirkan beberapa
tenaga ahli atau pakar yang sudah berpengalaman memberikan penilaian
terhadap produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk
memberikan nilai desain baru tersebut, sehingga langkah selanjutnya bisa
diketahui kekuatan dan kelemahannya. Validasi desain bisa dijalankan
pada sebuah forum diskusi. Sebelum berdiskusi, peneliti
mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut,
beserta dengan keunggulannya.

5.    Perbaikan Desain


Sesudah desain produk jadi, divalidasi melalui diskusi bersama
para pakar dan para ahli lainnya. Maka akan bisa diketahui kelemahan-
kelemahannya. Kelemahan tersebut kemudian dicoba untuk dikurangi
dengan jalan memperbaiki desain tersebut. Yang bertugas memperbaiki
desain adalah peneliti yang akan menghasilkan produk tersebut.

6.    Uji coba Produk


Desain produk yang sudah dibuat tidak dapat langsung
diujicobakan terlebih dahulu. Akan tetapi haruslah dibuat terlebih dahulu,
hingga menghasilkan produk, dan produk itulah yang diujicobakan.
Pengujian bisa dilaksankan melalui ekperimen, yaitu membandingkan
efektivitas dan efesiensi sistem kerja yang lama dengan sistem kerja yang
baru.

7.    Revisi Produk


Pengujian produk terhadap sampel yang terbatas tersebut dapat
menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik bila
dibandingkan dengan sistem yang lama. Perbedaan yang sangat signifikan,
sehingga sistem kerja baru tersebut bisa diterapkan atau diberlakukan.

8.    Ujicoba Pemakaian


Setelah pengujian terhadap produk yang dihasilkan sukses, dan
mungkin ada revisi yang tidak begitu penting, maka langkah berikutnya
yaitu produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diberlakukan atau
diterapkan pada kondisi nyata untuk ruang lingkup yang luas. Dalam
pengoperasian sistem kerja baru tersebut, tetap harus dinilai hambatan atau
kekurangan yang muncul guna dilakukan perbaikan yang lebih lanjut.

9.    Revisi Produk


Revisi produk ini dilaksanakan, bila dalam perbaikan pada yang
kondisi nyata terdapat kelebihan dan kekurangan. Dalam uji pemakaian
produk, sebaiknya pembuat produk selaku peneliti selalu mengevaluasi
bagaimana kinerja dari produknya dalam hal ini yaitu sistem kerja.

10.    Pembuatan Produk Masal


Pada tahap pembuatan produk masal ini dilaksanakan bila produk
yang telah diujicobakan dinyatakan efektif serta layak untuk diproduksi
secara masal. Sebagai contoh pembuatan mesin yang dapat mengubah
sampah menjadi bahan yang bermanfaat, hendak diproduksi masal bila
berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek ekonomi, teknologi, dan
ligkungan memenuhi. Jadi untuk memproduksi suatu produk, pengusaha
dan peneliti harus saling bekerja sama.

Anda mungkin juga menyukai