Anda di halaman 1dari 8

RESUME PENELITIAN EKSPERIMEN

(Experimental Research)

Abyan Gantaran (21501001)


Pascasarjana PAI

A. Pengertian Penelitian Eksperimen


Penelitian eksperimen adalah salah satu penelitian kuantitatif di mana
peneliti memanipulasi satu atau lebih variabel bebas (independent variable),
mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengamati efek dari manipulasi
pada variabel terikat (dependent variable). Tujuan dari penelitian eksperimen
adalah menentukan apakah ada hubungan kasual antara dua atau lebih
variabel. Persyaratan penting untuk penelitian eksperimen adalah kontrol,
manipulasi dari variabel independen, dan observasi, pengukuran kontrol,
pengamatan yang cermat, serta pengukuran. Metode penelitian ini
memberikan bukti dari efek variabel independen memengaruhi variabel
dependen. Terdapat dua variabel dalam penelitian eksperimen, yaitu variabel
bebas dan terikat. Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti,
sementara variabel terikat adalah variabel yang diamati sebagai akibat dari
manipulasi variabel bebas.
Untuk mengujinya, dipilih dua kelompok sasaran dengan keadaan
relatif sama. Pada keduanya kemudian diberikan pengajaran mengenai materi
yang sama. Di kelompok kontrol digunakan metode pengajaran konvensional
(ceramah), sementara kelompok eksperimen diberikan pengajaran dengan
metode menulis (writing). Pada kelompok eksperimen dan kontrol diadakan
pre tes (guna mengetahui homogenitas kemampuan siswa) dan pos tes
(mengetahui penguasaan siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran).
Sekiranya pengajaran menulis melalui virtual learning lebih efektif
dari metode konvensional (ceramah) atau non-virtual learning, maka rata-rata
nilai kelompok eksperimen akan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
rata-rata nilai kelompok kontrol. Tapi andaikan rata-rata nilai tidak berbeda
secara signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,
maka artinya tidak ada perbedaan efektivitas antara pengajaran dengan
menulis melalui virtual learning dengan metode konvensional atau non-
virtual learning. Rancangan penelitian eskperimen merupakan pendekatan
yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, membangun, serta
mengembangkan teori. Oleh karena itu, pengambilan sampel baik untuk
kelompok kontrol maupun eksperimen, merupakan persoalan yang harus
dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga kekuatan generalisasinya dapat
diandalkan.1
Dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga unsur penting dalam yang
harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen, yaitu kontrol, manipulasi, dan
pengamatan. Variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam
melihat ada tidaknya perubahan dan perbedaan yang terjadi akibat perbedaan
perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi di sini adalah perlakuan
yang dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen,
yang dilakukan manipulasi adalah variabel bebas dengan melibatkan 2
kelompok, yakni eksperimen dan kontrol, yang diberi perlakuan berbeda.
Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk
menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (observasi).2

B. Bentuk-Bentuk Penelitian Eksperimen


Penelitian eksperimen bidang pendidikan dapat berbentuk antara lain
sebagai berikut:
1. The One Shoot Case Study Design
Sebagai contoh adalah ketika seorang peneliti hendak melakukan
penelitian terkait “Pengaruh Inquiry Learning Model terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis”. Dalam kasus tersebut, yang menduduki
posisi sebagai treatment adalah Inquiry Learning Model. Salah satu
keuntungan dari desain penelitian ini ialah hasilnya yang dapat digunakan
untuk menjajaki masalah yang akan diteliti lebih lanjut. Adapun langkah-
langkah yang perlu ditempuh dalam penelitian tersebut meliputi:
1
Rukminingsih, Gunawan Adnan, dan Mohammad Adnan Latief, Metode Penelitian Pendidikan:
Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, dan Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Erhaka
Utama, 2020), 38-39.
2
Ibid., 41.
a. Pada awal penelitian, peneliti terlebih dahulu menentukan kelompok
yang akan diberikan treatment.
b. Pada langkah selanjutnya, semua subjek dari kelompok tersebut
diberikan treatment Inquiry Learning Model selama periode tertentu.
Treatment tersebut akan terus dilakukan hingga fase pemberian
treatment selesai.
c. Pada akhir kegiatan, dilakukan pengukuran melalui pelaksanaan
posttest.
2. The One Group Pretest-Posttest Design
Sebagai contoh adalah ketika seorang peneliti hendak melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Cooperative Learning Model terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Mata Pelajaran Ekonomi”. Dalam kasus
tersebut, sebenarnya hampir serupa dengan pelaksanaan The One Shoot
Case Study Design, bedanya ialah subjek terlebih dahulu diberikan pretest
sebelum diberikan treatment. Langkah-langkah pelaksanaannya meliputi:
a. Pada awal kegiatan, subjek terlebih dahulu diberikan pretest sebelum
dilaksanakannya treatment guna mengukur pengetahuan dan sikap
subjek mengenai pemahaman konsep mata pelajaran Ekonomi.
b. Pada tahap selanjutnya, subjek akan diberikan treatment Cooperative
Learning Model.
c. Pada tahap berikutnya yakni seusai treatment, subjek akan diberikan
posttest.
d. Pada tahap terakhir, peneliti akan melakukan perbandingan antara hasil
pretest dengan posttest. Perbedaan skor keduanya merupakan akibat
dari diberikannya treatment, yang dalam hal ini ialah Cooperative
Learning Model.
3. The Static Group Comparison Design
Sebagai contoh adalah ketika seorang peneliti hendak melakukan
penelitian terkait “Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi”. Satu
kelemahan dari desain penelitian ini ialah kelompok yang dijadikan subjek
tidak sama sebab pemilihannya dilakukan secara acak. Dalam kasus
tersebut, langkah-langkah yang dilaksanakan meliputi:
a. Peneliti mengambil dua kelompok subjek dari populasi yang sama.
b. Peneliti memberikan treatment pada salah satu kelompok (kelompok
eksperimen).
c. Seusai treatment diberikan, penelitian akan melakukan posttest pada
kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
d. Pada tahap tersebut, peneliti akan membandingkan hasil kelompok
kontrol dan eksperimen dengan mencari mean (rata-rata) dari masing-
masing kelompok.
e. Gunakanlah teknik perhitungan statistik tertentu sesuai jenis data yang
ada guna mengetahui apakah perbedaan keduanya berarti atau tidak.
4. Quasi Experimental Design (Pre and Posttest Group Design)
Sebagai contoh adalah ketika peneliti hendak melakukan penelitian
terkait “Pengaruh Problem Based Learning Model terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi”. Dalam kasus
tersebut, apabila dilakukan dengan menerapkan desain Pre and Posttest
Group Design, maka langkah yang perlu dilakukan peneliti antara lain:
a. Peneliti memilih dua kelompok subjek yang tidak equivalent. Satu
kelompok menjadi kelompok kontrol, sementara kelompok yang lain
menjadi kelompok eksperimen.
b. Lakukan pretest kepada kedua kelompok tersebut.
c. Pada tahap selanjutnya, berikan treatment berupa Problem Based
Learning Model pada kelompok eksperimen.
d. Setelahnya, lakukan posttest pada kedua kelompok, baik kelompok
eksperimen maupun kontrol.
e. Cari perbedaan mean kelompok eksperimen, antara hasil posttest dan
pretest. Lakukan hal yang sama pada kelompok kontrol.
f. Gunakan metode analisis statistik yang tepat untuk mencari perbedaan
keduanya sehingga dapat diketahui hasil dari treatment Problem Based
Learning model.
5. Posttest-Only Group Design
Sebagai contoh adalah ketika peneliti akan melakukan penelitian
terkait “Pengaruh Model Problem Solving terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi”. Dalam kasus tersebut,
apabila dilakukan dengan menerapkan desain Posttest-Only Group Design,
maka langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti mencakup:
a. Peneliti memilih dua kelompok subjek yang tidak equivalent. Satu
kelompok dijadikan sebagai kelompok kontrol, satu kelompok lagi
dijadikan sebagai kelompok eksperimen.
b. Berikan treatment berupa model pembelajaran Problem Solving kepada
kelompok eksperimen.
c. Selanjutnya, berikan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
d. Cari perbedaan mean kedua kelompok tersebut.
e. Gunakan metode analisis statistik yang tepat guna mencari perbedaan
dari langkah sebelumnya sehingga diketahui hasil dari diberikannya
treatment model pembelajaran Problem Solving.
6. Non-Equivalent Comparison-Group Design
Sebagai contoh adalah ketika seorang peneliti hendak
membandingkan pengaruh dua metode pembelajaran, yakni antara
Problem Based Learning Model dengan Problem Solving, terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Sehingga dapat diketahui metode mana
yang lebih efektif antara keduanya dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Dalam kasus tersebut, desain penelitian yang dinilai
paling tepat untuk digunakan adalah non-Equivalent Comparison Group.
Langkah yang perlu dilakukan peneliti mencakup:
a. Peneliti memilih dua kelompok subjek yang tidak equivalent. Satu
kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen untuk treatment 1
dan satu kelompok lagi dijadikan sebagai kelompok eksperimen untuk
treatment 2.
b. Pada tahap kedua, peneliti memberikan pretest yang sama untuk kedua
kelompok, baik kelompok eksperimen 1 maupun 2.
c. Setelah kedua kelomok eksperimen diberikan treatment, peneliti
selanjutnya memberikan treatment pada kedua kelompok eksperimen.
Dalam hal ini, kelompok eksperimen 1 diberikan treatment Problem
Based Learning dan kelompok eksperimen 2 diberikan treatment
Problem Solving model.
d. Setelah treatment selesai diberikan, lakukan posttest pada kedua
kelompok eksperiman, baik kelompok 1 maupun 2.
e. Cari perbedaan mean antara pretest dan posttest dari kedua kelompok.
f. Selanjutnya, lihat perbedaan mean antara kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2.
g. Gunakan metode analisis statistik yang tepat guna mencari perbedaan
dari langkah sebelumnya sehingga dapat diketahui hasil dari treatment
Problem Based Learning pada kelompok eksperimen 1 dan treatment
Problem Solving pada kelompok eksperimen 2.

C. Contoh Hasil Penelitian Eksperimen


1. Moch. Subekhan dan Iin Inayati Sobariah, “Implementasi Metode
Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran PAI di SMPN 1 Menes (Kuasi Eksperimen di Kelas VIII
SMPN 1 Menes Kabupaten Pandeglang)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode
Jigsaw pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Menes Kabupaten
Pandeglang dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI di SMPN 1 Menes Kabuaten Pandeglang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode
eksperimen desain kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1
Menes Kabupaten Pandeglang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Pada penelitian ini, kelas VIII-A
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran
Jigsaw dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol yang menggunakan
metode konvensional (ceramah). Tahap uji instrumen yang dilakukan
adalah dengan menggunakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan uji daya pembeda. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menentukan rata-rata, menghitung normalitas, uji homogenitas, dan uji
hipotesis uji-t. Hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata siswa kelas
eksperimen 73,417 dan nilai siswa kelas kontrol 62,361. Teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes
hasil belajar yang dianalisis menggunakan pengujian berupa uji-t pada
taraf signifkan 5% dan diperoleh nilai sebesar 2,895>2,000.
Hasil penelitian menunjukkan bahw terdapat perbedaan hasil
belajar PAI antara kelompok siswa metode Jigsaw dengan kelompok
sisw mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.3
2. Anna Primadoniati, “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based
Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif
penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil
belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 2 Ulaweng. Penelitian ini
dilatarbelakangi pentingnya meningkatkan hasil belajar PAI siswa SMPN
2 Ulaweng.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen.
Desain penelitian menggunakan quasi experimental design dengan
bentuk non-equivalent control group design. Penelitian ini dilaksanakan
pada Mei-Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
A dam VIII B SMPN 2 Ulaweng. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, dan tes. Data hasil penelitian
disajikan menggunakan teknik analisis data statistika deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean kelompok eksperimen
sebesar 81,82 berada pada kategori hasil belajar sangat tinggi dan mean
kelompok kontrol sebesar 74,42 berada pada kategori hasil belajar tinggi.
Selain itu, hasil nilai evaluasi kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa

3
Moch. Subekhan dan Iin Inayati Sobariah, “Implementasi Metode Jigsaw dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMPN 1 Menes (Kuasi Eksperimen di Kelas
VIII SMPN 1 Menes Kabupaten Pandeglang),” Jurnal Genealogi PAI 5, no. 1 (2018): 46.
metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai
pengaruh negatif terhadap hasil belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 2
Ulaweng, Kabupaten Bone.4
3. Resty Aprilia Fihrallah, Edi Suresman, dan Saepul Anwar,
“Efektivitas Penggunaan Metode Show and Tell terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kuasi Eksperimen)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan
metode Show and Tell dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
IV pada mata pelajaran Akhlak di Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Wasilatunnaja pada tahun ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui
pendekatan eksperimen dengan non-equivalent control group design.
Berdasarkan hasil analisis data dengan berdasarkan pada uji normalitas,
uji homogenitas, dan uji–t, diketahui bahwa hasil dari postes adalah
normal dan homogen. Maka diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,145
dengan (df) 45 di mana 0,145 > 0,05.
Maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam uji independent
sample t-test maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang
artinya bahwa tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Yang juga menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dengan kata lain metode Show and Tell ini tidak cukup efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajara Akhlak.5

4
Anna Primadoniati, “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam,” DIDAKTIKA 9, no. 1 (2020): 77.
5
Resty Aprilia Fihrallah, Edi Suresman, dan Saepul Anwar, “Efektivitas Penggunaan Metode
Show and Tell terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kuasi Eksperimen),”
TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education 5, no. 2 (2017): 90.

Anda mungkin juga menyukai