DISKUSI 8
METODE EKSPERIMEN LANJUTAN
DALAM RANCANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN
Tujuan penelitian experimen kuasi untuk memperkirakan kondisi eksperimen murni dalam
keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel
yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan
kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Penelitian eksperimental semu bertujuan untuk menjelaskan hubungan-
hubungan,mengklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.Bentuk
desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit
dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian
menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi
kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan
desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara
random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti
kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah
kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja,
sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4= O5 dan hasil perlakuan yang baik
adalah O6 = O7 = O8 = O9=O10. Penelitian dapat pula diterapkan dengan membagi dalam
dua group, yang satu diberi perlakuan sedangkan yang lain tidak.
Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini ditunjukkan pada gambar berikut.
Dari gambar terlihat bahwa terdapat berbagai kemungkinan hasil penelitian yang
menggunakan desain time series. Hasil penelitian yang paling baik adaah ditunjukkan pada
grafik A. hasil pretest menunjukkan keadaan kelompok stabil dan konsisten (O1 = O2 =
O3 = O4) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (O5 = O6 = O7
= O7 = O8). Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang
sedang dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Jadi pengaruh
perlakuan hanya sebagai contoh : pada waktu penataran, pengetahuan dan ketrampilannya
kembali seperti semula. Grafik memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pada
pengaruh perlakuan, sehingga grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan keadaan
kelompok tidak menentu.
c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan
yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
d. Factorial Design
Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya
satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian
desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih
variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini
adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu
variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu
juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh
desain eksperimental variabel tunggal.
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi
pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok dinilai
pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel moderatornya adalah
Y1 dan Y2.
Contoh: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap
kepuasan pelayanan pada masyarakat, untuk itu dipilih empat kelompok secara random.
Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).
Analisis data di lakukan dengan cara melihat adakah perbedaan sikap antara
sebelum dan sesudah eksperimen di lakukan. Jika terjadi perubahan, maka nonton
film tentang keberhasilan transmigran bisa di jadikan sebuah intervensi untuk
mendukung kebijakan transmigrasi agar berjalan mulus.
Riset eksperimen tanpa kontrol grup artinya hanya kelompok warga desa yang akan
menjadi subjek kebijakan saja yang di survey kdan di intervensi. Model penelitian
memiliki kekurangan pada tingginya bias hasil analisis.
Rancangan faktorial tersarang yaitu analisis dengan sifat bahwa taraf faktor yang
satu tersarang dalam faktor lain sehingga tidak akan terjadi interaksi antara 2 faktor.
Karenanya jika faktor A yang bertaraf a buah dan faktor B yang bertaraf b buah membentuk
suatu eksperimen tersarang, tidak akan diperoleh suku interaksi AB dalam model
matematisnya.
3. RANCANGAN SUBJEK TUNGGAL
Pengukuran Baseline
Tahap pertama dari rancangan subjek tunggal melibatkan pengumpulan dan pencatatan
baseline data. Baseline Data adalah ukuran tingkat perilaku (variabel dependen) seperti itu
terjadi secara alami, sebelum intervensi. Kazdin (1982,1998) menyatakan bahwa baseline data
melayani dua fungsi. Pertama, data baseline melayani fungsi deskriptif. Data ini
menggambarkan tingkat kinerja siswa yang ada. Bila data yang digambarkan, mereka
memberikan gambaran kemampuan siswa perilaku saat ini untuk menyelesaikan masalah atau
kemamuan aslinya banyak bicara. Tujuannya dapat membantu guru dalam memverifikasi atau
mengurangi dan meningkatkan perilakunya (banyak bicara).
Kedua, data baseline melayani fungsi “prediktif " Baseline data berfungsi sebagai dasar untuk
memprediksi tingkat kinerja untuk waktu dekat jika intervensi tersebut tidak diberikan
"(Kazdin, 1982, hal 105) Untuk menilai keberhasilan intervensi (yang independen variabel),
guru harus tahu apa kinerja murid seperti sebelum intervensi. Baseline data melayani tujuan
yang sama dengan sebuah pretest. "predikasi dicapai dengan memproyeksikan ke masa depan
kelanjutan kinerja baseline " (hal. 105). Hal ini melawan proyeksi bahwa dampak intervensi
dinilai.
Tahap awal sesi berlanjut untuk beberapa saat sebelum fase intervensi dimulai. Dalam banyak
kasus, setidaknya lima dasar titik data dikumpulkan dan diplot. Sejauh mana pengumpulan data
dasar dipengaruhi oleh karakteristik tertentu dari titik data.
Karena data dasar yang akan digunakan untuk menilai keefektifan intervensi guru, penting
bahwa baseline menjadi stabil, menyediakan sampel yang representatif terjadinya perilaku
yang alami. Kestabilan data dasar dinilai oleh dua karakteristik: variabilitas dari titik-titik data
dan kecenderungan di titik data. Variabilitas data mengacu pada fluktuasi dalam kinerja siswa.
"Sebagai aturan umum, semakin besar variabilitas dalam data, semakin sulit untuk menarik
kesimpulan tentang efek intervensi "(Kazdin, 1982, hal 109) dan untuk membuat proyeksi
tentang kinerja yang akan datang. Ketika baseline tidak stabil, hal pertama yang harus diperiksa
adalah definisi perilaku target. Tidak stabilnya baseline menunjukkan bahwa definisi
operasional perilaku target tidak cukup deskriptif untuk memungkinkan keakuratan dan
konsisten perekaman atau karena kolektor datanya tidak konsisten pada prosedur pengumpulan
data.
Pengukuran Intervensi
Komponen kedua dari setiap single subjek desain adalah serangkaian tindakan berulang-ulang
subjek kinerja di bawah kondisi perlakuan atau intervensi. Independen variabel (perlakuan atau
intervensi) diperkenalkan, dan pengaruhnya pada tergantung variabel (kinerja siswa) diukur
dan dicatat. Kecenderungan dalam perlakuan menunjukkan efektivitas perlakuan guru atau
peneliti dengan panduan dalam menentukan perlunya perubahan dalam prosedur intervensi.
Baseline ketika sudah di dapat, langkah selanjutnya melakukan intervensi, lalu di ukur dengan
tujuan apakah salah atau bener intervensi yang dilakukan. Jika intervensinya salah maka di
ubah.
Kontrol Eksperimental
Kontrol Eksperimental adalah usaha peneliti untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi
pada variable dependen, secara nyata berhubungan dengan manipulasi variable independen
dengan kata lain terdapat hubungan fungsional diantara keduanya. Peneliti ingin
menghilangkan kemungkinan ada hal-hal yang lain yang menyebabkan untuk perubahan
perilaku. contoh: guru melakukan system behavioral untuk mengurangi perilaku yang distruktif
(perilaku pengganggu) setelah tiga siswa yang mengganggu tiga tempat, dia tidak benar-benar
yakin bahwa system yang barulah yang menyebabkan turunnya level gangguan.. Dalam hal ini
tiga siswa tadi merupakan tiga siswa tadi adalah variable confounding. Kemudian siswa
dikeluarkan, setelah itu guru menerapkan sistem behavioral. Kemudian setelah diterapkan
siswa di dalam kelas ternyata diam. Guru tidak tau apakah itu karena guru yang menerapkan
sistemnya ataukah karena siswanya dikeluarkan tadi.
Desain dalam chapter ini terdiri dari beberapa tingkat control eksperimental, salah satunya
dikenal dengan nama desain pembelajaran dan desain penelitian. Desain pembelajaran tidak
perlu membahas hubungan fungsional waluapun begitu desain itu dapat digunakan untuk
kepentingan pembelajaran setiap kali. Sedangkan desain penelitian, perlu control
eksperimental yang lebih ketat sehingga memungkinkan guru atau peneliti mengasumsikan
adanya hubungan eksperimental. Para peneliti biasanya melakukan control eksperimental
dengan mengulangi intervensi beberapa kali dan mengobservasi dampaknya terhadap variable
dependen setiap kali intervensi tersebut di ulang.
a) AB DESIGN
Desain AB adalah desain single-subjek dasar. Setiap desain yang lebih kompleks
sebenarnya merupakan perluasan satu sederhana. Penunjukan AB mengacu pada dua fase
dari desain: A, atau dasar, fase B, atau intervensi, tahap. Selama Fasa A, awal dikumpulkan
dan dicatat. Setelah baseline stabil telah didirikan, intervensi diperkenalkan, dan tahap B
dimulai. Pada tahap ini, data intervensi busur dikumpulkan dan dicatat. Guru dapat
mengevaluasi kenaikan atau penurunan persentase, jumlah, atau durasi dari perilaku target
selama fase intervensi dan membandingkannya dengan fase awal. Dengan menggunakan
informasi ini untuk membuat kesimpulan tentang efektivitas intervensi, guru dapat membuat
keputusan tentang melanjutkan, mengubah, atau membuang intervensi.
Aplikasi Design
Dasar Desain AB tidak sering ditemukan dalam literatur penelitian karena tidak bisa menilai
untuk hubungan fungsional. Desain tidak menyediakan untuk replikasi dalam suatu
percobaan yang membentuk hubungan fungsional. Schoen dan Nolen (2004) menggunakan
rancangan AB untuk menggambarkan hasil intervensi yang dirancang untuk mengurangi
perilaku off-task seorang anak kelas enam dengan ketidakmampuan belajar.
Menggambarkan penurunan jumlah menit dia off-task dari awal melalui fase intervensi.
Bagaimanapun orang tidak bisa, mengasumsikan hubungan fungsional antara variabel
dependen (off-task perilaku) dan variabel independen (self-manajemen checklist) karena
desain AB tidak menyediakan untuk manipulasi berulang (penggunaan dan penghapusan)
dari variabel independen.
Variasi Design
Variasi dari desain pembalikan dapat ditemukan dalam literatur. Variasi pertama tidak tidak
melibatkan perubahan dalam struktur desain, tetapi hanya lebih pendek basis awal periode
(A). Ini format desain sesuai ketika masa dasar panjang tidak etis, seperti ketika perilaku
berbahaya, atau tidak meminta, seperti dalam kasus seorang mahasiswa yang tidak mampu
melakukan perilaku target gelar apapun.
Sebuah variasi kedua dari desain pembalikan menghilangkan garis awal seluruhnya. Variasi
BAB dianggap jika perilaku target jelas bukan dalam repertoar siswa. Ketika desain ini
digunakan, hubungan fungsional antara variabel dependen dan independen dapat
ditunjukkan hanya pada intervensi kedua (tahap B).
Referensi:
https://www.alisadikinwear.wordpress.com/2017/01/20/rancangan-faktorial-factorial-
design/ diakses pada tanggal 15 April 2020
https://www.idpengertian.com/pengertian-penelitian-eksperimen/ diakses pada tanggal 15
April 2020
https://www.eurekapendidikan.com/2017/01/contoh-penelitian-beberapa-bentuk.html
diakses pada tanggal 5 April 2020
https://www.infosarjana.com/2015/10/kelebihan-dan-kelemahan-rancangan.html diakses
pada tanggal 5 April 2020
https://www.perpusku.com/2016/06/pengertian-karakteristik-jenis-metode-penelitian-
eksperimental.html diakses pada tanggal 15 April 2020