Anda di halaman 1dari 10

DISKUSI 10

SEJARAH DAN FILSAFAT MATEMATIKA

NAMA : DODI PRIANDI

NIM : 530039335

I. PERADABAN MESIR KUNO (3000-1600 SM)

Gambar 3. Hieroglif pada masa Mesir Kuno

Orang Mesir memiliki sistem penulisan yang didasarkan pada hieroglif dari sekitar
3000 SM. Hieroglif adalah gambar kecil yang mewakili kata-kata. Sangat mudah untuk
melihat bagaimana mereka akan menunjukkan kata “burung” oleh gambar burung kecil.
Tetapi tanpa pengembangan lebih lanjut, system tulisan ini tidak bisa mewakili banyak
kata. Nah, masalah inilah yang diadopsi oleh orang Mesir kuno, yaitu dengan berbicara
menggunakan kata-kata. Misalnya, untuk menggambarkan dengan kalimat “Aku
mendengar anjing menggonggong” mungkin diwakili oleh : ”Mata”, “telinga”, “kulit
pohon” + “kepala mahkota”, “anjing”. Simbol yang sama mungkin berarti sesuatu yang
berbeda dalam konteks yang berbeda,  Jadi “mata” mungkin berarti “melihat”
sementara “telinga” mungkin berarti “suara”. Orang Mesir memiliki system bilangan
basis 10 hieroglif. Dengan ini berarti bahwa mereka memiliki symbol terpisah untuk
satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhribuan, ratusribuan, dan jutaan. Berikut ini
adalah angka hieroglif

Gambar 4. Angka Hieroglif


Misalnya untuk membuat bilangan 276, ada lima belas simbol yang diperlukan: dua
simbol “ratusan”, tujuh simbol “puluhan”, dan enam simbol “satuan”. Bilangan tersebut
di perlihatkan sebagai berikut : 276 dalam hieroglyphs

Gambar 5. Simbol untuk menyatakan anggka 276 dalam Hieroglif

Contoh tulisan bilangan 276  dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari Karnak,
berasal dari sekitar 1500 SM, dan sekarang berada dipamerkan di Louvre, Paris.
Dapat dilihat bahwa menambahkan angka hieroglif itu mudah. Salah satunya
adalah menggantikan sepuluh symbol oleh symbol tunggal yang nilainya lebih tinggi
diatasnya. Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan
pengecualian dari yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4).
Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini
diwakili dalam angka hieroglif dengan menempatkan simbol yang mewakili sebuah
“mulut”, yang berarti “bagian”, di atas nomor tersebut. Berikut adalah beberapa contoh:

Gambar 6. Simbol untuk menyatakan pecahan dalam Hieroglif

Perhatikan bahwa ketika bilangan yang mengandung terlalu banyak simbol


“bagian”, ditempatkan di atas bilangan bulat, seperti dalam 1/249 , maka simbol
“bagian” ditempatkan di atas “bagian pertama” bilangan. Symbol diletakkan di atas
bagian pertama karena bilangan ini dibaca dari kanan ke kiri. Dalam menuliskan
bilangan, susunan decimal terbesar ditulis lebih dahulu. Bilangan ditulis dari kanan ke
kiri: Missal 46.206

Kita harus menunjukkan bahwa hieroglif tidak tetap sama sepanjang dua ribu
tahun atau lebih dari peradaban Mesir kuno. Peradaban ini dipecah menjadi tiga
periode berbeda:
1.     Kerajaan tua – sekitar 2700 SM sampai 2200 SM
Bukti dari penggunaan matematika di Kerajaan tua adalah langka, tapi dapat
disimpulkan dari contoh catatan pada satu tembok dekat mastaba di Meidum yang
memberikan petunjuk untuk kemiringan lereng dari mastaba. Garis pada diagram
diberi jarak satu cubit dan memperlihatkan penggunaan dari unit dari pengukuran.
2.    Kerajaan Tengah – sekitar 2100 SM sampai 1700 SM
Dokumen matematis paling awal yang benar tertanggal antara dinasti ke-12. 
Papirus Matematis Rhind yang tertanggal pada Periode Perantara (ca 1650 BC)
berdasarkan satu teks matematis tua dari dinasti ke-12.Papyrus Matematis Moscow
dan papyrus Matematis Rhind adalah teks masalah matematis. Terdiri dari satu
koleksi masalah dengan solusi. Teksini mungkin telah ditulis oleh seorang guru atau
satu murid yang terlibat dalam pemecahan masalah matematika.

3.    Kerajaan Baru – sekitar 1600 SM sampai 1000 SM


Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi
1, dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka
hieroglif agak berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum mempunyai
style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah penemuan
tulisan di papirus, terdiri dari angka hieratic.
Angka ini memungkinkan bilangan ditulis dalam bentuk yang jauh lebih rapi
dari sebelumnya saat menggunakan sistem yang membutuhkan lebih banyak simbol
yang harus dihafal. Ada symbol terpisah untuk ;
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90,
100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900,
1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000, 8000, 9000
Berikut adalah versi dari angka hieratic

Gambar 7. Angka Hieratic

Sistem bilangan ini dapat dibentuk dari beberapa simbol. Angka 9999 hanya
memiliki 4 simbol hieratic sebagai pengganti 36 hieroglif. Salah satu perbedaan utama
antara angka keramat dan system bilangan kita adalah angka keramat tidak
membentuk system posisi sehingga angka tertentu dapat ditulis dalam urutan apapun.
Berikut ini adalah salah satu cara orang Mesir menulis 2765 dalam angka hieratic
Berikut ini adalah cara kedua menulis 2765 dalam angka hieratic dengan
urutan terbalik

Seperti hieroglif, simbol hieratic berubah dari waktu ke waktu tetapi mereka
mengalami perubahan lagi dengan enam periode yang berbeda. Awalnya simbol-
simbol yang digunakan cukup dekat hubungannya dengan tulisan hieroglif namun
bentuknya menyimpang dari waktu ke waktu. Versi yang diperlihatkan dari angka
hieratic dari sekitar 1800 SM. Kedua system berjalan secara parallel selama sekitar
2000 tahun dengan simbol hieratic yang digunakan dalam menulis di papirus, seperti
misalnya dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow, sementara hieroglif terus
digunakan ketika dipahat pada batu.

II. PERADABAN CHINA

Gambar 9. Angka yang muncul di atas tulang


Sistem numerasi disini telah ada sejak tahun 200 SM. Pada zaman dahulu,
angka yang muncul tertulis di atas tulang. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas.
Tembok Besar China dibuat untuk membangun dinding sebagai pertahanan kerajaaan
China. Ini merupakan prestasi besar di bidang matematika. Dalam pembuatannya,
orang Cina Kuno menyadari betapa pentingnya berbagai teknik perhitungan jarak,
sudut elevasi dan jumlah material yang dibutuhkan. Dari pemikiran inilah akhirnya
Cina kuno mengenal sistem bilangan yang sangat sederhana. Mereka menggunakan
batang bambu kecil yang disusun untuk mewakili nomor satu sampai  sembilan.
Sistem angka Cina disebut dengan sistem “batang”. Cara perhitungan Cina
Kuno sangat mirip dengan cara kita belajar perhitungan disekolah saat ini. Cina Kuno
juga telah menggunakan sistem nilai decimal. Namun sayangnya, Cina Kuno belum
mengenal angka nol, mereka akan hanya menggunakan ruang kosong sebagai
pengganti angka nol.
Matematika memegang peranan penting dalam menjalankan pengadilan kaisar.
Segala sesuatu dalam hidup kaisar diatur oleh kalender, sedangkan kalender itu sendiri
ada berdasarkan perhitungan astronomis para matematikawan istana. Matematikawan
istana juga telah menyadari adanya deret perhitungan saat itu. Untuk menyelesaikan
permasalahan seperti perdagangan, pembayaran upah dan pajak diperlukan suatu
persamaan yang dapat membantu perhitungan penyelesaian persamaan. Cina
merupakan negara yang memiliki banyak tradisi matematika yang mampu mengubah
wajah matematika untuk selamanya. Selain itu, angka berguna dalam perdagangan,
pemerintahan, dokumentasi kenegaraan, dan berguna di bidang matematika.
Kelebihan dari bilangan angka China menghadirkan fitur terbaik dibandingkan
dengan lambing bilangan di Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Penyimbolan ANGKA

Gambar 10. Simbol Angka China

Bagaimanakah  Cara Membacanya ? ? ?

Belasan
Angka belasan adalah 10 (十 shí ) + satuan
Contoh :
Puluhan

Angka puluhan adalah satuan + 10 (十 shí ) + satuan


Contoh:

Ratusan

Angka ratusan adalah 100 (百 bǎi ) ratusan + puluhan + satuan


Contoh:

Catatan :

Angka 200 dapat menggunakan 二百 atau 两百


Ribuan

Angka ribuan adalah 1000 (千 qiān) ribuan + ratusan + puluhan + satuan


Contoh:

Catatan :

Apabila angka setelah puluhan adalah 0 ( 零 líng), maka 10 ( 十  shí) tidak perlu
disebutkan. Pada angka ribuan 1200 dapat langsung menyebutkan 1200 ( 一  千
二 yī qiān èr)

III. PERADABAN ROMAWI KUNO (300 SM)


Perjalanan sejarah angka romawi
Sebelum mengadopsi sistem bilangan Hindu Arab orang menggunakan penyimbolan
dengan tangan yang ditemukan oleh bangsa Romawi. Tepatnya digunakan pada
periode warisan bangsa Etruscan. Penomoran bangsa Romawi didasarkan pada sistem
bilangan berbasis 5 (biquinary).

Asal Usul Bilangan Romawi ???


Angka I dan V dalam angka romawi terinspirasi dari bentuk tangan, yang merupakan
alat hitung alami. Sedangkan angka X (lambang 10), adalah gabungan dua garis
miring yang melambangkan 5. Dan L, C, D, dan M yang secara urut mewakili
50,100,500, dan 1000, yang merupakan modifikasi dari simbol V dan X. Oleh karena
itu, Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana
setiap huruf melangbangkan / memiliki arti angka tertentu.

Gambar 9. Penyimbolan angka yang terinspirasi dari bentuk tangan


Sekarang ini angka romawi dapat dengan mudah ditampilkan pada jari-jari
dari satu tangan, menghitung jempol = 5, yang lain = 1, maka V adalah sosok sesuai
dengan menyisihkan ibu jari dan tangan mengepal dalam bentuk dan makna sesuai
dengan nomor "nol" (Roma dan Yunani ia tidak menulis, tapi itu benar-benar nol.)
Seperti dapat dilihat, penulisan angka Romawi adalah representasi yang
disederhanakan dari angka-angka yang dihasilkan oleh hitungan dengan jari.
tangan kanan:

Di tangan kiri menunjukkan puluhan, sehingga ibu jari tangan kiri diatur ke 50
(L simbol Romawi - kependekan dari bahasa Latin "laeva homo" - tangan kiri), dan
sisanya - 10 (Roman simbol X, yang terdiri dari dua V, yaitu, X = V + V = 5 +5).
tangan kiri:
Pembentukan angka romawi
Untuk menulis angka Romawi, digunakan sistem penjumlahan : V + I + I = VII (7)
atau C + X + X + I (121), dan juga sistem pengurangan: IX (I sebelum X = 9), XCIV
(X sebelum C = 90 dan I sebelum V = 4, 90 + 4 = 94). Angka latin digunakan untuk
perhitungan hingga akhir abad XVI.

Aturan dalam bilangan romawi


a.   Aturan penjumlahan bilangan romawi
Untuk membaca bilangan romawi, dapat diuraikan dalam bentuk penjumlahan.
Contoh :
II =I+I
      =1+1
     = 2  Jadi, II dibaca 2
LXXVI = L + X + X + V + I
               = 50 + 10 + 10 + 5 + 1
               = 76  Jadi, LXXVI dibaca 76
CXXXVII =  C + X + X + X + V + I + I
                    = 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1
                    = 137,  Jadi CXXXVII dibaca 137

Dalam aturan ini semakin ke kanan, nilainya semakin kecil dan tida ada
lambang bilangan dasaryang berjajar lebih dari tiga. Sehingga, dalam membaca
bilangan romawi dalam aturan ini adalah sebagai berikut :
·                Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka
lambang-lambang romawi tersebut dijumlahkan.
·          Penambahannya paling banyak tiga angka
b.   Aturan Pengurangan Bilangan  Romawi
Dari aturan ini terdapat :
·          Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka
lambang-lambang romawi tersebut dikurangkan
·          Pengurangan paling banyak satu angka
Contoh :
IV =V–I
      =  5 – 1
      = 4 , Jadi IV dibaca 4
IX =  X – I
       = 10 – 1
       = 9, Jadi IX dibaca 9
XL =L–X
        = 50 – 10
        = 40 , Jadi XL dibaca 40

c.   Aturan Gabungan
Selain aturan penjumlahan dan pengurangan terdapat juga aturan gabungan,
dimana aturan penjumlahan dan pengurangan dapat digabung sehingga bisa lebih jelas
dalam membaca lambang bilangan romawi.
Contoh :
XIV =X+(V–I)
         = 10 + ( 5 – 1 )
           = 10 + 4 = 14, Jadi XIV dibaca 14
MCMXCIX =M+(M–C)+(C–X)+(X–I)
                        = 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 10 – 1 )
                        = 1000 + 900 + 90 + 9
              = 1999,  Jadi MCMXCIX dibaca 1999

d.   Cara Menuliskan Bilangan Romawi 


Cara menuliskan lambang bilangan romawi yaitu dengan aturang-aturan yang ada
dalam bilangan romawi tersebut.
Contoh :
24 = 20 + 4
     = ( 10 + 10 ) + ( 5 – 1 )
     = XX + IV
     = XXIV , Jadi lambang bilangan romawi 24 adalah XXIV
139 = 100 + 30 + 9
       = 100 + ( 10 + 10 + 10 ) + ( 10 – 1 )
       = C + XXX + IX
       = CXXXIX, Jadi bilangan romawi 139 adalah CXXXIX
1496 = 1000 + 400 + 90 + 6
         = 1000 + ( 500 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 5 + 1 )
         = M + CD + XC + VI
         = MCDXCVI, Jadi bilangan romawi 1496 adalah MCDXCVI 
Kelemahan dan kekurangan angka romawi kuno
Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :
1. Tidak ada angka nol / 0
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja

Anda mungkin juga menyukai