Disusun untuk memenuhi tugas individi Pendidikan Dasar Matematika yang diampu
oleh Dr. Riyadi, M. Pd
Disusun Oleh :
Pratiwi Puspita Rini
K7115128/32
IB
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan rahmat-
Nya, akhirnyacr penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis ucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang baik secara langsung maupu tidak langsung telah
membantu proses penulisan makalah in dari awal hingga akhir.
Seperti yang kita tahu, matematika adalah hal yang tidak bisa lepas dari
kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis hendak
menyampaikan masalah tentang bilangan yang ada di dalam kehidupan kita. Bilangan
suddah ada sejak dahulu kala. Berawal dari masa prasejarah dimana orang
menggambar didinding melalui lambang-lambang yang memiliki arti tertentu. Hingga
angka bilangan yang kita kenal sekarang ini.
Semoga makalah yang membahas tentang “Makalah Sejarah BilanganDan
Sistem Numerasi” dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
BILANGAN DAN NUMERASI
1
A. PENGERTIAN BILANGAN
B. PENGERTIAN NUMERASI
2
BAB II
SISTEM ANGKA
3
dengan jari, seratus ribu dengan ikan burbot atau kecebong, dan satu juta
dengan orang.
Sistem hieroglyph dan sistem hieratic pernah digunakan secara
bersamaan oleh bangsa Mesir Kuno selama 2000 tahun. Sistem hieroglyph
digunakan pada pahatan batu sedangkan sistem hieratic digunakan pada
daun papyrus. Terdapat dua sumber utama mengenai sistem numerasi Mesir
Kuno ini, yaitu papyrus Moscow yang ditulis sekitar tahun 1850 SM dan
papyrus Rhind yang ditulis sekitar tahun 1650 (Abdussakir, 2009:39-40).
Ciri-ciri dari sistem numerasi Mesir Kuno yaitu suatu bilangan
yang sama dan ditulis dengan beberapa cara. Dengan perkataan lain,sistem
Mesir tidak mengenal tempat. Dengan sistem Mesir ini, juga dapat dilakukan
penjumlahan. Simbol-simbol dalam Mesir Kuno dapat diletakkan dengan urut
sembarang. Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan
didasarkan pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1,
10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-tiap
simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan yang
diinginkan, sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan
ratus, simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali. Karena metode
perhitungan mereka tidak dapat menghitung pecahan dengan pembilang lebih
besar daripada satu, pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai jumlah dari beberapa
pecahan. Sebagai contohnya, pecahan dua per tiga (2/3) dibagi menjadi
jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini dibantu oleh tabel nilai [pecahan] standar.
Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif khusus.
4
hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia”
karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada
zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad,
sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari
tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar,
persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers
perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel
perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat
sampai lima tempat desimal. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem
bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan
bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6)
derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada
5
busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat
yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan
nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem decimal.
6
C. System Numerik Suku Maya (± 300 SM)
7
Untuk mendapatkan semua angka yang lain, Suku Maya hanya
menggunakan 20 simbol dari angka 0 hingga 19. Sistem basis 10 mempunyai
nilai tempat berikut: 1, 101, 102, 103, dll. Maka sistem basis 20 mempunyai nilai
tempat seperti berikut: 1, 201, 202, 203, dll. Meskipun demikian, suku Maya
mempunyai satu penyimpangan dari basis 20. Nilai tempatnya adalah 1, 20,
20.18, 202.18, 203.18, dll.
Oleh karena itu, suku Maya lebih berminat menghitung hari dan
kalender tahunan mempunyai 360 hari, karena lebih sesuai dengan nilai digit
ketiga terkecil yaitu 20.18 = 360 dan bukan 20.20 = 400. Suku Maya menyusun
angka mereka untuk menandakan nilai tempat berbeda. Prinsipnya dapat dilahat
gambar berikut:
8
Jumlah 31.781.148 adalah nilai dalam basis 10. Angka yang ditulis
dengan ringkas dalam sistem Maya yaitu 11.0.14.0.17.8 dimana angka yang
ditulis adalah angka untuk nilai temapt.
Ada dua kelebihan dengan menggunakan sistem ini, yaitu:
a. Mudah menunjukkan angka yang lebih besar.
9
D. Sistem Numerik Yunani Kuno (300SM)
Sistem numerasi attic ini hanya mempunyai sifat adiktif saja, tanpa
mempunyai nilai tempat. Sistem numerasi ionic setelah digunakan sitem
numerasi attic, barangkali mulai dipakai di yunani pada awal abad ke-VIII
sebelum masehi.
System numerasi ionic jauh lbih maju apabila dibandingkan dengan
system numerasi attic. System ini menggunakan alphabet yunani sebagai
lambing bilangan, yaiu Sembilan huruf untuk melambangkan bilangan satu
sampai bilangan Sembilan, Sembilan huruf untuk melambangkan kelipatan
sepuluh yang lebih kecil dari seratus dan sembilan huruf lagi untuk
melambangan kelipatan seratus yang lebih kecil dari seribu. Semula alphabet
yunani ini hanya terdiri dari 24 saja kemudian ditambahkan denan tiga huruf
lain. System numerasi ionic keseluruhannya adalah sebagai berikut :
1 = A (alpha) 10 = I (ioto) 100 = P
(rho)
2 = B (beta) 20 = K (kappa) 200 = ∑
(sigma)
Untuk melambangkan bilangan 1000 sampai dengan 10000
digunakan satu sampai Sembilan denan emberikan aksen (‘) diatasnya. Untuk
bilangan pecahan system numerasi yunani ini tidak sebaik untuk bilangan
bulat.seperti halnya dengan bangsa mesir dan ifessopotania, bangsa yunani
kuno hanya membuat unit-unit pecahan yang sederhan saja dan tidak berlaku
umum, karena nampaknya mereka menghindarkan penggunaan pecahan
secara berlebihan. Ini kadang sangat meragukan, karena labang untuk 30 ¼
adalah sama dengan lambang untuk 1/34.
10
E. Sistem Numerasi Bangsa Cina
Sistem angka Jepang adalah sistem nama nomor yang digunakan
dalam bahasa Jepang .Angka-angka Jepang dalam menulis seluruhnya
didasarkan pada angka Cina dan pengelompokan sejumlah besar
mengikuti Cina tradisi pengelompokan oleh 10.000. Dua set pengucapan
untuk angka ada di Jepang: salah satu didasarkan pada Sino-Jepang (on'yomi)
pembacaan dari karakter Cina dan yang lainnya didasarkan pada
Jepang kotoba Yamato (kata asli, kun'yomi bacaan). Ada dua cara penulisan
angka dalam bahasa Jepang, di angka Arab (1, 2, 3) atau di angka Cina(一,二,
三 ). Angka Arab lebih sering digunakan dalam menulis horisontal , dan
angka Cina lebih umum dalam menulis vertikal .
11
adalah matematika langsung dalam artian dalam bentuk hasil karya atau
penerapan matematika itu sendiri. Sebagai contoh, Penyelesaiaan matematika
dalam hal pembayaran bunga dan soal-soal bunga (rente), penyelesaian
pembagian harta waris, pembentukan kalender, dll. Geometri terapan sebagai
contoh Telah dimilikinya rumus menghitung segitiga, terutama segitiga sama
sisi yang rumus aproksimasinya adalah ½ 3/5 a kuadrat.
Untuk menghitung bangsa Romawi kuno menggunakan sabak. Sabak
dipakai dengan menggunakan kerikil yang berada diatas dan dibawah garis
pemisah ditandai dengan angka Romawi menurut kolom-kolomnya. Setiap
kerikildibawah garis dikolom paling kanan dihitung sebagai satuan , dan
setiap kerikil di atas garis bernilai lima. Jika hitungannya bernilai 10 , sebuah
kerikil dibawa ke sebelah kiri . Tabel dibawah memperlihatkan hitungan
sebesar 256.317 domba.
Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan
modernisasi sistem adisi dari sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem
yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat
terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol. Sistem Romawi sudah ada
sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini belum
lama dikembangkannya.
Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah “IV” yang
sebelumnya adalah “IIII”. Lambang untuk 50 = L pernah bentuknya ^, û, dan
¯. Lambang 100 = C.
12
Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan
angka yang disebelah kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka
yang berada di sebelah kirinya, maka arti penulisan lambang bilangan itu
adalah jumlahnya. Misalnya angka 4 dalam Romawi IV, I mewakili bilangan
yang lebih kecil dari bilangan yang diwakili oleh V. Sedangkan angka I ditulis
disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 – 1 yang sama dengan 4.
Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan
X. X hanya dapat dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan
dari D dan M. Misalnya bilangan “99”, tidak dituliskan sebagai 100 – 1 yaitu
dalam Romawi IC, namun dituliskan sebagai 90 + 9 = (100 – 10) + (10 – 1)
yaitu XCIX. Sistem numerasi Romawi ini menggunakan dasar sepuluh. Jadi
tidak ada tulisan VV untuk melambangkan 10, tetapi harus X.
13
Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka
kecil, maka dibuat pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di
atas simbol angka Romawi, (kecuali I).
14
G. Sistem Numerasi Bangsa Hindu Arab(300 SM – 750 M)
15
Pada tahun 711, tentara Arab menyerang sampai Spanyol dan
mendudukinya beberapa ratus tahun. Kerajaan Islam yang demikian luas
kemudian terpecah dua menjadi Kalifah Barat berpusat di Cordova (775-
1495) di bawah kekuasaan dinasti Ummayah dan Kalifah Timur di Bagdad di
bawah kekuasaan dinasti Abbasiah (749-1258). Salah seorang dari dinasti
Abbasiah ialah Kalif Al-Mansyur (754-775) membawa karya-karya
Brahmagupta dari India ke Bagdad kira-kira tahun 766 dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Dari karya itulah angka Hindu masuk ke dalam
Matematika Arab.
Kira-kira tahun 825, seorang ahli Matematika Persia bernama Al-
Khawarizmi menulis buku tentang Aljabar yang antara lain berisi tentang
sistem bilangan Hindu secara lengkap. Kemudian buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada abad 12 dan buku-bukunya berpengaruh di Eropa.
Terjemahan inilah yang memperkenalkan sistem bilangan Hindu-Arab ke
Eropa.
DAFTAR PUSAKA
16
Anonim. 2015. http://streamzon3.web.id/stream-sistem-bilangan-maya.
Diakses pada 13 September 2015
Anonim. 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Angka_Romawi. Diakses
pada 13 September 2015.
Bambang. 2010. http://bambang1988.wordpress.com/matematika-
yunani-kuno. Diakses pada 13 September 2015
Hanafiah, Siti. 2011. http://fian34.blogspot.com/Sistem-Bilangan-
Zaman-Mesir-Kuno. Diakses pada 13 September 2015
Rants, Nihongo. http://anmsid.blogsome.com/Mengenal_angka. Diakses
pada 13 September 2015
17