Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Numerasi

Pengertian Angka, Bilangan, dan Nomor

Disusun Oleh :
1. Margaretha Intan P. (K7119154)
2. Mifta Nur Aini D. (K7119162)
3. Nadya Novitasari (K7119180)
4. Niken Shelma F. (K7119193)
5. Petrus Rinto J. N. (K7119208)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SEPTEMBER 2019
A. PENGERTIAN

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan. Lambang
yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.

1. Pengertian Angka (Digit)

Angka adalah suatu simbol yang digunakan untuk melambangkan suatu nilai bilangan.
Misalnya:

Angka arab barat: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, …

Angka romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IIX, IX, X, …

Setiap angka merupakan simbol yang merepresentasikan suatu nilai bilangan.

2. Pengertian Bilangan

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-
tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.

3. Pengertian Nomor

Nomor biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan
bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya kata 'nomor 3'
menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, ..., dst. Kata
"nomor" sangat erat terkait dengan pengertian urutan.

B. SEJARAH SISTEM NUMERASI

Menurut sejarah ketika manusia mulai mengenal tulisan (zaman sejarah) dan melakukan
kegiatan membilang atau mencacah, mereka bingung bagaimana memberikan lambang
bilangannya. Sehingga kemudian dibuatlah suatu sistem numerasi yaitu sistem yang terdiri
dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan). Sistem numerasi adalah
aturan untuk menyatakan/menuliskan bilangan dengan menggunakan sejumlah lambang
bilangan.
Sistem Numerasi Mesir Kuno (±3000 SM)

Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertasyang disebut
papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis
pena sengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering diesebut tulisan
Hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada
batu atau potongan kayu.Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400
S.M.

Sistem Numerasi Babilonia (±2000 SM)

Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang terbuat
dari tanah liat (clay tablets). Tulisan atau angka Babilonia sering disebut sebagai tulisan paku
karena berbentuk seperti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan
tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara
manekankannya pada lempengan tanah yang masih basah sehingga dihasilkan cekungan
segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Pertama kali orang yang mengenal
bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.

Sistem Yunani Kuno (±600 SM)

Zaman keemasan bangsa yunani kuno diperkirakan terjadi pada tahun 600 S.M Bangsa
Yunani telah mengenal huruf dan angka yang ditandai dengan tulisan-tulisan bangsa Yunani
pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat kaku dan kuat.

Sistem Numerasi Maya (300 S.M)

Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan
lingkaran kecil dan garis-garis. Alat tulis yang diapakai yaitu tongkat yang penampangnya
lindris (bulat), sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas
lingkaran atau dengan meletakkan tongkat mereka sehingga berbekas garis.

Sistem Numerasi Cina (±200 SM)

Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya
berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi.

Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)


Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas.
Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka
Cina disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Bangsa Cina menggunakan tiga sistem penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan dua
lainnya menggunakan penomoran bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan untuk
keperluan komersil dan financial demi menghindari pemalsuan.

Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda dalam
pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem angka Arab mulai
digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi
bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu
puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan
pengelompokan 3 digit gaya barat.

Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)

Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi, yang memiliki
beberapa lambang dasar yaitu l, V, X, L, C, D, dan M yang masing-masing menyatkan
bilangan 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Sistem ini merupakan adaptasi dari angka Etruscan.
Penggunaan angka Romawi bertahan sampai runtuhnya kekaisaran Romawi, sekitar abad ke-
14, dan kemudian sebagian besar digantikan oleh sistem Hindu-Arab.

Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)

Bangsa Hindu pada tahun 300 S.M diperkirakan sudah mempunyai angka- angka dengan
menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal bilangan nol. Mereka mulai
menggunakan sistem nilai tempat dan mengenal bilangan nol diperkirakan terjadi pada tahun
500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang
dipengaruhi oleh banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang
artinya sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.

Sistem Hindu-Arab berasal dari india sekitar 300 S.M dan mengalami banyak perubahan
yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar tahun 750
sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulis dalam buku
karangan matematisi arab yang bernama Al- Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi De
Numero Indorum.
Kesimpulan

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan, Lambang
yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.

Sejarah mengenai bilangan perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
bisa lepas dari sesuatu yang bernama angka. Angka tersebut merupakan salah satu kerabat
dari bilangan. Selain menambah wawasan, kita bisa sambil belajar kembali.

Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem ijir (tallies) yang didasarkan
pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin kompleks
menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang berlaku di beerbagai
belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia (sekarang Timur Tengah), Mayan (Amerika Tengah),
Yunani, Cina-Jepang, dan Romawi.

Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang merupakan
perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan karena dianggap masih
mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.

Daftar Pustaka

http://sistemnumerasi.blogspot.com/2016/ , 4 September 2019 12.40

https://www.advernesia.com/blog/matematika/angka-dan-bilangan/ , 4 September 2019 13.15

https://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan , 4 September 2019 13.36

Anda mungkin juga menyukai