Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH DAN

FILSAFAT
MATEMATIKA
OLEH :

KELOMPOK 1
1. MEI KURNIAWATI TELAUMBANUA
2. ERLI SUSANTI TELAUMBANUA
3. JULIANI GEA
4. FARIS KURNIAWAN BATE`E
PERKEMBANGAN SISTEM
A NUMERASI
SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN MATEMATIKA
FILSAFAT B BABILONIA DAN MESIR
MATEMATIKA
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
C ALIRAN PYTHAGORAS
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan


pokok untuk menuliskan bilangan atau lambang yang
menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang
bilangan.
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
1.Sistem Numerasi Turus
Salah satu sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem turus.
Sistem ini menggunakan simbol tongkat “|“ untuk menyatakan suatu bilangan.
Misalnya | | | | | |, menunjukkan bilangan 6 ternak.
Hingga saat kini pun kita masih menggunakan sistem turus ini, misalnya untuk
mencatat skor suatu pertandingan olahraga.
Sebagai ilustrasi :5 dan | | | | |, merupakan simbol-simbol yang menunjukkan
bilangan yang sama.
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
2. Sistem Numerasi Mesir Kuno
Sistem numerasi ini merupakan salah satu pelopor dan sistem penjumlahan yang
tercatat dalam sejarah yaltu ± 3000 S.M (Glenn, John and Litter, Graham dalam A
Dictionary of Mathematics, 1984, p.58). Tulisan pada jaman Mesir (± 650 S.M)
ditulis pada papyrus (dari kata papu, yaitu semacam tanaman) atau pada perkamen
(kulit kambing).
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Sistem numerasi ini menggunakan simbol berupa gambar-gambar :

Simbol-simbol dalam sistem Mesir dapat diletakkan dengan urutan sebarang,


sehingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sama dapat ditulis dengan
beberapa cara. Dengan perkataan lain, sistem Mesir tidak mengenal nilai tempat
(sedang dalam sistem yang kita gunakan, 43 nilainya berbeda dengan 34).
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Contoh : 43 ditulis sebagai :
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
3. Sistem Numerasi Babilonia
Sistem numerasi Babilonia ini digunakan kira-kira 3000 S.M - 0 S.M (Glenn,
John and Litter, Garaham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984 p.13).
Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang
terbuat dan tanah liat (clay tablets). Simbol baji “V” digunakan untuk menyatakan 1
dan simbol “<” untuk 10. Kedua simbol tersebut digunakan untuk menyatakan
bilangan-bilangan 1 - 59, yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol itu secara
berulang.
Contohnya : <<<VVVVV berarti : 35
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Selanjutnya untuk menyatakan 60 dan 1 ditulis dengan symbol yang sama, yaitu “v”. Beda antara
60 dan 1 ditunjukkan dengan adanya jarak yang agak jauh di antara simbol-simbol itu.
Contohnya :
A) v <v berarti 1.60+11 = 71
B) vv vv berarti 2.60+2 = 122
C) v<<<v berarti 11.60+21 = 681

Ciri-ciri dan sistem babilonia :


A) menggunakan bilangan dasar (basis) 60.
B) menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
C) simbol-simbol yang digunakan adalah v dan <
D) tidak mengenal simbol 0 (nol).
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
4. Sistem Numerasi Maya
Sistem ini menggunakan basis 20, tetapi bilangan kelompok kedua adalah
(18)(20) sebagai ganti dari (20)2, bilangan kelompok ketiga adalah (18)(20)2
sebagai ganti dari (20), dan seterusnya (18)(2O)n. Bilangan-bilangan di bawah
basis (20) ditulis secara amat sederhana dengan titik (kerikil) untuk satu dan tangkai
(“__“) untuk lima.
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Ciri-ciri sistem numerasi Maya:
a) Menggunakan basis 20
b) Mengenal simbol 0 yaitu (8 )

c) Ditulis secara tegak atau vertikal


PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
5. Sistem Numerasi Romawi (± 500 SM - 1600)
Sistem numerasi Romawi ini menggunakan basis 10. Pada dasarnya, sistem
Romawi ini merupakan sistem penjumlahan dan sistem perkalian. Jika simbol-
simbol sebuah angka mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan, maka nilai
angka tersebut dijumlahkan. Sebaliknya jika sebuah angka mempunyai nilai yang
naik dari kiri ke kana, maka nilai angka tersebut dikurangkan. Dalam hal
pengurangan, sebuah angka tidak pernah ditulis lebih dari 2 simbol, misalnya IV,
IX, XL, CD, CM.
Contoh :
CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi dijumlahkan).
XC = 100 - 10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan).
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Posisi dari sebuah simbol/huruf menduduki tempat yang penting, karena CX dan
XC merupakan dua angka yang berbeda, yaitu 110 dan 90. Tetapi walaupun
demikian, sistem Romawi ini tidak menggunakan nilai tempat. Hingga saat ini
sistem Romawi ini masih sening digunakan.
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
Dalam sistem Romawi, penulisan sebuah bilangan tidak boleh menggunakan lebih
dari 3 simbol yang sama secara berurutan.
Contoh :
4 ditulis IV dan bukan IIII
9 ditulis IX dan bukan VIIII

Untuk menulis sebuah bilangan yang besar digunakan. simbol garis (“_“) di
atas simbol yang bersangkutan, misalnya V berarti 5 dikalikan 1000, atau 5000.
Lambang V berarti 5 dikalikan 1.000.000, atau 5.000.000.
Jadi sebuah simbol yang dibeni tanda garis di atasnya menunjukkan sebuah
bilangan yang ditunjukkan simbol tersebut dikalikan dengan 1.000. Jika tanda
garisnya dua buah, maka dikalikan dengan 1.000.000, demikian seterusnya.
PERKEMBANGAN
SISTEM NUMERASI
6. Sistem Numerasi Arab-Hindu (mulai dipakai ± tahun 1000)
Ciri-ciri sistem Arab-Hindu:
a) Menggunakan basis 10
b) Menggunakan nilai tempat
c) Menggunakan angka : 1, 2, 3, 4, . . . , 9
d) Mengenal simbol “0” (nol)
Karena sistem ini menggunakan basis 10 maka disebut juga sebagai sistem
desimal.
Sistem desimal ini menggunakan ide nilai tempat, misalnya 492 :
4 menunjukkan 4 buah himpunan seratusan (400)
9 menunjukkan 9 buah himpunan sepuluhan (90)
2 menunjukkan 2 buah himpunan satuan (2)
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
1. Perkembangan Matematika Babilonia
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama
kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik,
Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk
membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad,
sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan
langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia
diturunkan lebih dari pada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.
Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam
tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya
rumahan.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak
tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan
soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode
ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800
sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topikpecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik,
dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.
Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan
linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran
bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.Matematika Babilonia ditulis
menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Melalui keunggulan orang
Babylonia pada bidang astronomi, sistem perhitungan berbasis 60 mereka masih ada
sampai sekarang, yakni dengan diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Bilangan 60 digunakan untuk menyatakan waktu, sejam 60 menit, semenit
60 detik. Bilangan 60 ini digunakan pertama kali oleh bangsa Sumeria, jadi mereka
berhitung dengan basis 60 atau disebut juga Sexagesimal. Alasan kenapa digunakan
bilangan 60 adalah bilangan ini bilangan terkecil yang bisa dibagi oleh enam angka
pertama yaitu: 1,2,3,4,5,6.Jadi dengan mudah kita bisa terbayang: 1/2 jam = 30 mnt, 1/3
jam = 20 menit, 1/4 jam = 15 menit, dst. Alasan lain juga karena sistem bilangan yang
paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem
bilangan berbasis 10.
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku
karena bentuknya seperti paku.Orang Babilonia menulisakan huruf paku menggunakan
tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara
menekannya pada lempeng tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan
segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR

Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua, tiga untuk
tiga, dan seterusnya, sampai sembilan. Namun, mereka cenderung untuk mengatur
simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai kesepuluh, ada terlalu
banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang berbeda. Sebelas
itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dua puluh itu sepuluh dan sepuluh.
Untuk simbol enam puluh tampaknya persis sama dengan yang satu. Enam puluh satu
adalah enam puluh dan satu, yang karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
2. Perkembangan Matematika Mesir
Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir.
Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan
Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir
berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa
Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal
dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih
tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual
instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan
cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti
bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes
dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara
menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau
soal cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Sistem penulisan orang – orang mesir menggunakan simbol Hieroglif dan Hieratic :
Hieroglif adalah gambar kecil yang mewakili kata-kata. Misalnya, untuk
menggambarkan dengan kalimat “Aku mendengar anjing menggonggong” mungkin
diwakili oleh : ”Mata”, “telinga”, “kulit pohon” + “kepala mahkota”, “anjing”. Simbol
yang sama mungkin berarti sesuatu yang berbeda dalam konteks yang berbeda, Jadi
“mata” mungkin berarti “melihat” sementara “telinga” mungkin berarti “suara”. Orang
Mesir memiliki system bilangan basis 10 hieroglif. Dengan ini berarti bahwa mereka
memiliki symbol terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhribuan,
ratusribuan, dan jutaan. Berikut ini adalah angka hieroglif.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Cara penulisan angka Hieroglif
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi
1, dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka
hieroglif agak berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum mempunyai
style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah penemuan tulisan
di papirus, terdiri dari angka hieratic.
Angka ini memungkinkan bilangan ditulis dalam bentuk yang jauh lebih
rapi dari sebelumnya saat menggunakan sistem yang membutuhkan lebih banyak simbol
yang harus dihafal.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
BABILONIA DAN MESIR
Berikut adalah versi dari angka hieratic.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS
Pythagoras (569-500 SM) lahir di Pulau Samos di
Yunani, semasa hidupnya ia sering melakukan
perjalanan, yaitu diantaranya ke Mesir. Perjalanan
Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk
usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-
imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar
biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak
sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid.
Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh
para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam
misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-
imam Caldei untuk belajar Astronomi, mempelajari
Logistik dan Geometri dari imam-imam phoenisia, serta
mempelajari ritus-ritus mistik dari para Magi.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos.
Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes,
ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah
tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean. Disini
Pythagoras mengajarkan beberapa keyakinan, yaitu :
1.Pada tingkatan paling dalam, realitas adalah matematika alami (natural)
2. Filosofi dapat dipergunakan untuk pemurnian spiritual.
3. Jiwa dapat bangkit untuk bersatu dengan Tuhannya.
4. Simbol-simbol tertentu mempunyai makna mistis.
5. Semua yang mempunyai hubungan saudara saling menjaga kerahasiaan dan
kesetiaan.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS

Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran


Phytagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri
yang telah mengatakan demikian). kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup
bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu
pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi mahir, sehingga
luput dari perpindahan jiwa terus-menerus.
Diantara pengikut-pengikut Phytagoras di kemudian hari berkembang dua aliran.
Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar; peraturan), mereka
mengindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Sementara
yang kedua disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan), mereka mengutamakan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS

Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak
dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum
Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga
dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar
terjadi keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan
bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka segalanya bisa
dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional dan teratur,
melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan
kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS
Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda atau number
rules the universe (bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok soal
matematika yang termasuk teori bilangan. Ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar
dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula
segala sesuatu, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih
sempurna dari pada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).
Berikut ini adalah rumus phytagoras dan pembuktiannya :
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ALIRAN PYTHAGORAS
Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat gambar sebuah persegi besar,
kemudian gambarlah sebuah persegi kecil di dalam persegi besar tersebut, seperti gambar
berikut:

Perhitungannya :
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
(b+a).(b+a) = c . c + 4 . 1/2 b.a
b2 + 2 b.a + a2 = c2 + 2 b.a
b2 + a2 = c2 + 2 b.a - 2 b.a
b2 + a2 = c2

Anda mungkin juga menyukai