NIM : 4193311055
Jawab:
dan bukan
seperti dalam sistem desimal (sistem bilangan dengan dasar 10) yang kita
gunakan.
Kelemahan dari sistem bilangan hieroglif bangsa Mesir kuno tampak dengan
jelas. Bahkan, penulisan biilangan-bilangan yang kecil menuntut relatif
banyak simbol (untuk menuliskan 999, misalnya, diperlukan tidak kurang
dari 27 hieroglif); dan bersama setiap perpangkatan baru dari 10, sebuah
simbol perlu diciptaka. Di sisi lain, notasi numerik bangsa Babilonia
menekankan dua karakter baji. Baji tegak sederhana memiliki nilai 1 dan
dapat digunakan sembilan kali, sedangkan baji lebar yang menghadap ke
samping mewakili 10 dan boleh digunakan sampai 5 kali. Bangsa Babilonia,
menempuh jalur yang sama seperti bangsa Mesir kuno, membuat bilangan-
bilangan lain dari kombinasi simbol- simbol tersebut, masing-masingnya
digunakan sebanyak yang diperlukan. Saat kedua simbol digunakan
bersamaan, simbol-simbol yang melambangkan puluhan ditempatkan di kiri
simbol-simbol satuan, misalnya
bahwa sebuah tempat seksagesimal hilang, tetapi aturan ini tidak diterapkan
secara ketat dan kebingungan dapat timbul darinya. Orang yang menyalin
tablet mungkin saja tidak melihat spasi kosong tersebut, dan menempatkan
simbol- simbolnya berdekatan, dan dengan demikian mengubah nilai
bilangannya (hanya dalam sistem nilai tempatlah keberadaan suatu spasi
kosong perlu dirumuskan dengan jelas, jadi bangsa Mesir tidak mengalami
masalah dengan ini). Sejak 300SM, sebuah simbol tersendiri
kelipatan dari 60 atau 602 atau bahkan kelipatan dari 1/60. Nilai dari simbol
2 24yang dalam bentuk cuneiform adalah
Dapat ditafsirkan
sebagai2.60 + 24 =
144
Tetapi, interpretasi lain pun
mungkin, misalnya2.602 + 24.60 =
8640
Atau jika dimaksudkan sebagai sebuah pecahan
24 2
2 + =2
60 5
Dengan demikian, bangsa Babilonia kuno tidak pernah mencapai suatu sistem
nilai tempat yang absolut. Representasi bilangan mereka mengungkapkan
urutan relatif angka-angka, dan konteks sajalah yang menentukan besarnya
bilangan yang dituliskan dalam skala seksagesimal itu. Oleh karena dasar dari
sistem bilangan mereka sedemikian besar, nilai bilangan yang mereka
maksudkan biasanya terungkap dengan jelas. Namun demikian, untuk
mengatasi kekurangan tersebut, mari kita buat kesepakatan untuk
menggunakan tanda titik koma sebagai pemisah bilangan bulat dari pecahan,
sedangkan semua tempat seksagesimal lainnya akan dipisahkan satu sama
lain dengan tanda koma. Dengan aturan ini, 25,0,3;30 dan 25,0;3,30 secara
berurutan akan berarti
30
25.602 + 0.60 + 3 + 30 = 90.0031 dan 25.60 + 0 + 3
+ = 1500 7
60 2 60 602 120
Catatan: tanda titik koma maupun tanda koma tidak memiliki simbol-
simbolyang berhubungan dengannya dalam teks cuneiform aslinya.
Bangsa Babilonia yang terbebaskan oleh sistem bilangan mereka yang luar
biasa dari proses perhitungan yang membosankan menjadi penyusun tabel-
tabel aritmetika yang tidak kenal lelah, beberapa dari tabel itu memiliki
kerumitan dari tingkatan yang luar biasa. Tabel-tabel yang begitu banyak
berisi kuadrat dari bilangan 1 sampai 50, dan juga pangkat tiga, akar kuadrat,
dan akar pangkat tiga dari bilangna-bilangan tersebut. Sebuah tablet yang
disimpan di museum Berlin berisi daftar-daftar yang tidak hanya
menunjukkan n2 dan n3 untuk n=1,2,3,…..,20,30,40,50 tetapi juga jumlah dari
n2+n3. Diduga bahwa daftar ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan
pangkat tiga yang telah diturunkan menjadi bentuk x3 + x2 = a. Kumpulan
tablet lain terkait dengan bilangan-bilangan kebalikan. Format baku dari tabel
sejenis ini menggunakan dua kolom bilangan, seperti berikut ini:
4 15
5 12
6 10
8 7;30
9 6;40
10 6
12 5
15 4
16 3;45
18 3;20
di mana hasil kali dari tiap pasang bilangan selalu 60. Dalam hal ini, tiap
pasang bilangan terdiri atas sebuah bilangan pada kolom bagian kiri dan
kebalikanseksagesimalnya pada sisi kanan. Tabel ini memiliki kekurangan di
dalamnya; bilangan yang hilang adalah 7,11,13,14, dan beberapa lagi lainnya.
Alasannya bahwa hanya pecahan seksagesimal finit yang masuk akal bagi
orang Babilonia, dan bahwa kebalikan dari bilangan yang tidak
beraturan itu merupakan
seksagesimal tak berujung. Misalnya pada perluasan seksagesilam untuk 1
=
7
tak hingga saat diperluas ke bentuk desimal). Bila sebuah bilangan tidak
beraturan seperti 7 muncul dalam kolom pertama, maka pernyataan yang
dibuat adalah bahwa 7 tidak membagi, dan oleh karena itu sebuah
aproksimasi diberikan.
(5,20,0,0)(0;8,34,17,8)=45,42,51;22,40
13
2,59,21,40,48,54 20,4,16,22,28,44,14,57,40,4,56,17,46,40
6019
dari pembagi, baik dari tabel maupun melalui perhitungan, mereka hanya
harus mengalikannya dengan bilangan yang akan dibagi. Untuk tujuan ini,
para penulis naskah kuno Babilonia mengguankan tabel-tabel penyelesaian
perkalian, yang hampir selalu memberikan hasil kali-hasil kali dari bilangan
tertentu saat dikalikan secara berurutan dengan 1,2,3,……,18,19,20 dan
kemudian dengan 30,40, dan 50. Pada salah satu tablet bertanggal 1500SM
terdapat tabel-tabel dari
Jawab:
“Menurut sebagian besar catatan sejarah, geometri adalah ilmu yang pertama
ditemukan diantara bangsa Mesir dan berasal dari pengukuran luas tanah
mereka. Hal ini penting bagi mereka Sungai Nil meluap dan menghapus batas
tanah-tanah milik mereka”.
Bilangan ini adalah dua ratusan, tiga puluhan, dan satu satuan:
3
tahun kemudian simbol untuk dua pertiga ditulis sebagai .
Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n dengan n adalah bilangan
bulat dan ini diwakili dalam angka hieroglif dengan menempatkan simbol
yang dikenal sebagai ro (mulut terbuka). Berikut contoh
Berikut adalah salah satu cara orang Mesir menulis angka 2765
dalam tulisan hieratic
berikut adalah cara kedua menulis 2765 dalam urutan terbalik
b. Papirus Rhind