Anda di halaman 1dari 24

Sejarah Angka Romawi

Menurut sejarah, angka romawi sudah ada sejak jaman romawi kuno. Awalnya sIstem
perhitungannya diadaptasi dari system perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu juga
dengan angka-angkanya, mirip sekali dengan angka-angka milik bangsa Etruscan
Namun, berhubung angka-angka Etruscan susah untuk ditulis maupun dibaca, akhirnya pada
abad pertengahan angka romawi di sederhanakan. Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis
angka-angka : I ^ X П 8 П . Dalam deretan angka romawi yang baru angka-angka itu berubah
menjadi : I V X L C M.

Sistem bilangan numerik adalah sebuah simbol atau kumpulan dari simbol yang
merepresentasikan sebuah angka. Numerik berbeda dengan angka. Simbol “11”, “sebelas”
dan “XI” adalah numerik yang berbeda, tetapi merepresentasikan angka yang sama yaitu
sebelas. Secara garis besar terdapat dua sistem numerik, yaitu sistem numerik berdasarkan
penambahan dan sistem numerik berdasarkan posisi. Sistem numerik yang paling sederhana
adalah Sistem numerik Unary. Sistem ini sering dipakai untuk melakukan pemilihan pada
suatu voting. Contoh dari sistem numerik Unary adalah Tally mark. Kerugiann penggunaan
dari sistem numerik Unary adalah sistem ini membutuhkan tempat yang besar. Selain sistem
numerik Unary, contoh lain dari sistem numerik berdasarkan penambahan adalah angka
Romawi. Angka Romawi atau bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari
Romawi kuno. Sistem penomoran ini memakai huruf Latin untuk melambangkan angka
numerik: ( I = 1, V = 5, X = 10, L = 50, C = 100, D = 500, M = 1000).

Angka Romawi dituliskan dengan simbol dari angka yang tersedia kemudian
ditambahkan atau dikurangkan. Untuk angka yang lebih besar (≥5.000), sebuah garis
ditempatkan di atas simbol indikator perkalian dengan 1.000. Angka Romawi sangat umum
digunakan sekarang ini, antara lain digunakan di jam, bab buku, penomoran sekuel film,
penomoran seri event olahraga seperti Olimpiade. Menurut sejarah, angka romawi sudah ada
sejak jaman romawi kuno. Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan
penomoran tersendiri yang sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti
sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana
setiap huruf melambangkan / memiliki arti angka tertentu. Awalnya system perhitungannya
diadaptasi dari sistem perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu dengan angka-angkanya,
mirip dengan tokoh ilmuwan penemu angka-angka milik bangsa Etruscan. Berhubung angka-
angka Etruscan susah buat ditulis maupun dibaca, akhirnya pada abad pertengahan angka
romawi disederhanakan.
Contoh dalam bahasa Etruscan tertulis angka-angka : I ^ X П 8 П. Dalam deretan
angka romawi yang baru angka-angka itu berubah menjadi : I V X L C M. Yang unik dalam
deretan angka romawi kalau diperhatikan tidak ada angka 0. Padahal konon konsep zero (0)
sebagai angka sudah dikenal oleh bangsa romawi sejak agama Kristen muncul karena dalam
pembuatan kalender kristiani, zero amat penting untuk menentukan hari paskah. Angka 0
diganti jadi huruf N. huruf N itu singkatan dari Nulla, sebuah kata dalam bahasa latin yang
memiliki arti Nothing alias nggak ada.

Mengenal Bilangan Romawi

Lambang bilangan romawi merupakan lambang bilangan yang digunakan bangsa


Romawi. Bilangan Romawi tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita biasa
menemukan penggunaan lambang bilangan Romawi di nama jalan, alamat rumah, nama
sekolah dan lain-lain. Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.

1. Ana tinggal bersama kedua orng tuanya di jalan H. Syamsudin III no. 33

2. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.

3. Desi menonton film bersama teman-temannya di Cinema XXI.

Secara umum bilangan Romawi terdiri dari 7 angka (dilambangkan dengan huruf)
sebagai berikut :

- I melambangkan bilangan 1
- V melambangkan bilangan 5
- X melambangkan bilangan 10
- L melambangkan bilangan 50
- C melambangkan bilangan 100
- D melambangkan bilangan 500
- M melambangkan bilangan 1000
Dari ketujuh bilangan itu, kita bisa membuat bilangan-bilangan lain. Untuk bilangan-bilangan
yang lain, dilambangkan oleh perpaduan (campuran) dari ketujuh lambang bilangan tersebut.

Membaca Bilangan Romawi

Pada sistem bilangan romawi tidak dikenal bilangan 0 ( nol ). Untuk membaca
bilangan romawi, kita harus hafal dengan benar ketujuh lambang bilangan dasar romawi.

Aturan Dalam Bilangan Romawi

1. Aturan penjumlahan bilangan romawi


Untuk membaca bilangan romawi, dapat diuraikan dalam bentuk penjumlahan.

Contoh :

1. II = I + I
=1+1
= 2 Jadi, II dibaca 2

2. LXXVI = L + X + X + V + I
= 50 + 10 + 10 + 5 + 1

= 76 Jadi, LXXVI dibaca 76

3. CXXXVII = C + X + X + X + V + I + I
= 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1

= 137, Jadi CXXXVII dibaca 137

Dalam aturan ini semakin ke kanan, nilainya semakin kecil dan tida ada lambang bilangan
dasar yang berjajar lebih dari tiga. Sehingga, dalam membaca bilangan romawi dalam aturan
ini adalah sebagai berikut :

- Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kanan, maka lambang-
lambang romawi tersebut dijumlahkan.
- Penambahannya paling banyak tiga angka

2. Aturan Pengurangan Bilangan Romawi


Dari aturan ini terdapat :
- Jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka lambang-
lambang romawi tersebut dikurangkan
- Pengurangan paling banyak satu angka
Contoh :

1. IV = V – I
= 5–1

= 4 , Jadi IV dibaca 4

2. IX = X – I
= 10 – 1

= 9, Jadi IX dibaca 9

3. XL = L – X
= 50 – 10

= 40 , Jadi XL dibaca 40

3. Aturan Gabungan
Selain aturan penjumlahan dan pengurangan terdapat juga aturan gabungan, dimana
aturan penjumlahan dan pengurangan dapat digabung sehingga bisa lebih jelas dalam
membaca lambang bilangan romawi.

Contoh :

1. XIV = X + ( V – I )
= 10 + ( 5 – 1 )

= 10 + 4 = 14, Jadi XIV dibaca 14


2. MCMXCIX =M+(M–C)+(C–X)+(X–I)
= 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 10 – 1 )
= 1000 + 900 + 90 + 9
= 1999, Jadi MCMXCIX dibaca 1999
Cara Menuluskan Bilangan Romawi

Cara menuliskan lambang bilangan romawi yaitu dengan aturang-aturan yang ada dalam
bilangan romawi tersebut.

Contoh :

1. 24 = 20 + 4
= ( 10 + 10 ) + ( 5 – 1 )

= XX + IV

= XXIV , Jadi lambang bilangan romawi 24 adalah XXIV

2. 139 = 100 + 30 + 9
= 100 + ( 10 + 10 + 10 ) + ( 10 – 1 )

= C + XXX + IX

= CXXXIX, Jadi bilangan romawi 139 adalah CXXXIX

3. 1496 = 1000 + 400 + 90 + 6


= 1000 + ( 500 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + ( 5 + 1 )

= M + CD + XC + VI

= MCDXCVI, Jadi bilangan romawi 1496 adalah MCDXCVI.

http://dillamaths.blogspot.com/2016/03/sejarah-angka-romawi.html
Sejarah Bilangan Desimal

Penemu Bilangan Desimal

Nama lengkapnya, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, lahir


di Khawarizm (Kheva, sekarang Usbekistan) sekitar 780 M. Menjelang dewasa ia
pindah ke Bagdad-Irak untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pada masa itu kota Bagdad
– Irak berada dalam masa cemerlang sebagai pusat ilmu penetahuan.
Di mata sejarah, Baghdad adalah kota yang luar biasa berharga bagi umat
manusia. Sebab, tak hanya molek dan menyimpan kekayaan peradaban masa silam,
Baghdad juga menjadi saksi tingginya kebudayaan dan semangat keilmuan yang
membawa umat manusia ke era kemajuan sains dan filsafat. Puncaknya, boleh dikata,
terjadi pada saat khalifah kelima dinasti ini, Khalifah Harun ar-Rasyid berkuasa,
.seorang khalifah Abbasiyah yang terkenal.
Tak berapa lama setelah naik tahta, Harun ar-Rasyid mendirikan Bait al-
Hikmah. Bait al-Hikmah ini merupakan lembaga yang berfungsi sebagai pusat
pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-Hikmah ternyata berhasil
melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Di antaranya, nama-nama ilmuwan
seperti Al-Khwarizmi dan Al-Battani.
Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan
terbesar pada zamannya, Al-Khwarizmi meninggal pada tahun 262 H/846 M di
Bagdad.
Al Khawarizmi adalah penulis kitab aljabar (matematika) pertama di muka
bumi. Al Khawarizmi adalah seorang ilmuan jenius pada masa keemasan Baghdad
yang sangat besar sumbangsihnya terhadap ilmu aljabar dan aritmetika. Karyanya,
Kitab Aljabr Wal Muqabalah (Pengutuhan Kembali dan Pembandingan) merupakan
pertama kalinya dalam sejarah dimana istilah aljabar muncul dalam kontesk disiplin
ilmu. Nama aljabar diambil dari bukunya yang terkenal tersebut. Karangan itu sangat
populer di negara-negara barat dan diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin
dan Italia. Bahasan yang banyak dinukil oleh ilmuwan barat dari karangan Al-
Khawarizmi adalah tentang persamaan kuadrat.
Sumbangan Al-Khwarizmi dalam ilmu ukur sudut juga luar biasa. Tabel ilmu
ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung tangen telah
membantu para ahli Eropa memahami lebih jauh tentang ilmu ini. Ia mengembangkan
tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus dan kotangen serta
konsep diferensiasi.
Selain mengarang Al-Maqala fi Hisab-al Jabr wa-al-Muqabilah, ia juga
diketahui telah menulis beberapa buku dan banyak diterjemahkan kedalam bahasa
latin pada awal abad ke-12, oleh dua orang penerjemah terkemuka yaitu Adelard Bath
dan Gerard Cremona. Risalah-risalah aritmetikanya, satu diantaranya berjudul Kitab
al-Jam'a wal-Tafreeq bil Hisab al-Hindi (Menambah dan Mengurangi dalam
Matematika Hindu), hanya dikenal dari translasi berbahasa latin. Buku-buku itu terus
dipakai hingga abad ke-16 sebagai buku pegangan dasar oleh universitas-universitas
di Eropa.
Kedua karya tersebut banyak menguraikan tentang persamaan linier dan
kuadrat; penghitungan integrasi dan persamaan dengan 800 contoh yang berbeda;
tanda-tanda negatif yang sebelumnya belum dikenal oleh bangsa Arab. Dalam Al-
Jama' wa at-Tafriq, Al-Khwarizmi menjelaskan tentang seluk-beluk kegunaan angka-
angka, termasuk angka nol dalam kehidupan sehari-hari. Karya tersebut juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Al Khawarizmi bapak algoritma. Dalam bidang aritmetika, Al-Khawarizmi
menulis kitab Al-Jam wal Tafriq bi Hisab al-Hid (Book of Addition Substraction by
the Methode Calculation). Edisi asli berbahasa Arab telah hilang, tapi versi lainnya
ditemukan pada tahun 1857 di perpustakaan Universitas Cambridge. Karya Al-
Khawarizmi itu dikenal sebagai buku pelajaran pertama yang ditulis dengan
menggunakan sistem bilangan desimal. Meskipun masih bersifat dasar, ini merupakan
titik awal penyeimbangan ilmu matematika dan sains. Terminologi algoritma,
mungkin bukan sesuatu yang asing bagi kita Di Eropa, karyanya diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin sebagai Alchwarizmi, Alkarismi, Algorithmi, Algorismi. Di
literatur barat beliau lebih terkenal dengan sebutan Algorizm. Panggilan inilah yang
kemudian dipakai untuk menyebut konsep algoritma yang ditemukannya. Para pelajar
Eropa mengaitkan Al-Khawarizmi ini dan New Arithmetic yang pada akhirnya
menjadi basis notasi angka, dimana notasi penulisan angka Arab dikenal dengan
Algorism atau Algoritma. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, kelak Al-Khwarizmi
dikenal sebagai pengembang aritmetika dan geometri. Perhitungan logaritma yang
dewasa ini digunakan secara luas di bidang komputer (sains & engineering), diketahui
berasal dari hasil pemikirannya. Al Khawarizmi adalah orang pertama
memperkenalkan angka 0 (nol) dalam dunia ilmu pengetahuan (bilangan/hitungan).
Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia
yang memperkenalkan angka nol sebagai suatu bilangan dalam ranah ilmu
pengetahuan.
'Kosong', atau 0, bukan sebarang angka, penemuannya merevolusikan
pemikiran matematik dan sains moden. Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-
Islam pada kurun kesembilan. Angka 0 baru diperkenalkan di Eropah pada awal abad
ke-13, dibawa oleh pemikir Itali, Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya
popularnya Liber Abaci. Sifar adalah kata arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga
membentuk perkataan cipher dalam bahasa Inggeris yang membawa masud "tiada
apa-apa", "simbol", "kod" atau "mesej rahsia".
Sebelum dipopularkan al-Khwarizmi, Ifrah menyebut, beberapa nombor
kosong di tulisan-tulisan pada batu ditemui antaranya prasasti tembaga Sankheda di
India pada 594, Trapaeng Prei di Kemboja (683), Kedukan Bukit, Sumatera (683),
Kota Kapor, Sumatera (686), Dinaya, Jawa (793), Po Nagar, Vietnam (813) dan
Bakul, Vietnam (829).
Di wilayah Indonesia angka 0 ditemukan pada tiga perkataan pembilangan
duaratus (200), sariwu tluratus sapulu dua (1312) dan dualaksa (20,000) pada prasasti
Kedukan Bukit pada tahun 683, perkataan sapuluh dua (12) dan dua laksa (20,000) di
prasasti Telaga Batu (Sumatera) pada 683.
Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang
mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi,
dikenal sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah
karya-karya Yunani kuno. Apakah benar hanya itu kontribusi negeri-negeri timur
(khususnya umat Islam) terhadap perkembangan matematika ? Kisah angka nol
Konsep bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia dan Yunani kuno, yang
pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-
sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta
seorang matematikawan India memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol.
Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah tetap,
demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi,
Brahmagupta menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika
berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik
penelitian pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830,
Mahavira (India) mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, dan bahkan menyatakan
bahwa "sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan
fatal. Tetapi, hal ini tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh
matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika
matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang
menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan
penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut
sebagai sistem bilangan desimal.
Kode ASCII adalah Kode Standar Amerika untuk Pertukaran Informasi atau
ASCII (American Standard Code for Information Interchange) merupakan suatu
standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex dan Unicode tetapi
ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk karakter “|”. Ia selalu
digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk menunjukkan teks. Kode
ASCII sebenarnya memiliki komposisi bilangan biner sebanyak 8 bit. Dimulai dari
00000000 hingga 11111111. Total kombinasi yang dihasilkan sebanyak 256, dimulai
dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan Desimal.

http://pakantondwilaksono.blogspot.com/2011/06/penemu-bilangan-desimal.html

Sejarah Sistem Penamaan Bilangan Indonesia

Hampir tidak ada negara di dunia yang tidak mengenal apa itu bilangan. Semuanya
mengetahui bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0. Lalu, apakah pernah kita berpikir mengapa
simbol (1) kita menyebutnya “satu”, (2) dengan sebutan “dua” hingga untuk simbol (0) kita
menyebutnya “nol”? Disini kita akan bahas mengenai sejarah dibalik penamaan-penamaan
bilangan tersebut. Terdapat beberapa pendapat mengenai sejarah dari sistem penamaan
bilangan Indonesia.
1. Berdasarkan sudut yang terbentuk

Menurut sebagian pendapat yang lebih kuat mengatakan bahwa peletak pertama
nomor adalah seorang pembuat kaca dari maghribi (sekarang adalah negara Maroko). Dalam
peletakannya itu ia membuat dasar-dasar nomor berdasarkan banyaknya jumlah sudut. Suatu
bangun yang mempunyai satu sudut diletakkan untuk pengibaratan angka satu, dua sudut
untuk angka dua, tiga sudut untuk angka tiga, dan seterusnya. Jika pemahaman di atas
digambarkan dalam sebuah gambar maka modifiksi dari gambaran di atas itu dengan model :

Terlihat sangat jelas untuk model tersebut hanya ada satu sudut yang terbentuk, dan
ada dua sudut yang dilihat dari angka (2) hingga tidak melihat sudut dari angka (0). Dari
model bilangan diatas, jika teliti secara mendetail dengan tatanan : (1) pada angka 0 dan 9
tetap pada posisinya; (2) 8, 6, 5, 4, 3, 1 diputar 90º ke kanan kecuali angka 6 putar 180º; (3)
2, 7 dibalik.

Selanjutnya jika simbol-simbol itu kita sambungkan maka akan terbentuk huruf yang
menyerupai huruf arab yaitu : ‫ حساب وهدفي‬dengan bulatan nol sebagai ibarat dari sukun yang
berada di akhir dan mempunyai arti “dan tujuanku adalah berhitung”. Uraian tersebut
menyadarkan kita bahwa dari huruf arab pun terselip hubungan-hubungan khusus dengan
angka.

2. Berdasarkan kaitan dengan huruf-huruf arab

Hampir setiap muslim hafal dengan huruf-huruf Arab (huruf hijaiyah), tetapi hanya
sedikit orang yang mengetahui urutan abjad yang benar. Selama ini kita mengenal abjad Arab
dari alif sampai ya’ urutan tersebut merupakan abjad Arab yang disusun dan dikelompokan
menurut kemiripan bentuknya. Sedangkan urutan abjad Arab yang sebenarnya adalah dari alif
sampai ghain. Dimana dari setiap huruf mempunyai nilai numerik masing-masing.

Penggunaan nilai numerik ini untuk menghitung suatu nama, Asma Allah dan ayat-
ayat Al-Qur’an. Misalnya dalam bacaan wirid-wirid Asmaul Husnah. Ternyata yang memiliki
nilai numerik 3 adalah huruf jim bukan tsa yang selama ini kita tahu. Penyebutan nilai
numerik pada huruf Arab menunjukan perhatian Al-Qur’an terhadap bidang ilmu
pengetahuan khususnya matematika. Beberapa bilangan yang disebutkan memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lain.

3. Berdasarkan kaitan dengan sistem numerasi dulu

Sebelum mengadopsi sistem bilangan Hindu Araborang menggunakan penyimbolan


dengan tangan yang ditemukan oleh bangsa Romawi (sistem numerasi Romawi). Dimana
angka satu disimbolkan dengan (I) yaitu satu jari telunjuk. Jika kita perhatikan penjelasan ini
terdapat sedikit kemiripan dengan banyaknya sudut yang terbentuk dari bilangan. Bedanya
pada Romawi memperlihatkan jumlah banyaknya jari dan bentuk yang didapat.

Pada sistem numerasi Ijir pun terlihat keterkaitannya, dimana angka satu disimbolkan dengan
goresan berbentuk tongkat dan bentuknya menyerupai angka satu. Terlihat dari setiap sistem
numerasi lain pun seperti itu, seperti Mesir dan Attika.

4. Berdasarkan pengaruh bahasa daerah

Di Indonesia ada beragam bahasa daerah yang ada, namun kita ambil dua bahasa
daerah yaitu Jawa dan Sunda.
Angka Jawa Sunda Indonesia
1 Siji Hiji Satu
2 Loro Dua Dua
3 Telu Tilu Tiga
4 Papat Opat Empat
5 Limo Lima Lima
6 Enem Genep Enam
7 Pitu Tujuh Tujuh
8 Wolu Dalapan Delapan
9 Songo Salapan Sembilan

Sistem penamaan diantara bilangan tersebut memiliki sedikit persamaan satu sama
lain seperti pada angka tiga, empat, dan lima antar dua bahasa tersebut memiliki persamaan
pengucapan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Pada tabel kita bisa melihat ternyata penamaan angka dalam bahasa Indonesia lebih
memiliki banyak persamaan dengan penamaan menggunakan bahasa Sunda dari pada bahasa
Jawa. Bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Melayu, dari segi kultural bahasa daerah lebih
duluan muncul dari pada bahasa Indonesia. Karena dari fungsi bahasa Indonesia itu sendiri
yaitu untuk mempersatukan bangsa yang memiliki keanekaragaman termasuk dalam segi
bahasa daerah. Sehingga mungkin tidak menutup kemungkitan para sastrawan dan
matematikawan dulu mempertimbangkan dari bahasa daerah khususnya Sunda untuk sistem
penamaan bilangan tersebut. Secara tidak langsung kita dapat menyimpulkan bahwa bahasa
Sunda mempengaruhi bahasa Melayu pada zaman dulu.

Dilihat dari segi sejarah bahasa Melayu lebih dulu muncul dari pada bahasa Sunda
yaitu 2500 SM pada gelombang pertama yang dikenal sebagai Melayu-proto. Dan bahasa
Sunda itu sendiri adalah sebuah bahasa dari cabang bahasa Melayu-polinesia dalam rumpun
bahasa Austronesia. Jadi bahasa penyebaran basa Melayu lebih dulu muncul di wilayah
Negara Indonesia sebelum bahasa Sunda dipergunakan yaitu sejak abad ke IV. Karena bahasa
Melayu pun mengalami berbagai perkembangan dan perubahan menjadi beberapa golongan
dan mungkin itu yang menjadi dasar terdapat sedikit kemiripan dari penamaan bilangan
dalam bahasa Sunda dengan bahasa Melayu.
Keanekaragaman budaya dan masyarakat serta pendapat orang-orang yang terkemuka
menimbulkan berbagai presepsi mengenai sejarah dari sistem penamaan bilangan ini.
Penjelasan diatas semestinya membuat kita sadar bahwa sesederhana apapun sebuah simbol
matematika, itu memiliki arti dan penjelasan yang logis.

http://megaea17.blogspot.com/2015/07/blog-post.html

Sistem Numerasi di Dunia

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan
bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral / lambang bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.

Menurut sejarah ketika manusia mulai mengenal tulisan (zaman sejarah) dan
melakukan kegiatan membilang atau mencacah, mereka bingung bagaimana memberikan
lambang bilangannya. Sehingga kemudian dibuatlah suatu sistem numerasi yaitu sistem yang
terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan). Sistem numerasi
adalah aturan untuk menyatakan/menuliskan bilangan dengan menggunakan sejumlah
lambang bilangan.

Bilangan sendiri itu adalah ide abstrak yang tidak didefinisikan. Setiap Bilangan
mempunyai banyak lambang bilangan. Satu lambang bilangan menggambarkan satu
bilangan. Setiap bilangan mempunyai banyak nama. Misalnya bilangan 125 mempunyai
nama bilangan seratus dua puluh lima. terdiri dari lambang bilangan 1, 2, dan 5.

Beberapa konsep yang digunakan dalam sistem numerasi adalah:

1. Aturan Aditif : Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang
didapat dari menjumlah nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya
sama dimanapun letaknya.
2. Aturan pengelompokan sederhana : Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-
nilai n0, n1, n2,… dan mempunyai aturan aditif.
3. Aturan tempat : Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai
nilai yang berbeda.
4. Aturan Multiplikatif : Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai
lambang-lambang bilangan 0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,..
dan seterusnya.
1. Sistem Numerasi Mesir Kuno Mesir (±3000 SM)

Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang
disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan
sejenis pena sengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir Kuno sering diesebut
tulisan Hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun
guratan pada batu atau potongan kayu.Tulisan Mesir Kuno diperkirakan berkembang pada
tahun 3400 S.M. Tulisan pada zaman mesir ini ditulis dari kata papu yaitu semacam tanaman.
Sistem Numerasi Mesir Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan
hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.

2. Sistem Numerasi Babilonia (±2000 SM)

Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang
terbuat dari tanah liat (clay tablets). Tulisan atau angka Babilonia sering disebut sebagai
tulisan paku karena berbentuk seperti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan
cara manekankannya pada lempengan tanah yang masih basah sehingga dihasilkan cekungan
segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Pertama kali orang yang mengenal
bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.

Sistem angka babilonia (sekitar 2400 SM) disebut juga sistem sexagesimal, karena
menggunakan basis 60 yang diambil dari Sumeria. Sexagesimal masih ada sampai saat ini,
dalam bentuk derajat, menit, dan detik di dalam trigonometri dan pengukuran waktu yang
merupakan warisan budaya Babilonia.
Berbeda dengan sistem Mesir kuno, sistem Babilonia mengutamakan posisi. Untuk
bilangan lebih dari 60, lambang mendahului lambang , dan sebarang lambang di sebelah kiri
mempunyai nilai 60 kali nilai hasilnya,

Sistem angka babilonia tidak memiliki angka nol, mereka menggunakan spasi untuk
menandai tidak adanya angka dalam nilai tempat tertentu.

Ciri-ciri Sistem Numerasi Babilonia :


1. Menggunakan basis 60
2. Menggunakan nilai tempat
3. Simbol-simbol yang digunakan adalah V dan <
4. Tidak mengenal simbol 0 (nol)

3. Sistem Numerasi Yunani Kuno (±600 SM)

Zaman keemasan bangsa yunani kuno diperkirakan terjadi pada tahun 600 S.M
Bangsa Yunani telah mengenal huruf dan angka yang ditandai dengan tulisan-tulisan
bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat kaku
dan kuat.

Ada 2 macam sistem yunani kuno:

1. Yunani kuno attik

Sistem numerasi ini berkembang sekitar abad 300 S.M. dan dikenal sebagai angka
acrophonic karena simbol berasal dari huruf pertama dari kata-kata yang mewakili
simbol: lima, puluhan, ratusan, ribuan dan puluh ribuan. Tulisan ini ditemukan di daerah
reruntuhan Yunani yang bernama Attika. Sistem numerasi attik dilambangkan sederhana,
dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat.
Lambang-lambang lain yang mendasari sistem ini, yaitu:
1 Ι
10 Δ [Deka]
100 Η [Hekaton]
1000 Χ [Khilioi / Khilias]
10000 Μ [Myrion]

Dalam sistem numerasi ini, lambang nol belum ada. Sistem numerasi ini adalah
sistem numerasi aditif dan multiplikatif. Multiplikatif terlihat pada penggunaan
lambang dimana setiap lambang dasar yang sama dapat disingkat dengan
menggunakan lambang tersebut.
Contoh Penulisan Multiplikatif :
23 = Δ ΔIII
45 = Δ Δ Δ Δ┌
50 = Δ Δ Δ Δ Δ atau éΔ
120 = H Δ Δ
1234 = XHH Δ Δ ΔIIII
43210 =MMMMXXX HH Δ

2. Yunani kuno alfabetik

Digunakan setelah S.N. Yunani kuno attic, Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari
Yunani telah mengembangkan suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang
terdiri dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka pergunakan adalah 10.

Lambang yang digunakan dalam Sistem Numerasi Yunani Kuno Alfabetik


1 = α alpha 10 = ι iola 100 = ρ rho
2 = β beta 20 = κ kappa 200 = σ sigma
3 = γ gamma 30 = λ lambda 300 = τ tau
4 = δ delta 40 = μ mu 400 = υ upsilon
5 = ε epsilon 50 = ν nu 500 = φ phi
6 = ζ obselet digamma 60 = ξ xi 600 = χ chi
7 = ι zeta 70 = ο omicron 700 = ψ psi
8 = η eta 80 = π pi 800 = ω omega
9 = θ theta 90 = ά obselet koppa 900 = Ў obselet sampi
Aturan penulisan Sistem Yunani Kuno Alfabetik
- Bilangan yang terdiri dari 2 (dua) digit caranya dengan menjumlahkan angka
puluhan dengan angka satuan.
Contoh:
19 = 10 + 9 = iq
iv23 = 20 + 3 = Àg
78 = 70 + 8 = oh
- Bilangan yang terdiri dari 3 (tiga) digit caranya dengan menjumlahkan angka
ratusan dengan angka puluhan dengan angka satuan.
Contoh:
174 = 100+70+4 =rod
448 = 400+40+8 =umh
789 = 700+80+9 =jpq
- Bilangan yang terdiri dari 4 (empat) digit atau ribuan, dengan cara membubuhi
tanda aksen (‘).
Contoh:
1000 = a’
3734 = g’jld
1287 = a’spz

- Bilangan yang terdiri dari 5 (lima) digit atau lebih, dengan menaruh angka yang
bersangkutan di atas tanda M.
Contoh:
23734 = β Mg’jld
231578 =Àg Ma’foh

4. Sistem Numerasi Maya (300 S.M)


Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa
bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Alat tulis yang diapakai yaitu tongkat yang
penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah liat
akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tongkat mereka sehingga berbekas
garis.
Ciri- ciri Sistem Numerasi Maya :
1) Menggunakan basis 20
2) Mengenal simbol 0 (nol)
3) Ditulis secara tegak atau vertical
Tulisan atau angka yang dekembangkan bangsa Maya bentuknya berupa bulatan
lingkaran kecil dan garis-garis. Alat tulis yang diapakai yaitu tongkat yang
penampangnya lindris (bulat).
Berbasis 20 dan ditulis secara tegak. Suku bangsa Maya sudah mengenal bilangan tak
hingga.

5. Sistem Numerasi Cina (±200 SM)


Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan angka-
angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai
kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi.

6. Sistem Numerasi Jepang-Cina (±200 SM)


Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 S.M. Bangsa Cina menuliskan
angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya
menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang mempunyai nilai
seni tinggi. Sistem angka Cina disebut dengan sistem “batang”, mempunyai nilai
tempat, berkembang sekitar 213 SM. Bangsa Cina menggunakan tiga sistem
penomoran, yaitu: sistem Hindu-Arab, dan dua lainnya menggunakan penomoran
bilangan setempat (disebut Daxie) yang dibedakan untuk keperluan komersil dan
financial demi menghindari pemalsuan.
Adapun Jepang, juga menggunakan sistem angka Cina, meskipun berbeda
dalam pelafalannya. Setelah kekaisaran Jepang mulai dipengaruhi Eropa, sistem
angka Arab mulai digunakan. Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi
menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya
dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia
barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya barat.

7. Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)


Bangsa Romawi menggunakan angka-angka untuk perhitungan-
perhitungannya. Lambang bilangan Romawi ditulis menggunakan huruf besar yang
sejalan dengan pemikiran orang-orang Yunani. Pada zaman dahulu kala orang
Romawi Kuno menggunakan penomeran tersendiri yang sangat berbeda dengan
sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi hanya terdiri dari 7
nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf melangbangkan / memiliki
arti angka tertentu.
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi, yang
memiliki beberapa lambang dasar yaitu l, V, X, L, C, D, dan M yang masing-masing
menyatkan bilangan 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Sistem ini merupakan adaptasi
dari angka Etruscan. Penggunaan angka Romawi bertahan sampai runtuhnya
kekaisaran Romawi, sekitar abad ke-14, dan kemudian sebagian besar digantikan oleh
sistem Hindu-Arab.
Berikut ini simbol Sistem Numerasi Romawi :
I =1, I disebut UNUS
V =5 , V disebut QUINQUE
X =10, X disebut DECEM
L =50, L disebut QUINQUAGINTA
C =100, C disebut CENTUM
M =1000

1. Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih
kecil.
2. Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.
Contoh
CX = 100+10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun,jadi dijumlahkan)
XC = 100-10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik,jadi dikurangkan)
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
1) Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti l, X, dan C.
2) Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
3) Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.
4) Aturan yang berlaku di Mesir, empay ditulis IV dan bukan IIII
5) Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae”
yang menyatakan nol.
8. Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750 M)
Bangsa Hindu pada tahun 300 S.M diperkirakan sudah mempunyai angka-
angka dengan menggunakan bilangan basis 10, tetapi mereka belum mengenal
bilangan nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat dan mengenal bilangan
nol diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab
menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh banyaknya
jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya sepuluh, maka
sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.
Sistem Hindu-Arab berasal dari India sekitar 300 SM dan mengalami banyak
perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru
sekitar tahun 750 sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini
tertulis dalam buku karangan matematisi arab yang bernama Al-Khawarizmi yang
berjudul Liber Algorismi De Numero Indorum.
Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut dengan sistem numerasi desimal
(Ruseffendi, 1984). Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi
Hindu-Arab ini mempunyai karakteristik:
1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
2) Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh.
3) Menggunakan sistem nilai tempat.
4) Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian.

http://sistemnumerasi.blogspot.com/2016/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Sistem Bilangan

Sistem Bilangan atau Number System adalah Suatu cara untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik. Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar atau basis (base / radix)
yang tertentu. Dalam hubungannya dengan komputer, ada 4 Jenis Sistem Bilangan yang
dikenal yaitu : Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal (Basis 8) dan Hexadesimal (Basis
16). Berikut penjelesan mengenai 4 Sistem Bilangan ini :

1. Desimal (Basis 10)

Desimal (Basis 10) adalah Sistem Bilangan yang paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10 dan menggunakan 10
macam simbol bilangan yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Sistem bilangan desimal dapat
berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat juga berupa pecahan desimal (decimal
fraction).

Untuk melihat nilai bilangan desimal dapat digunakan perhitungan seperti berikut, misalkan
contoh bilangan desimal adalah 8598. Ini dapat diartikan :

Dalam gambar diatas disebutkan Absolut Value dan Position Value. Setiap simbol
dalam sistem bilangan desimal memiliki Absolut Value dan Position Value. Absolut value
adalah Nilai Mutlak dari masing-masing digit bilangan. Sedangkan Position Value adalah
Nilai Penimbang atau bobot dari masing-masing digit bilangan tergantung dari letak
posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan dengan urutan posisinya. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel dibawah ini.
Dengan begitu maka bilangan desimal 8598 bisa diartikan sebagai berikut :

Sistem bilangan desimal juga bisa berupa pecahan desimal (decimal fraction), misalnya :
183,75 yang dapat diartikan :

2. Biner (Basis 2)

Biner (Basis 2) adalah Sistem Bilangan yang terdiri dari 2 simbol yaitu 0 dan 1.
Bilangan Biner ini di populerkan oleh John Von Neumann. Contoh Bilangan Biner 1001, Ini
dapat di artikan (Di konversi ke sistem bilangan desimal) menjadi sebagai berikut :

Position Value dalam sistem Bilangan Biner merupakan perpangkatan dari nilai 2 (basis),
seperti pada tabel berikut ini :
Berarti, Bilangan Biner 1001 perhitungannya adalah sebagai berikut :

3. Oktal (Basis 8)

Oktal (Basis 8) adalah Sistem Bilangan yang terdiri dari 8 Simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Contoh Oktal 1022, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke sistem bilangan desimal) menjadi
sebagai berikut :

Position Value dalam Sistem Bilangan Oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8 (basis),
seperti pada tabel berikut ini :

Berarti, Bilangan Oktal 1022 perhitungannya adalah sebagai berikut :


4. Hexadesimal (Basis 16)

Hexadesimal (Basis 16), Hexa berarti 6 dan Desimal berarti 10 adalah Sistem Bilangan yang
terdiri dari 16 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A(10), B(11), C(12), D(13), E(14),
F(15). Pada Sistem Bilangan Hexadesimal memadukan 2 unsur yaitu angka dan huruf. Huruf
A mewakili angka 10, B mewakili angka 11 dan seterusnya sampai Huruf F mewakili angka
15.

Contoh Hexadesimal F3D4, Ini dapat di artikan (Di konversikan ke sistem bilangan desimal)
menjadi sebagai berikut :

Position Value dalam Sistem Bilangan Hexadesimal merupakan perpangkatan dari nilai 16
(basis), seperti pada tabel berikut ini :

Berarti, Bilangan Hexadesimal F3DA perhitungannya adalah sebagai berikut :

http://sistem-bilangan.blogspot.com/p/materi.html

Anda mungkin juga menyukai