Anda di halaman 1dari 7

TEORI BILANGAN

Nama : Annisa
Kelas : PGSD 5B
NIM : 105401112321
A. Angka dan Bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan dalam pencacahan
dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep
bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol,
bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.
Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan
menghasil bilangan lainnya sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi
uner mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan.
Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua
bilangan sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh
operasi biner adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan,
dan akar. Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut sebagai
aritmetika.
Sejarah permulaan munculnya bilangan (matematika) berasal dari bangsa-
bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai seperti Bangsa Mesir di aliran sungai
Nil, Bangsa Babilonia yang menghuni pinggiran sungai Tigris dan Efrat, Bangsa
Hindu India di sepanjang sungai Indus dan Gangga, Serta Bangsa Cina di sepanjang
aliran sungai Huang Ho dan Yang Tze. Matematika sangat dibutuhkan oleh bangsa-
bangsa tersebut untuk perhitungan berbagai kebutuhan sehari-hari yang melibatkan
bilangan seperti halnya perhitungan perdagangan, penanggalan, perhitungan
perubahan musim, pengukuran luas tanah dan lain-lain. Pada perkembangan
peradaban manusia, matematika semakin diperlukan dalam perdagangan, keuangan,
dan pemungutan pajak. Sistem bilangan yang digunakan oleh bangsa-bangsa zaman
dahulu bermacam-macam hingga akhirnya berkembang menjadi bilangan yang
sekarang digunakan yaitu sistem bilangan Hindu-Arab
Dalam penggunaan sehari-hari, bilangan seringkali diartikan sebagai angka
maupun nomor, tetapi ketiga istilah tersebut secara definisi merupakan entitas yang
berbeda. Angka adalah suatu tanda atau lambang yang digunakan untuk
melambangkan bilangan. Contohnya, bilangan lima dapat dilambangkan
menggunakan angka Hindu-Arab "5" (sistem angka berbasis 10), "101" (sistem angka
biner), maupun menggunakan angka Romawi 'V'. Lambang "5", "1", "0", dan "V"
yang digunakan untuk melambangkan bilangan lima disebut sebagai angka. Nomor
biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan
bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya kata
'nomor 3' menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3,
4, ..., dst. Kata "nomor" sangat erat terkait dengan pengertian urutan.
Ada berbagai jenis bilangan. Bilangan-bilangan yang paling dikenal adalah
bilangan bulat 0, 1, -1, 2, -2, ... dan bilangan-bilangan asli 1, 2, 3, ..., keduanya sering
digunakan untuk berhitung dalam aritmetika. Bilangan bulat sendiri terbagi menjadi
tiga jenis yaitu bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan nol. Bilangan cacah
adalah himpunan bilangan bulat yang bukan negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata
lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif.
Himpunan semua bilangan bulat dalam buku-buku teks aljabar biasanya dinyatakan
dengan lambang Z dan sedangkan himpunan semua bilangan asli biasanya dinyatakan
dengan lambang N. Setiap bentuk rasio p/q antara dua bilangan bulat p dan bilangan
bulat bukan nol q disebut bilangan rasional atau pecahan. Himpunan semua bilangan
rasional ditandai dengan Q.
Dalam matematika, lambang bilangan digunakan untuk mengetahui
banyaknya satuan ukuran dari hal yang diukur. Lambang bilangan terdiri dari susunan
angka-angka.[5] Matematika memanfaatkan keterampilan mengenal hubungan
bilangan-bilangan untuk berbagai keperluan. Kegiatan menggunakan garis bilangan
untuk menemukan hubungan kuantitatif di antara data dilakukan dalam operasi
aritmetika. Aturan-aturan atau rumus-rumus matematika untuk menghitung jumlah
atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar diketahuii dengan menggunakan
angka. Bilangan juga diperlukan untuk proses menyatakan suatu pengukuran,
pengurutan, dan penggolongan benda-benda.
B. Sistem Angka Romawi
Angka Romawi atau bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal
dari Romawi kuno. Sistem penomoran ini menggunakan huruf Latin sebagai simbol
untuk melambangkan angka numerik. Angka romawi terdiri dari karakter dasar
(karakter tunggal) yang menyatakan suatu bilangan, serta karakter kombinasi yang
merupakan gabungan dari karakter dasar.
Karakter angka Romawi merupakan kapital dari alfabet modern yang kita
gunakan saat ini. Terdapat 7 (tujuh) karakter atau simbol dasar angka Romawi, di
antaranya I = 1, V = 5, X = 10, L = 50, C = 100, D = 500, M = 1000. Sementara itu,
contoh karakter kombinasi angka Romawi antara lain II = 2, III = 3, IV = 4, VI = 6,
VII = 7, VIII = 8, IX = 9, XI = 11, XII = 12, XIII = 13, dan lain sebagainya.

Angka Romawi Nilai


I 1
V 50
X 10
L 100
C 500
D 1.000
M 5.000
Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa angka Romawi berasal dari goresan-
goresan hitungan yang digunakan oleh para penggembala Italia dan Dalmasia hingga
abad ke-19. Tapi, sejak munculnya angka modern, angka Romawi sudah tidak banyak
digunakan. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada angka 0 pada angka
Romawi. Hal ini dianggap dapat menyulitkan bagi perkembangan sistem matematika.
Angka Romawi menggunakan empat sistem cara penulisan, yaitu
penjumlahan, pengurangan, pengulangan, dan campuran. Diantaranya yaitu:
1. Sistem Penjumlahan
Jika ada angka Romawi yang terdiri dari dua angka atau lebih,
dengan angka di sebelah kirinya lebih dari atau sama dengan angka di
sebelah kanannya, maka susunan angka itu menggunakan sistem
penjumlahan.
2. Sistem Pengurangan
Jika ada angka Romawi yang terdiri dari dua angka atau lebih,
dengan angka di sebelah kirinya kurang dari angka di sebelah
kanannya, maka susunan angka itu menggunakan sistem pengurangan.
3. Sistem Pengulangan
Merupakan sistem penulisan dengan mengulang angka yang
sama secara berurutan.
4. Sistem Campuran
Merupakan sistem penulisan yang menggabungkan ketiga sistem
sebelumnya.
C. Sistem Angka Mesir Kuno
Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan
pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000,
10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-tiap simbol ini dapat ditulis
sebanyak apapun sesuai dengan bilangan yang diinginkan, sehingga untuk menuliskan
bilangan delapan puluh atau delapan ratus, simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak
delapan kali. Dengan ini berarti bahwa mereka memiliki simbol terpisah untuk satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, dan jutaan.

Untuk satuan adalah sebuah garis lurus, lengkungan ke atas untuk puluhan,
lengkungan setengah lingkaran menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan
untuk jutaan dilambangkan dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan.
Penulisan hieroglif dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas, tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti
dalam penulisan Arab, walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang ini
menggunakan kiri ke kanan).
1. Pecahan
Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal
(dengan pengecualian dari yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang
sering digunakan 3/4). Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n
dimana n adalah bilangan bulat dan ini diwakili dalam angka hieroglif
dengan menempatkan simbol yang mewakili sebuah “mulut”, yang
berarti “bagian”, di atas nomor tersebut.
2. Penjumlahan
Penjumlahan sistem bilangan mesir hampir serupa dengan
penjumlahan dengan masa kini yang berbeda hanyalah simbolnya.
3. Perkalian
Jauh sebelum kalkulator atau bahkan matematika modern,
orang Mesir telah menemukan cara jitu menentukan jumlah bilangan
besar dengan cepat. Berikut cara perkalian numerasi Mesir:
a. Perkalian dengan cara Doubling
Perkalian dalam sistem doubling dikerjakan dari
pengulangan pelipat gandaan bilangan dengan unsur
pengalinya kemudian menjumlahkannya. Contohnya 13
x 12 = ? Buatlah garis untuk memisahkan dua kolom.
Isi kolom ke bawah di sebelah kiri, dimulai dengan
nomor 1. Gandakan dan tulis 2 dibawahnya, lalu
gandakan 2 itu sehingga mendapatkan angka 4, terus
digandakan sampai angkanya tidak melebihi yang
dikalikan. Isilah kolom kanan, tuliskan nomor yang
ingin anda kalikan (dalam hal ini, adalah 12). Dibawah
12, gandakan dan tulis 24. Gandakan lagi 24 dan tulis
48, Terus sampai sebanyak kolom kiri.

Sekarang cari angka di kolom kiri yang kalau


ditambahkan akan menghasilkan angka pertama yang
ingin dikalikan (dalam soal ini, 13). Angka 1 + 4 + 8=
13, lalu garis bawahi nomor dikolom kanan diseberang
nomor tersebut. Maka yang digaris bawahi di kolom
kanan adalah (12 + 48 + 96) dan kamu jumlahkan akan
mendapatkan 156, yang adalah jawaban tepat dari 13 x
12 = 156.
b. Perkalian dengan cara Halving
Perkalian dalam sistem halving berbeda dengan
doubling untuk mempermudah langsung saja pada
contoh.
4. Pembagian
Pembagian dalam sistem bilangna mesir dikerjakan dari
pengulangan pelipat gandaan bilangan dengan unsur pembaginya
kemudian menjumlahkannya.
D. Sistem Angka Babilonia
Bangsa Babilonia merupakan bangsa pertama yang menggunakan simbolisasi
bilangan. Simbolisasi yang digunakan oleh bangsa Babilonia adalah sistem bilangan
basis 60 atau sistem bilangan seksagesimal yang dicampur dengan basis 10. Dari
sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik dalam satu menit, 60 menit
dalam satu jam, dan 360 derajat dalam putaran lingkaran penuh. Sistem bilangan ini
sudah mengenal tempat dan mulai digunakan sekitar tahun 200 SM (Sebelum
Masehi), namun masih belum mengenal angka nol. Kemudian sekitar abad ke-2 SM
bangsa Babilonia mulai mengenal angka nol yang dilambangkan dengan spasi.

E. Sistem Angka Mayan


Bangsa Mayan mengembangkan sistem numerasi yang merupakan hasil adopsi
dari tulisan hieroglyph. Sistem numerasi yang digunakan bangsa ini lebih kompleks
karena terdiri dari simbol titik dan garis horizontal. Selain menggunakan sistem
numerasi, bangsa Maya juga menggunakan sistem alphabetic dalam peradabannya.

F. Sistem Angka Yunani


Bangsa Yunani merupakan bangsa yang teoritikus dan kritis dalam menggali ilmu
pengetahuan. Sekitar tahun 600 SM mereka menggunakan sistem attic yang dikenal
sebagai sistem acrophonic. Kemudian mereka mengenal sistem numerasi sebagai hasil
adopsi dari bangsa Mesir yang dikembangan menggunakan huruf-huruf alphabetic.
Oleh karena itu, sistem numerasi bangsa Yunani sering disebut dengan sistem
alphabetic.
G. Sistem angka Cina-Jepang
Bangsa Cina Kuno menemukan notasi posisional bilangan desimal yang
disebut dengan rod numeral atau bilangan batang. Sistem yang dikenal pada tahun
213 SM ini sudah mengenal nilai tempat, namun belum mengenal simbol untuk angka
nol. Hampir sama dengan bangsa Babilonia, mereka juga menggunakan spasi atau
ruang kosong untuk menyimbolkan angka nol. Bahan yang digunakan sebagai alat
dalam perhitungan sistem rod numeral berasal dari batang bambu, batang gading, atau
besi.

H. Sistem Angka Hindu-Arab


Pada abad ke-7 M, sebelum mengenal angka India bangsa Arab menggunakan
huruf untuk melambangkan bilangan. Sistem ini disebut dengan al-jumal atau abjad.
Kemudian sistem bilangan ini mulai mengalami perkembangan dengan mengadopsi
bilangan India ketika masuk ke negara Arab. Sekitar tahun 750 M lambang dan ide
nilai suatu tempat sudah dipakai di Baghdad dalam teks bahasa Arab. Ilmuwan Arab
yang pertama kali menulis teks berbahasa Latin tentang bilangan India adalah Al-
Khawarizmi dengan buku berjudul Algoritma de Numero Indorum. Beliau juga
dikenal sebagai penemu angka nol yang digunakan sebagai “Pace Holder” (Penentu
Tempat). Pada awal masuknya angka Hindu-Arab ke Eropa menimbulkan
pertentangan. Meskipun demikian, angka Hindu-Arab dapat diterima. Sampai pada
tahun 1500 M angka Hindu-Arab menjadi sistem bilangan resmi yang dipakai di
Eropa.

Anda mungkin juga menyukai