Anda di halaman 1dari 20

SISTEM NUMERASI

DAN LAMBANGNYA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Bilangan dan
Pengolahan Data:
Frida Destini, S.Pd, M.Pd
KELOMPOK 2
• Amelia Febrianti
(2313053107)
• Feby Ayu Maharani
(2313053108)
• Irfan Kusuma Yuda
(2313053118)
01
DEFINISI
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan
pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang
menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Secara umum, sistem numerasi yang pertama-tama
digunakan,
merupakan sistem penjumlahan, sistem perkalian, dan
sistem nilai tempat. Sistem penjumlahan yang mula-
mula digunakan, dinyatakan dengan sekumpulanSimbol-
simbol.
Sebuah bilangan yang dinyatakan dengan kumpulan
simbol, merupakan jumlah dan bilangan-bilangan yang
dinyatakan oleh masing-masing symbol.
02 A. SISTEM NUMERASI
IJIR/TALLY
Perhitungan yang paling terdahulu dan paling sederhana
adalah perhitungan dengan memakai korespondensi 1-1,
sistem ini disebut sistem ijir atau tally, caranya ialah
dengan memakai goresan atau tongkat untuk satu objek
yang dihitung.
Contoh :
1. Bila seseorang mempunyai empat ekor kambing, maka
ia akan menyusun (goresan) sebanyak 4 buah,
yaitu : ////
2. Ayam kepunyaan ayah 3 ekor digabungkan dengan
ayam anaknya 4 ekor, jadi jumlahnya : /// + ////
= ///////
B. SISTEM NUMERASI YUNANI 03

1. SISTEM ATTIC
Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. Tulisan
ini ditemukan di daerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.
Lambang-lambang dasar dari sistem ini adalah :
DESIMAL SIMBOL YUNANI ANGKA
1 Ι -
5 Π πέντε
10 Δ δέκα
100 Η ἑκατόν
1000 Χ χίλιοι / χιλιάς
10000 Μ μύριον

Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya


adalah 10. Lambang untuk bilangan nol belum ada.
B. SISTEM NUMERASI YUNANI 03

2. Sistem Ionia (Alfabetis)


Yunani telah mengembangkan suatu sistem angka, yaitu
alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-huruf
itu mempunyai nilai sebagai berikut :
Untuk menyatakan ribuan
diatas sembilan angka dasar
pertama (dari α sampai θ)
dibubuhi tanda aksen (‘),
sebagai contoh α’ = 1000, ε’ =
5000. Sedangkan kelipatan
10000 dinyatakan dengan
menaruh angka yang
bersangkutan diatas tanda М.
03
CONTOH SOAL

1. Berikut adalah contoh sistem numerasi


Yunani:
Jika 24 maka simbolnya K∆, K
sebagai 20 dan ∆ sebagai 4
C. SISTEM NUMERASI MAYA (±300 SM) 03

Keistimewaan sistem ini dibandingkan


dengan sistem-sistem lain adalah telah
adanya lambang nol,
dengan berbentuk bulatan lingkaran kecil
dan
garis-garis.Lambang-lambang dari sistem
numerasi ini adalah gabungan antara garis
dan noktah. Untuk bilangan-bilangan yang
lebih
besar dari 19 dipakai bilangan dasar 20.
Untuk
bilangan-bilangan yang lebih besar lagi,
dipakai bilangan dasar
18.20, 18.202, 18.203, ... 18.20n.
09 CONTOH SOAL
Berikut adalah contoh sistem numerasi Maya:
A. Tuliskan hasil dari perhitungan numerasi pada sistem maya
berikut=
25
* Penyelesaian : 25 = 1 . 20¹ + 5 . 20⁰
= (1 x 20) + (5 x 1)
= 20 + 5
= 25
B. Berapakah hasil perhitungan numerasi pada sistem Maya berikut=
130
* Penyelesaian : 130 = 20¹. 6 + 20⁰ . 10
= (20 x 6) + ( 1 x 10)
= 120 + 10
= 130
D. SISTEM NUMERASI CHINA-
03
JEPANG (200 M)
Sistem angka Cina-Jepang disebut
dengan sistem “batang”, mempunyai nilai
tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Angkat radisional Cina-Jepang menggunakan
pengelempokan dengan bilangan dasar 10
dengan sistem pengelompokan perkalian
(multiplikatif) Jika lambang bilangan dasar
dari 1 sampai 9, sedangkan bilangan 10,
102, 103, ... dimisalkan mempunyai
lambang berturut-turut a, b, c, ... Maka
bilangan Cina-Jepang 5624 ditulis 5 c 6 b
2 a 4, jadi setiap lambang a, b, c dan
seterusnya dikalikan dengan koefisiennya
dan tidak berulang-ulang.
E. SISTEM NUMERASI ROMAWI (100 SM) 05

Sistem numerisasi Romawi yang


sekarang ini merupakan modernisasi
sistem adisi dari sistemnya yang lama.
Sistem ini bukan sistem yang
mempunyai nilai tempat, kecuali pada
hal-hal tertentu yang sangat terbatas.
Sistem ini juga tidak mempunyai nol.
Sistem angka Romawi tidak mempunyai
nilai tempat. Ketika beberapa lambang
dikombinasikan, lambang-lambang
tersebut dapat ditulis bagian demi
bagian. Ketika suatu angka memuat dua
lambang dasar, satu bilangan yang lebih
kecil dari yang lain, maka berlaku:
E. SISTEM NUMERASI ROMAWI (100 SM)

• Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan


bilangan yang lebih kecil.
• Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan
bilangan yang lebih kecil.Ketika dua atau lebih lambang
merupakan bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama,
maka semua lambang menyatakan jumlah. Contoh :
• CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun,
jadi dijumlahkan)XC = 100 - 10 = 90 (dari kiri ke kanan
nilainya naik, jadi dikurangkan)
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai
berikut:
E. SISTEM NUMERASI ROMAWI (100 SM)
Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X,
dan C.Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka
tunggal.Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya
lebih dari sepuluh kali.Aturan yang berlaku di Mesir, empat
ditulis IV dan bukan IIIISelama tahun pertengahan, angka
Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae” yang menyatakan
nol.

Untuk menuliskan bilangan-bilangan besar dipakai sistem


perkalian yang ditunjukan dengan tanda-tanda tertentu.
Umpamanya sebuah strip (ruas garis) diatas lambang bilangan
tertentu menunjukan nilai yang sama dengan 1000 kali nilai
bilangan itu. Dua strip diatas sebuah lambang bilangan tertentu
menunjukan nilai sejuta kali bilangan itu.
F. SISTEM NUMERASI HINDU-ARAB (300 SM – 750M)
Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan
belum mempunyai lambang nol. Mereka mulai menggunakan sistem
nilai tempat diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem
numerasi Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis
10 yang dipengaruhi oleh banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal
dari bahasa latin decem yang artinya sepuluh, maka sistem numerasi
ini sering disebut sebagai sistem desimal. Tidak diketahui pastinya
kapan dan di mana dimulainya lambang nol digunakan, hanya ada
beberapa dugaan bahwa lambang nol ini berasal dari Babylonia lewat
Yunani. Sistem numerasi Hindu-Arab yang kita kenal sekarang
adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah berbeda dari
asalnya.
F. SISTEM NUMERASI HINDU-ARAB (300 SM – 750M)
Hindu-Arab Arab Timur Hindu-Arab Arab Timur
1 ۱ 6 ٦
2 ۲ 7 ٧
3 ۳ 8 ٨
4 ٤ 9 ٩
5 ٥ 10 ١٠
Walaupun penulisan dengan tulisan Arab dari kanan ke kiri, tetapi
penulisan lambang bilangan adalah tetap dari kiri kekanan.
09
CONTOH SOAL

1. Tulislah bilangan 456 dalam sistem numerasi Hindu-arab


•Penyelesaian: 456= 4(100)+5(10)+6.

2. Hitunglah hasil penjumlahan 304 + 234 menggunakan


sistem numerasi Hindu-arab
•Penyelesaian: 304 + 234 = 538 =5(100)+3(10)+8
KESIMPULAN 03
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk
menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut
numeral. Karena banyaknya suku bangsa di dunia sejak zaman purba, maka
berkembang pula sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini dapat
diketahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam
lambang.
Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem ijir ( tallies)
yang didasarkan pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian
seiring dengan perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan
dan angka yang semakin kompleks menyebabkan manusia mengembangkan
berbagai sistem numerasi yang berlaku di berbagai belahan dunia, seperti
Mesir, Babilonia, Yunani, Maya, Cina-Jepang, Romawi, dan Hindu-Arab.
Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi
yang merupakan perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap
bertahan karena dianggap masih mampu memenuhi kebutuhan angka manusia
modern.
09
LATIHAN SOAL
1. Ubahlah bilangan 5+4=9 menjadi sistem Ijir

2. Ubahlah angka berikut dalam sistem numerasi Yunani :


a. 10)
b. 5)
c. 100)

3. Tentukan hasil perhitungan numerasi pada sistem Maya


berikut:
a. 83
b. 55
09
LATIHAN SOAL
4. Jika Anda memiliki 五 (go) apel dan teman Anda
memberikan Anda 三 (san) apel lagi, berapa total
apel yang Anda miliki sekarang?

5. Ubah angka Romawi "MCMXCVIII" menjadi


angka Arab!

6. Hitunglah hasil penjumlahan berikut menggunakan


sistem numerasi Hindu-arab
a. 220 + 356
b. 340+255
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai