Anda di halaman 1dari 27

Sejarah Bilangan

Tugas
MatakuliahFilsafat Pendidikan Matematika

Henra Saputra Tanjung


NIM. 8216187011

PROGRAM DOKTORPENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITASNEGERI MEDAN
2021
PEMBAHASAN

1. SISTEM NUMERASI MESIR KUNO


Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang
membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah
Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis
bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650
SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan
Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar
aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian,
pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan
matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan
harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu,
bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan
aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.

1. Perkembangan Bilangan di Mesir


Mesir adalah negara yang kaya akan peninggalan sejarah yang sungguh mengagumkan.
Tidak hanya piramida yang masih berdiri kokoh namun meraka bangsa mesir dahulunya sudah
mengenal matematika dan geometri sebagimana yang kita pelajari sekarang. Asas-asas
matematika yang terdapat dimesir itu dimulai pada masa pemerintahan kerajaan beraja, Firaun
yang Masyur pada sekitar 3100 SM.
Bangsa mesir kuno itu pada awalnya juga telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai
kertas yang disebut papyrus, papyrus ini ada 2 yaitu papyrus rhind dan papyrus moskow. Mereka
membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena dengan tinta
berwarna hitam atau merah.
Tulisan mesir kuno sering disebut tulisan hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam
bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan kayu. Tulisan mesir kuno
diperkirakan berkembang pada tahun 3400 SM. Sistem numerasi mesir mesir kuno bersifat aditif,
dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.
Bangsa Mesir kuno telah menggunakan dalam perhitungannya sistem bilangan desimal
(puluhan atau dasaan) yang didasarkan pada jumlah jari di tangan manusia yaitu sepuluh jari.
Prinsip sistem desimal adalah manusia mempunyai sepuluh jari di tangannya dan apabila ia ingin
menghitung, maka kesepuluh jari itu akan digunakan sebagai alat hitung, Sistem inilah yang
digunakan kita dalam kehidupan sehari-hari sekarang. Misalnya angka-angka 1, 2, 3, ditulis
sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III berturut turut sedangkan angka 10 telah ditulis dalam
bentuk punggung kuda yaitu dan bilangan 1000 seperti bentuk bunga al-lutus yaitu dan
seterusnya.
Misalnya angka-angka 1, 2, 3, ditulis sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III berturut
turut sedangkan angka 10 telah ditulis dalam bentuk punggung kuda yaitu dan bilangan 1000
seperti bentuk bunga al-lutus yaitu dan seterusnya.
Penomoran hieroglif adalah versi tertulis dari sistem penghitungan beton menggunakan
benda-benda materi. Untuk mewakili angka, tanda untuk setiap order desimal diulang sebanyak
yang diperlukan. Lihatlah gambar dibawah ini:

Contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari Karnak, berasal dari
sekitar 1500 SM, dan sekarang berada dipamerkan di Louvre, Paris
Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan pengecualian dari yang
sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4). Sebuah pecahan tunggal adalah
bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini diwakili dalam angka hieroglif dengan
menempatkan simbol yang mewakili sebuah “mulut”, yang berarti “bagian”, di atas nomor
tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh:
Perhatikan bahwa ketika bilangan yang mengandung terlalu banyak simbol “bagian”,
ditempatkan di atas bilangan bulat, seperti dalam 1/249, maka simbol “bagian” ditempatkan di
atas “bagian pertama” bilangan. Symbol diletakkan di atas bagian pertama karena bilangan ini
dibaca dari kanan ke kiri.
Dalam menuliskan bilangan, susunan decimal terbesar ditulis lebih dahulu. Bilangan ditulis dari
kanan ke kiri.

Contohnya:

Penulisan ini melambangkan 46.206

Penulisan ini melambangkan 760.000

Kita harus menunjukkan bahwa hieroglif tidak tetap sama sepanjang dua ribu tahun atau lebih
dari peradaban Mesir kuno. Peradaban ini dipecah menjadi tiga periode berbeda:

 Kerajaan tua – sekitar 2700 SM sampai 2200 SM

Bukti dari penggunaan matematika di Kerajaan tua adalah langka, tapi dapat disimpulkan
dari contoh catatan pada satu tembok dekat mastaba di Meidum yang memberikan petunjuk
untuk kemiringan lereng dari mastaba. Garis pada diagram diberi jarak satu cubit dan
memperlihatkan penggunaan dari unit dari pengukuran.

 Kerajaan Tengah – sekitar 2100 SM sampai 1700 SM


Dokumen matematis paling awal yang benar tertanggal antara dinasti ke-12. Papirus
Matematis Rhind yang tertanggal pada Periode Perantara (ca 1650 BC) berdasarkan satu teks
matematis tua dari dinasti ke-12. Papyrus Matematis Moscow dan papyrus Matematis Rhind
adalah teks masalah matematis. Terdiri dari satu koleksi masalah dengan solusi. Teksini mungkin
telah ditulis oleh seorang guru atau satu murid yang terlibat dalam pemecahan masalah
matematika.

 Kerajaan Baru – sekitar 1600 SM sampai 1000 SM

Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi 1, dan
Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka hieroglif agak
berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum mempunyai style serupa. Sistem
bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah penemuan tulisan di papirus, terdiri dari angka
hieratic.

Berikut adalah versi dari angka hieratic:

Berikut ini adalah salah satu cara orang Mesir menulis 2765 dalam angka hieratic.

Seperti hieroglif, simbol hieratic berubah dari waktu ke waktu tetapi mereka mengalami
perubahan lagi dengan enam periode yang berbeda. Awalnya simbol-simbol yang digunakan
cukup dekat hubungannya dengan tulisan hieroglif namun bentuknya menyimpang dari waktu ke
waktu. Versi yang diperlihatkan dari angka hieratic dari sekitar 1800 SM. Kedua system berjalan
secara parallel selama sekitar 2000 tahun dengan simbol hieratic yang digunakan dalam menulis
di papirus, seperti misalnya dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow, sementara hieroglif
terus digunakan ketika dipahat pada batu.
2. Perkembangan Matematika di Mesir

Di mesir matematika berkembang dengan pesat, orang-orang mesir menemuka banyak


penemuan-penemuan penggunaan bilangan dan geometri. Penemuan-penemuan mereka
diantaranya adalah:

1. Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan

Teknik yang digunakan oleh orang Mesir untuk ini pada dasarnya sama dengan yang
digunakan oleh matematikawan modern sekarang. Orang Mesir melakukan operasi penjumlahan
dengan menggabungkan simbol.

2. Operasi Perkalian

Metode Mesir perkalian cukup pintar, tapi bisa memakan waktu lebih lama daripada
metode modern. Ini adalah bagaimana mereka mencari 5x19:
*1 29
2 58
*4 116
1+4=5 29 + 116 = 145

Ketika mengalikan mereka akan mulai dengan jumlah mereka mengalikan dengan 29 dan
dua kali lipat untuk setiap baris. Lalu mereka kembali dan memilih angka di kolom pertama yang
ditambahkan ke nomor pertama (5). Mereka menggunakan pembagian harta perkalian atas
penambahan.

Contoh lainnya yaitu: 13 x 12


*1 12
2 24
*4 48
*8 96
16 192
1+4+8 =13 12+48+96 = 156
Caranya: Cari di tabel kiri yang di jumlahkan hasilnya 13 kemudian di tandai dengan
tanda *, kemudian jumlahkan bagian tabel kanan yang sudah ditandai * di table sebelah kiri.
sehingga hasil jumlah di table kanan itulah yang merupakan hasil kali dari 13 x 12 = 156

3. Operasi Pembagian

Cara mereka melakukan pembagian sama dengan perkalian mereka. Untuk masalah 98/7,
mereka berpikir masalah ini sebagai 7 kali beberapa nomor sama dengan 98. Sekali lagi masalah
itu bekerja di kolom.
1 7
2 *14
4 *28
8 *56
2 + 4 + 8 = 14 14 + 28 + 56 = 98

Kali ini angka di kolom kanan ditandai jumlah yang ke 98 maka angka yang sesuai di
kolom kiri dijumlahkan untuk mendapatkan hasil bagi. 19 dibagi 8

Jadi hasil bagi dari 19 dibagi 8 adalah 19 : 8 = 2 + 4 + 8

Dimana bentuk bentuk 1/ n ditulis dengan n

4. Perhitungan Waktu Pada Bangsa Mesir

Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T
yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam
12 bagian.

Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan
banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan
mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang
sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan
atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat
malam hari.

Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan
tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam
tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari lebih panjang dibandingkan
malam).

5. Geometri

Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri hanya digunakan
secara praktis. Pada saat itu geometri hanya digunakan untuk keperluan yang sangat mendasar
yaitu pemantauan ukuran tanah milik penduduk untuk keperluan pemungutan pajak. Hal ini
dilakukan karena setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai Nil, sehingga kepemilikan tanah
oleh penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.

Pada saat itu pengukuran hanya menggunakan tali yang direntangkan. Selain itu, untuk
menentukan luas dan volume dari berbagai bangun datar dan bangun ruang merupakan hasil dari
trial and error, mereka mendasari perhitungannya dari sebuah fakta tanpa harus membuktikan
secara deduktif. Rumusan yang diperoleh hanya mempunyai nilai pendekatan dan pada saat itu
telah mencukupi dan diterima untuk keperluan praktis pada kehidupan masa itu. Sehingga pada
Mesir Kuno Geometri berkembang tidak jauh dari tingkatan intuitif belaka, dimana pengukuran-
pengukuran objek nyata adalah sasaran utama dari penggunaannya.

Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16. Sumber
informasi matematika Mesir Kuno adalah Papyrus Moskow dan Papyrus Rhind. Papyrus
Moskow berukuran tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind memiliki tinggi 33
cm dan lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus Moskow dan Rhind terdapat
26 soal bersifat geometris. sebagian besar dari soal-soal tersebut berasal dari rumus-rumus
pengukuran yang diperlukan untuk menghitung luas tanah dan isi lumbug padi-padian.
Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis tengahnya. Orang
Mesir Kuno telah menemukan nilai π yaitu 3,16.
3. Sistem Bilangan Mesir
Bangsa Mesir memiliki sistem penulisan yang didasarkan pada hierogliphs dari sekitar
3000 SM. Hieroglif adalah gambar kecil yang mewakili kata-kata. Sangat mudah untuk melihat
bagaimana mereka akan menunjukkan kata “burung” oleh gambar burung kecil tetapi tanpa
pengembangan lebih lanjut, sistem tulisan ini tidak bisa mewakili banyak kata. Masalah ini
diadopsi oleh orang Mesir kuno adalah dengan berbicara menggunakan kata-kata. Misalnya,
untuk menggambarkan dengan kalimat “Aku mendengar anjing menggonggong” mungkin
diwakili oleh :”Mata”, “telinga”, “kulit pohon” + “kepala mahkota”, “anjing”.
Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada simbol-
simbol hieroglyphs untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000)
sampai dengan sejuta. Tiap-tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan
yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan ratus, simbol
10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali.Dengan ini berarti bahwa mereka memiliki simbol
terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, dan jutaan.
1. Bilangan hieroglyphs

Untuk menyatakan angka 276, misalnya, lima belas symbol di butuhkan: dua symbol “ratusan”,
tujuh symbol “puluhan”, dan enam symbol “satuan”. Sehingga angka ini akan tampak sebagai
berikut:
2
7
6
Seperti yang terlihat, penambahan dalam bilangan hieroglyphs adalah mudah. Kita hanya
menambah satu symbol namun mengganti sepuluh salinan dari satu symbol tunggal dari nilai
yang lebih tinggi berikutnya. Pembagian bagi bangsa mesir kuno terbatas pada pembagian satuan
(dengan pengecualian 2/3 yang sering digunakan dan ¾ yang jarang digunakan). Suatu fraksi
satuan berbentuk 1/n di mana n adalah suatu bilangan bulat dan dinyatakan dalam bilangan
hieoroglyphs dengan menempatkan symbol yang menyatakan “mulut”, yang berarti “bagian”, di
atas angka. Berikut adalah contohnya:
1
/
2
4
9
Perhatikan bahwa ketiga angkanya mengandung terlalu banyak simboluntuk tanda “pembagian”
untuk ditempatkan di atas keseluruhan angka, seperti dalam 1/249, maka symbol “pembagian”
hanya diletakkan di atas “bagian pertama” angka. Bagian pertama dalam angka di sini dibaca
dari kanan ke kiri.
            Harus perhatian bahwa hieroglyphs tidak selalu sama selama dua ribu tahun lebih
peradaban Mesir kuno. Peradaban ini sering dibagi ke dalam tiga periode: Kerajaaan Tua –
sekitar 2700 SM sampai 2200 SM                                                                               
Kerajaan Pertengahan – sekitar 2100 SM sampai 1700 SM
Kerajaan Baru – sekitar 1600 SM sampai 1000 SM
Bilangan hieroglyphs berbeda dalam masing-masing periode ini, namun memiliki pola
yang serupa.
Sistem bilangan yang lain, yang digunakan oleh bangsa Mesir setelah penemuan
penulisan pada papyrus, disusun oleh bilangan hieratic. Bilangan-bilangan ini memungkinkan
angka-angka ditulis secara lebih singkat. Terdapat symbol-simbol terpisah untuk
1,2,3,4,5,6,7,8,9
10,20,30,40,50,60,70,80,90
100,200,300,400,500,600,700,800,900
1000,2000,3000,4000,5000,6000,7000,8000,9000
2.      Bilangan hieratic
            Dengan system ini angkadapat dibentuk dari sedikit symbol. Angka 9999 hanya memiliki
symbol hieratic dan bukan 36 simbol hieroglyphs. Satu perbedaan besar antara bilangan hieratic
dan sisitem bilangan kita adalah bilangan hieratic tidak membentuk suatu system posisional
sehingga angka-angka tertentu dapat dituliskan dalam banyak susunan.
27
65
Cara kedua menulis 2765 dalam bilangan hieratic dengan susunan terbalik
Seperti hieroglyphs, symbol-simbol hieratic berubah setelah sekian waktu namun mereka
mengalami begitu banyak perubahan dalam enam periode. Awalnya symbol-simbol yang
digunakan cukup dekat dengan hieroglyphnya yang sesuai namun bentukmereka semakin
berubah. Versi yang disampaikantentang bilanganhieratik tertanggal sekitar 1800 SM. Kedua
system berjalan secara paralel selama sekitar 2000 tahun dengan symbol hieratic digunakan
dalam penulisan pada papyrus, seperti contoh dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow,
sedangkan hieroglyphs terus digunakan ketika dipahat pada batu.

2. SISTEM NUMERASI BABILONIA


1. Sistem Numerasi Babilonia (2000 SM)
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah
Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting
pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika
Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.
Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam
tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun
3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada
lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian.
Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai
1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan
perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga
meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat
desimal. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-
angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam
sistem decimal.
Sistem penulisan bilangan bangsa Babylonia dikenal dengan cuneiform, dari kata “cuneus”
yang bermakna “irisan atau belahan” dan kata “forma” yang bermakna “bentuk”. Tulisan dan
angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena bentuknya seprti paku.
Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang
memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pad lempeng tanah liat yang masih basah
sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku. Tidak
seperti orang-orang dari Mesir , Yunani dan Romawi , angka Babilonia menggunakan sistem
tempat-nilai yang benar, di mana angka yang ditulis di kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai
yang lebih besar, sama seperti dalam sistem desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan
basis 60 bukan basis 10.
Berikut merupakan contoh dari penulisan simbol-simpol pada sistem numerasi babylonia
yaitu:

3. SISTEM NUMERASI YUNANI


Zaman keemasan bangsa Yunani Kuno diperkirakan terjadi pada tahun 600 SM. sampai
dengan 300 SM. Pada zaman itu banyak bermunculan ahli-ahli matematika dari Yunani beserta
temuan teorinya, seperti Euclides, Archimides, Appollonius. Matematika Yunani merujuk pada
matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M.
Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang Mediterania bagian timur, dari Italia
hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh budaya dan bahasa yang sama.
Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar Agung kadang-kadang disebut
Matematika Helenistik.

Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh kebudayaan-
kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih terpelihara
menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-ulang yang
digunakan untuk mendirikan aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani menggunakan
penalaran deduktif. Bangsa Yunani menggunakan logika untuk menurunkan simpulan dari
definisi dan aksioma, dan menggunakan kekakuan matematika untuk membuktikannya.

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM)
dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh
mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan Babilonia.
Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan
astronomi dari pendeta Mesir.

Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida


dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan
penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan empat akibat wajar dari
teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai matematikawan sejati pertama dan pribadi
pertama yang menghasilkan temuan matematika. Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras,
yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah
"semua adalah bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan
merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai
penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki
sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM sampai 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah rintisan
dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM sampai 322 SM) mulai menulis hukum
logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih digunakan oleh
matematika saat ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga mengkaji kerucut.
Bukunya, Elemen, dikenal di segenap masyarakat terdidik di Barat hingga pertengahan abad ke-
20. Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem Pythagoras, Elemen menyertakan
bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan terdapat tak- hingga banyaknya bilangan
prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM) digunakan untuk menemukan bilangan prima. 

Archimedes (kira-kira 287 SM sampai 212 SM) dari Syracuse menggunakan metoda kelelahan
untuk menghitung luas di bawah busur paraboladengan penjumlahan barisan tak hingga, dan
memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi. Dia juga mengkaji spiral yang
mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk
menyatakan bilangan yang sangat besar.

Sistem angka Yunani kuno, yang dikenal sebagai angka Attic atau Herodianic, sepenuhnya
dikembangkan oleh sekitar 450 SM, dan dalam penggunaan rutin mungkin sebagai awal Abad
ke-7 SM. Bangsa Yunani mengenal huruf dan angka pada tahun 600 SM yang ditandai dengan
tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk tulisannya pun terlihat
kaku dan kuat. Lambang bilangan yunani Kuno diambil dari huruf awal dari penyebutan
bilangan tersebut.

Ada 2 macam sistem numerasi yang digunakan pada masa yunani kuno, yaitu:

1. Sistem Numerasi Yunani kuno Attic

Sistem Attic sering disebut sistem Acrophonic dan sistem Herodian. “Acrophonic” maksudnya
adalah bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf pertama nama bilangan tersebut.
Menggunakan sifat aditif, contohya :
2897 = 2000 + 500 + 300 + 50 + 20 + 5 + 4 = 2 x 1000 + 500 + 3x100 + 50 + 2 x 10 +5 + 4x1.

Sistem Yunani ini berbasis 10 sistem serupa dengan sebelumnya Mesir satu (dan bahkan lebih
mirip dengan kemudian Romawi sistem), dengan simbol-simbol untuk 1, 5, 10,, 50 100, 500 dan
1.000 diulangi sebanyak yang diperlukan untuk mewakili nomor yang diinginkan . Penambahan
dilakukan dengan menjumlahkan secara terpisah simbol (1s, 10s, 100s, dll) di nomor yang akan
ditambahkan, dan perkalian merupakan proses yang melelahkan berdasarkan doubling berturut
(pembagian didasarkan pada kebalikan dari proses ini). Dilambangkan sederhana, dimana angka
satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat, misal: 2→ ll

2. Sistem Numerasi Yunani kuno Alfabetik

Sejarah perkembangan alfabetik merupakan tulisan tertua dari masyarakat purba yang telah
melahirkan dua jalur proses perkembangan sistem penulisan. Jalur penulisan Phonetis yang pada
akhirnya menjadi tulisan alphabetis adalah pilihan bagi sistem menulis yang dikembangkan oleh
dua pusat peradaban tertua di kawasan Asia Barat (timur Tengah), yakni Mesir dan Mesopotania.
Sedangkan bangsa Tionghoa di kawasan Timur Jauh tetap mempertahankan sistem
perlambangan gambar (pictografis-ideografis) dalam penulisan mereka, bahkan sampai saat ini.
Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem angka,
yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka pergunakan
adalah 10. Digunakan setelah S.N. Yunani kuno attic.
Contoh-contoh:
1. 12 = ι β
2. 21 = κ α
3. 247 = σ μ ς

Sebagaimana kita lihat pada contoh-contoh di atas sampai ratusan, sistem angka alphabet yunani
ini mempunyai lambang tersendiri. Untuk menyatakan ribuan, di atas sembilan angka dasar yang
pertama (dari ... sampai ...) dibubuhi tanda aksen („) sebagai contoh α‟ = 1000, ε‟ = 5000.
Sedangkan kelipatan 10.000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas tanda
M.

Contoh.
4. 5000 = ε „ 
5. 3567 = γ‟ φ ξ ς

Dibandingkan dengan sistem angka Mesir Purba, maka penulisan dengan sistem angka alphabet
Yunani ini lebih singkat dan sistematis. Sebagai contoh untuk penulisan bilangan 500 dalam
sistem angka Mesir Purba lambang 9 ditulis sampai 5 kali tetapi dalam sistem angka alphabet
yunani telah mempunyai lambang tersendiri yaitu φ.

4. SISTEM NUMERASI MAYA

Penulisan Bilangan Maya ditemukan oleh Fransisco de Cordoba pada tahun 1517 M di
Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambing dari system numerasi maya merupakan gabungan
antara garis dan noktah. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar
20. Sementara untuk bilangan-bilangan yang lebih besar dari lagi dipakai bilangan dasar 18.20,
18.202, 18.203, 18.20n.
Sistem numerasi Maya berbasis 20 (vigesimal) dengan menggunakan tiga simbol yaitu
sistem cengkerang, batang dan titik. Suatu titik mewakili nilai satu, batang mewakili lima dan
cengkerang mewakili nol. Simbol bilangan maya sebagai berikut:
Gambar: Simbol Bilangan Maya.
Sistem Posisi Bilangan Maya
Posisi Nilai Posisi Digit Keterangan
Digit
1 200 1 Posisi satuan s.d.
puluhan
2 18.201 360 Posisi puluhan s.d.
ribuan
3 18.202 7200 Posisi ribuan s.d.
puluh-ribuan
4 18.203 144000 Posisi puluh-ribuan

s.d. ratus-ribuan
Sistem ini menggunakan basis 20, tetapi bilangan kelompok kedua adalah (18)(20)
sebagai ganti dari (20)2, bilangan kelompok ketiga adalah (18)(20) 2 sebagai ganti dari (20), dan
seterusnya (18)(2O)n. Bilangan-bilangan di bawah basis (20) ditulis secara amat sederhana
dengan titik (kerikil) untuk satu dan tangkai (“ “) untuk lima
Untuk mendapatkan semua angka yang lain, Suku Maya hanya menggunakan 20 simbol
dari angka 0 hingga 19. Sistem basis 10 mempunyai nilai tempat berikut: 1, 101, 102, 103, dll.
Maka sistem basis 20 mempunyai nilai tempat seperti berikut: 1, 201, 202, 203, dll. Meskipun
demikian, suku Maya mempunyai satu penyimpangan dari basis 20. Nilai tempatnya adalah 1,
20, 20.18, 202.18, 203.18, dll. Oleh karena itu, suku Maya lebih berminat menghitung hari dan
kalender tahunan mempunyai 360 hari, karena lebih sesuai dengan nilai digit ketiga terkecil yaitu
20.18 = 360 dan bukan 20.20 = 400. Suku Maya menyusun angka mereka untuk menandakan
nilai tempat berbeda. Prinsipnya dapat dilahat gambar berikut:
Contoh 1: Prinsip penulisan bilangan maya

Jumlah 31.781.148 adalah nilai dalam basis 10. Angka yang ditulis dengan ringkas dalam
sistem Maya yaitu 11.0.14.0.17.8.
Contoh 2: ilustrasi Penulisan Bilangan Maya

Ada dua kelebihan dengan menggunakan sistem ini, yaitu:


a. Mudah menunjukkan angka yang lebih besar.

b. Aritmatikanya mudah untuk diselesaikan.

5. SISTEM NUMERASI CHINA

Sistem numerasi China sudah ada sejak 200 SM. Ada dua system numerasi China yang
digunakan, yang pertama system numerasi China-Kuno dan system numerasi China-Jepang.
1. Sistem numerasi China–Kuno
Sistem yang digunakan pada masa China-Kuno adalah Sistem bilangan batang,
yaitu system bilangan posisional yang digunakan oleh orang China di dalam matematika.
Adapun symbol bilangannya sebagai berikut :
Orang-orang China pada masa itu belum mengenal angka 0, tetapi mereka telah memiliki
konsep tentang 0 yang mirip dengan penggunaan 0 kita saat ini. Untuk menuliskan angka
0, mereka meninggalkan ruang kosong diantara simbol-simbol bilangan lain nya.
Contoh :

Selain itu, kadang kala mereka menggunakan batang berwarna merah untuk bilangan
positif dan batang berwarna hitam untuk bilangan negative.
Contoh :

2. Sistem Numerasi China - Jepang


Sistem numerasi China Jepang mempunyai sifat pengelompokan perkalian atau disebut
juga dengan multiplikatif dengan bilangan dasar 10 dan dalam penulisan numerasi
China-Jepang ini cukup unik yaitu angka ditulis dari atas kebawah.
Simbol Bilangan China-Jepang :

Cara membacanya :

Contoh :

6. SISTEM NUMERASI ROMAWI


Angka romawi menggunakan sistem bilangan berbasis 5. Angka 1 dan 5 dalam angka
romawi terinspirasi dari bentuk tangan yang merupakan alat hitung alami. Garis yang miring
mewakili jempol yang kemudian menjadi simbol angka lambang dari 10 adalah gabungan dua
garis miring yang melambangkan ipak dan L C D M yang sekarang 50 100 500 dan 1000
merupakan modifikasi dari simbol V dan angka romawi ini masih digunakan sampai sekarang.
Menulis angka romawi menggunakan sistem penjumlahan, contohnya 6 menggunakan sistem
penjumlahan yaitu 5 ditambah 1. ditambah 1 Jadi Iya jadi hp satunya itu
Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM. Sampai saat
ini, lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem
numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari sistemnya
yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal
tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol. Tetapi sistem Romawi
yang seperti sekarang ini belum lama dikembangkannya. Lambang bilangan yang digunakan
dalam sistem Romawi sebagai berikut.

Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika beberapa lambang
dikombinasikan, lambang-lambang tersebut dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka
memuat dua lambang dasar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang lain, maka berlaku:
- Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.

- Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.

Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama,
maka semua lambang menyatakan jumlah.
Contoh :
CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi dijumlahkan)
XC = 100 - 10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan)

Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
- Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X, dan C.
- Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal
- Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.

- Aturan yang berlaku, empat ditulis IV dan bukan IIII

- Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai N digunakan sebagai


lambang ―nullae yang menyatakan nol.

Untuk menuliskan bilangan-bilangan besar dipakai sistem perkalian yang ditunjukan dengan
tanda-tanda tertentu. Umpamanya sebuah strip (ruas garis) diatas lambang bilangan tertentu
menunjukan nilai yang sama dengan 1000 kali nilai bilangan itu. Dua strip diatas sebuah
lambang bilangan tertentu menunjukan nilai sejuta kali bilangan itu.
Contoh :

Contoh penulisan:
1944 = 1.103 + 9.102 + 4.10 + 4
= MDCCCCXXXXIIII
Sebagaimana diterangkan diatas tentang sistem penjumlahan dan pengurangan maka
dapat ditulis: 1944 = M C M X L I V
Bangsa Romawi menggunakan angka-angka untuk perhitungan.Lambang Romawi
menggunakan huruf besar yang sejalan dangan pemikiran orang-orang Yunani.Lambang
Romawi yang digunakan bangsa Romawi pada tahun 100 dan sampai saat ini masih
digunakan.Angka Romawi sangat terkenal saat ini, dan sistem angka yang dominan untuk
perdagangan dan administrasi di sebagian besar bangsa Eropa.
Contoh yang lain untuk penulisan angka romawi yaitu menggunakan sistem
pengurangan contohnya angka 99
yaitu penulisannya angka 99, tidak boleh ditulis IC (100 - 1), tetapi yang benar adalah
XCIX (XC + IX atau 90 + 9).

7. SISTEM NUMERASI HINDU ARAB

Arab ini masih digunakan sampai sekarang angka dasar hanya ada 10 buah ia terpisah dari
titik A ke kanan dan mendapatkan hasil yang masih digunakan sampai sekarang tulisannya itu
berdasarkan jumlah sudutnya. Angka 1 sudutnya ada 1, angka 2 sudutnya ada 2, angka 3
sudutnya ada 3 dan seterusnya. ini Bapak Ibu adalah perkembangan bilangan dari masa ke masa
Semoga bisa dipahami dengan baik dan bermanfaat untuk bapak ibu dan teman-teman terima
kasih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
India menggunakan dua sistem angka, yaitu angka BrahmA dan angka Gupta .Angka
Brahma merupakan angka yang dipakai di India sekitar pertengahan abad ketiga sebelum
Masehi. Angka Brahma ditemukan pada tulisan gua-gua di daerah dekat Poona, Bombay, dan
Uttar Pradesh. Angka-angka Brahma tersebut digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama
sampai keempat Masehi.
Pada permulaan abad keempat sampai abad keenam Masehi, di India mulai
digunakanangka Gupta yang dikembangkan dari angka Brahma. Angka Gupta menyebar luas di
India bersamaan dengan penaklukan wilayah-wilayah yang dilakukan oleh kekaisaran Gupta.
Selanjutnya, angka Gupta dikembangkan menjadi angka !agari, yang kadang juga disebutangka
"e#anagari. Bentuk ini dikembangkan dari angka Gupta sekitar abad ketujuh Masehi
(Abdussakir, 2009:52-53).
ketika angka-angka India mulai masuk ke Arab, dimulailah pengembangan angka-angka
Arab yang diadaptasi dari angka-angka India. "Diduga bahwa orang Arab yang pertamakali
menulis teks bahasa Arab tentang bilangan India adalah Al-Khwarizmi. Ia yang kemudian
diklaim sebagai penemu angka nol. Kata 'zero’ untuk mengatakan nol tidak lain berasal dari
bahasa Arab ' sifr. Kata sifr mengalami perubahansecara terus menerus, yaitu cipher, zipher,
zephirum, zenero, cinero, dan banyak lagi lainnya sampai menjadi zero. Kata aljabar tidak lain
diambil dari nama kitab matematika 'Al- Kitab al- mukhtashar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah
karya Al-Khwarizmi.
Berikut ini disajikan perubahan simbol numerasi secara bertahap, angka Brahma menjadi
angka desimal.

Ciri penting dalam sistem ini adalah diperbolehkan untuk menulis angka pada sebarang
angka, baik besar maupun kecil, dan hanya menggunakan sepuluh simbol yang disebut dengan
digit 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Kata digit berarti jari tangan atau jari kaki. Karena hanya sepuluh
simbol yang digunakan, maka sistem numerasi Hindu_Arab disebut juga sistem numerasi
perpuluhan.
Satu lagi prinsip dalam sistem numerasi ini yaitu pengumpulan sepuluh-sepuluh (simtem
perpuluhan) dimana sepuluh satu diganti dengan sepuluh, dan sepuluh-sepuluh diganti dengan
satu ratus, seratus sepuluh diganti dengan satu ribu dan seterusnya. Bilangan objek yang
dikumpulkan sedemikkian disebut basis bagi sistem itu. Oleh karena itu, sistem Hindu-Arab
adalah sistem basis sepuluh.
Angka Hindu Arab boleh ditulis dalam bentuk uraian (expanded form), dimana nilai bagi
setiap digit dalam setiap kedudukan itu jelas. Sebagai contoh, kita menulis 549 dalam bentuk
uraian yaitu: 549=5x100+4x10+9x1.
BAB 3
KESIMPULAN

Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim
sepanjang aliran sungai DI Mesir. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa
dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-
persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-
bilangan. Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka pada sejarah telah membuktikan bahwa
matematika, khususnya sistem bilangan pada awalnya tidak seragam, berbeda di tiap suku
bangsa. Jadi matematika dalam kasus ini sistem bilangan, sangat mirip dengan bahasa, yakni
berbeda di tiap suku bangsa, tapi pada prinsipnya bisa diterjemahkan satu sama lain.Dan
sebagaimana bahasa inggris mendominasi bahasa yang digunakan di dunia, maka sistem
bilangan basis 10 adalah yang paling banyak disepakati suku bangsa dan menjadi sistem
bilangan internasional. Tapi seperti bahasa juga, sistem bilangan ini juga mengalami asimilasi,
jadi walaupun menggunakan sistem bilangan basis 10 (desimal), 1 tahun tetap 12 bulan dan 1
jam tetap 60 menit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/rudilyas/sejarah-matematika-sistem-penulisan-bilangan
https://www.slideshare.net/rudilyas/sejarah-matematika-sistem-penulisan-bilangan
https://omniglot.com/chinese/numerals.htm
https://123dok.com/document/zw057l1y-sistem-numerasi-di-dunia-usa.html
https://xdocs.tips/doc/sejarah-bilangan-dan-sistem-numerasi-08p2px0p1rnv
Muliati, B. (2020). Historisitas Matematika Sistem Penulisan Bilangan. El MUBTADA: Journal
Of Elementary Islamic Education, 2(01), 25–34.

Anda mungkin juga menyukai