Anda di halaman 1dari 17

Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM.

Sampai saat ini,


lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lambang bilangan yang digunakan dalam sistem Romawi sebagai berikut (Abdussakir,
2009:50-51).

Angka Romawi

Peradaban Matematika Romawi merupakan kebalikan dari Peradaban matematika di


Yunani artinya masa bergoyangnya Yunani (Sway) merupakan masa berbunganya
matematika namun masa Romawi Merupakan masa kerdilnya matematika. Sebagai
akibat, tidak hanya geometri tinggi Archimides dan Appolonius, tetapi juga elemen euclid,
diabaikan. Dapat disimpulkan Notasi romawi ,dipinjam dari sumber-sumber luar.

Peradaban Romawi lebih mengedepankan ilmu praksis khususnya tentang Aritmatika.


Dalam Hal ini ilmu matematika yang menjadi peradaban adalah matematika langsung
dalam artian dalam bentuk hasil karya atau penerapan matematika itu sendiri. Sebagai
contoh, Penyelesaiaan matematika dalam hal pembayaran bunga dan soal-soal bunga
(rente), penyelesaian pembagian harta waris, pembentukan kalender, dll. Geometri
terapan sebagai contoh Telah dimilikinya rumus menghitung segitiga, terutama segitiga
sama sisi yang rumus aproksimasinya adalah ½ 3/5 a kuadrat.

Untuk menghitung bangsa Romawi kuno menggunakan sabak. Sabak dipakai dengan
menggunakan kerikil yang berada diatas dan dibawah garis pemisah ditandai dengan
angka Romawi menurut kolom-kolomnya. Setiap kerikildibawah garis dikolom paling
kanan dihitung sebagai satuan , dan setiap kerikil di atas garis bernilai lima. Jika
hitungannya bernilai 10 , sebuah kerikil dibawa ke sebelah kiri . Tabel dibawah
memperlihatkan hitungan sebesar 256.317 domba.

Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari
sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada
hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol. Sistem
Romawi sudah ada sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini
belum lama dikembangkannya.
Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah “IV” yang sebelumnya
adalah “IIII”. Lambang untuk 50 = L pernah bentuknya ^, û, dan ¯.
Lambang 100 = C.
Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang
sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi
hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melangbangkan memiliki arti angka tertentu, yaitu :

Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan angka yang disebelah
kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka yang berada di sebelah kirinya,
maka arti penulisan lambang bilangan itu adalah jumlahnya. Misalnya angka 4 dalam
Romawi IV, I mewakili bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang diwakili oleh V.
Sedangkan angka I ditulis disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 – 1 yang sama
dengan 4.

Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan X. X hanya dapat
dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. Misalnya
bilangan “99”, tidak dituliskan sebagai 100 – 1 yaitu dalam Romawi IC, namun dituliskan
sebagai 90 + 9 = (100 – 10) + (10 – 1) yaitu XCIX. Sistem numerasi Romawi ini
menggunakan dasar sepuluh. Jadi tidak ada tulisan VV untuk melambangkan 10, tetapi
harus X.

Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :


1. Tidak ada angka nol (0)
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja
Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka kecil, maka dibuat
pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di atas simbol angka Romawi,
(kecuali I).
Dua buah coretan diatas V, X, C atau yang lainnya menunjukkan perkalian dengan sejuta.

Persamaannya dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama menggunakan basis
sepuluh. Perbedaan dengan sistem numerasi hindu arab adalah:
1. Sistem numerasi hindu arab menggunakan sistem nilai tempat
2. Sistem numerasi romawi tidak menggunakan sistem nilai tempat 4 prinsip
yang digunakan.

Sistem Numerasi Babilonia


Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seprti paku.Orang Babilonia menulisakan huruf paku menggunakan tongkat yang
berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pad lempeng
tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing
menyerupai gambar
paku.
Sumeria dan
Babilonia matematika
didasarkan pada
sexegesimal, atau
basis 60, sistem
numerik, yang dapat
dihitung secara fisik
dengan menggunakan
dua belas buku-buku
jari di satu tangan
lima jari di sisi lain.
Tidak seperti orang-
orang dari Mesir ,
Yunani dan Romawi ,
angka Babilonia Babylonian Numerals Angka Babilonia
menggunakan sistem
tempat-nilai yang
benar, di mana angka yang ditulis di kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai yang lebih besar,
sama seperti dalam sistem desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan basis 60
bukan basis 10.
Telah menduga bahwa Babel kemajuan dalam matematika yang mungkin difasilitasi
oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi (1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30 dan 60 -
pada kenyataannya, 60 adalah integer terkecil dibagi oleh semua bilangan bulat dari 1 sampai
6), dan penggunaan modern terus dari 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam,
dan 360 (60 x 6) derajat dalam lingkaran, semua wasiat untuk sistem Babilonia kuno.
Cirri-ciri dari system Babilonia :
- Menggunakan bilangan dasar (basis) 60
- Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
- Symbol-simbol yang digunakan adalah ▼dan «
- Tidak mengenal symbol nol (0),akibatnya system Babilonia ini cepat hilang karena tidak
menggunakan symbol nol.

Sistem Numerasi Mesir Kuno


Bangsa Mesir
Kuno telah mengenal
alat tulis sederhana
menyerupai kertas
yang disebut
papyrus.Mereka
membuat tulisan
gambar dengan
menggunakan sejenis
pena dengan tinta
berwarna hitam-
Ancient Egyptian hieroglyphic numerals Hieroglif Mesir kuno angka
merah.tulisan mesir
kuno sering disebut
tulisan Hieroglif,dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk papyrus.Tulisan Mesir kuno
dioperkirakan dikembangkan pada tahun 3400 SM. Tulisan matematika Mesir yang paling
panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga “Lembaran Ahmes”
berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran
itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-
1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan geometri. Selain
memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan,
lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan
komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana
Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Symbol-simbol dalam Mesir Kuno dapat diletakkan dengan urut sembarang,sehingga
untuk menyatakan Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan
didasarkan pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000,
10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak
apapun sesuai dengan bilangan yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan bilangan
delapan puluh atau delapan ratus, simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali.Karena
metode perhitungan mereka tidak dapat menghitung pecahan dengan pembilang lebih besar
daripada satu, pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai jumlah dari beberapa pecahan. Sebagai
contohnya, pecahan dua per tiga (2/3) dibagi menjadi jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini
dibantu oleh tabel nilai [pecahan] standar. Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif
khusus; nilai yang setara dengan 2/3 ditunjukkan oleh gambar di samping.
Suatu bilangan yang sama dan ditulis dengan beberapa cara.Dengan perkataan
lain,system Mesir tidak mengenal tempat.Dengan system Mesir ini,juga dapat dilakukan
penjumlahan.
Sifat dari system numerasi Mesir Kuno :
- 10 tongkat (‫ )׀‬menjadi tulang tumit (∩)
- 10 tulang tumit (∩)menjadi satugulungan surat
- 10 gulungan surat menjadi tanda satu bunga teratai.

Sistem
Numerasi
Yunani
Sistem angka
Yunani kuno, yang
dikenal sebagai angka
Attic atau Herodianic,
sepenuhnya
dikembangkan oleh
sekitar 450 SM, dan Ancient Greek Herodianic numerals Kuno Herodianic angka Yunani
dalam penggunaan
rutin mungkin sebagai
awal Abad ke-7 SM.Bangsa Yunani mengenal huruf dan angka pada tahun 600 SM yang
ditandai dengan tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk
tulisannya pun terlihat kaku dan kuat.
Sistem Yunani Kuno Attik menggunakan sifat aditif,contohya :
2897 = 2000 + 500 + 300 +50 + 20 + 5 + 4
= 2x1000 + 500 + 3x100 + 50 + 2x10 +5 + 4x1.
System Yunani ini berbasis 10 sistem serupa dengan sebelumnya Mesir satu (dan
bahkan lebih mirip dengan kemudian Romawi sistem), dengan simbol-simbol untuk 1, 5, 10,,
50 100, 500 dan 1.000 diulangi sebanyak yang diperlukan untuk mewakili nomor yang
diinginkan . Penambahan dilakukan dengan menjumlahkan secara terpisah simbol (1s, 10s,
100s, dll) di nomor yang akan ditambahkan, dan perkalian merupakan proses yang
melelahkan berdasarkan doubling berturut (pembagian didasarkan pada kebalikan dari proses
ini).

Sistem Numerasi Yunani Alphabetik


Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem
angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka
pergunakan adalah 10.
Huruf-huruf itu mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1 = α alpha 10 = ι iola
2 = β beta 20 = κ kappa
3 = γ gamma 30 = λ lambda
4 = δ delta 40 = μ mu
5 = ε epsilon 50 = ν nu
6 = ζ obselet digamma 60 = ξ xi
7 = ι zeta 70 = ο omicron
8 = η eta 80 = π pi
9 = θ theta 90 = ά obselet koppa

100 = ρ rho
200 = σ sigma
300 = τ tau
400 = υ upsilon
500 = φ phi
600 = χ chi
700 = ψ psi
800 = ω omega
900 = Ў obselet sampi
Contoh – contoh :
1. 12 = ι β
2. 21 = κ α
3. 247 = σ μ ς
Sebagaimana kita lihat pada contoh-contoh di atas sampai ratusan, sistem angka alphabet
yunani ini mempunyai lambang tersendiri.
Untuk menyatakan ribuan, di atas sembilan angka dasar yang pertama (dari .. sampai )
dibubuhi tanda aksen (‘) sebagai contoh α’ = 1000, ε’ = 5000.
Sedangkan kelipatan 10.000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas
tanda M.
Contoh.
4. 5000 = ε ‘
5. 3567 = γ’ φ ξ ς

Dibandingkan dengan sistem angka Mesir Purba, maka penulisan dengan sistem angka
alphabet Yunani ini lebih singkat dan sistematis. Sebagai contoh untuk penulisan bilangan
500 dalam sistem angka Mesir Purba lambang 9 ditulis sampai 5 kali tetapi dalam sistem
angka alphabet yunani telah mempunyai lambang tersendiri yaitu φ

Sistem Numerasi Jepang-Cina


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 1000 10000 100000000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 1000 10000 100000000
Traditional
Tradisional
Simplified
Sederhana
Sebelas dalam bahasa Cina adalah "1001". Dua belas adalah "1002", dan seterusnya. Dua
puluh adalah "Dua sepuluh", dua puluh satu adalah (2 * 10 + 1), dan seterusnya sampai 99.
Seratus adalah "seratus".Seratus dan satu adalah "seratus nol satu". Seratus sebelas adalah
"seratus satu 1001". Perhatikan bahwa untuk sebelas saja, Anda hanya perlu "1001" dan
bukan "satu 1001", tapi ketika digunakan dalam jumlah yang lebih besar (seperti 111), Anda
harus menambahkan "satu" ekstra.Seribu dan di atas dilakukan dengan cara yang sama, di
mana Anda mengatakan berapa ribu yang Anda miliki, maka berapa banyak ratusan, puluhan,
dan satuan. Pengecualian untuk ini adalah angka nol.Ketika nol terjadi dalam jumlah (kecuali
di akhir), Anda perlu mengatakan "nol", tetapi hanya sekali untuk dua atau lebih berturut-
turut nol. Jadi 1001 akan menjadi "seribu nol satu", di mana nol berdiri dalam untuk ratusan
dan puluhan.Coba nomor yang berbeda di converter di atas untuk berlatih dan memeriksa
nomor lainnya.
Apa yang berbeda dari bahasa Inggris Amerika adalah bahwa ketika Anda mendapatkan
sampai sepuluh ribu, Cina memiliki kata sendiri (wan4), tidak seperti Inggris di mana Anda
harus menggunakan bilangan sepuluh dan ribu. Only after ten thousand does Chinese start
using compounds itself. Hanya setelah sepuluh ribu Cina menggunakan bilangan itu sendiri.
Seratus ribu adalah "satu sepuluh wan4" (di mana wan4 adalah kata Cina untuk sepuluh ribu
yang tidak memiliki bahasa Inggris).Cina terus seperti ini sampai 100 juta (yi4), di mana ia
memperkenalkan karakter baru. Hal ini terjadi setiap empat tempat desimal, tidak seperti
bahasa Inggris Amerika di mana hal itu terjadi setiap tiga tempat desimal (ribu, juta, miliar,
triliun, dll semua dipisahkan oleh tiga tempat desimal).
Karakter untuk satu, dua dan tiga hanya satu, dua dan tiga stroke horisontal paralel, masing-
masing. Seperti dalam bahasa Inggris, kita juga dapat menyingkat nomor dengan hanya daftar
digit dengan puluhan, ratusan, ribuan, dll dihilangkan.
Ketika berbicara tentang jumlah, kadang-kadang angka dari dua digunakan di tempat seratus

juta, sepuluh ribu, ribu, atau ratusan: (liang3). (Liang3). Hal ini pernah digunakan di
tempat puluhan.Kadang-kadang ketika digunakan sebagai suatu jumlah juga dapat
menggantikan dua saja. Dan perlu di ingat dalam sistem numerasi Jepang-Cina penulisan
setiap angka harus ditulis kebawah secara berurutan.
Sistem
Numerasi
Romawi
Bangsa
Romawi menggunakan
angka-angka untuk
perhitungan.Lambang
Romawi
menggunakan huruf Roman numerals Angka Romawi
besar yang sejalan
dangan pemikiran orang-orang Yunani.Lambang Romawi yang digunakan bangsa Romawi
pada tahun 100 dan
sampai saat ini masih
digunakan adalah
seperti disamping.
Angka
Romawi sangat
terkenal saat ini, dan
sistem angka yang
dominan untuk
perdagangan dan
administrasi di
sebagian besar bangsa
Eropa.Sistem numerasi
Romawi berbasis
10,sistem ini Roman arithmetic Romawi aritmatika
menggunakan sisitem
aditif.asas menjumlahkan dipakai dari zaman purbakala sampai pertengahan.Sebagai berikut :
2599 = 2000 + 500 + 50 + 40 + 9 = MMDLXXXXIX.
Penulisan lambang bilangan Romawi tidak diperkenankan megulang lambang yang sama
lebih dari tiga kali secara berturut-turut,oleh karenanya menuliskan 90 yang sama benar
adalah XC bukan LXXXX.Untuk penulisan angka yang besar menggunakan pekalian dengan
1000 dengan menulisakan tanda garis diatas huruf.
4 prinsip yang digunakan dalam system Romawi :

1) Pengulangan
Angka yang boleh diulang adalah I , X ,C , M ( tidak boleh diulang lebih dari 3x ).
Contoh : 20 = XX , 3= III
4≠IIII tetapi 4=IV
100≠ LL tetapi 100=C

2) Penjumlahan
Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih kecil
menambah nilai angka sebelumnya .
Yang boleh mengikuti adalah angka I, V, X, L , C , D )
Contoh : VI =6
XI=11
MD=1.500
3) Pengurangan
Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai angka yang
lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar
Contoh : IX =9, CM =900
49≠IL tetapi 49=XLIX
999≠IM tetapi 999= CMXCIX
4) Perkalian
Dengan menambahkan tanda strip ( ¯ ), dibaca bar diatas angka romawi maka akan
menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 x nya .
X= 10.000
D = 500.000.000
I =1, I disebut UNUS
V =5 , V disebut QUINQUE
X =10, X disebut DECEM
L =50, L disebut QUINQUAGINTA
C =100, C disebut CENTUM
M =1000

Sistem Numerasi Maya


Peradaban
Maya telah menetap di
wilayah Amerika
Tengah dari sekitar
2000 SM, meskipun
yang disebut sebagai
Periode Klasik
membentang dari
sekitar 250 AD sampai
900 AD.
Pentingnya
astronomi dan
perhitungan kalender
Maya dalam
matematika
masyarakat Mayan numerals Maya angka
diperlukan, dan Maya
yang dibangun cukup
awal sistem nomor yang sangat canggih, mungkin lebih maju dari yang lain di dunia pada
saat itu (meskipun perkembangan cukup sulit).
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh,berupa
bulatan lingkaran kecil dan garis-garis.Hal ini tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang
dipakai,yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat),sehingga dengan cara manusukkan
tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tingkat mereka
sehingga berbekas aris.
Ciri-ciri sistem numerasi Maya :
- Menggunakan basis 20
- Mengenal simbol 0 yaitu (θ)
- Ditulis secara tegak atau vertikal

Sistem ini menggunakan basis 20,tetapi bilangan kelompok kedua adalah (18) (20)
Sebagai ganti dari (20)²,bilangan kelompok ketiga adalah (18) (20)² sebagaiganti dari (20)³
dan seterusnya (18) (20)ª.

Sistem Numerasi Cina


Sistem
numerasi cina
menggunakan batang
bambu kecil diatur
untuk mewakili angka
1 sampai 9, yang
kemudian tempat di
kolom mewakili unit,
puluhan, ratusan,
ribuan, dll.Bangsa cina
juga menuliskanangka
mengggunakan alat
tulis yang dinamakan Ancient Chinese number system Sistem Cina kuno jumlah
pit dimana bentuknnya
menyerupai kuas. Oleh karena itu suatu sistem nilai tempat desimal, sangat mirip dengan
yang kita gunakan saat ini - memang itu adalah sistem nomor pertama tersebut, diadopsi oleh
orang Cina lebih dari seribu tahun sebelum diadopsi di Barat - dan itu membuat perhitungan
bahkan cukup kompleks sangat cepat dan mudah.
Penggunaan sempoa sering dianggap sebagai ide Cina, meskipun beberapa jenis
sempoa telah digunakan di Mesopotamia , Mesir dan Yunani , mungkin jauh lebih awal
daripada di Cina (Cina pertama sempoa, atau "suanpan", kami tahu tanggal sampai sekitar
abad ke 2 SM).
Sistem numerasi cina menggunakan sistem aditif dan pengelompokkan.Untuk
menyatakan bilangan 34876,bilangan ini dipilah-pilah menjadi 34876 = 34x1000 + 8x100 +
70 + 6.

Sistem Numerasi Hindu-Arab


Bangsa Hindu-Arab berasal dari India sekitar tahun 300 SM dan mengalami banyk
perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani.Namun system
Hindu-Arab dirasakan lebih efisien,sehingga sekitar tahun 1500 sistem ini banyak digunakan
secara umum.meskipun tanpa meninggalkan sepenuhnya system Romawi sampai saat ini.
Adapun sifat-sifatnya:
 Menggunakan 10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
 Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh (basis 10). Artinya setiap sepuluh satuan
dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan menjadi satu ratusan, dan
seterusnya.
 Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-suku yang
merupakan kelipatan dari perpangkatan 10.
Antar suku dipisahkan oleh tanda plus ( + ).
Misalnya : 10 = 1x101+0x100
205= 2x102+0x100+5x100
 Menggunakan aturan tempat
Contoh: 1.234
1= ribuan
2= ratusan
3= puluhan
4= satuan

Pada system Hindu-Arab mengenal angka nol (0) dan system ini menggunakan basis 10 maka
disebut juga dengan system decimal.
Beberapa konsep dalam sistem numerasi:

1. Aturan Aditif

Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah nilai
lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.

2. Aturan pengelompokan sederhana

Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,… dan mempunyai aturan
aditif

3. Aturan tempat

Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
Contoh:

4. Aturan Multiplikatif

Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan
0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,.. serta mempunyai aturan tempat.
Pada system Hindu-Arab mengenal angka nol (0) dan system ini menggunakan basis
10 maka disebut juga dengan system decimal.
Pendidikan
Matematika 1
Sistem Numerasi Maya
dan Hindu-Arab

Kelompok 3
Afnani Arfan 1204387
Arief Bagus S.S. 1204363
Asep Hidayatuloh 1203519
Dwi Dinna S.S. 1205627
M. Fajar 1203343
M. Insan Sidiq 1205837
Neng Mumum K. 1200697
Rizqi Juliana 1204431
SISTEM NUMERASI MAYA
Sistem Maya mempunyai
basis 20 dan ditulis secara
tegak. Untuk menyatakan
180, bilangan 180 ditulis
sebagai kelipatan dari 9,
yaitu (9 x 20) + 0, sehingga
lambangnya adalah :

Bilangan yang
lambangnya

mempunyai nilai ( 7x20) + 19 = 159


SISTEM NUMERASI MAYA
(300 SM)
Desimal Maya Desimal Maya

0 10

1 11

2 12

3 13

4 14

5 15

6 16

7 17

8 18

9 19

Ciri- ciri Sistem Numerasi


Maya :

1) menggunakan basis 20
2) mengenal simbol 0 (nol)

3) ditulis secara tegak atau


vertical
SISTEM NUMERASI HINDU-
ARAB
Sistem Numerasi Hindu-Arab
merupakan sistem numerasi
yang paling banyak dipakai
sekarang. Sistem ini
mempunyai 10 lambang yang
disebut angka (digit), yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9. Sistem
Hindu-Arab dirasakan lebih
efisien, sehingga sekitar 1500M
mulai digunakan secara umum.
Beberapa sifat yang dimiliki
oleh sistem Hindu-Arab adalah
:

1. menggunakan 10 lambang
(disebut angka),
yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
2. bilangan-bilangan yang lebih
besar dari 9 dinyatakan
sebagai bentuk suku-suku yang
merupakan kelipatan dari
perpangkatan 10.
3. menggunakan nilai tempat.
4. menggunakan sistem aditif.

Anda mungkin juga menyukai