Angka Romawi
Untuk menghitung bangsa Romawi kuno menggunakan sabak. Sabak dipakai dengan
menggunakan kerikil yang berada diatas dan dibawah garis pemisah ditandai dengan
angka Romawi menurut kolom-kolomnya. Setiap kerikildibawah garis dikolom paling
kanan dihitung sebagai satuan , dan setiap kerikil di atas garis bernilai lima. Jika
hitungannya bernilai 10 , sebuah kerikil dibawa ke sebelah kiri . Tabel dibawah
memperlihatkan hitungan sebesar 256.317 domba.
Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari
sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada
hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol. Sistem
Romawi sudah ada sejak 260 tahun SM. Tetapi sistem Romawi yang seperti sekarang ini
belum lama dikembangkannya.
Misalnya lambang bilangan untuk empat adalah “IV” yang sebelumnya
adalah “IIII”. Lambang untuk 50 = L pernah bentuknya ^, û, dan ¯.
Lambang 100 = C.
Pada zaman dahulu kala orang romawi kuno menggunakan penomoran tersendiri yang
sangat berbeda dengan sistem penomeran pada jaman seperti sekarang. Angka romawi
hanya terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melangbangkan memiliki arti angka tertentu, yaitu :
Bila lambang sebuah bilangan ditulis dengan dua angka sedangkan angka yang disebelah
kanannya mewakili bilangan yang lebih kecil dari angka yang berada di sebelah kirinya,
maka arti penulisan lambang bilangan itu adalah jumlahnya. Misalnya angka 4 dalam
Romawi IV, I mewakili bilangan yang lebih kecil dari bilangan yang diwakili oleh V.
Sedangkan angka I ditulis disebelah kiri dari V, maka arti IV ialah 5 – 1 yang sama
dengan 4.
Pada prinsip pengurangan ini, I hanya dapat dikurangkan dari V dan X. X hanya dapat
dikurangkan dari L dan C, dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M. Misalnya
bilangan “99”, tidak dituliskan sebagai 100 – 1 yaitu dalam Romawi IC, namun dituliskan
sebagai 90 + 9 = (100 – 10) + (10 – 1) yaitu XCIX. Sistem numerasi Romawi ini
menggunakan dasar sepuluh. Jadi tidak ada tulisan VV untuk melambangkan 10, tetapi
harus X.
Persamaannya dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama menggunakan basis
sepuluh. Perbedaan dengan sistem numerasi hindu arab adalah:
1. Sistem numerasi hindu arab menggunakan sistem nilai tempat
2. Sistem numerasi romawi tidak menggunakan sistem nilai tempat 4 prinsip
yang digunakan.
Sistem
Numerasi
Yunani
Sistem angka
Yunani kuno, yang
dikenal sebagai angka
Attic atau Herodianic,
sepenuhnya
dikembangkan oleh
sekitar 450 SM, dan Ancient Greek Herodianic numerals Kuno Herodianic angka Yunani
dalam penggunaan
rutin mungkin sebagai
awal Abad ke-7 SM.Bangsa Yunani mengenal huruf dan angka pada tahun 600 SM yang
ditandai dengan tulisan-tulisan bangsa Yunani pada kulit kayu atau logam sehingga bentuk
tulisannya pun terlihat kaku dan kuat.
Sistem Yunani Kuno Attik menggunakan sifat aditif,contohya :
2897 = 2000 + 500 + 300 +50 + 20 + 5 + 4
= 2x1000 + 500 + 3x100 + 50 + 2x10 +5 + 4x1.
System Yunani ini berbasis 10 sistem serupa dengan sebelumnya Mesir satu (dan
bahkan lebih mirip dengan kemudian Romawi sistem), dengan simbol-simbol untuk 1, 5, 10,,
50 100, 500 dan 1.000 diulangi sebanyak yang diperlukan untuk mewakili nomor yang
diinginkan . Penambahan dilakukan dengan menjumlahkan secara terpisah simbol (1s, 10s,
100s, dll) di nomor yang akan ditambahkan, dan perkalian merupakan proses yang
melelahkan berdasarkan doubling berturut (pembagian didasarkan pada kebalikan dari proses
ini).
100 = ρ rho
200 = σ sigma
300 = τ tau
400 = υ upsilon
500 = φ phi
600 = χ chi
700 = ψ psi
800 = ω omega
900 = Ў obselet sampi
Contoh – contoh :
1. 12 = ι β
2. 21 = κ α
3. 247 = σ μ ς
Sebagaimana kita lihat pada contoh-contoh di atas sampai ratusan, sistem angka alphabet
yunani ini mempunyai lambang tersendiri.
Untuk menyatakan ribuan, di atas sembilan angka dasar yang pertama (dari .. sampai )
dibubuhi tanda aksen (‘) sebagai contoh α’ = 1000, ε’ = 5000.
Sedangkan kelipatan 10.000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas
tanda M.
Contoh.
4. 5000 = ε ‘
5. 3567 = γ’ φ ξ ς
Dibandingkan dengan sistem angka Mesir Purba, maka penulisan dengan sistem angka
alphabet Yunani ini lebih singkat dan sistematis. Sebagai contoh untuk penulisan bilangan
500 dalam sistem angka Mesir Purba lambang 9 ditulis sampai 5 kali tetapi dalam sistem
angka alphabet yunani telah mempunyai lambang tersendiri yaitu φ
juta, sepuluh ribu, ribu, atau ratusan: (liang3). (Liang3). Hal ini pernah digunakan di
tempat puluhan.Kadang-kadang ketika digunakan sebagai suatu jumlah juga dapat
menggantikan dua saja. Dan perlu di ingat dalam sistem numerasi Jepang-Cina penulisan
setiap angka harus ditulis kebawah secara berurutan.
Sistem
Numerasi
Romawi
Bangsa
Romawi menggunakan
angka-angka untuk
perhitungan.Lambang
Romawi
menggunakan huruf Roman numerals Angka Romawi
besar yang sejalan
dangan pemikiran orang-orang Yunani.Lambang Romawi yang digunakan bangsa Romawi
pada tahun 100 dan
sampai saat ini masih
digunakan adalah
seperti disamping.
Angka
Romawi sangat
terkenal saat ini, dan
sistem angka yang
dominan untuk
perdagangan dan
administrasi di
sebagian besar bangsa
Eropa.Sistem numerasi
Romawi berbasis
10,sistem ini Roman arithmetic Romawi aritmatika
menggunakan sisitem
aditif.asas menjumlahkan dipakai dari zaman purbakala sampai pertengahan.Sebagai berikut :
2599 = 2000 + 500 + 50 + 40 + 9 = MMDLXXXXIX.
Penulisan lambang bilangan Romawi tidak diperkenankan megulang lambang yang sama
lebih dari tiga kali secara berturut-turut,oleh karenanya menuliskan 90 yang sama benar
adalah XC bukan LXXXX.Untuk penulisan angka yang besar menggunakan pekalian dengan
1000 dengan menulisakan tanda garis diatas huruf.
4 prinsip yang digunakan dalam system Romawi :
1) Pengulangan
Angka yang boleh diulang adalah I , X ,C , M ( tidak boleh diulang lebih dari 3x ).
Contoh : 20 = XX , 3= III
4≠IIII tetapi 4=IV
100≠ LL tetapi 100=C
2) Penjumlahan
Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih kecil
menambah nilai angka sebelumnya .
Yang boleh mengikuti adalah angka I, V, X, L , C , D )
Contoh : VI =6
XI=11
MD=1.500
3) Pengurangan
Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai angka yang
lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar
Contoh : IX =9, CM =900
49≠IL tetapi 49=XLIX
999≠IM tetapi 999= CMXCIX
4) Perkalian
Dengan menambahkan tanda strip ( ¯ ), dibaca bar diatas angka romawi maka akan
menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 x nya .
X= 10.000
D = 500.000.000
I =1, I disebut UNUS
V =5 , V disebut QUINQUE
X =10, X disebut DECEM
L =50, L disebut QUINQUAGINTA
C =100, C disebut CENTUM
M =1000
Sistem ini menggunakan basis 20,tetapi bilangan kelompok kedua adalah (18) (20)
Sebagai ganti dari (20)²,bilangan kelompok ketiga adalah (18) (20)² sebagaiganti dari (20)³
dan seterusnya (18) (20)ª.
Pada system Hindu-Arab mengenal angka nol (0) dan system ini menggunakan basis 10 maka
disebut juga dengan system decimal.
Beberapa konsep dalam sistem numerasi:
1. Aturan Aditif
Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah nilai
lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.
Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,… dan mempunyai aturan
aditif
3. Aturan tempat
Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
Contoh:
4. Aturan Multiplikatif
Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan
0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,.. serta mempunyai aturan tempat.
Pada system Hindu-Arab mengenal angka nol (0) dan system ini menggunakan basis
10 maka disebut juga dengan system decimal.
Pendidikan
Matematika 1
Sistem Numerasi Maya
dan Hindu-Arab
Kelompok 3
Afnani Arfan 1204387
Arief Bagus S.S. 1204363
Asep Hidayatuloh 1203519
Dwi Dinna S.S. 1205627
M. Fajar 1203343
M. Insan Sidiq 1205837
Neng Mumum K. 1200697
Rizqi Juliana 1204431
SISTEM NUMERASI MAYA
Sistem Maya mempunyai
basis 20 dan ditulis secara
tegak. Untuk menyatakan
180, bilangan 180 ditulis
sebagai kelipatan dari 9,
yaitu (9 x 20) + 0, sehingga
lambangnya adalah :
Bilangan yang
lambangnya
0 10
1 11
2 12
3 13
4 14
5 15
6 16
7 17
8 18
9 19
1) menggunakan basis 20
2) mengenal simbol 0 (nol)
1. menggunakan 10 lambang
(disebut angka),
yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
2. bilangan-bilangan yang lebih
besar dari 9 dinyatakan
sebagai bentuk suku-suku yang
merupakan kelipatan dari
perpangkatan 10.
3. menggunakan nilai tempat.
4. menggunakan sistem aditif.