Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH MATEMATIKA

SEJARAH ARITMETIKA DI BABILONIA

OLEH :

NURUL HIDAYAH HARWIS

ANDI SYAH FIKA AGUSTIA

ZAHRAH NURIRAMADHANA ARIEF

NUR JANA

AWALUDDIN NUR AZIZ

ESY NURUL KHAERATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

1
Kata Pengantar
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena
atas limpahan rahmat dan karuniah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sejarah Matematika
yang membahas mengenai “ Sejarah Aritmatika Babilonia ”.

Makalah ini terwujud dari beberapa sumber yang relevan dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan masukan, motivasi, dan turut membantu penulis dalam menyusun maklah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritk dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang, khusunya bagi para mahasiswa.

Makassar,31 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB l .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
A. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
B. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
A. Perkembangan dan Sejarah Matematika Babilonia .................................................. 2
B. Sistem Bilangan Yang Digunakan Oleh Bangsa Babilonia......................................... 3
C. Peninggalan Sejarah .................................................................................................. 5
D. Tokoh-Tokoh Sejarah Matematika Babilonia............................................................ 7
BAB III ................................................................................................................................ 9
PENUTUP ............................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 9
B. Saran .....................................................................................................................................9

iii
BAB l

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan tanpa batas dimensi. Kata
“Matematika” berasal dari bahasa latin “methematika” yang awalnya diambil dari bahasa
yunani “mathematike” yang berarti mempelajari. Kata mathematika berhubungan juga
dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar.
Berdasarkan asal katanya, maka dapat kita simpulkan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan yang didapat dengan cara berpikir. Bahasa numerik merupakan bahasa
matematika. Matematika digunakan diseluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang
kehidupan.

Sejarah matematika sudah ada sejak sebelum masehi. Salah satunya adalah pada zaman
Babilonia dan Mesir. Babilonia adalah negara kuno di selatan Mesopotamia (sekarang Irak)
di wilayah Sumeria dan Akkadia. Ibukota babilonia yaitu Babel. Raja pertama bangsa
Babilonia adalah seorang kepala suku Amorite bernama Sumuabum yang mendeklarasikan
kemerdekaan Babilonia dari negara tetangga nya Kazallu pada tahun 1894 SM. Bahasa resmi
dari bangsa Babilonia yaitu Semitik Akkadia yang dikenal dengan tulisan berbentuk paku
dalam penulisannya, sedangkan bahasa keagamaan nya adalah bahasa Sumaria. Matematika
yang ada di babilonia berasal dari bangsa Yunani. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
lebih dari 400 lempengan sejarah perkembangan bang sa babilonia. Selain lempengan yang
ditemukan pada zaman Babilonia ada juga penemuan lain seperti penemuan papan yang
terdapat ukiran mengenai matematika.

Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan


tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat. Sehingga manusia perlu mengembangkan sistem bilangan.
Sistem bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.

Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, mulai dari
perhitungan yang sederhana sampai perhitungan yang rumit. Masing-masing bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk symbol yang
ditemukan oleh orang-orang pada zamannya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
sebuah system bilangan yang digunakan oleh bangsa Babilonia dan para penemu pada zaman
itu.

1
A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan dan sejarah matematika Bailonia ?


2. Apa sistem bilangan yang digunakan oleh bangsa Babilonia ?
3. Apa saja peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan matematika Babilonia ?
4. Siapakah tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia ?

B. Tujuan Masalah

1. Mengetahui sejarah matematika Babilonia.


2. Mengetahui sistem bilangan yang digunakan oleh bangsa Babilonia.
3. Mengetahui peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan matematika Babilonia.
4. Mengetahui tokoh-tokoh matematika bangsa Babilonia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan dan Sejarah Matematika Babilonia


Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan
oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan
Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik Matematika
Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan
Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus
Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan
Matematika Babilonia diturunkan lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali
sejak 1850-an. Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih
basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di
antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak
tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel

2
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan
soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode
ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800
sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan
kubik, perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.
Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear
dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2
yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-
60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit
untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan
detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan
orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak
pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia
memiliki sistem nilai tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur
lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal.
Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, sehingga nilai tempat
suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya.

B. Sistem Bilangan Yang Digunakan Oleh Bangsa Babilonia


Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-
60). Penggunaan bilangan seksagesimal dapat dilihat pada penggunaan satuan waktu
yaitu 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan pada penggunaan satuan sudut
yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat.
Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60
memiliki banyak pembagi. Bangsa Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di
mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar,
seperti di dalam sistem desimal. Akan tetapi, terdapat kekurangan pada kesetaraan koma
desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira berdasarkan
konteksnya. Pada zaman ini juga belum ditemukan angka nol.
Berikut contoh angka babilonia:
Untuk suatu sistem posisional tertentu diperlukan suatu konvensi tentang bilangan yang
menunjukkan keunikan suatu bilangan. Misalnya desimal 12345 berarti:
1 x 104 + 2 x 103 + 3 x 102 + 4x 10 + 5
Sistem posisional seksagesimal Bablonia menganut cara penulisan seperti cara
diatas, yaitu bahwa posisi yang paling kanan adalah untuk unit samapai 59, satu sisi
disebelah kirinya adalah untuk 60 x n, dimana 1 kurang dari = n kurang dari = 59 dan

3
seterusnya. Sekarang kita menggunakan notasi dimana bilangan dipisahkan dengan
koma, misalnya, 1,57,46,40 menyatakan bilangan seksagesimal
1×60 pangkat 3 tambah 57 kali 60 pangkat dua ditambah 46kali 60 tambah 40.Yaitu,
dalam notasi desimal bernilani 424000
Namun masih terdapat persoalan dengan sistem ini. Karena dua dinyatakan
dengan dua karakter yang masing-masing menyatakan satu unit, dan 61 dinyatakan
dengan satu karakter untuk satu unit sebagai bilangan pertama dan sebagai bilangan
kedua adalah karakter yang identik untuk satu unit maka bilangan
seksagesimalBabiloniaia 1,1 dan 2 secara esensial dinyatakan secara serupa. Namun hal
ini bukanlah persoalan sebenarnya karaena adanya spasi diantara karakter-karakter
tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaannya. Dalam simbol untuk 2 kedua karakter
yang menyatakan unit saling berdempet dan menjadi simbol tunggal. Dalam bilangan 1,1
terdapat suatu spasi diantaranya.
Satu persoalan yg lebih serius adalah fakta bahwa tidak terdapat nol untuk
menyatakan posisi yang kosong. Bilangan seksagesimal menyatakan bilangan 1 dan 1,0
untuk 1 dan 60 desimal, memiliki pernyataan yg sama persis dan spasi tidak membawa
perbedaaan. Barangkali peradaban babilon selanjutnya telah menetapkan saebuah simbol
untuk menyatakan kekosongan.

Berikut adalah contoh dari sebuah papan huruf paku dimana perhitungan unutk
pangkat dua 147 dinyatakan. Dalam bilangan seksagesimal 147=2,27 dan
mengkuadratkannya memberikan hasil 21609=6,0,9
Jikalau posisi untuk kosomng menjadi masalah untuk bilangan bulat maka justru
terdapat persoalan yang lebih besar pada fraksi seksagesimalBabilonia. Bangsa Babilonia
menggunakan suatu sistem fraksi seksagesimal yang serupa dengan fraksi desimal kita.
Misalnya jika kita menulis 0,125 maka berarti 1/10 + 2/100 +5/1000 = 1/8. Tentu saja
fraksi dengan bentuk a/b, dalam bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai
fraksi desimal finit jika dan hanya jika b tidak dapat dibagi dengan bil. Prima selain 2
atau 5. Jadi 1/3 tidak memiliki fraksi desimal yang finit. Serupa halnya fraksi
seksagesimalbabilonia 0;7,30 dinyatakan dengan 7/60 +30/3600 yang ditulis dengan
notasi kita sebagai 1/8.
Karena 60 dapat dibagi dengan bilangan prima 2,3 dan 5 maka sebuah bilangan
dengan bentuk a/b, dan bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai fraksi
desimal finit jika dan hanya jika b tidak dapat dibagi oleh bilangan selain 2,3,dan 5.
Fraksi yang laian oleh karenanya dapat dinyatakan sebagai fraksi seksagesimal dan bukan
sebagai fraksi desimal finit.
Perkiraan notasi tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan seksagesimal dengan
bilangan pecahan. Untuk menyatakan 10,12,5;1.52.30 adalah
10 x 602 + 12 x 60 + 5 +1/60 +52/602 + 30/603

4
Yang dalam notasi kita adalah 36725 1/32. Hal ini berlaku namun diatas telah
dikemukakan notasi semikolon untuk menunjukkan dimana bagian integernya berakhir
dan bagian pecahannya dimulai. Inilah “koma seksagesimal” dan memainkan peranan
yang analog pada koma desimal. Namun bangsa Babilonia tidak memiliki notasi untuk
menunjukkan dimana bagian integer berakhir dan bagian pecahan dimulai. Jika kita
menulis 10,12,5,1,52,30 tanpa memiliki suatu notasi tentang “koma seksagesimal” maka
bilangan ini dapat meemiliki beberapa arti sebagai berikut:
0;10,12,5,1,52,30
10;12,5,1,52,30
10,12;5,1,52,30
10,12,5;1,52,30
10,12,5,1;52,30
10,12,5,1,52;30
10,12,5,1,52,30
Sebagai tambahan, tentu saja, sampai 10,12,5,1,52,30,0 atau 0;0,10,12,5,1,52,30 dan
seterusnya.

Sistem matematik Babilonia adalah seksagesimal atau bilangan berbasis 60.


Kemajuan besar dalam matematika ini terjadi karena dua alasan. Pertama, angka 60
memiliki banyak pembagi yaitu 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, dan 30, yang membuat
perhitungan jadi lebih mudah. Selain itu, bangsa Babilonia memiliki sistem bilangan real
dimana digit yang ditulis sebelah kiri memiliki nilai yang lebih besar seperti bilangan
berbasis 10.

C. Peninggalan Sejarah
Tulisan paku digunakan pada pembuatan lampengan peninggalan bangsa babilonia.
Lempengan tersebut ditulis pada saat masih basah kemudian dijemur atau dibakar. Ada
empat papan bertulis yang ditemukan, yaitu:

1. Papan Yale YBC 7289

5
Papan Yale YBC 7289 merupakan papan yang digambari sebuah diagram yang
berbentuk segiempat berukuran 30. Naskah Yale (200 SM) yang berisi tabel n3+n2
untuk menyelesaikan persamaan, termasuk persamaan kubik bahan persamaan
simultan yang menuju ke persamaan kuartik.

2. Plimpton 322

Plimpton 322 adalah papan bernomor 322 yang merupakan hasil olahan naskah-
naskah kuno Mesopotamia yang ditulis oleh G.A Plimpton yang berisi masalah
matematika. naskah tersebut berisi tabel metematika dari zaman antara tahun 1900-
1600SM. Naskah plimpton 322 berbentuk tabel yang terdiri atas 4 kolom dan 15 baris
berisi bilangan triple pythagoras.

3. Papan Susa

Papan ini memperlihatkan bagaimana cara menghitung radius lingkaran melalui


segitiga sama sisi. Di dalam papan susa ini terdapat sebuah segitiga ABC dengan
pusat lingkaran di titik O, dan terdapat suatu garis AD yang menghubungkan antara
titik A dengan garis BC. Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa aegitiga ABD
adalah segitiga pada sebelah kanan dalam suatu lingkaran.

Sehingga dengan menggunakan rumus Pythagoras dapat diperoleh :

6
AB2 + BD2 = AD2. Sehingga AD = 40. Kemudian akan disimpulkan radius lingkaran
tersebut adalah x, sehingga OB = OA = X. Lalu dengan teorema phythagoras
diperoleh :
X2 = AD2 + BD2 msks X2 = (40-x)2 + 302 menjadi X2 = 1600 – 80X + X2 + 900
sehingga 80X = 2500 atau dalam seksagesimal X = 13,25.

4. Papan Tell Dhibayi

Papan Tell Dhibayi ini menampilkan permasalahan geometri yang meminta dimensi
sebuah buju sangkar yang telah diketahui luas dan diagonalnya.

D. Tokoh-Tokoh Sejarah Matematika Babilonia


1. Raja Sargon adalah Pemimpin bangsa Akkadia. Dari segi kebudayaan bangsa Akkadia
meniru kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah budaya
baru yang disebut budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa ini ditemukan alat hitung
“sempoa”.

2. Raja Hammurabi adalah Raja Babilonia yang terbesar (1948-1905 SM). Raja
Hammurabi terkenal sebagai pembuat Undang-undang.

3. Diophantus (250-200 SM) Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang


mengembangkan konsep-konsep Aljabar Babilonia. Seorang matematikawan Yunani
yang bermukim di Iskandaria. Karya besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku
karangan pertama tentang System Aljabar. Bagian yang terpelihara dari aritmatika
Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang menghasilkan persamaan-
persamaan tingkat pertama.

4. Para Ilmuan Babel menemukan penentuan nilai akar kuadrat, bahkan telah
mendemonstrasikan Teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri muncul dengan
teorinya dan hal ini dibuktikan oleh Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah catatan
kuno yang berasal dari tahun 1900 sebelum masehi.

5. Otto Neugebauer dan F.Thureau-Dangin banyak menemukan pengetahuan tentang isi


dari tablet-tablet matematika ini tidak lebih tua 1935. Karena kerja penafsiran tablet-
tablet ini masih berlangsung, penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin
terjadi dalam waktu dekat.

7
6. Grotefend mencoba untuk memecahkan teka-teki, kemudian pada tahun 1347
Rawlinson menyempurnakan hasil dari Grotefend. Tablet-tablet itu ternyata mengenai
semua tahap dan kepentingan-kepentingan dari kehidupan jamannya dan meliputi banyak
jaman dari sejarah Babilonia.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon merupakan orang yang pertama kali
menulis dari kiri ke kanan, dan banyak membuat banyak dokumen-dokumen bertulis.
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia yang kini bernama Iraq sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan
Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Ada beberapa peninggalan sejarah babilonia dan
beberapa tokoh-tokohnya.

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, sebaiknya lebih menggunakan banyak referensi dan
sumber-sumber yang akurat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Matematika, S. S. P. (2014, January 28). Sejarah Matematika babylonia. Supratman Supu_ PPs
Matematika UHO 2012.
https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/28/sejarah-matematika-
babylonia/.

Gythaa, O. (2019, May 25). Sejarah Matematika Babilonia dan Mesir serta perkembangannya.
Gytha21. https://gytha21com.wordpress.com/2019/05/02/sejarah-matematika-babilonia-
dan-mesir-serta-perkembangannya/.

Napier, Khwarizmi, M, E., Abu, Hasan, Biruni, & Bürgi, J. (n.d.). ARITMATIKA pertemuan i
SEJARAH ARITMATIKA Dan PERKEMBANGANNYA oleh - ppt download. SlidePlayer.
https://slideplayer.info/slide/12119549/.

Portal : Matematika. (n.d.). http://raburia-ende-ende.unkris.my.id/ind/2814-


2697/Matematika_25492_unkris_raburia-ende-ende-unkris.html.

SAFNA OMEGA PINTA DEWI, 17204163095. (2021, January 11). Perkembangan Matematika
Pada Abad pertengahan Dan Renaissance serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Matematika di Sekolah. Institutional Repository of IAIN Tulungagung. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/id/eprint/18529.

Unknown. (1970, January 1). Perkembangan matematika babilonia. Perkembangan Matematika


Babilonia. http://kkisma.blogspot.com/2013/12/perkembangan-matematika-babilonia.html.

Indun, S. (2021, June 23). Menguasai Aritmatika sosial serta Persamaan dan pertidaksamaan
linier. MENGUASAI ARITMATIKA SOSIAL SERTA PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN LINIER - Raden Intan Repository.
http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/14838.

10

Anda mungkin juga menyukai