Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH MATEMATIKA

Matematika Babilonia

Disusun Oleh :

1. Mita Ariyana (2111280001)


2. Reni Selpia (2111280005)
3. Ananda Maya Lestari (2111280027)
4. Alfa Ridzi M.K.M (2111280022)

Dosen Pengampu :

Karlena Aprilianti, M.Pd.Mat

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MATEMATIKA
BABILONIA”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah
Matematika. Dalam makalah ini disediakan secara ringkas, untuk memudahkan
pembaca dalam memahami makalah ini. Pengertian, kami susun dalam makalah
ini untuk menambah wawasan pembaca. Diharapkan dengan penyusunan makalah
ini pembaca dapat giat belajar lagi. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kritik dan saran yang membangun kami harapakan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 23 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Munculnya Matematika Babilonia ..............................................................3


B. Peninggalan Matematika Babilonia kuno ...................................................5
C. Perkembangan Matematika Di Babilonia Kuno .........................................6
D. Sistem Bilangan Bangsa Babilonia ..............................................................8
E. Teori Bilangan Pada suku Babilonia .........................................................10
F. Penggunaan Tulisan Paku .........................................................................12
G. Theorema Phytagoras dalam Matematika Babilonia ................................13
H. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia ...........................16

BAB III PENUTUP ..............................................................................................18

A. Kesimpulan ...............................................................................................18
B. Saran ..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Babilonia adalah sebuah peradaban kuno yang terletak di kawasan tengah
selatan Mesopotamia (sekarang Irak). Bangsa Babilonia dianggap sebagai
bangsa yang memiliki pengetahuan matematika tertinggi. Matematika Babilonia
merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban Helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia
sebagai tempat untuk belajar.
Pada zaman peradaban Helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Ilmu
matematika di Babilonia berkembang pada ilmu Aritmatika dan Geometri. Di
Babilonia, media penulisan matematika adalah tanah liat. Selain itu, di Babilonia
melakukan kegiatan pengukuran tanah. Kegiatan selain pengukuran tanah,
ilmuwan matematika Babilonia terkenal dalam kontribusinya membuat kalender.
Peninggalan matematika Babilonia yang terkenal adalah sistem bilangan
Babilonia. Sistem bilangan ini pertama kali muncul sekitar tahun 3100 SM dan
dikenal sebagai sistem Plimpton 322. Selain itu, terdapat papan Yale YBC 7289
yang juga merupakan peninggalan matematika Babilonia. Beberapa tokoh yang
berperan dalam perkembangan matematika Babilonia antara lain Thales,
Pythagoras, dan Euclid. Otto Neugebauer juga merupakan peneliti matematika
Babilonia yang terkenal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana munculnya peninggalan matematika babilonia?
2. Apa saja peninggalan matematika babilonia?

1
3. Bagaimana perkembangan matematika babilonia kuno ?
4. Bagaimana sistem bilangan bangsa babilonia?
5. Bagaimana teori bilangan suku babilonia ?
6. Bagaimana penggunaan tulisan paku?
7. Bagaimana theorema phytagoras dalam matematika babilonia ?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan sistem bilangan babilonia?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan penulisan yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana munculnya peninggalan matematika
babilonia
2. Untuk mengetahui apa saja peninggalan matematika babilonia
3. Untuk perkembangan matematika babilonia kuno
4. Untuk mengetahui apa itu sistem bilangan bangsa babilonia
5. Untuk mengetahui teori bilangan suku babilonia
6. Untuk mengetahui apa saja penggunaan tulisan paku
7. Untuk mengetahui theorema phytagoras dalam matematika babilonia
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem bilangan babilonia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Munculnya Matematika Babilonia


Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban helenistik. Dunia mengakui bahwa bangsa Babilonia
memberikan peran penting di seluruh bidang salah satunya dalam bidang
Matematika. Bangsa Babilonia disebut sebagai bangsa yang memiliki
pengetahuan matematika yang ungul. Dengan demikian, perkembangan
matematika di Mesopotamia lebih dikenal sebagai “Mathematica Babilonia”
karena wilayah Babilonia telah menjadi lokasi utama untuk belajar.
Mathematica Babilonia adalah komponen dari setiap matematika yang
diajarkan. Dimulai oleh orang-orang Mesopotamia sejak kepemimpinan
bangsa Sumeria sampai permulaan peradaban helenistik.
Lebih dari 400 lempengan tanah liat telah diidentifikasi sebagai bagian
dari sejarah bangsa Babilonia yang dicari sejak Tahun 1850-an. Lempengan-
lempengan yang dimaksud ditulis dengan menggunakan tulisan berbentuk
paku. Lempengan tersebut diberi tulisan ketika tanah liat masih basah,
kemudian dibakar dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Bukti
terkini menyebutkan bahwa lempengan bertulisan tersebut adalah karya
bangsa Sumeria yang membangun peradaban Kuno di Mesopotamia. Meraka
mengembangkan sistem metrologi dari tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500
SM, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat
yang berkaitan dengan geometri dan pembagian.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari
tahun 1800 sampai dengan 1600 SM dan meliputi topik-topik pecahan,
aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, perhitungan bilangan reguler, invers
perkalian, serta bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel

3
perkalian dan juga metode penyelesaian persamaan linier dan persamaan
kuadrat.
Bangsa babilonia menerima ide dari Bangsa Sumeria, yaitu
menggunakan sistem bilangan seksagesimal (sistem bilangan yang
menggunakan angka 60 sebagai dasarnya) yang dicampur basis 10 (sistem
bilangan desimal menggunakan 10 macam simbol
yaitu ) dan sudah mengenal nilai tempat (ide
bahwa nilai suatu angka tergantung pada “tempat” atau posisinya di
suatu bilangan).
Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Babilonia membuat sistem penulisan
bilangan yang lebih sederhana. Peradaban Mesopotamia membawa dampak
yang signifikan bagi semua aspek kehidupan manusia, terutama dalam hal
perkembangan matematika antara tahun 3500 dan 539 SM yang dikenal
sebagai periode bangsa Babilonia. Matematika berkembang dengan pesat di
era ini dalam mengembangkan sistem bilangan yang bersifat seksagesimal
yang ditulis dengan menggunakan dus simbol berbentuk pin dan sayap yang
disebut aksara runcing.
Bangsa Babilonia menemukan matematika dari pengalaman mereka
sehari-hari. Hal tersebut berarti bahwa masyarakat saat itu mengembangkan
ide-ide matematika dari masalah nyata. Beberapa kajian geometri dari bangsa
Babilonia ternyata mampu memberika inspirasi kepada ilmuwan-ilmuwan
yang hidup pada masa berikutnya.
Babilonia menjadi cikal bakal perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang Matematika. Namun meskipun demikian, Babilonia
belum mencapai perkembangan yang terlalu signifikan sebelum
disempurnakan oleh Yunani dengan berkembangnya tradisi intelektual yang
ditandai dengan filsafat dan matematika. Matematika terus berkembang
karena interaksi antar manusia dan pertemuan-pertemuan dengan bangsa lain,

4
sehingga pertukaran pikiran dan pendapat tentang keilmuan mudah dilakukan
dan ilmu pengetahuan pun sudah dikembangkan. Hingga sampai pada abad
pertengahan yang merupakan zaman kejayaan dan kemajuan peradaban bagi
umat islam, namun merupakan zaman kegelapan bagi bangsa Eropa.

B. Peninggalan Matematika Babilonia


1. Bidang Geometri
Geometri digunakan oleh bangsa Babilonia untuk pengukuran praktis
sejak tahun 2000 - 1600 SM. Mereka sudah mengetahui rumus untuk
menghitung persegi, luas segitiga siku-siku dan sama kaki atau rumus
umum luas segitiga, luas trapesium yang salah satu sisinya tegak lurus
kedua sisinya yang sejajar. Menghitung volume paralelpipidum siku-siku,
volume prisma tegak yang alasnya berupa trapesium. Keliling suatu
lingkaran digunakan tiga kali diameternya, luas lingkaran digunakan
seperduabelas dari kuadrat kelilingnya dengan . Volume silinder
tegak dihitung dengan perkalian luas alas dengan tinggi.
2. Bidang Aljabar / Aritmatika Babilonia
Sekitar tahun 2000 SM perkembangan aljabarnya tidak hanya mampu
menyelesaikan persamaan kuadrat, tetapi juga membahas tentang
penyelesaian persamaan pangkat tiga dan empat. Hal ini terlihat adanya
peninggalan berupa tablet yang isinya berupa tablet kuadrat dan pangkat
tiga bilangan 1 s/d 30 dan kombinasi
3. Bilangan Seksagesimal
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan
seksagesimal (basis-60) karena keunggulannya pada bidang astronomi.
Sistem perhitungan berbasis 60 masih ada sampai sekarang, yakni dengan
diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk satu menit dan 60
menit untuk satu jam. Kelemahan sistem ini adalah tidak adanya lambang

5
nol. Simbol 1 dan 60 sama, dalam hal ini tanda spasi juga tidak akan
mampu membantu menjelaskan apakah lambang tersebut adalah 1 atau 60.
4. Plimpton 322
Tablet peninggalan bangsa Babilonia yang memuat tabel analis yang
dikenal dengan Plimpton 322, maksudnya tablet tersebut dikenal sebagai
kumpulan dari GA Plimpton di Universitas Columbia dengan katelog
no.322. Tablet ini ditulis oleh bangsa Babilonia Kuno sekitar tahun 1900
s/d 1600 SM dan pertama kali didiskusikan oleh Neugebauer dan Sachs
pada tahun 1945.

C. Perkembangan Matematika Babilonia Kuno


Babilonia adalah sebuah peradababan kuno yang terletak di kawasan
tengah-selatan Mesopotamia. Kawasan Mesopotamia termasuk Sumeria,
Akkad, dan Assyria. Kawasan ini sangat penting karena menjadi salah satu dari
tempat awal manusia hidup bersama-sama dalam satu peradababan. Penduduk
Bablonia, atau yang sering disebut Babilon, memiliki satu bahasa penulisan
yang mereka gunakan untuk mempelajari perkara-perkara yang berkaitan dunia
di sekeliling mereka. Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon
merupakan orang yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan banyak
membuat banyak dokumen-dokumen bertulis.
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria

6
hingga permulaan peradaban helenistik. Di namai “Matematika Babilonia”
karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada
zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad,
sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan
dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika
Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali
sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih
basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari.
Beberapa di antaranya adalah karya rumahan. Bukti terdini matematika
tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di
Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun
3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan
geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga
merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah
diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik
pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan
regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga
meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan
persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi
√ yang akurat sampai lima tempat desimal.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal


(basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk
semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan

7
Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih
besar, seperti di dalam sistem desimal.
Para ahli matematika telah mengembangkan langkah langkah algoritma
seperti cara mencari akar pangkat dua suatu bilangan. Beberapa operasi dasar
matematika seperti penjumlahan, pengurangan dan perkalian tidak berbeda
dengan yang telah kita gunakan zaman sekarang. Hanya satu perbedaan yang
unik ketika melakukan operasi pembagian. Pembagian dilakukan dengan
menggunakan sebuah tabel khusus. Seperti jika ingin membagi 14 dengan 5,
maka akan dicari dengan mengalikan angka 14 dengan 2, kemudian ditaruh satu
koma di satu angka belakang ditaruh koma, 2,8. Tabel tabel
pembagian tersebut telah dirancang khusus oleh ahli matematika kala itu.
Sementara untuk pembagi dengan jumlah besar maka dilakukan secara
berulang.
Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk
mengukur suatu area. Mereka mengukur keliling lingkaran sebanyak 3 kali
diameter dan luasnya sebagai satu per duabelas kuadrat dari lingkaran, dan jika
hitungannya benar, maka nilai π akan bernilai 3. Volume silinder diambil
sebagai produk dari alas dan tinggi, namun, volume frustum sebuah kerucut
atau piramida persegi dihitung dengan tidak benar sebagai produk dari
ketinggian dan setengah jumlah dari basis. Juga, ada penemuan terbaru dalam
sebuah catatan kuno mencantumkan bahwa nilai π adalah 3.

D. Sistem Bilangan Bangsa Babilonia


Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal
(basis-60). Penggunaan bilangan seksagesimal dapat dilihat pada penggunaan
satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan pada
penggunaan satuan sudut yaitu 360 derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang

8
melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam
matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Bangsa
Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang
dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam
sistem desimal. Akan tetapi, terdapat kekurangan pada kesetaraan koma
desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira
berdasarkan konteksnya. Pada zaman ini juga belum ditemukan angka nol.
Tulisan dan angka bangsa babilonia sering juga disebut sebagai tulisan
paku karena bentuknya seperti paku. Orang babilonia menuliskan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma
segitiga) dengan cara menekannya dalam lempeng tanah liat yang massi basah
sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai paku.

Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili


dua, tiga untuk tiga, dan seterusnya. Namun, mereka cenderung untuk mengatur
simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi. Setelah mereka sampai kesepulu, ada
terlalu banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang
berbeda. Sebelas itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dan dua
puluh itu sepuluh dan sepuluh. Untuk simbol enam puluh tampaknya persis

9
sama dengan yang satu. Enam puluh satu adalah enam puluh dan satu, yang
karenanya terlihat seperti satu dan satu, dan seterusnya. Berikut penilisan
sistem bilangan bangsa babilonia :
 Penulisan Paku ke Seksagesimal

 Penulisan Seksagesimal ke Angka Modern


Contoh:
1)
2)
3)
 Penulisan Modern ke Seksagesimal
Contoh:
1)
2)
3)

E. Teori Bilangan Pada suku Babilonia


Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria
hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babilonia”
karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada
zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di

10
bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi
menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir,
pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam
tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau
dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang
membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem
rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa
Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem
bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan
tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan
meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan
perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.
Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian
persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM
memberikan hampiran bagi √ yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal
(basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk
semenit, 60 menit untuk satu jam, dan derajat untuk satu
putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan
Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih
besar, seperti di dalam sistem desimal.

11
F. Penggunaan Tulisan Paku
Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan
paku karena bentuknya seperti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku
menggunakan tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma
segitiga) dengan cara menekannya pada lempeng tanah liat yang masih basah
sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar
paku. Ada empat papan tertulis yang ditemukan, antara lain:
a. Papan Yale YBC 7289
Terdiri dari sebuah papan yang digambari suatu diagram. Diagram
tersebut merupakan sebuah segi empat berukuran 30.

b. Plimpton 322
Papan ini adalah papan tanah dengan nomor 322 yang digunakan
sebagai koleksi di rumah GA Plimpton di Universitas Colombia. Papan ini
memiliki 4 kolom dengan 15 baris. Tiap baris terdapat , didalam kolom 3
terdapat dan pada kolom 2 merupakan kuadrat sempurna, katakanlah
. Namun, pernyatan tersebut diragukan karena adanya bagian
yang tidak lengkap karena rusak dan hilang. Maka dari itu, terdapat empat
kesalahan penerjemahan yang menyebabkan pernyataan tersebut diragukan.

12
c. Papan Nusa
Papan nusa meneliti bagaimana cara menghitung radius sebuah
lingkaran melalui segitiga sama sisi.

d. Papan Tell Dhibayi


Papan tell dhibayi menampilkan permaslahan geometris yang
meminta dimensi sebuah bujur sangkar yang telah diketahui luas dan
diagonalnya.

G. Teorema Pythagoras dalam Matematika Babilonia


Telah diuji empat papan tulis suku babilonia yang semuanya memiliki
hubungan dengan teorema phytagoras. Suku babilonia sangat mengenal teorema
phytagoras. Suku babilonia menggunakan suatu metode yang ekuivalen dengan
metode suku Heron. Analisisnya adalah bahwa mereka memulainya dengan
suatu perkiraan, katakanlah Mereka kemudian menemukan bahwa
.
Terjemahan dari tablet Babilonia yang disimpan di museum Inggris adalah
sebagai berikut:

13
4 adalah panjangnya dan 5 adalah diagonalnya. Berapakah luasnya ?
Ukurannya tidak diketahui.
4 dikali 4 adalah 16
5 dikali 5 adalah 25
Anda mengambil 16 dari 25 dan tersisa 9
Jam berapa? apa yang harus saya ambil untuk mendapatkan 9 ?
3 kali 3 adalah 9
3 adalah luasnya
Berikut merupakan 4 penjelasan tabel babilonia, antara lain:
1. Papan Plimpton 322
Plimpton 322 adalah nomor 322 tablet dalam koleksi GA Plimpton
bertempat di Columbia University. Papan ini memiliki empat kolom dengan
15 baris. Kolom terakhir adalah yang paling sederhana untuk dipahami
karena hanya tertulis 1, 2, 3, …, 15. Hal yang menakjubkan adalah bahwa
tiap baris, kuadrat angka c dalam kolom 3 minus kuadrat angka b pada
kolom 2 merupakan bilangan kuadrat sempurna, katakanlah. Jadi tabel ini
merupakan sebuah persamaan segitiga Phytagoras. Namun sekarang
pernyataan ini meragukan karena ternyata terdapat empat kesalahan
penerjemahan, dua dalam tiap kolom. Kesalahan-kesalahan ini dengan
mudah dapat dilihat sebagai kesalahan mendasar, misalnya 8,1 telah ditulis
sebagai 9,1.
Kolom pertama paling sulit dimengerti, khususnya pada bagian yang
rusak atau hilang. Namun, dengan menggunakan dua notasi di atas, tampak
bahwa kolom pertama hanyalah . Papan ini tetaplah memiliki kelemahan,
karena bilangan Phytagoras yang dituliskan hanya dimulai dari bilangan 45,
60, 75 sehingga tidak dapat diketahui bilangan-bilangan Phytagoras yang
lebih kecil. Juga baris-barisnya tidak disusun secara logis kecuali angka-
angka pada kolom 1 disusun menurun secara teratur. Pertanyaannya

14
kemudian adalah bagaimana angka-angka tersebut ditemukan dan mengapa
bilangan-bilangan Phytagoras ditulis dalam tablet.
2. Papan Yale YBC 7289
sebuah persegi dengan ukuran 30 di satu sisi. Diagonal tertarik dalam
dan dekat pusat ditulis 1,24,51,10 dan 42,25,35. Tentu saja nomor ini ditulis
dalam angka Babylon ke basis 60. Pada pembahasan terdahulu sudah
disinggung bahwa sistem bilangan seksagesimal ambigu ketika tidak bisa
dibedakan antara akhir integer dan awal fraksi. Asumsikan bahwa angka
pertama adalah 1; 24,51,10 kemudian mengubah desimal ini memberikan
1,414212963 sementara √ = 1,414213562. Menghitung 30 [ 1;24,51,10 ]
memberikan 42; 25,35 yang merupakan angka kedua. Diagonal dari sebuah
persegi samping 30 adalah ditemukan dengan mengalikan 30 dengan
pendekatan √ .
Ini menunjukkan pemahaman yang baik teorema Pythagoras.
Namun, bahkan lebih penting adalah pertanyaan bagaimana bangsa Babylon
menemukan pendekatan yang sangat baik untuk √ . Dugaan beberapa
penulis, bahwa bangsa Babylon menggunakan metode yang setara dengan
metode Heron. Bahwa mereka mulai dengan menebak, katakanlah x. Mereka
kemudian menemukan e = – 2 yang merupakan kesalahan.
3. Papan Susa
Tablet Susa menetapkan masalah tentang sebuah segitiga sama kaki
dengan sisi-sisi 50, 50 dan 60. Masalahnya adalah menemukan jari-jari
lingkaran melalui tiga simpul.
Dengan adanya label segitiga dan pusat lingkaran . tegak lurus
diambil dari A untuk memenuhi sisi SM. Sekarang segitiga ABD adalah
segitiga siku kanan, dengan menggunakan Teorema Pythagoras , sehingga
AD = 40. Misalkan jari-jari lingkaran adalah x. Kemudian AO = OB = x dan

15
OD = 40 – x. Menggunakan Teorema Pythagoras pada segitiga OBD kita
peroleh:
x 2 = OD 2 + DB 2.
Sehingga
memberikan dan sehingga 80 x = 2500 atau, dalam sexagesimal, x = 31; 15.
4. Tell Dhibayi
Diberikan suatu sisi persegi panjang yang luasnya adalah 0; 45 dan
sisi diagonalnya adalah 1; 15. Jika sisi-sisi persegi panjang adalah x, y maka

xy = 0,75 dan x 2 + y 2 = (1,25) 2. Kemudian kita ubah y menjadi y = ,

kemudian kita subtitusikan ke persamaan kedua untuk memperoleh kuadrat


dalam yang mudah dipecahkan. Namun ini bukanlah metode solusi yang
diberikan oleh bangsa Babylon.
Berikut adalah metode dari papan Tell Dhibayi. Kita gunakan notasi
modern x dan y sebagai setiap langkah untuk kejelasan, tetapi kita
melakukan perhitungan dalam notasi sexagesimal. Hitunglah 2 xy = 1; 30.
Kurangi dari = 1; 33,45 untuk mendapatkan = 0; 3,45. Ambil akar
kuadrat untuk memperoleh x – y = 0; 15. Bagilah dengan 2 untuk
mendapatkan = 0; 7,30. Bagi = 0; 3,45 dengan 4 untuk mendapatkan

= 0; 0,56,15. Tambahkan xy = 0; 45 untuk mendapatkan

= 0; 45,56,15. Ambil akar kuadrat untuk mendapatkan = 0;

52,30. Tambahkan = 0; 52,30 ke = 0; 7,30 untuk mendapatkan x = 1.


Kurangi = 0; 7,30 dari = 0; 52,30 untuk mendapatkan y = 0; 45. Maka
persegi panjang memiliki sisi x = 1 dan y = 0; 45.
H. Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia
Sistem bilangan Babilonia adalah sistem bilangan kuno yang digunakan
oleh peradaban Babilonia di Mesopotamia kuno. Sistem ini memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan, seperti berikut:

16
Kelebihan:
1. Basis Fleksibel: Sistem bilangan Babilonia menggunakan basis 60, yang
membuatnya sangat fleksibel untuk berbagai jenis perhitungan matematika.
Ini memungkinkan representasi yang lebih tepat dari sejumlah besar
bilangan.
2. Penggunaan Praktis untuk Kalender: Basis 60 adalah keuntungan besar
dalam penggunaan kalender karena mudah membagi tahun menjadi beberapa
bulan dan hari. Inilah mengapa 60 detik dalam satu menit dan 60 menit
dalam satu jam digunakan hingga saat ini.
3. Pembagian dengan Mudah: Sistem ini memudahkan pembagian, terutama
oleh bilangan bulat tertentu dalam basis 60, seperti 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15,
20, dan 30.
Kekurangan:
1. Rumit untuk Penghitungan Sehari-hari: Sistem bilangan Babilonia mungkin
terlalu rumit untuk digunakan dalam perhitungan sehari-hari oleh orang
modern. Basis 60 memerlukan pembagian dan perkalian yang lebih rumit
dibandingkan dengan sistem desimal (basis 10).
2. Tidak Efisien dalam Perhitungan yang Melibatkan Bilangan Besar: Untuk
perhitungan yang melibatkan bilangan besar, sistem ini tidak efisien karena
memerlukan banyak simbol dan ruang dalam penulisan bilangan besar.
3. Kurangnya Nol Terpisah: Sistem Babilonia awalnya tidak memiliki simbol
nol yang terpisah, yang membuatnya kurang efisien dalam representasi
bilangan nol dan dalam melakukan perhitungan yang melibatkan nol.
4. Tidak Digunakan Secara Luas: Sistem bilangan Babilonia sudah tidak
digunakan secara luas dalam peradaban modern. Sistem desimal dengan basis
10 lebih umum digunakan di seluruh dunia.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban helenistik. Dunia mengakui bahwa bangsa Babilonia
memberikan peran penting di seluruh bidang salah satunya dalam bidang
Matematika. Bangsa Babilonia disebut sebagai bangsa yang memiliki
pengetahuan matematika yang ungul. Dengan demikian, perkembangan
matematika di Mesopotamia lebih dikenal sebagai “Mathematica Babilonia”
karena wilayah Babilonia telah menjadi lokasi utama untuk belajar.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal
(basis-60). Penggunaan bilangan seksagesimal dapat dilihat pada penggunaan
satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan pada
penggunaan satuan sudut yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat.
B. Saran
Demikian makalah dari kami, mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan penulisan baik yang di sengaja atau tidak
sengaja, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sari, R. M., & Setiadi, Y. (2020). The Galden Age Of Islam: antara Pemikiran dan
PeradabanAabad Pertengahan. Providing Konference Integrasi Interkoneksi
Islam dan Sains 2, 26.
Shoviana, B., & Rahman, F. (2020). Kemajuan dan Idealisme Sains Islam Abad
Pertengahan: Perspektif Idealisne Absolut Hegel. Providing Konference
Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 2, 165.
https://matematikacooy.wordpress.com/ diakses pada tanggal 24 september 2023

https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/28/sejarah-matematika-
babylonia/ diakses pada tanggal 29 September 2023
http://matheduc2398.blogspot.com/2018/01/sejarahmatematika-di-babilonia-
dan.html?m=1 diakses pada tanggal 29 September 2023

19

Anda mungkin juga menyukai