Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR HASIL PENELITIAN

SARJANA ILMU TANAH


UNIVERSITAS BENGKULU
2023

NAMA : M.Ridho
NPM :E1F018007
PROGRAM STUDI : IlmuTanah
JUDUL PENELITIAN : Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai
Edamame (Glycine max (L.) Merril) Menggunakan
Dolomit dan Pupuk P pada Tanah Rawa

PEMBIMBING : 1. Ir. Heru Widiyono,MS.

2. Anandyawati, SP.,M.Si.
HARI/TANGGAL :
WAKTU :
RUANGAN :
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KEDELAI EDAMAME
(Glycine max (L.) Merril) MENGGUNAKAN DOLOMIT DAN PUPUK P PADA
TANAH RAWA

M.Ridho1, Heru Widiyono2, Anandyawati3


1
Mahasiswa Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
2
Pembimbing Utama
3
Pembimbing Pendamping

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal pupuk P dan dolomit pada
tanaman kedelai edamame di tanah rawa.Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juni 2022
yang berlokasi di Lahan Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian dan Laboratorium Ilmu Tanah
Universitas Bengkulu Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu.Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2 faktor. Faktor pertama
dosis dolomit 0 x Al-dd, 0,5 x Al-dd dan 1 x Al-dd, selanjutnya faktor kedua adalah dosis
pupuk TSP yaitu 0, 100, 150, dan 200 kg/hadengan 3 kali pengulangan sehingga didapatkan
36 petakan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum diperoleh dosis optimum
kapur dolomit dan pupuk TSP untuk tanaman kedelai edamame di tanah rawa. Pemberian
kapur dolomit sampai dengan dosis 3,33 ton/ha (1 x Al-dd) dan pupuk TSP hingga dosis 200
kg/ha maka semakin tinggi pertumbuhan dan hasil kedelai edamame.

Kata Kunci : Edamame, Kapur Dolomit, Pupuk P, Rawa

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Kedelai edamame (Glycine max (L.) Merril) merupakan tanaman yang berasal dari
Jepang.Tanaman ini biasanya hidup di daerah tropis.Kedelai edamame memiliki kandungan
protein dan zat anti kolesterol yang baik untuk dikonsumsi. Kandungan protein pada edamame
sama dengan kandungan protein yang terdapat pada susu, telur maupun daging (Ramadhani et
al.,2016).Edamame merupakan tanaman potensial yang perlu dikembangkan karena memiliki
rata-rata produksi 3,5ton ha-1 lebih tinggi daripada produksi tanaman kedelai biasa yang
memiliki rata-rata produksi 1,7–3,2 ton/ha. Selain itu, peluang ekspor edamame terutama ke
negara Jepang masih terbuka, hal ini karena permintaan edamame di negara tersebut belum dapat
dipenuhi (Rahman et al ., 2019).
Budidaya kedelai Edamame di Indonesia sendiri masih relatif sedikit, sedangkan
kebutuhan pasarnya sangat besar. Produksi kedelai Edamame hanya mencapai 7,5 ton/ha
(BPPSDMP, 2014). sedangkan produktivitas kedelai Edamame dapat mencapai 10-12 ton/ha
(Alfurkon, 2014). Pengembangan tanaman kedelai Edamame perlu dilakukan agar dapat
meningkatkan produktivitas dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.
Kebutuhan pasar tersebut memerlukan upaya peningkatan produksi baik kwalitas
maupun kuantitas sehingga dapat bersaing dengan negara pengekspor lainnya terutama China

2
dan Taiwan yang merupakan negara pengekspor terbesar edamame. Salah satu lahan yang
berpotensi untuk dikembangkan kedelai edamame adalah lahan rawa.
Lahan rawa memiliki potensi besar untuk dijadikan lahan budidaya kedelai edamame.
Hasl tersebut karena lahan rawa di Indonesia terdapat sekitar 33,4 juta hektar dan sebanyak 9,53
juta ha diantaranya dinyatakan sesuai untuk kegiatan budidaya pertanian (Haryono, 2012).
Secara alamiah, lahan rawa tergenang air dangkal sepanjang tahun atau beberapa bulan dalam
setahun (Subagyo, 2006). Pemanfaatan lahan pasang surut untuk tanaman pangan, khususnya
kedelai, terkendala oleh pengaturan tata air (Suryana, 2019), kemasaman tanah tinggi kesuburan
tanah rendah (Budianta and Windusari, 2016), dan keracunan unsur Fe (Masulili et al., 2016).
Rendahnya pH tanah pada lahan rawa mengakibatkan ketersedian unusr P menjadi
rendah. Oleh karena itu diperlukan teknologi budidaya yang dapat menaikkan pH tanah dan
meningkatkan ketersediaan tanah terutama P. salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan P dalam lahan rawa adalah dengan mengaplikasikan pupuk sumber P seperti TSP.
Aplikasi pupuk P dianjurkan dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah (La Habi et al.,
2018), sehingga serapan P oleh kedelai dapat meningkat (Bachtiar et al.,, 2016).
Selain itu, aplikasi ameliorasi menggunakan kapur dapat meningkatkan pH tanah
sehingga meningkatkan ketersediaan P yang berdampak pada peningkatan hasil tanaman (Chao
et al., 2014; Koesrini, Anwar and Berlian, 2015; Naryanto et al., 2019). Kapur merupakan
kelompok karbonat seperti Dolomit (CaMg(CO3)2) lazim digunakan dalam upaya meningkatkan
2-
pH tanah karena akan terasosiasi ion Ca2+, Mg2+, dan CO 3 di dalam tanah (Adimihardja,
Subagyono and Al-Jabri, 2006; Bahtiar, 2008). Rendahnya pH tanah dilahan rawa dapat
dioptimalkan dengan memberikan kapur dolomit.Untuk meningkatkan pH tanah dari 3,3 menjadi
4,8 diperlukan kapur sebanyak 4,4 ton/ha (Kurniadie, 2002).
Unsur hara P yang terdapat di dalam tanah jumlahnya berkisar hanya pada 0,1-1% saja.
Sementara kebutuhan P untuk mengoptimalkan hasil produksi dalam budidaya kedelai edamame
berada pada angka 75-150 kg/Ha (Aditya, 2020).
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
pemberian dosis dolomit dan pemberian pupuk P (Fosfat) pada lahan rawa terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai edamame.

1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan potensial merupakan salah


satu ekosistem yang sangat baik untuk perkembangan kedelai edamame dimasa
mendatang.Permasalahan pengembangan tanaman kedelai ditanah rawa yaitu tingginya
kemasaman tanah yang berdampak pada rendahnya kesuburan tanah dan ketersediaan hara
terutama P. hal tersebut dapat menurunkan hasil kedelai edamame.Oleh karena itu, diperlukan

3
penelitian untuk meningkatkan ketersediaan P dalam lahan rawa.Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah melalui aplikasi amelioran berupa kapur dolomit dan pupuk tunggal TSP.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimum pupuk TSP dan dolomit pada
tanaman kedelai edamame di tanah rawa.

II. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilakukan pada bulan Maret - Juli 2022 yang berlokasi di Lahan Percobaan
Jurusan Budidaya Pertanian dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu Kecamatan
Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Secara geografis terletak pada -3.758293° LS -
102.275359° BT dengan ketingian tempat ± 25 mdpl.

2.2 Alat dan Bahan

Alat utama yang digunakan pada percobaan lapangan yaitu cangkul, ember,gembor, coret
danmeteran.Alat utama yang digunakan pada percobaan laboratorium yaitutimbangan
analitik,mortal dan ayakan 0,5 mm, oven, pH meter dan gelas-gelaskimia.Bahan utama yang
digunakan pada penelitian ini yaitu pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCl, kapur dolomit
Ryzhobium dan benih kedelaiedamame.

2.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 2


faktor. Faktor pertama dosis dolomit 0 x Al-dd, 0,5 x Al-dd dan 1 x Al-dd (D1 = 0 x Al-dd, ,
D2=0,5 x, Al-dd D3 =1 x Al-dd) dan faktor kedua dosis pupuk TSP yaitu 0, 100, 150, dan 200
kg/ha ( P0 = 0, P1 =100, P2 =150, P3 =200) dengan 3 kali pengulangan sehingga didapatkan 36
petakan percobaan.

2.4 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian yang akan dilakukan ini meliputi :

1) Analisis Tanah Awal

Penentuan titik sampel dilakukan berdasarkan metode zig-zag (transek).Sampel tanah


diambil dari lahan dengan cara mencangkul pada lima titik yang berbeda dengan
kedalaman 0-20 cm sebanyak 0,5 kg/titik yang kemudian diaduk dalam satu wadah.
Selanjutnya sampel tanah akan dibawa ke Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Bengkulu
untuk dilakukan analisis N,P,K,C-organik,pH dan AL-dd
2) Pengolahan lahan

Pengolahan lahan dilakukan menggunakan alat berupa cangkul, dengan membuat 3

4
bedengan yang berukuran 15 m x 1,2 m. Setiap bedengan terdiri dari 12 petakan dengan
ukuran 1,2 m x 1,2 m. Jarak antar petakan 20 cm dan jarak antar bedengan 40 cm
(disajikkan pada lampiran 3.)
3) Pemasangan label

Pemberian label sebelum penanaman, bertujuan untuk mempermudah saat memberikan


perlakuan dan melakukan pengamatan. Pembuatan label menggunakan map plastik yang
dipotong berukuran persegi panjang, dan label ditulis dengan menggunakan spidol
permanen.
4) Pemberian kapur

Pemberian kapur dolomit dilakukan dengan cara menaburkan keseluruh bagian lahan
secara merata saat tahap pengolahan lahan. Waktu pemberian kapur dilakuan dua minggu
sebelum waktu penanaman benih. Kapur dolomit diberikan satu kali sebelum penanaman
dengan dosis penelitian yaitu 0 x Al-dd, 0,5 x Al-dd, 1 x Al-dd.
5) Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih kedelai edamem pada lubang tanam
dengan kedalaman 2 – 5 cm dan diberikan ryozobium.Setiap lubang tanam diberi 2 benih
kedelai edamame dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm (disajikan pada lampiran 3.).
Penyulaman yang dilakukan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dengan cara
menggantikan tanaman yang mati, busuk, rusak atau terserang serangga dengan cadangan
benih yang telah disiapkan sebelumnya. Penjarangan dilakukan dengan memotong salah
satu tanaman sejajar dengan permukaan tanah dan meninggalkan satu tanaman yang
pertumbuhannya lebih baik.Pada saat tanaman sudah berumur 2 MST dengan
menggunakan gunting.

6) Pengaplikasian pupuk TSP dan pupuk dasar

Pengaplikasian Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk Urea, dan KCl yang diberikan
satu kali bersamaan pada saat tanam.Pupuk urea diberikan dengan dosis 100 kg/ha, pupuk
KCl 100 kg/ha, sedangkan pupuk P diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu yaitu 0 kg
TSP/ ha, 100 kg TSP / ha, 150 kg TSP / ha dan 200 kg TSP/ ha (disajikan pada lampiran
3). Pemberian pupuk diberikan dengan cara ditugal dengan jarak 5 cm dari lubang tanam
sedalam 5cm.
7) Penentuan sampel

Penentuan sampel dilakukan pada saat 2 minggu setelah tanam, sampel diambil dari
populasi tanaman per petak dengan jumlah tanaman per petak yaitu 18 tanaman, sehingga
didapat kan 4 tanaman sampel per petak. seluruh tanaman sampel diambil pada tanaman
tengah (disajikan pada lampiran 4.)
5
8) Pemeliharaan

Pemeliharaan kedelai edamame meliputi :


a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin yaitu 2 kali sehari.Waktu penyiraman dilakukan
pagi dan sore hari, disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapangan.
b. Penyiangan gulma dilakukan setiap 1 minggu sekali mulai tanaman berumur 2 MST.
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu membersihkan gulma di sekitaran
tanaman dengan menggunakan arit.
c. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sebelum serangan hama nampak dan saat
sudah timbul gejala serangan hama dan penyakit. Pengendalian dilakukan secara
kimiawi dengan menggunakan pestisida sesuaikebutuhan.
9) Pemanenan

Ciri ciri umum tanaman kedelai edamame yang sudah siap dipanen muda yaitu masih
berwarna hijau segar (petik yang bernas dan belum menguning) dengan umur panen 65
HST.

2.5 Variabel Pengamatan

Variable pengamatan terdiri dari dua variabel yaitu variabel utama dan pendukung.
Variabel utama yang diamati yaitu:
1) Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap minggu sekali sejak tanaman berumur 2 MST
sampai 4 MST kedelai edamame. Hal tersebut karena pada umur 4 MSt kedelai edamam
sedah mulai berbunga sehingga tidak terjadi peningkatan tinggi tanaman yang signifikan.
Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung daun yang membuka dan dinyatakan
dalam satuan helai.
2) Tinggi Tanaman
Pengamatan terhadap tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai
dari tiang standar dengan menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan setelah tanaman
berumur 2 MST sampai 4 MST, dengan interval waktu pengukuran satu kali seminggu
3) Jumlah Cabang
Pengamatan jumlah cabang primer dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang
yang terdapat pada batang utama pada tanaman sampel. Penghitungan dilakukan pada
akhir penelitian yaitu seminggu sebelum panen
4) Jumlah Polong
Jumlah polong per tanaman diamati dengan cara menghitung jumlah polong pada
tanaman sampel saat panen
5) Bobot Polong
6
Pengamatan dilakukan dengan menimbang semua polong tanaman sampel pada saat
panen dengan menggunakan timbangan analitik
6) Bobot Brangkasan Atas
Bobot kering brangkasan atas diperoleh dari mengeringkan bagian tanaman sampel
menggunakan oven dengan suhu 700 C selama 3 hari atau hingga bobot konstan.Tanaman
kering selanjutnya diamati dengan cara menimbang tanaman dengan menggunakan
timbangan digital
7) Bobot Basah Berangkasan Akar (g)
Bobot basah berangkasan akar diperoleh pada saat panen dengan menimbang bagian
bawah tanaman atau akar dengan menggunakan timbangan digital.
8) Kadar P Pada Jaringan Tanaman
Kadar P jaringan tanaman yang dianalisis adalah kadar P pada daun yang belum terlalu
tua dan sudah terbuka sempurna, pengambilan sampel dilakukan pada saat tanaman
mencapai fase vegetatif maksimum atau sampai tumbuh bunga.Kadar P jaringan tanaman
ditentukan dengan menggunakan metode destruksi basah yaitu dengan cara mendestruksi
1 g jaringan tanaman dalam asam sulfat(H 2SO4) dan hidrogen peroksida (H2O2) dan
pemanasan sampai diperoleh larutan (ekstrak) jernih. Pengukuran kadar P dalam larutan
destruksi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer, yaitu mengukur absorban
ekstrak ditambah pereaksi pewarna P pada panjang gelombang 693 μm (Balittan, 2005).

Variabel pendukung yang diamati adalah karakteristik kimia tanah awal dengan
parameter sebagai berikut:
1) N-total tanah diukur menggunakan metode kjeldahl
2) P –tersedia dengan metode Bray II
3) K-dd diukur dengan metode flame fotometer
4) C-organik dengan metode Walkey and Black
5) Al-dd diukur dengan menggunakan metode titrasi
6) pH ditetapkan dengan metode elektrometri dengan bantuan alat pH meter elektroda.

2.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari laboratorium diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dan uji normalitas terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan analisis sidik ragam (ANAVA)
berdasarkan Tabel F 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji lanjut PO
(Polinomial Orthogonal) pada taraf 5%.

7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Penelitian


Penelitian inidilakukan di Lahan Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian dan Laboratorium
Ilmu Tanah Universitas Bengkulu Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa tanah awal lokasi penelitian memiliki pH tanah sebesar 4,32
yang tergolong sangat masam, dengan kandungan N sebesar 0,12% yang tergolong rendah, C-
organik sebesar 3,54% yang tergolong tinggi, P-dd sebesar 3,12 ppm yang tergolong sangat
rendah, K-dd sebesar 0,16 me/100 g yang tergolong rendah serta Al-dd sebesar 1,81 me/100 g.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki permasalahan
berupa rendahnya pH tanah dan rendahnya ketersediaan unusur hara tanah. Nilai pH tanah pada
lokasi penelitian tergolong tidak optimal untuk tanaman kedelai edamame. Hasil tersebut karena
tanaman kedelai edamame dapat tumbuh dengan baik pada pH yang tidak terlalu masam 5-7.
Kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya tumbuh yang baik
yaitu mencapai 80%.Pada saat 5 hari setelah tanam lahan penelitiaan tergenang air hujan yang
mengakibatkan tanaman kedelai edamame yang sudah mulai tumbuh tergenang air hujan selama
tiga hari (gambar 4).Tergenangnya lahan penelitian diakibatkan karena curah hujan pada saat
tanggal 8-11 oktober 2022 sangat tinggi. Menurut data yang didapat dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Kota Bengkulu total curah hujan dilahan penelitiaan selama tiga hari
yaitu sebesar sebesar 106,8 mm. Selama kegiatan penelitian berlangsung, terdapat serangan hama
belalang. Serangan hama belalang terjadi pada minggu ke 3 setelah tanam, serangan hama dan
ulat grayak ini mengakibatkan daun tanaman kedelai edamame menjadi bolong dan robek,
pengendalian yang dilakukan yaitu dengan menyemprotkan insektisida decis berbahan aktif
Deltametrin 25g/l rutin satu kali seminggu pada pagi hari.
Gulma yang tumbuh di lahan penelitian dikendalikan dengan penyiangan pada 14 hst
dengan menggunakan parang dan cangkul kemudiaan setelah penyiangan 14 hst gulma yang
tumbuh kembali dikendalikan secara manual dengan cara mencabut gulma yang ada pada lahan
penelitiaan, pengendaliaan gulma ini dilakukan setiap minggu setelah penyiangan 14 hst
dilakukan dan pengendaliaan gulma ini dilakukan setiap minggu sampai penelitiaan selesai
dilakukan. Panen kedelai edamame dilakukan pada umur 65 hst ditandai dengan ciri ciri polong
telah terisi penuh dan berwarna hijau segar.

3.2 Hasil Analisis Variaan


Hasil analisis varian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang nyata antara dosis
dolomit dan pupuk TSP terhadap seluruh variabel pengamatan. Dosis dolomit berpengaruh nyata
terhadap kadar P-jaringan, bobot basah akar, jumlah dan bobot polong. Selanjutnya dosis
dolomit berpengaruh nyata terhadap kadar P-jaringan, jumlah cabang, bobot basah akar, jumlah

8
dan bobot polong (Tabel 1).
Tabel 1. Rangkuman hasil analisis varian
F-hitung
Variabel Pengamatan KK (%)
Dosis Dolomit Dosis TSP Interaksi
Kadar P-jaringan# 6,11* 3,90* 0,46 ns 3,68
ns
Jumlah Daun 0,12 1,02 ns 0,99 ns 14,79
Tinggi Tanaman 0,06 ns 1,11 ns 1,58 ns 8,55
Bobot Basah Akar 4,80* 15,16* 1,03 ns 16,20
Bobot Kering Brangkasan Atas# 1,42 ns
2,11 ns 0,42 ns 20,08
Jumlah Cabang 0,73 ns 3,24* 0,98 ns 18,06
Jumlah Polong 13,83* 7,93* 0,84 ns 20,78
Bobot Polong 5,23* 8,19* 0,69 ns 22,80
Ket : * = berpengaruh nyata, ns = berpengaruh tidak nyata, # = transformasi data √𝑋 + 1

3.3 Pengaruh Dolomit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Edamame


1) Kadar P jaringan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dolomit dan kadar P jaringan membentuk
hubungan linear positif dengan persamaan y = 0.0433x + 0.3321dan nilai determinasi (R2)
sebesar 0,992 (Gambar 1). Hal tersebut berarti bahwa peningkatan dosis dolomit sampai dengan
3,33 ton/ha (1 x Al-dd) masih diikuti dengan meningkatnya kadar P-jaringan tanaman edamame.
Berdasarkan persamaan regresi yang terbentuk diketahui bahwa setiap peningkatan 1 ton/ha
dosis dolomit maka akan meningkatkan kadar P jaringan sebesar 0,0433 %.
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah pada lahan sehingga terjadi aktivitas
mikroorganisme yang meningkat atau terjadi proses mineralisasi maka unsur hara terutama P
yang pada mulanya dalam bentuk organik (terikat) menjadi anorganik (terlepas) dan tersedia.
Menurut Ilham et al (2019), bahwa peningkatan pH tanah, diduga karena dolomit yang
terhidrolisis akan menyumbangkan ion OH- yang dapat menetralkan ion H + dari larutan tanah
sehingga pH tanah meningkat. Selanjutnya Ilham et al. (2019), menyatakan bahwa ketersediaan
P di tanah erat hubungannya dengan kemasaman (pH) tanah. Peningkatan pH tanah akan diikuti
dengan meningkatnya ketersediaan P dalam tanah. Sejalan dengan hasil penelitian Iswara and
Nuraini (2022), bahwa peningkatan dosis dolomit berbeda menyebabkan peningkatan fosfat.
Hasil penelitian Pandiangan et al (2021), juga melaporkan bahwa pemberian kapur dolomit
dapat meningkatkan kadar P pada jaringan daun tanaman kedelai.

9
0.6
y = 0.0433x + 0.3321 R² = 0.992
0.5

Kadar P jaringan
0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 1.665 3.33
Dosis Dolomit (ton/ha)

Gambar 1. Hubungan antara dosis dolomit dan kadar P-jaringan


2) Bobot Basah Akar
Pemberian dolomit dengan dosis yang berbeda membentuk hubungan linear positif dengan
bobot basah akar yag digambarkan dengan persamaan regresi y = 0= 0.7752x + 12.731dan nilai
determinasi (R2) sebesar 0,8071 (Gambar 2). Pola linear positif berarti bahwa peningkatan dosis
kapur dolomit hingga 3,33 ton/ha masih diikuti dengan meningkatkan bobot basah akar
edamame, dimana setiap kenaikan dosis kapur dolomit sebesar 1 ton/ha akan meningkatkan
bobot basah akar sebesar 0,7752 g. Hal tersebut karena meningkatnya dosis kapur dolomit akan
menyebabkan meningkatkan ketersediaan P yang diikuti dengan meningkatkan jumah unsur P
yang diserap oleh tanaman (Gambar 1). Menurut Jayasumarta (2012), bahwa unsur Pdibutuhkan
dalam merangsang perkembangan akar, dimana semakin ketersediaan P maka semakin
meningkat perkembangan akar.

18
y = 0.7752x + 12.731 R² = 0.8071
Bobot Basah Akar

12

0
0 1.665 3.33
Dosis Dolomit (ton/ha)

Gambar 2. Hubungan antara dosis dolomit dan bobot basah akar

3) Jumlah Polong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dolomit dan jumlah polong membentuk

10
hubungan linear positif dengan jumlah polong adalah y = 1.977x + 13.715(Gambar 3). Pola
linear positif yang terbentuk berarti bahwa peningkatan dosis kapur dolomit sampai dengan 3,33
ton/ha maka akan meningkatkan jumlah polong edamame. Setiap kenaikan dosis kapur dolomit
sebesar 1 ton/ha akan meningkatkan jumlah polong sebanyak 1,977 polong. Hal tersebut karena
adana peningkatan kadar P jaringan tanaman edamame akibat pemberian kapur dolomit juga
akan diikuti dengan meningkatnya hasil tanaman. Hasil penelitian sejalan dengan Rahman et al.
(2021) bahwa pemberian kapur dolomit dapat meningkatkan jumlah polong kedelai.

25

20 y = 1.977x + 13.715
R² = 0.7524

15
Jumlah

10

0
0 1.665 3.33
Dosis Dolomit (ton/ha)

Gambar 3. Hubungan antara dosis dolomit dengan jumlah polong


4) Bobot Polong
Dosis dolomit dan bobot polong membentuk hubungan linear positif dengan persamaan
regresi y = 2.2773x + 22.322 (Gambar 4). Pola linear positif yang terbentuk berarti bahwa
peningkatan dosis kapur dolomit sampai dengan 3,33 ton/ha maka akan meningkatkan bobot
polong edamame. Setiap kenaikan dosis kapur dolomit sebesar 1 ton/ha akan menambah berat
polong seberat 2,2773 g. Hal tersebut karena kapur dolomit dapat meningkatkan pH tanah
sehingga ketersediaan P juga meningkat. Menurut Rosmaiti et al. (2017), bahwa pada tanah yang
mendekati netral dapat meningkatkan ketersedian dan serapan unsur hara terutama P,sehingga
pertumbuhan generatiftanaman seperti pembentukan polong pada tanaman kedelai berjalan
dengan baik. Selain itu, Iswara and Nuraini (2022) menyatakan bahwa pemberian kapur
mengakibatkan unsur lain menjadi lebih tersedia, tersedianya Ca dan unsur
lainnyamenyebabkanpertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong
lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi.

11
35
y = 2.2773x + 22.322 R² = 0.9317
30

25
Bobot Polong
20

15

10

0
0 1.665 3.33
Dosis Dolomit (ton/ha)

Gambar 4. Hubungan antara dosis dolomit dengan bobot polong

3.4 Pengaruh Pupuk TSP terhadap Pertumbuhan dan Hasil Edamame


1) Kadar P jaringan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP sampai dengan dosis 200 kg/ha
membentuk hubungan linear positif dengan kadar P jaringan yang digambarkan dengan
persamaan regresi y = 0.0008x + 0.3191 dengan nilai standar determinasi (R 2) sebesar 0,9909
(Gambar 5). Pola linear positif yang terbentuk berarti bahwa peningkatan dosis TSP sampai
dengan 200 kg/ha masih diikuti dengan meningkatnya kadar P jaringan. Berdasarkan persamaan
regresi yang terbentuk maka diketahui bahwa setiap kenaikan 1 kg/ha dosis pupuk TSP maka
akan meningkatkan kadar P jaringan sebesar 0,0008%. Hal tersebut karena semakin tinggi dosis
TSP yang diberikan maka semakin banyak unsur P yang tersedia dalam tanah sehingga serapan
haranya semakin tinggi.Sejalan dengan hasil penelitian Habi et al. (2018), bahwa pemberian
pupuk fosfat dapat meningkatkan ketersediaan unsur P dalam tanah. Selanjutnya Bachtiar et al.
(2016), melaporkan bahwa peningkatan dosis pupuk P diikuti dengan meningkatnya kadar P
jaringan tanaman kedelai.

12
0.5 y = 0.0008x + 0.3191 R² = 0.9909

0.4

Kadar P-jaringan
0.3

0.2

0.1

0
0 50 100 150 200
Dosis Pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 5. Hubungan antara dosis Pupuk TSP dan kadar P-jaringan


2) Bobot Basah Akar
Dosis pupuk TSP dan bobot basah akar membentuk hubungan linear positif dengan
persamaan regresi yang terbentuk adalah y = 0,0318x + 10,441 (Gambar 6). Pola linear tersebut
menunjukkan bahwa pemberian pupuk TSP hingga 200 kg/ha masih akan diikuti dengan
meningkatnya bobot basah akar. Setiap peningkatan dosis pupuk TSP sebesar 1 kg/ha akan
diikuti dengan meningkatkan bobot basah akar sebesar 0,0381 g. Hal tersebut dikarenakan
semakin tinggi dosis pupuk TSP maka semakin tinggi unsur P yang diserap tanaman (Gambar 5)
sehingga perkembangan akar semakin meningkat. Menurut Sumbayak and Gultom (2020),
fungsi unsur P antara lain merangsang perkembangan akar. Sihaloho et al. (2015), Sihaloho
melaporkan bahwa peningkatan dosis pupuk P diikuti dengan meningkatnya bobot akar tanaman
kedelai.

20
y = 0.0318x + 10.441 R² = 0.8499
Bobot Basah Akar

15

10

0
0 50 100 150 200
Dosis Pupuk TSP (kh/ha)

Gambar 6. Hubungan antara dosis pupuk TSP dengan bobot basah akar
3) Jumlah Cabang
Dosis pupuk TSP dan jumlah cabang membentuk hubungan linear positif degan persamaan
regresi yang terbentuk adalah 0,0095x + 9,3524 (Gambar 7). Pola linear tersebut menunjukkan
bahwa pemberian pupuk TSP hingga 200 kg/ha masih akan diikuti dengan meningkatnya jumlah
13
cabang. Setiap peningkatan dosis pupuk TSP sebesar 1 kg/ha akan diikuti dengan meningkatkan
jumlah cabang sebanyak 0,0095 cabang. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi dosis pupuk
TSP maka semakin tinggi unsur P yang diserap tanaman (Gambar 7) sehingga perkembangan
cabang semakin meningkat.Hasil penelitian sejalan dengan Nawawi et al. (2018), bahwa
pemberian pupuk fosfat dapat meningatkan jumlah cabang kedelai.

14
12 y = 0.0095x + 9.3524
10 R² = 0.513
8
Jumlah

6
4
2
0
0 50 100 150 200
Dosis Pupuk TSP (kg/ha)

Gambar 7. Hubungan antara dosis pupuk TSP dengan jumlah cabang


4) Jumlah Polong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk TSP membentuk hubungan linear positif
dengan jumlah polong edamame yang digambarkan oleh persamaan regresi y = 0.0385x + 12.68
(Gambar 8). Pola linear positif yang terbentuk mengandung arti bahwa kenaikan dosis pupuk
TSP yang diberikan sampai dengan 200 kg/ha di lahan rawa masih diikuti dengan bertambah
banyak polong edamame. Setiap kenaikan 1 kg/ha dosis pupuk TSP maka akan meningkatkan
jumlah polong sebanyak 0,0385 polong. Hal tersebut karena unsur P yang terkandung dalam
pupuk TSP berperan penting dalam pembentukan polong, sehingga meningkatnya ketersediaan P
akibat peningkatkan dosis TSP akan meningkatkan jumlah. Hasil penelitian Sumbayak and
Gultom (2020), juga melaporkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk fosfat yang diberikan maka
semakin tinggi hasil kedelai.

14
25
y = 0.0385x + 12.68 R² = 0.9795
20

15

Jumlah 10

0
0 50 100 150 200
Dosis TSP (kg/ha)

Gambar 8. Hubungan antara dosis pupuk TSP dengan jumlah polong


5) Bobot Polong
Dosis pupuk TSP membentuk hubungan linear positif dengan bobot polong edamame yang
digambarkan oleh persamaan regresi y = 0.066x + 18.685 (Gambar 9). Pola linear positif yang
terbentuk mengandung arti bahwa kenaikan dosis pupuk TSP yang diberikan sampai dengan 200
kg/ha di lahan rawa masih diikuti dengan bertambah berat polong edamame. Setiap kenaikan 1
kg/ha dosis pupuk TSP maka akan meningkatkan bobot polong seberat 0,066 g. Hal tersebut
karena semakin tinggi dosis TSP yang diberikan maka semakin bertambah banyak unsur P dalam
tanah, sehingga serapannya meningkat yang diikuti oleh meningkatnya hasil tanaman. Unusr P
mempunyai peranan penting untuk tanaman kedelai, dapat merangsang perkembangan akar
sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah, biji atau gabah selain itu juga dapat menambah nilai gizi (lemak dan protein)
dari biji (Sihaloho et al., 2015).

35
30
25
Bobot Polong

20 y = 0.066x + 18.685 R² = 0.9859


15
10
5
0
0 50 100 150 200
Dosis TSP (kg/ha)

Gambar 9. Hubungan antara dosis pupuk TSP dengan bobot polong

15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa belum diperoleh dosis optimum
kapur dolomit dan pupuk TSP untuk tanaman kedelai edamame di tanah rawa. Pemberian kapur
dolomit sampai dengan dosis 3,33 ton/ha (1 x Al-dd) dan pupuk TSP hingga dosis 200 kg/ha
maka semakin tinggi pertumbuhan dan hasil kedelai edamame.

4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutnyan dengan meningkatkan dosis pupuk TSP agar didapat
dosis optimumnya untuk hasil kedelai edamame di lahan rawa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, A. 2020. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman edamame (Glycine Max(L.)) pada
beberapa jarak tanam dengan pemberian pupuk p : Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Adimihardja, A., K. Subagyono dan M. AlJabri. 2006. Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Rawa.
Di dalam: Suriadikarta DA, Kurnia U, Suwanda MH, Hartatik W, Setyorini D, editor.
Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa.Ed ke-1. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 229-274
Andrianto T T, Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai Kacang Hijau
Kacang Panjang. Yogyakarta : Kanisius
Alfurkon S. 2014. Kedelai Jember Tembus Pasar Internasional. http://setkab.go.id/kedelai-
jember-tembus-pasar-internasional/. Diakses 2 februari 2023.
Bachtiar, M. Ghulamahdi, M. Melati, D. Guntoro2 dan A. Sutandi. 2016. Kecukupan hara fosfor
pada pertumbuhan dan produksi kedelai dengan budidaya jenuh air di tanah mineral dan
bergambut. J. Il. Tan. Lingk, 18 (1) : 21-27
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. 2014. Budidaya
Edamame. http://cybex.pertanian.go.id. Diakses 2 februari 2023.
Bahtiar M. 2008. Pengaruh bahan organik dan kapur terhadap sifat-sifat kimia tanah podsolik
dari Jasinga.Skripsi .Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Budianta D dan Y Windusari. 2016. Beneficial effect of local resources to improve food crop
production in tidal swamp of Indonesia. International Journal of Environmental and
Agriculture Research (IJOEAR) 2(1): 98-101.
Chao S, Changli L, Yun Z, Hongbing H. 2014. Impact of animal manure addition on agricultural
lime weathering in acidic soil: pH dependence and CO2 independence of agricultural lime
weathering. Procedia Earth Planet Sci 10(2014): 405-409.
Habi, ML., JI. Nendissa, D. Marasabessy dan A.M Kalay. 2018. Ketersediaan fosfat, serapan
fosfat, dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.) akibat pemberian kompos granul ela sagu
dengan pupuk fosfat pada inceptisols. AGROLOGIA, 7(1) : 42-52
Haryono. 2012. Lahan rawa lumbung pangan masa depan Indonesia. IAARD Press. Jakarta
Ilham, F., T. B. Prasetyo, dan S. Prima. 2019. Pengaruh pemberian dolomit terhadap beberapa
sifat kimia tanah gambut dan pertumbuhan serta hasil tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L). J. Solum, 16(1) : 29-39
Iswara, FV., dan Y. Nuraini. 2022. Pengaruh pemberian dolomit dan pupuk anorganik terhadap
serapan fosfat, populasi bakteri pelarut fosfat dan produksi padi. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 9(2) : 255-265,
Jayasumarta, D. 2012. Pengaruh sistem olah tanah dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan
17
hasil kedelai di lahan sulfat masam aktual.Berita Biologi 14(2):115-161.

Koesrini, Anwar K, Berlian E. 2015. Penggunaan kapur dan varietas adaptif untuk eningkatkan
produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merril). J. Agrium. 17(3) : 148 – 154
Kristiono, A., R.D Purwaningrahayu, DAA. Elisabeth, A. Wijanarko dan A Taufiq. 2020.
Kesesuaian varietas, jenis pupuk organik dan pupuk hayati untuk peningkatan
produktivitas kedelai di lahan pasang surut. BULETIN PALAWIJA, 18(2) : 94-104
Kurniadie, D. 2001. Pengaruh kombinasi dosis pupuk majemuk NPK Phonska dan Pupuk N
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.)Varietas IR-
64.Jurnal bionatura.Vol 4(3);137-147
Masulili A, WH. Utomo dan EI. Wisnubroto. 2016. Growing rice (Oriza sativa L) in the sulphate
acid soils of West Kalimantan, Indonesia. International Journal of Agricultural Research
11(1): 13-22
Nawawi, MI., N. Fitriyah, dan Wasito. 2018. Pengaruh dosis pupuk hayati dan pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai edamame (Glycine max (L.)
Merill.) varietas Ryokkoh 75. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia, 3(2) : 1-14
Nuraini, P., D. Budianta dan S.N.A Fitri. 2021. Pengaruh pemberian dolomit dan pupuk
kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merr) di tanah ultisol. Jurnal AGRI PEAT, 22(1) : 21 – 32
Pandiangan, S., B. Tampubolon, B. Naibaho, dan J. Lumbangaol. 2021. Respon pertumbuhan,
produksi dan kadar fosfor daun terhadap pemberian dolomit dan pupuk NPK pada
kacang kedelai (Glycine Max (L.) Merril) pada tanah ultisol. Jurnal Visi Eksakta
(JVIEKS), 2(2) : 150-173
Rahman, A., Suparno dan AJW. Shella. 2021. Respon tanaman kedelai (Glycine max (L),
Merril) terhadap pemberian kapur dolomit dan pupuk mikroba m-bio pada tanah gambut
pedalaman. AGRIENVI, 15(1) : 23-32
Rahman, OL. Tobing dan Setyono. 2019. Optimalisasi pertumbuhan dan hasil edamame (Glycine
maxL. Merril) melalui pemberian pupuk nitrogen dan ekstrak tauge kacang hijau.Jurnal
Agronida, 5(2) : 90-99
Rosmaiti, R., S. Syukri dan A. Fauzi. 2017. Pengaruh kehalusan kapur terhadap pertumbuhan
dan produksi kedelai (Glycine max L. Merr) pada tingkat kemasaman tanah yang
berbeda. Jurnal Penelitian, 4(1), 23–34.
Sihaloho, NS, N. Rahmawati, dan LAP. Putri. 2015. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap Pemberian Vermikompos dan Pupuk P.
Jurnal Agroekoteknologi, 3(4) : :1591- 1600
Subagyo, H. 2006. Lahan Rawa Pasang Surut Dalam Karakteristik dan Pengelolaan Lahan
Rawa.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Sumbayak, RJ., dan R.R. Gultom. 2020. Pengaruh pemberian pupuk fosfat dan pupuk organik
18
terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max L. Merill). Jurnal Darma Agung,
28(2) : 253 – 268
Suryana. 2016. Potensi dan peluang pengembangan usaha tani terpadu berbasis kawasan di
lahan rawa. Jurnal Litbang Pertanian 35(2): 57–68

19
20
Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Edamame R-305
Asaltanaman : Jepang
Warnahopokotil :hijau
Warnabatang : kuningkehijauan
Warnadaun : hijau tua
Warnabulu : kuning
Warnabunga : putih
Warnapolongtua :coklat
Warna kulitbiji muda : hijau
Warna kulitbiji tua : kuningkehijauan
Tipetumbuh :determinate
Tinggitanaman : 50 – 70 cm
Bentukbiji : bulat
Umurmulaiberbunga : 26 hari setelahtanam
Umurpanen : polong segar 65 – 68 hari setelah tanam polong tua 90
hari setelahtanam
Kandunganlemak : biji muda 9,04%
biji tua 18,75%
Kandunganprotein : biji muda 13,61%
biji tua 30,65%
Kandungangula : biji muda 14,0
o brix biji tua 10,0 o brix Hasil : polong segar 5 – 6 ton
Keterangan : dipanen dalam bentuk polong segar sebagai kedelai sayur
Pengusul/Peneliti : P.T.MITRATANI DUATUJUH dan
P.T.SAUNGMIRWAN

21
Lampiran 2. Perhitungan Dosis Pupuk
Diketahui :
Luas petak = 1,2 m x 1,2 m = 1,44 m2
Luas 1 ha = 10.000 m2
Pupuk Anorganik
Dosis rekomendasi pupuk anorganik kedelai edamame :
Urea = 25kg ha-1
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
Dosis per petak = 𝐿𝑢𝑎𝑠1ℎ𝑎

Dosis per petak = 25𝑥1,44


10.000

Dosis per petak = 0,0036 kg/ha


Dosis per petak = 36g/petak
= 0.2 g/tanaman

TSP =Dosis 0

Dosis 100 kg ha-1


𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
Dosis per petak = 𝐿𝑢𝑎𝑠1ℎ𝑎

Dosis per petak = 100𝑥1,44


10.000

Dosis per petak = 0,0144 kg/ha


Dosis per petak = 14,4 g/petak
= 0.8 g/tanaman
Dosis 150 kg ha-1
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
Dosis per petak = 𝐿𝑢𝑎𝑠1ℎ𝑎

Dosis per petak = 150𝑥1,44


10.000

Dosis per petak = 0,0216 kg/ha


Dosis per petak = 21,6 g/petak
= 1,2 g/tanaman
Dosis 200 kg ha-1
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
Dosis per petak = 𝐿𝑢𝑎𝑠1ℎ𝑎

Dosis per petak = 200𝑥1,44


10.000

Dosis per petak = 0,0289 kg/ha


Dosis per petak = 28,9 g/petak
= 1,6 g/tanaman
KCl = 100 kg ha-1
Dosis per petak = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑥𝑙𝑢𝑎𝑠𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
𝐿𝑢𝑎𝑠1ℎ𝑎
2
Dosis per petak = 100𝑥1,44
10.000

Dosis per petak = 0,0144 kg/ha


Dosis per petak = 14,4 g/petak
= 0.8 g/tanaman

Kapur Dolomit
Diketahui :
Al-dd = 1,81 me/100 g Al3+ = 1,81 me/100 g ca2+
𝑀𝑒𝑥𝑀𝑟𝐶𝑎
Mg Ca ` = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

1,81𝑥40
= 2

= 36,2 × 10-2 Ca/100 g

Massa Ca/ha =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑥𝑀𝑔𝐶𝑎


100𝑔
9
𝑔
= 2𝑥10 𝑥36,2𝑥109 Ca/100 g
100𝑔

= 72,4 × 104 Ca/100 g


= 724 kg/ha

Kebutuhan kapur dolomit :


= Mr × massa Ca/ha
= 184 𝑥724kg/ha
40

= 3.330 kg/ ha
= 3,33 ton/ ha
Dosis Rekomendasi Kapur dolomit :
Dosis dolomit 0 = 0 × Al-dd = 0

1,44
Dosis dolomit 0,5×Al-dd =
10.000𝑚2 𝑥1,665

= 0,239 kg/ petak

1,44
Dosis dolomit 1 × Al-dd =
10.000𝑚2 𝑥3,33

= 0,478 kg/petak

22
Lampiran 3. Denah Penelitian

Blok 1 Blok 2 Blok 3


40 cm 1,2 m
D3P0
V1 1,2 cm
D2
P0 P3

V3 D1P D1
P3 3 P1 20 cm
V2 D3 D2
P0 P1 P0
Keterangan
V2 D2 D1
P=
P3 P2 P2 TSP
D= Dolomit
D1 D1 D3
P2 P0 P0

D3 D3 D1
P1 P2 P3

D1 D1 D2
P3 P1 P2

D3
D2 D2
P1
P1 P1

D3 D2 D1
P0 P0 P0

D2 D1 D2
P2 P2 P3

D1 D3 D2
P1 P0 P1

D3 D3 D3
P1 P3 P2

23
Lampiran 4. Denah Sampel Penelitian
X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X
X X X
XXX XXX XXX

X X X

XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX
X X X X X X
XX XX XX
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X

X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X


XXXX XXXX XXXX

X X X

X X XXXXXXXXXXXXX X X XXXX XXX X X XXXXXXXXXXXXX X X


WWWW

XXX
XXX

X X X X X X X X X
X X X X X X
X X X XX XXX XX X X XX XX XX XX XX XX XX
XX XX X X X XX XX XX XX XX
X X X X X X X
X
X X
X X
X X X X X
X X
X X
X
X
X X
X X
X X X X X
X X
X X
X
XX XX XX XX XX XX
X X X X X X

X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X


XXXX XXXX XXXX

X X X X X X

X X X
24
X X XXXXXXXXXXXXX X X X X XXXXXXXXXXXXX X X X X XXXXXXXXXXXXX X X

X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X


X X X
XXX XXX XXX

X X X

X X X XX XX XX XX XX XX XX XXX XXXXX XX
X XX XX XX XX
XX XX XX
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X

X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X X X XXX X X X X X X X


XXXX XXXX XXXX

X X X

X X XXXXXXXXXXXXX X X X X XXXXXXXXXXXXX X X X X XXXXXXXXXXXXX X X

Keterangan :

= Sampel penelitian

25
Lampiran 5. Data Hasil Penelitian
Jumlah Daun (helai) minggu ke Tinggi Tanaman (cm) minggu ke
Dolomit TSP Ulangan
2 3 4 2 3 4
D1 P0 1 17.00 26.00 24.25 24.03 27.63 33.38
D3 P3 1 17.25 27.50 32.50 22.27 26.13 35.38
D2 P0 1 14.25 19.25 25.25 20.95 25.38 32.63
D2 P3 1 18.50 28.50 31.50 24.08 27.55 34.30
D1 P2 1 14.25 20.00 24.75 20.03 24.30 31.55
D3 P2 1 18.50 26.50 32.50 23.30 28.33 38.58
D1 P3 1 15.50 22.25 24.25 19.45 24.75 31.75
D2 P1 1 12.75 17.00 23.00 19.25 24.83 29.83
D3 P0 1 13.25 16.75 22.25 19.63 24.70 30.95
D2 P2 1 11.25 18.25 23.50 19.73 23.58 32.08
D1 P1 1 13.00 19.25 24.25 17.98 25.18 31.68
D3 P1 1 12.50 16.75 22.25 19.15 22.75 27.33
D2 P3 2 14.50 25.25 30.50 21.63 26.63 33.13
D1 P3 2 15.25 31.25 36.25 20.95 25.93 35.68
D3 P1 2 12.25 18.00 21.75 17.00 22.53 27.53
D2 P2 2 13.25 18.25 23.25 18.17 23.48 27.48
D1 P0 2 14.75 18.75 24.00 17.50 20.90 27.15
D3 P2 2 15.75 25.00 25.00 21.63 24.75 28.25
D1 P1 2 15.00 25.25 30.75 19.33 23.70 29.45
D2 P1 2 15.50 25.75 31.75 20.73 24.18 31.43
D2 P0 2 15.50 22.00 26.00 21.68 23.80 27.05
D1 P2 2 16.00 22.00 25.75 23.23 26.13 30.13
D3 P0 2 20.25 28.25 33.75 20.95 24.25 32.50
D3 P3 2 16.75 24.25 29.00 21.15 23.88 30.38
D3 P0 3 12.50 27.25 30.25 23.83 27.50 30.93
D1 P1 3 14.00 31.50 35.25 20.30 27.45 35.95
D2 P0 3 14.75 34.50 39.25 19.40 28.48 36.23
D1 P2 3 12.50 30.00 33.25 17.55 27.33 33.58
D3 P3 3 12.25 25.00 28.00 20.25 26.50 30.75
D1 P3 3 14.75 27.75 31.00 19.88 26.50 29.75
D2 P2 3 15.75 22.50 27.00 22.70 23.88 27.63
D3 P1 3 14.25 24.50 28.50 22.08 26.05 29.30
D1 P0 3 18.50 25.25 29.75 23.35 26.58 29.83
D2 P3 3 21.75 24.25 28.00 25.38 29.43 32.93
D2 P1 3 20.00 24.75 28.50 23.38 26.05 31.05
D3 P2 3 18.00 22.50 27.75 26.50 30.03 34.38

26
Jumlah Jumlah Bobot Polong
Dolomit TSP Ulangan
Cabang Polong (g)
D1 P0 1 8.75 13.75 22.50
D3 P3 1 14.00 23.25 31.25
D2 P0 1 12.50 11.50 17.75
D2 P3 1 13.25 22.25 32.75
D1 P2 1 10.75 13.75 29.25
D3 P2 1 16.50 22.75 41.25
D1 P3 1 10.50 10.75 17.25
D2 P1 1 8.25 9.00 16.33
D3 P0 1 8.50 11.25 20.00
D2 P2 1 10.25 15.25 26.75
D1 P1 1 9.00 11.25 22.00
D3 P1 1 9.75 18.75 23.25
D2 P3 2 12.25 26.50 43.25
D1 P3 2 14.25 18.25 35.50
D3 P1 2 8.50 18.00 22.00
D2 P2 2 9.00 21.00 26.50
D1 P0 2 8.00 8.25 8.50
D3 P2 2 8.50 20.50 30.75
D1 P1 2 9.00 10.75 28.50
D2 P1 2 11.75 26.75 32.75
D2 P0 2 8.75 11.50 19.75
D1 P2 2 9.25 14.25 26.75
D3 P0 2 11.50 16.25 30.75
D3 P3 2 12.00 23.25 43.50
D3 P0 3 10.00 13.25 16.75
D1 P1 3 9.50 14.50 18.25
D2 P0 3 13.00 19.50 23.25
D1 P2 3 11.50 10.00 18.75
D3 P3 3 11.50 24.75 34.00
D1 P3 3 10.25 14.25 21.00
D2 P2 3 8.75 23.50 29.50
D3 P1 3 8.75 16.50 26.75
D1 P0 3 8.25 11.75 12.50
D2 P3 3 9.25 24.50 30.25
D2 P1 3 9.00 19.00 28.75
D3 P2 3 10.50 22.00 31.50

27
Bobot kering Bobot basah Kadar P
Dolomit TSP Ulangan brangkasan atas berangkasan akar jaringan
(g) (g) (%)
D1 P0 1 8.70 7.50 0.15
D3 P3 1 10.70 18.75 0.48
D2 P0 1 5.50 11.75 0.31
D2 P3 1 8.90 14.00 0.33
D1 P2 1 7.90 13.25 0.36
D3 P2 1 9.70 13.95 0.49
D1 P3 1 11.30 15.15 0.42
D2 P1 1 6.40 11.50 0.36
D3 P0 1 4.80 10.00 0.33
D2 P2 1 8.50 13.50 0.54
D1 P1 1 7.40 11.75 0.33
D3 P1 1 15.50 13.43 0.32
D2 P3 2 17.20 19.00 0.56
D1 P3 2 8.90 20.75 0.32
D3 P1 2 3.00 11.25 0.32
D2 P2 2 11.40 17.00 0.28
D1 P0 2 3.20 9.75 0.28
D3 P2 2 7.70 15.75 0.65
D1 P1 2 7.20 11.50 0.37
D2 P1 2 6.50 15.25 0.28
D2 P0 2 17.40 10.75 0.31
D1 P2 2 9.40 12.50 0.43
D3 P0 2 6.00 11.50 0.32
D3 P3 2 15.20 22.50 0.62
D3 P0 3 5.00 11.50 0.64
D1 P1 3 3.80 11.25 0.34
D2 P0 3 5.80 14.25 0.30
D1 P2 3 3.50 9.50 0.40
D3 P3 3 10.70 20.25 0.63
D1 P3 3 5.90 11.50 0.38
D2 P2 3 3.90 15.75 0.40
D3 P1 3 8.50 11.50 0.57
D1 P0 3 7.20 14.00 0.26
D2 P3 3 11.50 19.75 0.52
D2 P1 3 12.40 14.50 0.57
D3 P2 3 12.30 19.00 0.39

28
Lampiran 6. Hasil Analisis Varian

Jumlah Daun 3
Source df Type III SS MS F P
Blocks 2 131,8576389 65,928819 3,7951194 ,0384 *
Main Effects
Dolomit 2 4,222222222 2,1111111 0,1215238 ,8862 ns
TSP 3 53,28472222 17,761574 1,0224253 ,4018 ns
Interaction
Dolomit x TSP 6 102,7777778 17,12963 0,9860481 ,4584 ns
Error 22 382,1840278 17,372001<-
Total 35 674,3263889

Tinggi Tanaman 3
Source df Type III SS MS F P
Blocks 2 38,85493889 19,427469 2,6858704 ,0904 ns
Main Effects
Dolomit 2 0,839905556 0,4199528 0,058059 ,9437 ns
TSP 3 24,15123056 8,0504102 1,1129786 ,3651 ns
Interaction
Dolomit x TSP 6 68,92422778 11,487371 1,5881425 ,1977 ns
Error 22 159,1306611 7,2332119<-
Total 35 291,9009639

Jumlah Cabag
Source df Type III SS MS F P

Blocks 2 6,385416667 3,1927083 0,9025566 ,4200 ns


Main Effects
Dolomit 2 5,166666667 2,5833333 0,7302905 ,4931 ns
TSP 3 34,34722222 11,449074 3,236574 ,0417 *
Interaction
Dolomit x TSP 6 20,77777778 3,462963 0,9789557 ,4627 ns
Error 22 77,82291667 3,5374053<-
Total 35 144,5

Jumlah Polong
Source df Type III SS MS F P
Blocks 2 53,08680556 26,543403 2,1238208 ,1434 ns
Main Effects
Dolomit 2 345,6284722 172,81424 13,827409 ,0001 ***
TSP 3 297,3107639 99,103588 7,9295886 ,0009 ***
Interaction
Dolomit x TSP 6 63,07986111 10,51331 0,8412029 ,5517 ns
Error 22 274,9548611 12,497948<-
Total 35 1034,060764

29
Bobot Polong
Source df Type III SS MS F P
Blocks 2 157,7877167 78,893858 2,2265105 ,1317 ns
Main Effects
Dolomit 2 370,3177167 185,15886 5,2254783 ,0139 *
TSP 3 870,5822 290,19407 8,1897394 ,0008 ***
Interaction
Dolomit x TSP 6 146,8764833 24,479414 0,6908481 ,6593 ns
Error 22 779,5448833 35,433858<-
Total 35 2325,109

Bobot basah berangkasan akar


Source df Type III SS MS F P

Blocks 2 24.50421667 12.252108 2.3751918 .1164 ns


Main Effects
Dolomit 2 49.53846667 24.769233 4.8017597 .0186 *
TSP 3 234.5972556 78.199085 15.159662 .0000 ***
Interaction
Dolomit x TSP 6 31.94651111 5.3244185 1.0321909 .4312 ns
Error 22 113.48405 5.1583659<-
Total 35 454.0705

Bobot kering brangkasan atas


Source df Type III SS MS F P
Blocks 2 0,519755556 0,2598778 0,699065 ,5078 ns
Main Effects
Dolomit 2 1,056088889 0,5280444 1,420427 ,2629 ns
TSP 3 2,352677778 0,7842259 2,1095491 ,1281 ns
Interaction
Dolomit x TSP 6 0,931022222 0,1551704 0,4174046 ,8595 ns
Error 22 8,178511111 0,3717505<-
Total 35 13,03805556
Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 20,082054%

Kadar P jaringan
Source df Type III SS MS F P

Blocks 2 0,007238889 0,0036194 1,9097935 ,1719 ns


Main Effects
Dolomit 2 0,023172222 0,0115861 6,1133911 ,0077 **
TSP 3 0,022188889 0,0073963 3,9026427 ,0224 *
Interaction
Dolomit x 6 0,005227778 8,713e-4 0,459738 ,8303 ns
TSP Error 22 0,041694444 0,0018952<-

Total 35 0,099522222

30
Lampiran 5. Foto Kegiatan Penelitian

No. Nama Dan Foto Kegiatan


Pengolahan Lahan
1

2 Pemasangan Label

Pemberian Kapur
3

31
4 Penanaman Pengaplikasian Pupuk Tsp Dan Pupuk Dasar

5 Pemeliharaan

Pengamatan
6

32
7 Pemanenan

33
Lampiran 6. Data BMKG
ID WMO 96255
Nama Stasiun :Stasiun Klimatologi
BengkuluLintang:-3.86520
Bujur :102.31190
Elevasi 12

Tanggal Tavg RH_avg RR


01-10-2022 25.8 90 12.9
02-10-2022 26.8 86 80.0
03-10-2022 26.1 86 25.9
04-10-2022 25.1 91 28.5
05-10-2022 26.2 83 6.3
06-10-2022 25.6 92 8.6
07-10-2022 25.0 85 106.8
08-10-2022 26.6 81 10.2
09-10-2022 25.9 84
10-10-2022 26.6 81 1.2
11-10-2022 24.7 92 0.0
12-10-2022 25.6 88 80.3
13-10-2022 25.7 88 97.5
14-10-2022 26.2 86 0.5
15-10-2022 26.6 85 0.5
16-10-2022 26.2 88 5.3
17-10-2022 26.6 86 6.8
18-10-2022 27.2 81 8888.0
19-10-2022 26.6 86 35.4
20-10-2022 27.2 79

34
21-10-2022 26.4 88 4.0
22-10-2022 26.6 85 22.3
23-10-2022 27.1 87
24-10-2022 27.3 85 1.0
25-10-2022 25.0 93 26.0
26-10-2022 24.9 94 17.2
27-10-2022 24.8 95 12.5
28-10-2022 26.1 87 57.7
29-10-2022 26.6 83 0.6
30-10-2022 27.3 84 3.7
31-10-2022 26.9 82 0.5
01-11-2022 26.3 87

Tanggal Tavg RH_avg RR


01-11-2022 26.3 87
02-11-2022 27.8 80
03-11-2022 26.9 83 8.0
04-11-2022 26.7 86
05-11-2022 26.6 86 84.0
06-11-2022 26.3 86 38.9
07-11-2022 26.2 86 5.0
08-11-2022 26.1 88 11.9
09-11-2022 26.6 86 11.4
10-11-2022 26.4 86 37.0
11-11-2022 25.6 87 39.0
12-11-2022 25.9 87 6.5
13-11-2022 24.4 96 51.3
14-11-2022 23.9 97 33.9

35
15-11-2022 25.7 88 110.9
16-11-2022 26.5 82
17-11-2022 24.0 91 69.1
18-11-2022 26.5 85 10.2
19-11-2022 25.6 87
20-11-2022 26.3 90 26.4
21-11-2022 26.3 86 6.5
22-11-2022 27.3 80 8888.0
23-11-2022 25.5 86 17.0
24-11-2022 26.9 84 0.3
25-11-2022 26.4 84 9.0
26-11-2022 27.2 79 1.7
27-11-2022 26.6 86 25.1
28-11-2022 27.3 84 0.0
29-11-2022 26.8 87 1.8
30-11-2022 27.6 81 8888.0
01-12-2022 26.7 83 0.0

Keterangan :
8888: data tidak terukur
9999: Tidak Ada Data (tidak dilakukan
pengukuran)Tavg: Temperatur rata-rata (°C)
RH_avg: Kelembapan rata-rata
(%)RR: Curah hujan (mm)

36
37

Anda mungkin juga menyukai